PENGATURAN SUMBER DAYA ALAM DI INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam*

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 85/PUU-XI/2013, TGL 18 FEBRUARI 2015.

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

BAB V. PENUTUP. (dua) permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu:

TATA GUNA TANAH TATA GUNA AGRARIA. WIDIYANTO, SP, MSi

PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Konstitusionalisme SDA Migas. Zainal Arifin Mochtar Pengajar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN


PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB 5 PENUTUP. Pembaruan hukum..., Richo Wahyudi, FH UI, Universitas Indonesia

Notulensi FGD. Aliansi Nasional. Reformasi KUHP

CATATAN KRITIS TERHADAP RUU PERTANAHAN

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA PENYUSUNAN RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

KAJIAN HARMONISASI RUU PENYIARAN BADAN LEGISLASI DPR RI 2017

Pengaturan Tata Kelola Gas Bumi dalam UU Migas dan Kesesuaiannya dengan Konstitusi

PEMBAHARUAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun evaluasi.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konteks Indonesia, salah satu isu yang menarik untuk dibicarakan

PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

STATUS LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN YANG BERALIH FUNGSI MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN. Noor Azizah*

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYIARAN

DASAR HUKUM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

BEBERAPA CATATAN TENTANG NASKAH AKADEMIK RUU HAK ATAS TANAH DAN RUU PENGADILAN AGRARIA

Pengujian Peraturan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14 Nomor 1, Juni 2016

LAPORAN. Penelitian Individu

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

PROVINSI JAWA TENGAH

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

BAB II PENATAAN RUANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN A. Definisi Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kaitannya dengan pengertian penguasaan yaitu : Penguasaan adalah

EKSISTENSI DAN PROSPEK UUPA SEBAGAI PERATURAN DASAR AGRARIA NASIONAL

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan

Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pengukuran Desa Lengkap.

Abstrak tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU PWP -PPK)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia bermasyarakat pada zaman ini, sangat

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Wilayah negara Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Setiap

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

CATATAN KRITIS REVISI UNDANG-UNDANG MD3 Oleh : Aji Bagus Pramukti * Naskah diterima: 7 Maret 2018; disetujui: 9 Maret 2018

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA: Upaya Untuk Menata Kembali Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia Oleh: Zaqiu Rahman *

PENJABARAN ASAS-ASAS PEMBAHARUAN AGRARIA BERDASARKAN TAP MPR NO IX/MPR/2001 DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERTANAHAN *

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

FUNGSI INTEGRASI PERENCANAAN

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERKELAPASAWITAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


I. PEMOHON DAN TERMOHON I.1 PEMOHON Presiden Republik Indonesia, selaku Kepala Pemerintahan Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERAN BPN DALAM KONSOLIDASI TANAH DI KABUPATEN KLATEN

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

Transkripsi:

PENGATURAN SUMBER DAYA ALAM DI INDONESIA, Antara yang Tersurat dan Tersirat Kajian Kritis Undang-undang Terkait Penataan Ruang Dan Sumber Daya Alam IPB International Convention center (IICC) 12 September 2011

Signifikansi Kajian Pengaturan tentang Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia itu bermasalah, karena walaupun semua Undang-Undang (UU) terkait SDA/UU sektoral merujuk langsung ke Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 (UUD 1945), tetapi semangat yang melandasi UU sektoral adalah mengejar pertumbuhan dan abai terhadap pemerataan. Implementasinya tidak mendukung ke arah tercapainya amanat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, yakni untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dari segi normatif UU sektoral yang diterbitkan pada tahun 1970an tidak konsisten, bahkan saling bertentangan menyangkut isu/substansi tertentu Dari segi empiris Dampak ketidakkonsistenan UU sektoral adalah: 1. Kelangkaan dan kemunduran kualitas dan kuantitas SDA; 2. Ketimpangan struktur penguasaan/pemilikan, peruntukan, penggunaan, dan pemanfaatan SDA; 3. Timbulnya berbagai konflik dan sengketa dalam penguasaan/pemilikan, dan pemanfaatan SDA. Keprihatinan ini diangkat dalam TAP MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA. Namun, sampai dengan saat ini, amanat TAP MPR RI tersebut belum dilaksanakan.

ISI BUKU

BAB I PENDAHULUAN

Pasal 33 UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) yang merupakan entry point kajian, berbunyi sebagai berikut: Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain. Dalam rangka pengembangan penatagunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan tanah, neraca penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan udara, dan neraca penatagunaan sumber daya alam lain. Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah. Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah jika yang bersangkutan akan melepaskan haknya. Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 6

Perintah untuk menyusun Peraturan Pemerintah (PP) tentang Penatagunaan SDA lain menimbulkan masalah, karena: Tidak mungkin menyusun PP karena obyek pengaturan ( SDA lain ) tidak dijumpai definisinya dalam UUPR; PP tidak bisa menambah, mengurangi, termasuk membuat tafsiran sendiri terhadap subtansi yang diatur dalam UU. Pengertian penatagunaan juga tidak dijumpai interpretasi otentiknya di dalam UUPR

BERKAH TERSEMBUNYI UU terkait SDA yang ada ditengarai tidak sinkron satu sama lain Di mana letak ketidaksinkronan tersebut? 8

Kajian ini mengajukan tujuh tolok ukur untuk menganalisis sinkronisasi antar 12 UU sektoral, yakni: Orientasi Keberpihakan Pengelolaan dan implementasinya Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) eksploitasi atau konservasi pro-rakyat atau pro-kapital sentralistik/desentralistik, sikap terhadap pluralisme hukum; implementasinya: sektoral, koordinasi, orientasi produksi gender, pengakuan Masyarakat Hukum Adat [MHA], penyelesaian sengketa Pengaturan good governance Hubungan orang dan sumber daya alam partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas hak atau ijin Hubungan Negara dan sumber daya alam. 9

Bab II Pengelolaan Sumber Daya Alam - Pengertian Sumber Daya - Sumber Daya Alam - Urgensi Pengelolaan Sumber Daya Alam - Pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia - Sumber Daya Alam dalam Peraturan Perundang-undangan

Bab III Sinkronisasi Horizontal 12 Undang-Undang Terkait Sumber Daya Alam

PERSANDINGAN UU PA DAN UU KEHUTANAN UU PA UU Kehutanan Orientasi: Orientasi: konservasi (Ps 15), nasionalisme (Ps 9 [1], 21 [1]) Keberpihakan: Pro-rakyat (Ps 2 [3], 7, 11, 13), Berfungsi sosial (Ps 6, 8), Anti Monopoli swasta (Ps 13 [2]), pembatasan penguasaan/pemilikan tanah (Ps 7) Eksploitasi dan Konservasi berimbang ( Menimbang dan Pjs Umum) Eksploitasi (Ps 23 39) Konservasi (Ps 40 51) Keberpihakan: pro-rakyat dalam konsiderans ( Menimbang dan Pjs Umum), tetapi pro-kapital dalam substansi (Ps 27 32) 12

PERSANDINGAN UU PA DAN UU KEHUTANAN UU PA Pengelolaan: sentralisitik (Ps 2 [1] dan penjelasan) Mengakomodasi pluralisme hukum (Ps 3 dan 5), Ada medebewind (Ps 2 [4]) Koordinasi dan integrasi (Ps 1, 4, 8) Perlindungan HAM: Kesetaraan gender (Ps 9[2])Pengakuan MHA (Ps 3,5,II,VI KK), Penyelesaian sengketa (tidak diatur) UU Kehutanan Pengelolaan: sentralistik, daerah hanya operasional (Ps 4[1], [2],66, Pjs Umum) Pluralisme hukum tidak diatur, sektoral (Ps 4,6,7,8,dst. Pjs Umum); orientasi produksi spesifik Perlindungan HAM: Kesetaraan gender tidak diatur, Pengakuan MHA hanya memperhatikan hak MHA, Hutan adat dimasukkan sebagai hutan negara. (Ps 4 [3], 5, 17 [2], 37, 67, Pjs Umum), Penyelesaian sengketa (Ps 74 76), 13

PERSANDINGAN UU PA DAN UU KEHUTANAN Pengaturan good governance tidak diatur Hubungan Orang dan SDA: Hak (Ps 4 dan 16, 20 48) Negara dan SDA: UU PA hubungan menguasai (HMN) (Ps 2); Tanah Negara, Tanah Ulayat, Tanah Hak UU Kehutanan Pengaturan good governance partisipasi, transparansi, akuntabilitas (Ps 2, 11 [2], 42 [2], 60 [2], 62, 64, 68 70, Pjs Umum), Terdapat gugat perwakilan Hubungan Orang dan SDA: Izin (Ps 26 32, Pjs Umum), Izin pinjam pakai (Ps 38 [3] dan [5]); izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu. (Ps 26, Ps 28 [2]) Negara dan SDA: dikuasai oleh Negara (HMN) (Ps 4 [1], [2], Pjs Umum); Hutan Negara, Hutan Hak 14

Ketidakkonsistenan antara UUPR dengan UU Kehutanan ASPEK UUPR UU Kehutanan Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Ruang konservasi & produksi (budidaya) Tekanan pada konservasi Produksi & konservasi Keseimbangan antara produksi & konservasi Akses Memanfaatkan Investasi + usaha rakyat Keadilan komutatif Badan Usaha Negara & warga masyarakat Keadilan distributif Hubungan Negara dengan Obyek Tidak tegas menyebutkan Ada Hak Bangsa & HMN Kekayaan Nasional & dikuasai Negara HMN Pelaksana Kewenangan Negara Hubungan Orang dengan Obyek HAM Pemerintah & Pemda Pembagian kewenangan Ijin pemanfaatan ruang Memberi perhatian pada MHA Pemerintah, Pemda pelaksana Sentralistik Kontrol Negara Ijin pemanfaatan Kontrol Negara Tidak dlm rangka pengakuan MHA diakui & Hutan Ulayat menjadi hutan Negara Pengakuan setengah hati Good Governance Ketiga prinsip Cukup tinggi Ketiga prinsip Relatif cukup

Ketidakkonsistenan antara UU Migas dan UUSDA ASPEK UU MIGAS UUSDA TEKSTUAL KONTEKSTUAL TEKSTUAL KONTEKSTUAL Orientasi Akses Mengusahakan Akses Memanfaatkan Hubungan Negara dengan Obyek Pelaksana Kewenangan Negara Hubungan Orang dengan Obyek Produksi dan konservasi BUMN atau BUMD dan BUMS, koperasi, usaha kecil BU Indonesia/asing, Negara & warga Kekayaan Nasional & dikuasai Negara Pemerintah, Dewan Pelaksana/Pengatur DPR RI KKS Ijin Tekanan pd produksi Produksi & konservasi Keadilan distributif Keadilan distributif HMN Sentralistik Liberalisasi kontrol Negara Badan Usaha & perorangan Semua kelompok kegiatan SDA dikuasai Negara HMN Pemerintah dan/atau Pemda Perijinan, HGPA + HGUA tidak jelas Tekanan pd konservasi Keadilan distributif Keadilan korektif Dapat sentralistik atau desentralistik Kontrol Negara HAM Perhatian atas tanah warga adat Tidak mengakui MHA Pengakuan Hak Ulayat MHA Pengakuan bersyarat Good Governance Akuntabel Relatif rendah Ketiga prinsip Relatif tinggi

Bab IV Catatan Akhir

1. PENYEMPURNAAN UUPR TERKAIT PENGATURAN SDA LAIN INTERPRETASI OTENTIK MUTLAK PERLU DALAM UU: Menjamin kepastian ini menjadi tugas hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian dalam hubungan-hubungan kemasyarakatan adalah hukum yang berguna. Kepastian dalam hukum tercapai apabila hukum itu sebanyak-banyaknya hukum undang-undang, dalam undang-undang tersebut tidak ada ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-undang berdasarkan suatu sistem yang logis dan pasti), undang-undang itu dibuat berdasarkan rechtswerkelijkheid (kenyataan hukum) dan dalam undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang dapat ditafsirkan secara berlain-lainan. (Utrecht) 18

2. BELUM ADA SATU SISTEM DALAM PENGATURAN TERKAIT SDA das Sollen: pengaturan tentang SDA harus dilandasi dengan satu sistem. Catatan: setelah terbitnya berbagai UU sektoral, UUPA didegradasi menjadi UU terkait bidang pertanahan. das Sein: UU sektoral yang seharusnya menjadi sub sistem dari sistem pengaturan tentang SDA, memposisikan dirinya masing-masing sebagai sistem. 19

ALTERNATIF JALAN KELUAR Pengaturan SDA yad: perlu menindaklanjuti upaya menerbitkan UU tentang Pengelolaan SDA sebagai pelaksanaan amanat TAP MPR RI No. IX/MPR/2001. RUU pernah ada, namun proses tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masalah: Tergantung pada sektor untuk menyepakati prinsipprinsip umum pengelolaan SDA. Kelembagaan: perlu dipikirkan keberadaan satu lembaga yang berwenang untuk mengkoordinasikan kebijakan terkait dengan SDA dan mengawasi implementasinya. Contoh : Ministry of Land and Resources (PRC) Ministry of Natural Resources and Environment (Vietnam) 20

Epilog

JIKA UU TIDAK SINKRON DENGAN UUD 1945? Judicial Review Mahkamah Konstitusi 22

JIKA UU TIDAK SINKRON SATU SAMA LAIN? Legislative Review? Apa peran DPR RI? Apa peran Badan Legislasi DPR RI? Apa peran BPHN, KHN? 23

SEKIAN & TERIMA KASIH