SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3

dokumen-dokumen yang mirip
PENDEKATAN DENGAN CFD UNTUK POLA SEMPROTAN SINGLE HOLE PADA RUANG BAKAR DENGAN BENTUK D DAN M DESIGN DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL

Simulasi Numerik Sistem Injeksi Bertingkat Pada Ruang Bakar Mesin Diesel Caterpillar 3406

SIMULASI NUMERIK PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA DALAM CAMPURAN BATU BARA-AIR (COAL WATER MIXTURE) TERHADAP KESTABILAN SEMPROTAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK SALURAN KELUAR AIR DAN UDARA TERHADAP KARAKTERISTIK SPRAY PADA TWIN FLUID ATOMIZER

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Ilyas Rochani Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Semarang

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20

KAJIAN NUMERIK ATOMISASI DAN PEMBAKARAN PADA COAL WATER MIXTURE MENGGUNAKAN INJEKTOR TYPE AIR ASSISTED SPRAY INJECTOR DAN SWIRLER UDARA

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

M.Mujib Saifulloh, Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transesterifikasi Crude Palm Oil dan Uji Karakteristik Semprotan Menggunakan Injektor Motor Diesel

Pemodelan Aliran Fluida dan Pembakaran dalam Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Gas Injeksi Langsung Dengan Program Bantu Fire V70b P13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

STUDI TENTANG PENGARUH LEDAKAN 3 BAHAN PELEDAK BERKEKUATAN TINGGI PADA DINDING KONKRET BERTULANG

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka

performa perubahan mesin diesel menjadi CNG Engine berbasis pada simulasi pemodelan menggunakan software GTPOWER. Diharapkan, dapat diketahui dari

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

SIMULASI ALIRAN UDARA DALAM RAM-AIR INTAKE PADA SEPEDA MOTOR SPORT DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

SOAL TRY OUT FISIKA 2

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

BAB 4 HASIL & ANALISIS

ABSTRAK. Kata kunci : Mesin diesel, minyak solar, Palm Methyl Ester, simulasi. 1. Pendahuluan

Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana

ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE ( AIR - UDARA ) MELEWATI ELBOW 30 DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 60

BAB 7 PENCATUAN BAHAN BAKAR PADA MOTOR DIESEL

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi


PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

BAB VI PEMBAHASAN. mm (0.2 m). yang membedakannya hanyalah kecepatan terbentuknya semprotran

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan Minyak Jelantah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami fluktuasi harga seiring menipisnya persediaan minyak dunia. Bila hal

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGGUNAAN PORT FUEL INJECTION (PFI) SEBAGAI SISTEM SUPLAI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN DUA-LANGKAH SILINDER TUNGGAL

KARAKTERISASI PERFORMA MESIN DIESEL DUAL FUEL SOLAR-CNG TIPE LPIG DENGAN PENGATURAN START OF INJECTION DAN DURASI INJEKSI

UJI KARAKTERISTIK PENYEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PADA NOZEL MESIN DIESEL DENGAN SISTEM INJEKSI LANGSUNG

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

Pendahuluan Motor Diesel Tujuan Rudolf Diesel Kesulitan Rudolf Diesel

Bab 4 Data dan Analisis Hasil Pengujian

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN

PENGARUH PENGGUNAAN RESIRKULATOR GAS BUANG PADA KNALPOT STANDAR, TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J

Penentuan Sub-sub Pola Aliran Stratified Air-Udara pada Pipa Horisontal Menggunakan Pengukuran Tekanan

POLA ALIRAN DUA FASE (AIR+UDARA) PADA PIPA HORISONTAL DENGAN VARIASI KECEPATAN SUPERFISIAL AIR

BAB V DATA PENELITIAN. Pengujian ini menggunakan dua buah bahan bakar, yaitu minyak biodiesel biji

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

III. METODOLOGI PENELITIAN

OLEH: Nama : DAYANG NRP :

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BIODIESEL BIJI NYAMPLUNG PADA MESIN DIESEL MULTI INJEKSI DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BIODIESEL DAN BIOSOLAR

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

PERENCANAAN BATANG TORAK MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 100 CC

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

PENGARUH PENGGUNAAN BLOWER ELEKTRIK TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

I.PENDAHULUAN. Kata kunci: Biodiesel minyak jelantah, Start of Injection dan Durasi Injeksi, Injeksi bertingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Transkripsi:

SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3 Arya Wulung, Djoko Sungkono Kawano Program Pasca Sarjana, Jurusan Teknik Mesin, FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya aryawulung@yahoo.com Abstrak Penggunaan bahan bakar alternatif pada motor bakar torak diharapkan dapat menurunkan kadar emisi gas buang dan mengatasi keterbatasan minyak dunia. Biodiesel merupakan bahan bakar nabati dengan properties hampir menyerupai diesel oil dan dapat digunakan pada motor diesel direct injection tanpa perubahan sistem bahan bakarnya. Bahan baku biodiesel yang tersedia di Indonesia diantaranya kelapa, Jatropa Curcas dan minyak goreng bekas yang dapat diolah menjadi biodiesel melalui proses esterifikasi. Penelitian numerik menggunakan FLUENT 6.3 ini dilakukan pada model ruang bakar mexican hat untuk mengetahui karakteristik semprotan biodiesel yaitu waktu dan panjang breakup, panjang penetrasi, sudut semprotan, distribusi partikel serta visualisasi semprotan dari ketiga jenis biodiesel tersebut.. Perbandingan hasil numerik dan eksperimen menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu peningkatan tekanan ruang bakar akan menghasilkan sudut semprotan lebih besar dan diameter droplet kecil. Biodiesel minyak goreng bekas memiliki droplet berdiameter lebih besar daripada biodiesel Kelapa atau Jatropa Curcas karena memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Diameter partikel akan berkurang saat penetrasi semakin jauh karena pengaruh gaya aerodinamik yang bekerja pada droplet dan droplet tadi pecah setelah bertumbukan dengan dinding piston. Visualisasi menggunakan FLUENT 6.3 membuktikan awal tumbukan terjadi pada waktu 0,4 ms setelah SOI sedangkan ekperimen mengalami tumbukan pada 0,25 ms setelah SOI dan regim splash hanya terjadi pada biodiesel Minyak Goreng Bekas dengan tekanan injeksi tinggi. Kata Kunci : Mexican Hat, biodiesel, karakteristik semprotan Pendahuluan Mexican Hat merupakan bentuk ruang bakar yang digunakan pada motor diesel putaran rendah dengan daya besar. Interaksi semprotan bahan bakar dengan dinding piston akan membentuk regim splash dan membentuk droplet berdiameter lebih kecil. Pengembangan sumber bahan bakar nabati menciptakan biodiesel yang terbuat dari Kelapa, Jatropa Curcas dan Minyak Goreng Bekas dengan propertis beragam. Melalui penelitian secara eksperimen maupun numerik, pengaruh perubahan parameter injeksi dan karakteristik semprotan dalam proses tersebut dapat diketahui lebih akurat. Dalam ruang bakar motor diesel, bahan bakar bertekanan tinggi masuk ke dalam silinder melalui lubang kecil pada nozzle dan membentuk jet yang cepat menyebar menjadi semprotan lalu teratomisasi. Atomisasi akan mengubah bahan bakar cair menjadi jet atau sheet (lembaran) tipis, membentuk ligamen (ikatan) dan akhirnya pecah menjadi droplet

dengan pola dan arah tertentu. Menurut Heywood (1988) dan Baumgarten (2006), kondisi injeksi seperti tekanan injeksi, area orifice dan injection rate berubah saat injeksi sehingga distribusi ukuran droplet dalam semprotan akan berubah selama periode injeksi. Hal ini menunjukkan proses atomisasi akan berbeda sesuai spray cone dan spray edge serta lintasan individual droplet tergantung dari ukuran, kecepatan awal dan posisi dalam semprotan. Proses atomisasi tersebut menjelaskan penyebab distribusi ukuran droplet selalu berbeda sesuai posisinya dalam semprotan. Sedangkan Azzopardi (1991) melakukan eksperimen menggunakan kamera kecepatan tinggi untuk mengkaji proses breakup pada sebuah droplet tunggal. Hasil eksperimen ini membuktikan angka Weber rendah menyebabkan droplet tipis pada bagian tengah lalu pecah dimulai dari bagian tersebut sedangkan pada Weber tinggi breakup dimulai dari tepi droplet. Pengaruh tekanan chamber pada semprotan telah dipelajari Bae dan Kang (2000) serta Hwang et. al. (2003). Penetian ini memberikan penjelasan bahwa saat densitas gas meningkat maka penetrasi berkurang, sudut bertambah dan semprotan lebih tebal akibat pengaruh aerodinamik antara gas dan semprotan. Penetrasi semprotan semakin bertambah seiring dengan durasi waktu setelah injeksi dan akhirnya bertumbukan dengan dinding piston. Interaksi rumit antara semprotan dengan dinding terjadi saat penetrasi semprotan mengenai dinding piston. Proses yang mungkin terjadi adalah terbentuk spray atau lapisan tipis pada dinding. Kedua proses tersebut akan mempengaruhi efisiensi pembakaran dan kadar emisi yang dihasilkan. Lapisan tipis pada dinding dapat meningkatkan kadar emisi karena lapisan tersebut sulit menguap dan hanya terbakar sebagian. Faktor utama yang berperan pada tumbukan semprotan adalah panjang penetrasi dan jarak nozzle dengan dinding. Beberapa penelitian membuktikan pula bahwa tekanan injeksi tinggi, densitas gas rendah dan temperatur tinggi akan meningkatkan penetrasi dan menyebabkan tumbukan. Untuk mengetahui semprotan bahan bakar lebih rinci maka diperlukan bantuan CFD. Validasi eksperimen dan numerik dilakukan oleh Reitz dan Rutland (1995) dalam penelitian menggunakan motor diesel silinder tunggal Caterpillar 3406. Tipe piston yang digunakan adalah Mexican Hat berdiameter 137,19 mm dan pemodelan KIVA menggunakan submodel untuk mempelajari karakteristik semprotan hingga gas sisa pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemodelan turbulensi yang tepat adalah RNG k-ε karena dapat memprediksi struktur large-scale yang terbentuk oleh gerakan squish dan spray. Pemodelan numerik untuk mempelajari panjang breakup dan ukuran droplet pada dua tipe pressure-swirl atomizer yang bekerja dalam tekanan ambient dilakukan oleh Senecal et. al. (1999) dengan bantuan software KIVA-3V. Dalam penelitian ini persamaan Rosin-Ramler digunakan untuk perhitungan distribusi diameter droplet, persamaan Lagrangian untuk perhitungan jejak droplet dan setiap droplet diasumsikan memiliki propertis kinematik dan termodinamika yang sama. Droplet collision dan coalescene diselesaikan menggunakan persamaan O'Rourke dan secondary breakup menggunakan Taylor Analogy Breakup (TAB) sedangkan persamaan fasa gas menggunakan algoritma Lagrangian-Eulerian (ALE). Fluida kerja yang digunakan adalah Stoddard Solvent sebanyak 14 dan 44 mg. Hasil numerik dari kedua jenis injektor ini serupa dengan eksperimen sebelumnya dan menunjukkan linear stability analysis dalam pemodelan pressure swirl atomizer dipengaruhi oleh udara dalam chamber, tegangan permukaan dan viskositas bahan bakar serta persamaan yang digunakan dalam KIVA-3V tersebut dapat memprediksi penetrasi semprotan, SMD dan visualisasi dengan akurat.

Dalam atomisasi bahan bakar menggunakan pressure-swirl atomizer, interaksi antara injektor dengan semprotan bahan bakar merupakan hal yang penting. Schmidt et. al. (1999) memberikan penjelasan akurat mengenai hal tersebut melalui pemodelan yang dikenal dengan Linearized Instability Atomization (LISA) yang bertujuan sebagai prediksi bentuk semprotan dekat nozzle tip. LISA memiliki tiga tahap, yaitu pembentukan film, lapisan tipis dan atomisasi. Pemodelan ini diterapkan untuk mempelajari penetrasi, sudut, flux massa dan visualisasi semprotan pressure-swirl injector berdiameter 560 µm dan 458 µm yang bekerja dalam ambient pressure dengan pasokan bahan bakar 56,8, 20 dan 69 mm 3. Dengan menggunakan TAB sebagai pemodelan secondary breakup, RNG k-ε sebagai pemodelan turbulen dan collision serta coalescence diselesaikan menggunakan metoda O'Rourke. Proses semprotan ini diselesaikan secara transient dan membuktikan bahwa prediksi numerik sesuai dengan hasil eksperimen, droplet pada awal injeksi berukuran besar sedangkan pada akhir injeksi terjadi perbedaan antara numerik dan eksperimen yang disebabkan karena injector closing tidak dapat diselesaikan dalam kasus transient. Binesh dan Hossainpour (2008) melakukan penelitian secara numerik menggunakan software FIRE dengan tujuan mengurangi emisi dan konsumsi bahan bakar pada motor diesel Catterpillar berdiameter 137,19 mm dan stroke 165,1 mm. Simulasi ini menggunakan nozzle dengan 6 lubang injeksi berdiameter 0,259 mm dan tekanan injeksi maksimum adalah 90 MPa. Model ruang bakar yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah submodel dari ruang bakar tipe Mexican Hat, pemodelan turbulen k-ε dan WAVE untuk pemodelan breakup. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kontur kecepatan dalam ruang bakar berubah pada setiap sudut poros engkol dan bahan bakar liquid memiliki penetrasi terbatas kemudian uap bahan bakar melanjutkan penetrasi tersebut. Metodologi Penelitian ini dilakukan dalam sebuah ruang bakar Mexican Hat menggunakan software FLUENT 6.3 dengan beberapa kondisi, antara lain : a. Jarak nozzle tip-dinding piston 58,4 mm. Symmetry wall Gambar 1 Geometri ruang bakar tipe Mexican-Hat b. Tekanan ruang bakar 1, 3 dan 6 bar. c. Tekanan tekanan injeksi 150, 175 dan 200 bar. d. Eksperimen Khusna (2009) dilakukan dengan menggunakan multihole nozzle lima lubang berdiameter 0,22 mm dan kemiringan semprotan 30 o. Oleh karena itu pada penelitian numerik ini injeksi dilakukan pada sebuah submodel, Gambar 1.

e. Bahan bakar yang digunakan adalah tiga jenis biodiesel yang terbuat dari Kelapa, Jatropa Curcas dan Minyak Goreng Bekas. f. Laju massa bahan bakar selalu berubah karena dipengaruhi densitas dan perbedaan tekanan injeksi dan chamber. Pada penelitian ini menggunakan laju massa bahan bakar hasil eksperimen Khusna (2009) Hasil dan Pembahasan Visualisasi semprotan biodiesel pada Gambar 2 menunjukkan evolusi penetrasi biodiesel Minyak Goreng Bekas yang semakin meningkat seiring bertambahnya durasi waktu setelah injeksi. Biodiesel ini mengalami tumbukan pada 0,4 ms sementara pada eksperimen semprotan biodiesel mulai menumbuk dinding piston saat 0,25 ms setelah injeksi. a b c Gambar 2 Evolusi penetrasi biodiesel MGB Pinj = 200 bar, Pchamber = 6 bar Time after SOI (a) 0,2 ms (b) 0,4 ms (c) 0,5 ms

60 6 bar 60 200 bar 3 bar 175 bar 50 1 bar P injeksi = 200 bar 50 150 bar P chamber = 6 bar Panjang penetrasi (mm) 40 30 20 Panjang penetrasi (mm) 40 30 20 10 10 0 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 Waktu (ms) (a) Gambar 3 Perubahan panjang penetrasi 0 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 Waktu (ms) Peningkatan tekanan chamber (Gambar 3a) dalam ruang bakar Mexican Hat hanya berpengaruh sedikit pada panjang penetrasi sedangkan perubahan tekanan injeksi pada (Gambar 3b) memberikan pengaruh lebih signifikan. Hal ini terjadi karena perbedaan tekanan antara chamber dan tekanan injeksi antara 144 bar hingga 199 bar mampu memberikan momentum lebih besar pada droplet untuk mengatasi gaya aerodinamik yang ditimbulkan udara. Dalam penelitian ini dinding piston berjarak 58,4 mm dari nozzle tip. Tekanan injeksi tinggi memberikan energi besar pada semprotan untuk penetrasi pada arah downstream sehingga biodiesel dengan tekanan injeksi 200 bar memiliki penetrasi lebih panjang daripada tekanan lainnya. Pengukuran distribusi diameter droplet dalam semprotan biodiesel dilakukan menggunakan metoda Sauter Mean Diameter. Tekanan chamber tinggi akan memperkecil diameter droplet karena droplet mengalami secondary breakup akibat gaya aerodinamik yang ditimbulkan. Semakin kecil tegangan permukaan biodiesel maka biodiesel tersebut akan memiliki droplet yang kecil. Pada penelitian ini biodiesel Kelapa memiliki SMD terkecil 67,1 hingga 80,1 µm. Hal ini terjadi karena biodiesel tersebut memiliki tegangan permukaan 0,0621 N/m 2, lebih kecil daripada Jatropa Curcas dan Minyak Goreng Bekas. Tegangan permukaan tersebut berguna untuk mempertahankan bentuk droplet Menurut Azzopardi (1991) pada Weber rendah droplet mengalami breakup dimulai dari permukaan bagian tengahnya sedangkan pada Weber rendah, proses breakup tersebut dimulai pada bagian tepi. Semakin jauh jarak dari nozzle tip maka droplet akan semakin kecil karena droplet tersebut pecah akibat bergesakan dengan udara. Pada penelitian ini biodiesel Kelapa memiliki diameter droplet terkecil. Diameter tersebut akan semakin berkurang sepanjang arah penetrasi (Gambar 4a dan 4b) akibat (b)

bergesekan dengan udara. Semakin tinggi tekanan chamber maka droplet akan semakin kecil, perubahan diameter droplet yang signifikan hanya terjadi pada biodiesel Minyak Goreng Bekas. 140 140 120 120 SMD (µm) 100 80 60 40 20 0 SMD (µm) 100 JC (150 bar) MGB (6 bar) 60 MGB (150 bar) JC (6 bar) Kelapa (175 bar) Kelapa (6 bar) JC (175 bar) MGB (1bar) MGB (175 bar) 40 Pinj = 200 bar JC (1 bar) Kelapa (200 bar) Pinj = 200 bar Pcha = 6 bar Kelapa (1 bar) JC (200 bar) Pcha = 6 bar Ønozzle = 220 µm MGB (200 bar) Ønozzle = 220 µm 20 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60 Jarak dari ujung nozzle (mm) Jarak dari ujung nozzle (mm) (a) (b) Gambar 4 Distribusi droplet 80 Kelapa (150 bar) Diameter droplet dipengaruhi pula oleh tekanan injeksi, Gambar 4b peningkatan tekanan injeksi akan memperkecil diameter droplet karena waktu breakup lebih singkat dan panjang breakup lebih kecil. Injeksi tekanan tinggi akan meningkatkan kecepatan biodiesel saat meninggalkan nozzle, hal ini membentuk droplet berdiameter kecil dengan energi kinetik lebih besar untuk mengatasi gesekan dengan udara dalam ruang bakar. Pada jarak penetrasi 0 hingga 40 mm terjadi fluktuasi perubahan diameter droplet yang disebabkan oleh collision dan coalescence antar droplet tersebut. Proses ini dijelaskan melalui visualisasi pada Gambar 5, droplet berwarna biru di tengah semprotan menunjukkan droplet berdiameter kecil dan saat tumbukan droplet berwarna biru lebih dominan yang menunjukkan pecahnya droplet akibat tumbukan pada dinding.

a b c Gambar 5 Distribusi droplet pada biodiesel (a) Kelapa (b) Jatropa Curcas (c) Minyak Goreng Bekas Perilaku semprotan menumbuk dinding pada umumnya dipengaruhi oleh ukuran droplet, kecepatan tumbukan dan kondisi permukaan dinding. Parameter tak berdimensi yang menentukan jenis tumbukan adalah Reynolds Number, Weber Number dan Sommerfeld Number saat menumbuk dinding. Gambar 5 menunjukkan bahwa biodiesel Kelapa, Jatropa Curcas dan Minyak Goreng Bekas dengan jarak nozzle tip-dinding 58,4 mm memiliki regim tumbukan yang beragam. Berdasarkan Naber dan Farell (1988), tumbukan didefinisikan menggunakan angka Weber, angka Weber diatas 130 akan menghasilkan splash sedangkan Weber dibawah 130 akan menghasilkan regim spread. Pada penelitian ini regim splash hanya terjadi pada biodiesel Minyak Goreng Bekas pada tekanan injeksi 175 dan 200 bar. Sedangkan menurut kriteria Mundo et. al. (1995) tumbukan pada penelitian ini berada pada regim spread, karena angka Sommerfeld Number (K) berada dibawah 57,7.Gambar tersebut membuktikan Weber Number dan Sommerfeld Number meningkat seiring dengan kenaikan tekanan injeksi. Dengan

demikian semakin tinggi tekanan injeksi, regim tumbukan semakin cenderung membentuk regim splash. Semprotan biodiesel Minyak Goreng Bekas dengan densitas 915,2 kg/m 3 memiliki energi kinetik lebih besar dan mampu menghasilkan regim splash pada jarak tumbukan 58,4 mm dengan tekanan injeksi 175 dan 200 bar, ditandai dengan angka Weber 136,2 dan 148,5. Sedangkan biodiesel Kelapa dan Jatropa Curcas hanya menghasilkan regim spread karena energi kinetiknya pada droplet lebih rendah. Regim tumbukan spread dan splash sangat berpengaruh pada terjadinya proses breakup setelah menumbuk dinding. Beberapa literatur menunjukkan bahwa regim tumbukan splash akan menghasilkan droplet yang lebih kecil. Nukiyama-Tanasawa membuktikan bahwa setelah terjadi tumbukan, diameter volumetrik rata-rata (d m ) memiliki korelasi dengan SMD sebelum menumbuk dinding sebesar, d m = SMD/2,16. Daftar Pustaka Azzopardi, B. J. (1991), Atomization Fundamentals, Department of Chemical Engineering, University of Nottingham. Bae, C. dan Kang, J. (2007),"Diesel Spray Characteristics of a Common-Rail VCO Nozzle Injector, Proc. Thermofluidynamic Processes in Diesel Engines (THIESEL), hal. 57-66. Baumgarten, C., (2006), Mixture Formation in Internal Combustion Engines, Springer- Verlag Berlin Heidelberg, Germany. Binesh, A.R. dan Hossainpour, S. (2008),"Three Dimensional Modelling of Mixture Formation and Combustion in a Direct Injection Heavy-Duty Diesel Engine", Proceeding of World Academy of Science, Engineering and Technology Volume, hal. 207. Heywood, J. B. (1988), Internal Combution Engine Fundamentals, McGraw-Hill Book Company, Singapore. Hwang, J.S., HA, J.S. dan No, S. Y. (2003),"Spray Characteristics of DME in Conditions of Common Rail Injection System", International Journal of Automotive Technology, Vol. 4, No.3, hal. 119. Khusna, D. (2009), Karakteristik Semprotan Menumbuk Dinding Piston Tipe Mexican- Hat dengan Bahan Bakar Biodiesel dalam Ruang Bakar Bertekanan, Thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Mundo, C., Sommerfeld, M. dan Tropea C. (1995), Droplet-Wall Collisions: Experimental Studies of The Deformation and Breakup Process, International Journal Multiphase Flow, Vol. 21, hal. 151-173. Naber, J. D. dan Reitz, R. D. (1988), Modeling Engine Spray/Wall Impingement, SAE 88107. Reitz, R. D. dan Rutland, C. J. (1995), Development and Testing of Diesel Engine CFD Models, Prq Energy Cumhusr. Sri. Vol. 21, hal. 173-196. Schmidt, D.P., Nouar, I., Senecal, P.K., Rutland, C.J., Martin, J. K. dan Reitz, R.D. (1999), Pressure-Swirl Atomization in the Near Field, SAE 1999-01-0496. Senecal, P.K., Schmidt, D.P., Nouar, I., Rutland, C.J., Reitz, R.D. dan Corradin M.L. (1999), Modeling High-Speed Viscous Liquid Sheet Atomization, International Journal of Multiphase Flow, Vol. 25, hal.1073-1097.