I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

The Efectiveness of Booklet for Improved Knowledge and Attitude about Cigarette and its Dangerous at SDN 01 Panjang Selatan, Panjang, Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

The Efectiveness of Booklet for Improved Knowledge and Attitude about Cigarette and its Dangerous at SDN 01 Panjang Selatan, Panjang, Bandar Lampung

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kemenkes RI, 2011). Perilaku merokok merugikan kesehatan karena dapat mengakibatkan banyak penyakit, diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem respirasi, kanker dan masalah kesehatan yang lainnya seperti impotensi, kehamilan premature, bayi baru lahir rendah (BBLR) dll (CDC, 2012). Penyakit-penyakit ini dapat timbul karena rokok yang terbuat dari tembakau ini mengandung 7000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, 200 diantaranya adalah zat beracun. (Ericksen, 2012). Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas 85% dan partikel. Diantaranya nikotin, karbon monoksida, tar adalah sebagian dari ribuan zat didalam rokok (Ahmad, 2010). Selain menyebabkan penyakit, rokok juga telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke (Sari, 2007). Semua kelainan ini didapatkan akibat kebiasaan merokok yang dilakukan

2 sejak lama. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2011 lebih dari 6 juta orang meninggal karena penyakit akibat rokok. Hal ini berarti tiap satu menit hampir sebelas orang meninggal dunia akibat racun pada rokok (Ericksen, 2012). Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian akibat merokok mencapai 10 juta jiwa setiap tahunnya dan akan didominasi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia (Sari, 2007). Masalah merokok adalah peningkatan prevalensi perokok yang menjadi semakin serius. Jumlah perokok di dunia mencapai lebih dari 1 miliar orang terdiri dari 800 juta pria dan 200 juta perempuan (Ericksen, 2012). Di negara berkembang, seperti Indonesia jumlah perokok usia 15 tahun sebanyak 34,2% tahun 2007 (Depkes RI, 2007), kemudian meningkat prevalensinya menjadi 34,7% di tahun 2010 (Kemenkes RI, 2010) dan meningkat kembali tahun 2011, menurut GATS 2011 jumlah perokok usia 15 tahun sebanyak 34,8 % dengan prevalensi pria 67% dan perempuan 2,7% (WHO, 2013). Indonesia merupakan negara dengan tingkat pengunaan rokok yang cukup tinggi. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia jumlah konsumsi rokok sebanyak 260.800 rokok (4%) (Michael Eriksen, 2012). Sementara itu untuk jumlah perokok, Indonesia sendiri menempati urutan ke- 3 pada tahun 2008 dengan jumlah perokok sebanyak 65 juta perokok (WHO, 2008) dan menurut survey GATS 2011, peringkat Indonesia semakin bertambah menjadi peringkat 2 terbesar di dunia (Kemenkes RI, 2012). Perokok di masyarakat Indonesia tidak hanya di kalangan dewasa saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja muda. Untuk kalangan remaja sendiri

3 Depkes RI (2007) menunjukkan bahwa 3,5% anak-anak remaja lelaki dan 0,5% anak remaja perempuan usia 10-14 telah merokok. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, usia rata-rata seseorang mulai merokok secara nasional adalah usia 17,6 tahun. Namun untuk usia yang paling dini ada yang memulai merokok dari usia 5-9 tahun. Adapun prevalensi merokok berdasarkan usianya, usia perokok mulai merokok, dimulai dari usia 5-9 tahun sebanyak 1,7%, usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun 43,5%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25-29 tahun 4,3%, pada usia >30 tahun sebesar 3,9%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi tertinggi adalah anak pada umur 15-19 tahun dan untuk tertinggi kedua adalah umur 10-14 tahun atau anak seusia Sekolah Dasar (SD) kelas tinggi. Lampung adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus perokok yang cukup tinggi. Menurut data Riskesdas tahun 2010, Lampung terdapat pada urutan ke-10 dari 33 provinsi di Indonesia dimana persentase jumlah perokok sebanyak 38% dan persentase ini di atas rata-rata jumlah perokok Indonesia yaitu 34,7%. Sementara untuk perokok pada usia 10-14 tahun, Lampung terletak pada urutan ke-9 dengan persentase sebanyak 20,4% berarti persentasenya diatas rata-rata nasional 17,5% (Kemenkes RI, 2010). Menurut U.S. Department of Health and Human Services (2012) beberapa faktor yang mempengaruhi anak-anak usia muda merokok yaitu : lingkungan sosial dan fisik, lingkungan sosial kecilnya, kognitif dan proses afektifnya, faktor biologi dan genetik, dan faktor lainnya seperti ekonomi yang rendah,

4 akses, kemudahan serta harga dari rokok sendiri, pendidikan yang rendah dan keterpaparan terhadap iklan rokok, informasi dll (CDC, 2013). Sementara itu menurut Riskesdas (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi adalah pendidikan, status pernikahan dan status ekonomi ( Kemenkes RI, 2010 ). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan pemerintah dalam usaha mengendalikan rokok di Indonesia sekaligus mendukung program MPOWER yang dirancang oleh WHO (WHO, 2013). Peraturan itu tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.109 tahun 2012 (PP RI, 2012), selain itu ada pula UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan (Tobacco Control Center, 2009), serta banyak undang-undang tentang kawasan bebas asap rokok (Kemenkes, 2011). Namun semua usaha untuk mendukung hal itu baik slogan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) juga tidak efektif untuk merubah perilaku ini (Damayati, 2007). Kegagalan upaya-upaya ini seringkali diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap negatif terhadap rokok serta dampaknya (Rahayu, 2010). Menurut Ekawati (2010) dikatakan bahwa peningkatan pengetahuan sebesar 6,7% mengenai bahaya merokok dan perubahan sikap sebesar 4% untuk bisa berhenti merokok. Menurut Green pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi dari perilaku seseorang. Ditinjau dari model precede-proceed untuk perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, masalah yang terjadi terletak pada fase-3

5 yaitu diagnosis pendidikan dan etiologi dan salah satu cara menanganinya adalah dengan pendidikan kesehatan di sekolah. (Depkes, 2008) Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan metode dan media yang berbeda-beda. (Notoadmojo, 2012). Media digunakan untuk mempermudah penyampaian pesan kepada target pendidikan. Salah satu media yang sering digunakan adalah media booklet. Pada media booklet ini kita dapat menampilkan gambar-gambar yang menarik dan lebih lengkap dibandingkan leaflet dan media ini juga tidak memerlukan arus listrik yang kadang menjadi kendala pendidikan kesehatan dengan media slide ( Notoadmojo, 2012 ). Ada beberapa penelitian mengatakan tentang keefektifan dari booklet. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Zulaekah (2012) menunjukkan bahwa media booklet dapat meningkatkan pengetahuan tentang gizi sebanyak 17,44 point (p=0,001). Sementara itu Fitriastutik (2010) yang mengemukakan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan (p=0,004) dan sikap (p=0,46) tentang karies gigi di SDN 01, 02 dan 03 Bandegan. Berdasarkan survey sebelumnya yang telah dilakukan di SDN 01 Panjang Selatan diketahui bahwa dari 39 responden ternyata 33,3 % responden sudah pernah merokok. Mayoritas anak tersebut memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang rokok. Kurangnya pengetahuan dan sikap yang menyebabkan semakin bertambahnya jumlah perokok usia dini. Salah satu cara yang digunakan untuk

6 meningkatkan kedua hal itu adalah pendidikan keshatan. Salah satu media yang digunakan adalah booklet. Karena hal itu maka peneliti tertarik untuk meneliti keefektifan dari media booklet dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dari siswa- siswi di SDN 01 Panjang Selatan kecamatan Panjang, Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah a. Apakah media penyuluhan booklet efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang rokok dan bahayanya dan berapa peningkatannya pada siswa-siswi kelas VI di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang b. Apakah media penyuluhan booklet efektif dalam meningkatkan sikap tentang rokok dan bahayanya dan berapa peningkatannya pada siswasiswi kelas VI di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum a. Mengetahui keefektifan penyuluhan kesehatan media booklet tentang merokok dan bahayanya dalam meningkatkan pengetahuan siswa siswi di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung. b. Mengetahui keefektifan penyuluhan kesehatan media booklet tentang merokok dan bahayanya dalam meningkatkan sikap siswa siswi di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung.

7 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui berapa besar peningkatan pengetahuan siswa-siswi SD kelas VI tentang rokok dan bahayanya di SDN 01 Panjang Selatan, kecamatan Panjang antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. b. Untuk mengetahui berapa besar peningkatan sikap siswa-siswi SD kelas VI tentang rokok dan bahayanya di SDN 01 Panjang Selatan, kecamatan Panjang antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi sasaran penyuluhan a. Menambah informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman sasaran penyuluhan tentang merokok dan bahayanya, agar sasaran penyuluhan dapat ikut mencegah terjadinya merokok baik di kalangan sekolah maupun masyarakat sekitar. 2. Bagi institusi kesehatan a. Sebagai informasi dan masukan bagi institusi kesehatan yang terkait dengan pengambilan keputusan, penetapan kebijakan dan perencanaan program kesehatan serta upaya penanggulangan untuk merokok usia dini dalam hal penyuluhan kesehatan. 3. Bagi peneliti a. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan peneliti di bidang penelitian kesehatan khususnya dalam pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa SD

8 E. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori Menurut Green & Kreuter (2005) pendekatan untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program promosi kesehatan adalah model Procede-Proceed. Ada 8 fase pada model ini yaitu penilaian sosial, penilaian epidemiologi, penilaian pendidikan & ekologis, administrasi & penilaian kebijakan & keselarasan intervensi, implementasi/pelaksanaan, proses evaluasi, pengaruh evaluasi, dan hasil atau keluaran evaluasi. Dalam fase kedua, masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor: pentingnya dalam artian bagaimana hubungannya dengan masalah kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam penilaian sosial dan bagaimana menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada. Setelah prioritas utama masalah kesehatan stabil, identifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan. Detailnya, adalah apa faktor lingkungan, faktor prilaku, dan indikator genetik yang mengarah kepada permasalahan kesehatan yang spesifik. Masalah kesehatan yang akan diidentifikasi pada fase ini adalah perilaku anak - anak SD dalam merokok Fokus dalam fase 3 berganti menjadi faktor mediasi yang membantu atau menghindarkan sebuah lingkungan positif atau prilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-faktor

9 predisposisi, faktor-faktor enabling dan faktor-faktor penguat (Green & Kreuter, 2005). Faktor predisposisi merupakan faktor yang berhubungan dengan sikap, kepercayaan dan pengetahuan. Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah pada fase ini adalah dengan pendidikan kesehatan dan penilaian ekologi. Pendidikan kesehatan biasanya dengan metode dan media yang mendukung. Salah satu media yang digunakan adalah media booklet. Media ini sering digunakan karena mudah dipelajari dan memuat informasi yang lebih banyak sehingga dapat menimbulkan minat sasaran pendidikan. Gambar 2. Kerangka Teori Sumber: Green & Kreuter, 2005, p.10.

10 2. Kerangka Konsep Subyek penelitian Kontrol Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Panjang Selatan sebelum Pre - test pendidikan Pengetahuan dan sikap SDN 01 Srengsem sebelum pendidikan Pendidikan kesehatan dengan media booklet Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Panjang Selatan setelah pendidikan dan 3 hari setelah pendidikan booklet Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Srengsem setelah pendidikan dan 3 hari setelah pendidikan media booklet di SDN 1 Panjang Selatan Gambar 3. Kerangka Konsep F. Hipotesis a. Media booklet efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa Sekolah Dasar di SDN 1 Panjang Selatan Bandar Lampung. b. Media booklet efektif untuk meningkatkan sikap siswa Sekolah Dasar di SDN 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung