TATANAN SPASIAL PADA BANGUNAN RUMAH SEMBAU SUKU BULUNGAN DI TANJUNG PALAS, KALIMANTAN UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli

KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DI DESA BAHU PALAWA

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

PERUBAHAN RUANG PADA BANGUNAN RUMAH PANJAE SUKU DAYAK IBAN KALIMANTAN BARAT

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERUBAHAN NILAI RUANG DAPUR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

KONSEP RUANG UME KBUBU DESA KAENBAUN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Konsep Design Mikro (Bangsal)

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. tersebut memiliki kaitan erat dengan cara pandang orang Sabu tentang sesama

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA

Meningkat Rumah dengan Praktis dan Tepat Guna Saturday, 06 October :01

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang

Terbentuknya Ruang Komunal dalam Aktivitas Accidental di Dukuh Krajan, Kromengan,Kabupaten Malang

GENDER DALAM TERITORI

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

RUANG KOMUNAL PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR UMA, LAMIN, & RUMAH GADANG

14 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

PENERAPAN KONSEP HIJAB PADA RUMAH TINGGAL PERKOTAAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN DATA

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal

RUANG TRANSISI PADA RUMAH TINGGAL SUKU TENGGER DESA NGADAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

IDENTIFIKASI PENGARUH GENANGAN ROB TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MAS SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

Wahyudin Ciptadi Jurusan Teknik Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

BAB V PENUTUP. maupun kewajiban mereka didalam Pasar Beringharjo. Sikap ini meliputi sikap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

Disampaikan oleh: MENTERI KESEHATAN RI pada SEMINAR dan LAUNCHING INDONESIAN WOMEN for WATER, SANITATION and HYGIENE Jakarta, 18 Februari 2015

MAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

IDENTIFIKASI PENGARUH KOSMOLOGI PADA KEDATON KESULTANAN TERNATE

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. komunitas. Konsep tersebut terbentuk dari berbagai temuan tema-tema empiris

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN UTAMA KOMPLEKS ASRAMA KOREM 081/DSJ MADIUN (EKS MIDDELBARE BOSCHBOUWSCHOOL TE MADIOEN)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

JURNAL edimensi ARISTEKTUR, No. 1 (2012) Surabaya

b e r n u a n s a h i jau

PUNYAKU, PUNYAMU, DAN PUNYA KITA (STIMULUS PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA ARAB SECARA MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG)

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty of Engineering, University of Indonesia, Jalan, 16424, Depok, Indonesia

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

- BAB III - TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN HASIL KUISIONER SURVEI

Transkripsi:

TATANAN SPASIAL PADA BANGUNAN RUMAH SEMBAU SUKU BULUNGAN DI TANJUNG PALAS, KALIMANTAN UTARA Sholehah 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 3 Abstraksi Rumah Sembau (Rumah Tinggi) merupakan salah satu artefak yang masih berdiri semenjak jaman Kesultanan Bulungan di Tanjung Palas, Kalimantan Utara. Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian tentang tradisi dan budaya pada arsitektur Rumah Sembau. Menggunakan metodologi penelitian kualitatif, diperoleh hasil bahwa pada tatanan spasial Rumah Sembau banyak dipengaruhi oleh kebutuhan dasar, kepercayaan dan nilai, privasi, keluarga, posisi perempuan, hubungan sosial, dan siklus daur hidup manusia (pernikahan, kelahiran, dan kematian). Kata Kunci : Tatanan Spasial, Arsitektur Rumah Sembau PENDAHULUAN Rumah Sembau (rumah tinggi) merupakan salah satu bangunan yang tersisa pada komplek kesultanan Bulungan. Bangunan ini dulunya berfungsi sebagai rumah persinggahan para petinggi Belanda dan tamu kehormatan, yang kemudian berubah fungsi menjadi rumah tinggal keluarga Kesultanan Bulungan hingga saat ini. Sebagai bangunan yang berada pada komplek Kesultanan, keberadaannya tentu tidak terlepas dari konsep hidup suku Bulungan yang mendasari keseharian kehidupan penghuninya. Kegiatan yang dilakukan berdampak pada ketersediaan ruang pada bangunan agar dapat mendukung kegiatan penghuninya. Berbicara tentang tatanan spasial, tidak terlepas tentang keruanganan (Kemalasari 2013:2). Bentuk dan ruang pada bangunan menjadi hal menarik, karena memiliki nilai sosial budaya sesuai dengan kesetempatannya (Purwati et al 2013:12), serta pemaknaan penghuni akan hubungan mereka dengan sesama manusia, lingkungan dan Tuhannya dengan harapan agar menjadi hunian yang memberikan rasa nyaman dan tentram (Pradipto 2013:41). Sehingga kehadiran ruang tidak semata berdasarkan kebutuhan penghuni akan keruangan untuk mendukung aktifitas saja, namun merupakan hasil endapan memori yang sarat akan nilai kehidupan, sebagai perpaduan antara hubungan fungsional dan filosofi (Colomina 2000; Fox 2003 dalam Indrawati et al, 2013). Sejarah terbentuknya suku Bulungan merupakan perpaduan dari suku Dayak Kayan dan Brunai. Namun dilihat dari keseharian kehidupan masyarakatnya, budaya Melayu sangat kental dirasakan. Pengaruh sosial budaya masyarakat pada hunian, khususnya ruang tentu berlaku pada bangunan Rumah Sembau. Sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana tatanan spasial pada bangunan Rumah Sembau, dengan maksud untuk mengetahui gagasan terbentuknya ruang yang ada,sehingga dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan untuk mempelajari dan 1 Mahasiswa Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Universitas Brawijaya dan Tenaga Pengajar Tetap Jurusan Arsitektur Universitas Kalimantan Utara 2 Guru Besar dan Dosen Pascasarjana Arsitektur Universitas Brawijaya 3 Dosen Pascasarjana Arsitektur Universitas Brawijaya 8 ISSN 1907-8536

Volume 9 / No.1, Juli 2014 Jurnal Perspektif Arsitektur menambah wawasan tentang nilai-nilai kearifan lokal dari bangunan rumah dilihat dari tatanan spasialnya. Bagian dari tatanan spasial pada bangunan rumah yang dapat diamati diantaranya adalah konsep ruang, fungsi dan pembagian ruang, bentuk dan konfigurasi ruang, serta teritori ruang (Asteria 2008 ; Abdul 2010; Wibowo, 2012; Rahmadhani, 2013; Kartono 2005; Sardjono 2009, dan Dima, 2013) METODOLOGI dan DATA Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang ada pada objek penelitian secara menyeluruh dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada konteks khusus dan alamiah (Moleong 2006: 6). Data didapat dengan melakukan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk memperoleh data secara menyeluruh tentang ruang-ruang padabangunan Rumah Sembau. Wawancara dilakukan pada penghuni rumah, budayawan, tetua, masyarakat sekitar, dan orang yang pernah berhuni, untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran, perasaan, dan pengalaman responden terhadap tatanan spasial pada bangunan rumah sembau. Setelah data lapangan terkumpul dan disusun secara sistematis, dianalisis secara deskriptif analitik, yaitu memaparkan data yang terkait dengan tatanan spasial Rumah Sembau kemudian menganalisis berdasarkan bagia-bagian ruang yang ada sehingga dihasilkan suatu kesimpulan menganai ide dan gagasan yang terkandung pada pembentukannya. HASIL dan PEMBAHASAN Bentuk dasar dari denah rumah Sembau adalah persegi yang terdiri dari beberapa ruang dengan fungsi seperti rumah tinggal pada umumnya. Luar Raya (ruang tamu), Kamor Tengidi (kamar tidur), Salon (ruang keluarga, tempat melakukan aktifitas bersama), dan Kaki Lima (teras) merupakan ruang utama yang menjadi bangunan induk dari Rumah Sembau. Ruang dengan fungsi servis terletak di belakang bangunan utama yang dihubungkan dengan Los (selasar atau sirkulasi). Ruang servis terdiri dari Gudeng (gudang atau ruang penyimpanan), Segol Bekincek (dapur), Segol Mendus (kamar mandi), dan Segol Minjau Ngencebu (WC). Gambar 7. Denah Bangunan Rumah Sembau Berdasarkan gambar denah Rumah Sembau di atas, fungsi-fungsi ruangnya adalah sebagai berikut: 1. Kaki Lima (Teras) ISSN 1907-8536 9

2. Luar Raya (Ruang tamu) 3. Kamor Tengidi (Kamar tidur) 4. Salon (Ruang keluarga) 5. Gudeng(Gudang) 6. Segol Bekincek(Dapur) 7. Segol Mendus(Kamar Mandi) 8. Segol Minjau Ngencebu(WC) 9. Los(Selasar atau area sirkulasi) A. Konsep ruang Berdasarkan hasil wawancara, Ruang pada bangunan Rumah Sembau dibagi atas rumah dan dapur. Yang dimaksud dengan rumah disini adalah bangunan induk yang terdiri atas ruangruang utama. Sedangkan dapur adalah area service yang berfungsi untuk mendukung kegiatan penghuni. Bagi masyarakat suku Bulungan rumah tidak semata sebagai hunian tempat beraktifitas, akan tetapi sebagi tempat untuk bersosialisasi dan pengaktualisasian diri. Namun konsep ruang pada bangunan Rumah Sembau terbentuk lebih berdasarkan pada kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar ini dihubungkan dengan kebutuhan penghuni akan ruang untuk beraktifitas Konsep ruang berdasarkan kebutuhan dasar penghuni dapat dilihat dari ketersediaan ruang yang ada pada bangunan Rumah Sembau. Ruang pada bangunan utama terdiri atas ruangruang yang berfungsi untuk memenuhi aktifitas harian penghuni sebagai manusia yang memiliki siklus biologis (bekerja, istirahat, bersosialisasi, dan service. Gambar 8. Ruang-ruang pada Bangunan Rumah Sembau Gambar 9. Konsep Ruang Berdasarkan Siklus Biologis Manusia Sebaga Penghuni 10 ISSN 1907-8536

Volume 9 / No.1, Juli 2014 Jurnal Perspektif Arsitektur B. Fungsi dan pembagian ruang Ketersediaan ruang pada bangunan Rumah Sembau berfungsi sesuai dengan konsep pembentukan ruang. Kamor Tengidi berfungsi sebagai tempat beristirahat, Salon (ruang keluarga) berfungsi sebagai tempatberkumpul, melakukan aktifitas bersama keluarga inti dan kerabat dekat. Demikian pula halnya dengan ruang-ruang lain. Di area dapur terdapat dua gudang penyimpanan. Gudang pertama yang letaknya berada di hulu berfungsi sebagai tenmpat penyimpanan barang-barang keperluan penghuni rumah yang sifat penggunaannya kondisional. Gudang yang terletak di hilir, berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan. Berdasarkan hasil wawancara, jumlah gudang yang lebih dari satu ini lazim dijumpai pada bangunan-bangunan pada komplek kesultanan Bulungan. Ada pemisahan ruang dengan fungsi kamar mandi dan toilet (WC). Pembagian ruang pada Rumah Sembau ini bersifat cluster berdasarkan kesamaan fungsi dan visualnya. Ruang dikelompokkan menjadi tiga bagian. penzoningan ruang ini terdiri atas area publik, privat, dan service. Pembagian ruang berdasarkan tiga zona ini berdasarkan kebutuhan dasar akan privasi penghuni rumah. Gambar 10. Pembagian Ruang Berdasarkan Kebutuhan Dasar Pembagian ruang pada bangunan Rumah Sembau juga dipengaruhi oleh sistem kekerabatan (keluarga) dan hubungan sosial. Keluarga dekat dapat diterima pada area privat hingga area servis. Kegiatan yang melibatkan keluarga dekat biasanya dilakukan di ruang Salon dan Kaki Lima belakang. Bagi keluarga dekat kedua ruang ini biasa dipergunakan sebagai tempat berkumpul dan melakukan aktifitas bersama, seperti memasak, mengaji (bagi anak-anak), dan kegiatan lainnya. Keluarga dekat dapat mengakses ruang-ruang yang terletak pada bagian belakang bangunan melalui tangga depan dan Los Alus. Filosofi hidup yang sangat menjunjung tinggi kekerabatan dan kekeluargaan pada masyarakat Bulungan menjadikan ruang yang bersifat privat dapat diakses oleh keluarga dekat tanpa ada batasan atau pengecualian. Akan tetapi Kamor Tengidi tetap merupakan area privat yang hanya dapat dipergunakan oleh penghuni rumah. ISSN 1907-8536 11

Gambar 11. Pembagian Ruang Dan Pencapaian Berdasarkan Sistem Kekerabatan Hubungan sosial berpengaruh pada pembagian ruang di Rumah Sembau. Ajaran islam yang menjadi petunjuk, pegangan hidup dan pedoman berperilaku bagi masyarakat Bulungan, menjadikan hubungan sosial merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan. Hubungan dengan tetangga atau masyarakat tanpa hubungan kekeluargaan sangat diperhatikan. Kegiatan mengaji bersama yang dilakukan dapat melibatkan tetangga atau masyarakat lain yang dekat dengan pemilik rumah. Demikian pula kegiatan lain. Salon, Kaki Lima belakang, los menjadi ruang yang biasa dipergunakan. Namun untuk mengakses ruangruang tersebut, bisanya mempergunakan tangga yang berada di belakang bagian hulu rumah. Gambar 12. Pembagian Ruang Dan Pencapaian Berdasarkan Hubungan Sosial C. Bentuk dan konfigurasi ruang Keseluruhan bentuk ruang pada bangunan Rumah Sembau adalah persegi. Ditemui ruang yang berukuran paling besar dari ruang lain yaitu ruang tamu (Luar Raya). Hal ini disebabkan sistem kekerabatan dan hubungan sosial menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat suku Bulungan. Ruang tamu berukuran besar dan terbuka memungkinkan untuk menampung banyak orang ketika berkumpul tanpa menimbulkan kecurigaan. Kegemaran berkumpul dan membicarakan berbagai permasalahan secara 12 ISSN 1907-8536

Volume 9 / No.1, Juli 2014 Jurnal Perspektif Arsitektur bersama dan kekeluargaan menjadi salah satu ciri khasnya. Sehingga, dapat dikatakan filosofi hidup yang sangat sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan dan keterbukaan dapat terlihat dari bentuk ruang yang ada. Gambar 13. Ruang tamu (Luar Raya) Konfigurasi ruang yang linier pada bangunan Rumah Sembau dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai masyarakat suku Bulungan serta, pengaruh dan kedudukan masing-masing anggota keluarga. Gambar 14. Konfigurasi Linier Pada Bangunan Rumah Sembau Konfigurasi linier ini sangat konsisten dijumpai pada bangunan ini.pengaturan linier ke belakang sesuai dengan kepercayaan dan nilai masyarakat, bahwa bangunan induk harus berada pada bagian depan dan diikuti oleh bangunan pendukung di belakangnya, serta diletakkan terpisah (tidak satu atap) dengan bangunan induk. Bangunan induk dipandang sebagai pelindung dari bangunan yang ada di belakangnya dan merupakan bagian yang ISSN 1907-8536 13

pertama kali terlihat. Ruang disusun linier kebelakang sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan hasil wawancara, pada awalnya pembagian penempatan kamar pada bangunan Rumah Sembau diatur dengan jelas. Posisi depan belakang serta hulu hilir rumah terhadap sungai sangat diperhatikan. Gambar 15. Posisi Rumah Terhadap Sungai Orang tua diposisikan pada bagian terdepan dan hulu rumah karena dipandang sebagai pemimpin yang dihormati, diayomi serta pelindung bagi seluruh anggota keluarganya. Kamar tidur anak perempuan berada tepat di belakang kamar tidur utama, karena perempuan dipandang sebagai makhluk yang harus dilindungi serta dimuliakan. Biasanya anak perempuan menempati satu kamar tidur bersama. Mereka akan berpisah dari saudara perempuannya jika menikah. Tempat berkumpul seluruh anggota keluarga (Salon) berada di bagian hulu rumah, karena filosofi hidup mereka yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan. Kegiatan yang dilakukan bersama merupakan kegiatan yang penting, sehingga posisi ruang diletakkan pada bagian yang disakralkan. Anak laki-laki tertua menempati kamar terdepan di bagian hilir rumah. Demikian seterusnya. Jika ada anak yang menikah, maka kamar terdepan pada hilir rumah akan ditempati oleh anak tersebut. Penempatan posisi kamar orang tua berada di depan dan hulu sungai disebabkan kepercayaan masyarakat suku Bulungan bahwa, orang tua adalah sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai pelindung. Sehingga diposisikan tepat pada bagian depan area privat. Gambar 16. Posisi Kamar Tidur Utama 14 ISSN 1907-8536

Volume 9 / No.1, Juli 2014 Jurnal Perspektif Arsitektur Pengaruh budaya Dayak pada masyarakat suku Bulungan terlihat pada pemaknaan mereka terhadap sungai. Bagi masyarakat suku Dayak bagian hulu sungai yang dipandang lebih sakral dibandingkan hilir. Demikian pula halnya bagi masyarakat suku Bulungan. Konfigurasi ruang pada bangunan induk dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Konfigurasi Ruang Pada Bangunan Induk Konfigurasi ruang pada area servis yang berada di bekang bangunan induk disusun berdasarkan arah ulu dan hilir sungai. Ruang penyimpanan (Gudeng) tempat meletakkan barang-barang yang dipakai untukkegiatan tertentu diletakkan pada bagian hulu rumah, diikuti dengan Gudeng penyimpanan bahan makanan, dapur (Segol Bekincek), kamar mandi (Segol Mendus) dan pada bagian hilir rumah adalah WC (Segol Minjau Ngencebu). Sangat jelas terlihat bahwa kepercayaan akan kesakralan arah hulu sungai hingga profan arah hilir menjadi hal yang diperhatikan dalam konfigurasi linier area service pada banguna Rumah Sembau. Gambar 18. Konfigurasi Ruang Pada Bangunan Servis D. Teritori ruang Teritori ruang pada bangunan Rumah Sembau yang sangat terlihat adalah pada area publik (Luar Raya) dan area privat (ruang-ruang lain yang ada pada bangunan induk). Filosofi hidup masyarakat Bulungan yang sangat terbuka namun menjaga dengan baik privasi masingmasing individu terlihat dengan jelas pada bentuk dan konfigurasi ruangnya. Filosofi hidup ISSN 1907-8536 15

keterbukaan dipertegas dengan meletakkan ruang tamu tepat pada bagian depan bangunan dan terbuka (tanpa dinding). Namun sejalan dengan hal tersebut, sifat menjaga keprivasian ditunjukkan dengan memberi batas yang jelas dan rigit antara ruang tamu (sebagai ruang publik) dengan ruang privat, yaitu dengan memberikan pintu masif. Pintu ini terhubung langsung dengan area sirkulasi (Los Alus). Gambar 19. Pintu Utama Sebagai Pembatas Antar Ruang Publik dan Privat Area privat yang terdiri dari ruang tidur (Kamor Tengidi), ruang berkumpul (Salon) dan teras belakang (Kaki Lima) memiliki teritori yang sangat jelas dikarenakan filosofi masyarakat suku Bulungan yang sangat menjaga keprivasian dari individu. Ruang tidur (Kamor Tengidi) menjadi ruang yang sangat privat bagi pemiliknya. Ada larangan yang keras untuk memasukinya terkecuali telah mendapat persetujuan dari pemilik. Untuk mempertegas keprivasian bagi masing-masing kamar, selain adanya dinding masif dan pintu, kebiasaan menggunakan kain penutup pada pintu sebagai penambah batas menjadi penanda bahwa area ini sangat privat. Salon yang berfungsi sebagai ruang bersama dapat dipergunakan oleh seluruh anggota keluarga tanpa adanya batasan atau perbedaan, baik itu dalam susunan kekeluargaan mapupun gender. Gambar 20. Pintu Kamar 16 ISSN 1907-8536

Volume 9 / No.1, Juli 2014 Jurnal Perspektif Arsitektur Namun terjadi perubahan teritori ruang apabila di Rumah Sembau terjadi peristiwa pernikahan, kematian, dan kelahiran. Pembagian ruang menjadi sangat terasa. Teritori yang terjadi dapat dilihat pada dalam bangunan serta sekuen ruang. baik itu ruang dalam maupun ruang luar. Pernikahan dan kelahiran yang merupakan peristiwa membahagiakan menghadirkan teritori khusus yang sangat dipengaruhi oleh posisi perempuan. Salon yang merupakan salah satu ruang privat, pada dua peristiwa ini menjadi ruang yang dipergunakan bagi tamu dan kerabat perempuan. Jika Salon tidak mencukupi maka perempuan berhak menempati area sirkulasi (Los Alus) yang berada di area privat dan servis. Gambar 21. Teritori Ruang Pada Saat Peristiwa Pernikahan dan Kelahiran Pada saat peristiwa kematian perubahan teritori ruang dipengaruhi oleh jenis kelamin dari yang meninggal. Jika perempuan maka perempuan dapat masuk ke dalam salah satu kamar tidur tempat jenazah akan dimandikan dan dikafani. Pada saat peristiwa memandikan dan mengafani, perempuan yang boleh masuk ke kamar tidur ditentukan oleh kedudukan sosial dan kekeluargaan. Tidak semua perempuan boleh masuk ke dalam salah kamar yang telah dipilih. Namun Salon, Los Alus, hingga Kaki Lima tetap merupakan teritori ruang bagi perempuan. Gambar 22. Teritori Ruang Perempuan Pada Saat Peristiwa Kematian Berdasarkan Kedudukan Sosial dan Kekerabatan ISSN 1907-8536 17

Jika jenazah adalah laki-laki, maka teritori ruang bagi laki-laki akan mengalami perubahan, namun laki-laki yang memiliki teritori istimewa ini adalah laki-laki dengan kedudukan sosial tertentu (imam, tokoh masyarakat, atau orang yang dituakan) dan memiliki hubungan kekerabatan. Perempuan mengalami perubahan teritori, batas terluar hanya pada Salon. Gambar 23. Teritori Ruang Laki-Laki Pada Saat Peristiwa Kematian Berdasarkan Struktur Sosial dan Kekerabatan Sirkulasi pada keseharian kehidupan maupun pada peristiwa khusus bagi pemilik rumah dan keluarga dekat baik laki-laki maupun perempuan tidak mengalami perbedaan. Mereka dapat naik ke Rumah Sembau melalui tangga utama dan masuk melalui Los Alus diantara kamar tidur. Gambar 24. Sekuen Berdasarkan Struktur Sosial Dan Kekerabatan Pada peristiwa khusus tamu perempuan, masuk melalui tangga belakang yang berada di hilir rumah. Tamu laki-laki masuk melalui tangga utama hingga batas Luar Raya. 18 ISSN 1907-8536

Volume 9 / No.1, Juli 2014 Jurnal Perspektif Arsitektur Gambar 25. Sekuen Tamu Pada Saat Peristiwa Khusus Tamu yang berkunjung ke Rumah Sembau diluar peristiwa khusus, hanya sampai pada area publik rumah, baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan teritori ruang pada bangunan Rumah Sembau tidak diikuti dengan perubahan bentuk dan pembatas ruang secara fisik, namun pembatasan ini dapat dilihat dari pengguanaan ruang yang dilakukan secara sadar oleh para pelaku yang dipengaruhi oleh posisi perempuan, kekeluargaan, dan kedudukan sosial. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tatanan spasial pada bangunan Rumah Sembau banyak dipengaruhi oleh kebutuhan dasar, kepercayaan dan nilai, privasi, keluarga, posisi perempuan, hubungan sosial, dan siklus daur hidup manusia (pernikahan, kelahiran, dan kematian). Konsep ruang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dasar penghuni terhadap ruang untuk beraktifitas dipadu dengan kebutuhan akan privasi. Sehingga menghadirkan ruang yang lazim dijumpai pada umumnya rumah tingga. Kepercayaan dan nilai menjadi ide utama dalam penetuan fungsi dan pembagian ruang, serta bentuk dan konfigurasi ruang. Kepercayaan akan sakral dan profan dari hulu dan hilir sungai, depan dan belakang rumah menjadikan bentuk linier konsisten dijumpai pada bangunan ini, baik itu pada bangunan induk maupun pada bangunan servis. Teritori ruang mengalami perubahan yang sangat signifikan ketika terjadi peristiwa daur hidup manusia. Sistem kekeluargaan, posisi perempuan, dan struktur sosial terlihat sangat jelas. Filosofi hidup masyarakat Bulungan yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan gotong royong namun tetap menjaga privasi masing-masing individu terlihat dengan jelas pada tatanan spasialnya. ISSN 1907-8536 19

DAFTAR PUSTAKA Abdul, N.N. 2010. Karakteristik Rumah Budhel Sebagai Arsitektur Vernakuler Gorontalo. INOVASI. 7 (1): 176-188. Asteria. 2008. Perkembangan Penataan Interior Rumah Betang Suku Dayak Ditinjau dari Sudut Budaya. Jurnal Dimensi Interior. 6 (2): 134-148. Dima, T.K. Antariksa, Nugroho, A.M. 2013. Konsep Ruang Ume Kbubu Desa Kaenbaun Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Ruas. 11 (1): 28-36. Indrawati, K,P., Kurnia, A,S. 2013. Rumah Fala sebagai Simbol Keterkaitan Nilai Fungsional dan Filosofis Masyarakat Abui dalam Ruang Tunggal. Dalam Rahim, R., Wonoraharjo, S., Karyono, T,H., Satwiko, P., Pradipto, E,. Antariksa, Triwinarto, J., Wulandari, L,D., Nugroho, A,M. (Peninjau). Prosiding Seminar Nasional Semesta Arsitektur Nusantara II Arsitektur Nusantara Berkelanjutan: 65-71. Malang : Universitas Brawijaya. Kartono, J.L. 2005. Konsep Ruang Tradisional Jawa Dalam Konteks Budaya. Jurnal Dimensi Interior. 3 (2): 124-136. Kemalasari, S.R. 2013. Karakteristik Rumah Adat Tambi Suku Lore Sulawesi Tengah. http://arsitektur.ub.ac.id/?p=1069. diakses 5 Mei 2014. Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Pradipto, E.A. Kearifan Lokal Sebagai Faktor Baru untuk Dalam solusi Bangunan 'Cerdas'. Dalam Rahim, R., Wonoraharjo, S., Karyono, T,H., Satwiko, P., Pradipto, E,. Antariksa, Triwinarto, J., Wulandari, L,D., Nugroho, A,M. (Peninjau). Prosiding Seminar Nasional Purwati, M.A.W, Nudu, J.H. 2013. Identifikasi Pola Peruangan Rumah Adat di Loura Sumba Barat Daya, NTT. Laporan penelitian. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Sardjono, A.B, Budihardjo, E, Pangarsa, G.W, Prianto, E. 2011. Arsitektur Dalam Perubahan Kebudayaan. http://arsip-s3arskotundip.blogspot.com/2011/05/arsitektur-dalam-perubahankebudayaan-2.html, diakses 8 Februari 2014. Sholehah. 2014. Tradisi dan Budaya Pada Arsitektur Rumah Sembau. Tesis. Malang: Universitas Brawijaya. Wibowo, A.B. 2010. Arsitektur Tradisional Tamiang. Makalah dalam Seminar Hasil Penelitian oleh Dit. Tradisi. BPSNT. Banda Aceh. 29 September 2012. 20 ISSN 1907-8536