Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

dokumen-dokumen yang mirip
1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

Miftakhul Huda, S.H., M.H

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING)

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

oleh : Umar Kasim (Kemenakertrans, STHM, FH-UPN Jakarta)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. maka manusia harus bekerja. Manusia sebagai mahluk sosial (zoon politicon)

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

H U B U N G A N K E R J A

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

KOMPETENSI dan INDIKATOR

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KONTRAK DAN OUTSOURCING HARUS MAKIN DIWASPADAI

TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM KERJA UUTSOURCING DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI

PENERAPAN OUTSOURCING

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK

NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA. jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sangat

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang. berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 47/PJ/2012 TENTANG

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang semakin cepat

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPMEN NO. 234 TH 2003

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

BAB I KETENTUAN U M U M

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ekonomi global dan perkembangan teknologi yang demikian cepat

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya atau disebut juga faktor-faktor produksi meliputi sumber

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PSIKOLOGI CALON TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2007 PERATURAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelanjutan paket Undang-undang Ketenagakerjaan disahkan juga UU no 2

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPMEN NO. 92 TH 2004

SANKSI ADMINISTRATIF BAGI PENGUSAHA TERKAIT PENGUPAHAN

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB II KAJIAN TEORI. manajemen, outsourcing diberikan pengertian sebagai pendelegasian operasi dan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PERJANJIAN KERJA PEMBORONGAN. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Ta

Volume 2, Nomor 1, Pebruari 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan. Hasil dari melakukan pengawasan, akan dapat membantu

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. listrik kepada pelanggan. Pada PT PLN terdapat tenaga kerja outsourcing yang ikut

Transkripsi:

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

Outsourcing Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan

Manfaat Outsoursing Melalui lembaga hukum Outsourcing, sebuah perusahaan dapat lebih fokus pada bisnis intinya (corebusiness). Sejalan dengan tuntutan globalisasi ekonomi yang menginginkan efisiensi, kecepatan dan kehandalan produk. Sedangkan pekerjaan pekerjaan penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan bisnis inti, diserahkan pada pihak ketiga.

Meningkatkan fokus perusahaan Memanfaatkan Kemampuan kelas dunia Mempercepat Keuntungan yang di peroleh dari reenginering Potensi Keuntungan (1) Membagi resiko Sumber daya sendiri dapat di pergunakan untuk kebutuhan kebutuhan lain.

Memungkinkan tersedianya dana kapital Menciptakan dan segar Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi Potensi Keuntungan (2) Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri dan, Memcahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelolah

Pj. Pemborongan Pekerjaan Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan yang memuat hak dan kewajiban para pihak untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.

Pj. Penyedia Jasa P/B Perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh antara perusahaan pemberi pekerjaan/pengguna dengan perusahaan penyedia jasa P/B yang mengatur hak dan kewajiban para pihak untuk melaksanakan jasa tertentu.

LATAR BELAKANG Aspek Yuridis Aspek Filosofis Aspek Sosiologis

Permasalahan OS Aspek Perusahaan Pemeri pekerjaan Aspek Perusahaan Outsoucing Aspek Pekerja Outsourcing

Perusahaan Pemberi Kerja a. Perusahaan tidak membuat alur proses produksi; b. Pekerjaan yang diserahkan tidak memenuhi syarat; c. Perusahaan pemberi kerja tidak dapat membedakan pengertian perintah dalam hubungan kerja.

Aspek Pekerja Outsourcing a. Hubungan kerja dilakukan berdasarkan jangka waktu, sesuai jangka waktu pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa, dengan perusahaan pemberi kerja. b. Adanya perbedaan penafsiran mengenai penetapan sifat jenis pekerjaan; c. Pekerja outsourcing merasa sebagai pekerja dari perusahaan pemberi kerja; d. Pekerja mengajukan tuntutan kepada perusahaan pemberi pekerjaan; e. Pengalihan pekerjaan dari perusahaan pemberi kerja kepada perusahaan outsourcing tidak tuntas.

Aspek Perusahaan Outsourcing a. Perusahaan tidak berbadan hukum; b. Perusahaan tidak memiliki izin operasional; c. Perusahaan outsourcing berlindung pada perusahaan pemberi kerja.

Bentuk Penyerahan Pekerjaan Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dapat dilakukan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh.

PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DAPAT DILAKUKAN MELALUI PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN

Pemborongan Pekerjaan. Pekerjaan yg dapat diborongkan; Asosiasi sektor usaha Alur Kegiatan (memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang) dan pendaftarannya Kewajiban dan Larangan Perusahaan Pemberi Pekerjaan; Syarat Perusahaan Pemborong Pekerjaan; Perjanjian Pemborongan Pekerjaan; Perlindungan dan Akibat Hukum Pemborongan Pekerjaan.

Syarat pemborongan 1. Dilakukan Secara Terpisah Dari Kegiatan Utama Baik Manajemen Maupun Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan; 2. Dilakukan Dengan Perintah Langsung Atau Tidak Langsung Dari Pemberi Pekerjaan, 3. Merupakan Kegiatan Penunjang Perusahaan Secara Keseluruhan, Dan 4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung,

Perjanjian pemborongan pekerjaan Perjanjian pemborongan pekerjaan sekurang kurangnya harus memuat: 1. Hak dan kewajiban masing-masing pihak; 2.Menjamin terpenuhinya perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh sesuai peraturan perundang-undangan; dan 3.Memiliki tenaga kerja yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

Pendaftaran PPP (1) Harus didaftarkan oleh perusahaan penerima pemborongan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan. Pendaftaran dilakukan setelah perjanjian tersebut ditandatangani oleh perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan, paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Pendaftaran PPP (2) Dalam hal perjanjian pemborongan pekerjaan telah memenuhi ketentuan, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak berkas permohonan pendaftaran perjanjian diterima.

Syarat Perusahaan penerima pemborongan. 1. Berbentuk badan hukum; 2. Memiliki tanda daftar perusahaan; 3. Memiliki izin usaha; dan 4. Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan.

PK pada PPP dibuat secara tertulis wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh; HK dapat didasarkan atas PKWTT atau PKWT.

Alur Pekerjaan. Asosiasi sektor usaha harus membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai sektor usaha masing-masing. Alur tersebut harus menggambarkan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir serta memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang Alur tersebut dipergunakan sebagai dasar bagi perusahaan pemberi pekerjaan dalam penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan pekerjaan.

Pelaporan Alur Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan harus dilaporkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan. Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota mengeluarkan bukti pelaporan paling lambat 1 (satu) minggu.

Akibat Hukum (1) Perusahaan pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan apabila belum memiliki bukti pelaporan. Apabila menyerahkan sebelum memiliki bukti pelaporan maka hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih kepada perusahaan pemberi pekerjaan. (Pasal 7 Permenaker 19 Thn 2012)

Akibat Hukum (2) Apabila persyaratan penyerahan (pemborongan) tidak terpenuhi, maka demi hukum HK P/B dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi HK P/B dengan perusahaan pemberi pekerjaan. Dalam hal perusahaan tidak berbadan hukum, maka demi hukum HK P/B dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi HK P/B dengan perusahaan pemberi pekerjaan. (Pasal 65 (8) UUK).

PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DAPAT DILAKUKAN MELALUI PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA PEKERJA/BURUH.

Syarat Pekerjaan. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penyedia jasa P/B harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

Persyaratan PPJP/B Dibuat secara tertulis. Harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Kegiatan meliputi: 1. usaha pelayanan kebersihan (cleaning service); 2. usaha penyediaan makanan bagi P/B (catering); 3. usaha tenaga pengaman (security); 4. usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan 5. usaha penyediaan angkutan bagi P/B.

TERIMA KASIH