STRATEGI STANDARDISASI NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

STRATEGI STANDARDISASI NASIONAL

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

daftar isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KINERJA 2017

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Jakarta, 10 Maret 2011

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

Assalamua alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA BAB 1: PENDAHULUAN

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

Saudara-saudara sekalian,

PIDATO DUTA BESAR RI HARSHA E. JOESOEF

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

10Pilihan Stategi Industrialisasi

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI OEANG KE-71 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN. Jakarta, 30 Oktober 2017

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Transkripsi:

STRATEGI STANDARDISASI NASIONAL 2015 2025 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2014

Katalog Dalam Terbitan (KDT) STRATEGI STANDARDISASI NASIONAL 2015 2025 Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Edisi Pertama xv + 120 halaman lsbn 978-602-9394-15-3 BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi publikasi ini dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari BSN. PENERBIT Badan Standardisasi Nasional Gedung Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3, 4, 7 dan 10 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp. 021 5747043-44 Fax. 021 5747045 Email: bsn@bsn.go.id Website: www.bsn.go.id

PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, M.Sc Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, Standar telah berkembang menjadi salah satu faktor penting, yang digunakan oleh seluruh bangsa di dunia untuk dapat memperoleh manfaat ekonomi dalam era globalisasi. Dunia internasional telah menyepakati bahwa Metrologi, Standardisasi, dan Penilaian Kesesuaian merupakan tiga pilar peningkatan daya saing dan pembangunan berkelanjutan. Demikian pula di Indonesia, seluruh pihak menyadari pentingnya Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai salah satu piranti untuk melindungi masyarakat dan lingkungan hidup serta meningkatkan daya saing bangsa. Dalam periode 2005 2025, pembangunan nasional diharapkan mampu menghantarkan INDONESIA sebagai bangsa YANG MANDIRI, MAJU, ADIL dan MAKMUR, sebagaimana telah disepakati bersama sebagai visi pembangunan nasional jangka panjang 2005 2025. Untuk itu, Standardisasi Nasional tentunya diharapkan dapat berkontribusi dalam pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia tersebut. Tahun 2015 sudah semakin dekat, waktu dimana bangsa Indonesia akan memulai pengalaman sebagai bagian dari sebuah pasar tuggal regional ASEAN, dimana seluruh anggotanya menggunakan persyaratan yang sama untuk mengatur pasar. Sebagai sebuah bangsa dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah terluas di ASEAN, kita harus mampu memanfaatkan peluang-peluang dari pasar tunggal tersebut untuk kemajuan ekonomi bangsa. ii

Keberhasilan bangsa Indonesia dalam memanfaatkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, selanjutnya akan dapat digunakan sebagai basis untuk menghadapi kesepakatan pasar tunggal yang semakin luas pada periode berikutnya. Seperti kita ketahui bersama, bahwa ASEAN juga telah menyepakati beberapa perjanjian pasar tunggal dengan negara-negara mitra, seperti China, Korea, New Zealand, India, Jepang, dan Australia, kemudian pada tahun 2020, kita akan menghadapi pasar tunggal Asia Pasifik, yang tentunya akan memberikan tantangan sekaligus peluang bagi kita. Badan Standardisasi Nasional diberi tugas Pemerintah untuk menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi, telah menyusun Strategi Standardisasi Nasional 2015 2025 dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan tersebut telah melalui forum focus group discussion (FGD) pada tanggal 3 4 Oktober 2013 dengan melibatkan sekitar 100 peserta dan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Standardisasi pada tanggal 12 November 2013 yang melibatkan sekitar 300 peserta yang mewakili pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri, konsumen, cendekiawan, lembaga penilaian kesesuaian, pelaku usaha, dan pihak-pihak lain terkait dengan standardisasi. Strategi Standardisasi Nasional ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bersama dalam penyusunan program dan kegiatan di bidang standardisasi di berbagai sektor secara konsisten dan sinergis oleh seluruh pemangku kepentingan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia. Wassalamu alaikum wa raatullahi wa barakatuh. KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL, BAMBANG PRASETYA iii

KATA SAMBUTAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI Bismillahirrahmanirrahim, Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, M.S. Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Apabila kita berbicara mengenai standar sebagai sarana untuk meningkatkan daya saing bangsa, kita tidak boleh melupakan dua elemen lain yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu riset atau penelitian dan inovasi. Riset atau penelitian pada dasarnya adalah suatu langkah awal dalam proses penyusunan atau pengembangan standar. Hal tersebut mengandung makna mengenai perlunya dilakukan riset atau penelitian untuk memastikan kesesuaian standar dengan kebutuhan masyarakat seiring dengan perkembangan iptek. Namun perlu diingat juga bahwa pengembangan iptek melalui riset dan inovasi haruslah mengikuti perkembangan di bidang standardisasi. Ketika sebuah produk inovasi teknologi sampai kepada pengguna, maka standardisasi menjadi sangat penting artinya. Untuk pengguna, standar memberikan jaminan bahwa produk inovasi yang digunakannya memang sesuai dengan tuntutan dari sisi kinerja, kesesuaian dan keamanannya maupun dari sisi proses produksinya. Standar inilah yang membedakan produk di pasaran, mana yang baik dan mana yang tidak. Oleh karena itu, selaras dengan salah satu misi pembangunan iptek kita yaitu menempatkan iptek sebagai landasan kebijakan pembangunan nasional yang berkelanjutan, Kementerian Negara Riset dan Teknologi terus berupaya mendorong serta memobilisasi segenap sumberdaya yang kita miliki agar kegiatan-kegiatan riset, yang kemudian hasilnya ditransformasikan ke arah inovasi produk, iv

dapat tetap mempertimbangkan pemenuhan terhadap standar, sehingga pada akhirnya benar-benar memberikan konstruksi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional, terutama dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Untuk itu saya menyambut baik penyusunan Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 yang telah melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait. Melalui buku ini diharapkan akan terjalin kerjasama antara seluruh komponen bangsa di dalam melaksanakan kegiatan standardisasi yang lebih sinergis untuk membawa peningkatan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. Amin Ya Robbal alamin. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA GUSTI MUHAMMAD HATTA v

Bismillahirrahmanirrahim, KATA SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, SE, MA Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Perkembangan globalisasi ekonomi membawa peluang dan sekaligus tantangan bagi semua bangsa. Peluang untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari pasar yang sangat luas di seluruh dunia hanya akan dapat dimanfaatkan oleh bangsa yang memiliki daya saing tinggi. Sebaliknya bangsa yang tidak mampu meningkatkan daya saingnya hanya akan menjadi korban dan tidak memperoleh keuntungan apapun, karena ketidakmampuannya untuk melindungi masyarakat, lingkungan hidup, serta pasarnya, dari serbuan arus barang dan jasa dari negara lain. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki wilayah teritorial yang luas. Kondisi tersebut pada dasarnya menjadikan Indonesia memiliki peluang untuk menjadi basis produksi bagi komoditi global, dan sebaliknya juga menjadi potensi pasar bagi komoditi negara-negara lain. Oleh karena itu di era globalisasi, Indonesia harus mampu melindungi masyarakat, lingkungan hidup, pasar domestik, dan sekaligus memanfaatkan potensi jumlah penduduk serta luas wilayahnya untuk membangun basis produksi komoditi yang dapat mendominasi pasar regional maupun global. Globalisasi dan regionalisasi perdagangan, merupakan tantangan yang harus dijawab oleh sistem standardisasi nasional. Di sisi lain, hal tersebut juga membawa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pencapaian visi pembangunan jangka panjang nasional vi

2025. Perbandingan data Gross Domestic Product (GDP) masingmasing negara-negara ASEAN, GDP total seluruh anggota ASEAN, dan potensi jumlah total GDP yang dihasilkan oleh perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dengan beberapa negara partner menunjukkan bahwa secara ekonomi pada dasarnya perjanjian perdagangan bebas tersebut membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan pasar yang lebih besar bila mampu memanfaatkan potensi-potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini, keberhasilan sistem standardisasi nasional untuk memfasilitasi perjanjian pasar tunggal utama pada periode 2015-2025 tersebut akan menjadi basis bagi peningkatan daya saing bangsa untuk mencapai visi pembangunan jangka panjang nasional 2025. Oleh karena itu, saya menyambut baik penyusunan Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 yang telah melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait. Semoga buku ini manjadi acuan bagi pola sikap dan pola tindak seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan standardisasi, sehingga dapat berkontribusi untuk mendukung terbentuknya tatanan kehidupan berbangsa yang makin mandiri, makin adil dan makin sejahtera. Terima kasih. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ARMIDA ALISJAHBANA vii

KATA SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR PEREKONOMIAN Ir. M. Hatta Rajasa Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Dengan mengucap syukur alhamdulillah, saya menyambut baik kehadiran buku Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Sebuah buku yang menjabarkan arah dan strategi pembangunan di bidang standardisasi untuk masa 10 tahun ke depan, bagi seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Insya Allah, buku ini menjadi bagian dari wujud kesiapan kita semua dalam menghadapi secara konstruktif fenomena keterbukaan perdagangan yang telah memacu perkembangan rantai pasok global. Sebagai sebuah bangsa yang cerdas, semua bentuk fenomena perdagangan bebas harus dapat kita respon dengan pendekatan dan tata cara yang tepat, bijak dan mengedepankan prinsip yang berorientasi pada kemajuan. Dinamika persaingan yang semakin intensif, tidak boleh menjadikan kita surut dan terlena. Namun harus menjadikan kita makin terpacu untuk menghadirkan berbagai produk, jasa dan proses yang makin inovatif dan berdaya saing tinggi sehingga dapat berkontribusi pada akselerasi peningkatan pertumbuhan ekonomi yang menyejahterakan masyarakat kita. Dalam upaya menghadirkan produk, jasa dan proses yang berdaya saing tinggi, maka standardisasi memegang peranan penting dan strategis. Standardisasi ikut menentukan kualitas setiap unsur dalam rantai nilai (value chain) baik pada fabrikasi produk, maupun penyelenggaraan jasa dan alur proses di berbagai aktivitas viii

perekonomian. Pada lingkup yang lebih luas, standardisasi pada dasarnya merupakan instrumen produktif yang dapat memfasilitasi para pelaku kegiatan ekonomi untuk dapat mengelola aktivitas ekonomi secara lebih tersistem, lebih terukur dan lebih terencana. Pada akhirnya, peningkatan kualitas produk yang didukung dengan peningkatan efisiensi proses produksi yang berkelanjutan tersebut, diharapkan akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi produk nasional, baik di pasar domestik maupun pasar global. Kepada segenap jajaran BSN, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas prakarsa dan inisiatifnya dalam menyusun strategi standardisasi nasional ini yang telah melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait. Semoga buku ini akan manjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa di dalam melaksanakan kegiatan standardisasi yang lebih sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya untuk membawa peningkatan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. Terima kasih. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA M. HATTA RAJASA ix

RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan situasi perekonomian dunia yang terus berkembang ke arah keterbukaan pasar dan pengintegrasian perekonomian, menuntut Indonesia untuk terus menerus memperkuat daya saing nasional dengan memanfaatkan keunggulan yang dimiliki. Dalam hal ini, kontribusi nyata Infrastruktur Mutu, yang terdiri dari standardisasi, penilaian kesesuaian, dan metrologi, yang telah diakui dunia internasional sebagai tiga pilar peningkatan daya saing dan pembangunan berkelanjutan, merupakan pondasi yang sangat berpengaruh dalam penetapan dan penerapan aturan-aturan teknis untuk mencapai penguatan daya saing nasional. Disamping itu, penguasaan Iptek dan Inovasi diperlukan untuk membuka peluang pemanfaatan sumber daya alam dan pengembangan industri untuk memacu daya saing ekonomi. Untuk mewujudkan peran nyata infrastruktur mutu dalam pembangunan nasional, maka diperlukan strategi yang tepat dan diimplementasikan secara konsisten serta sinergis oleh seluruh pemangku kepentingan di bidang standardisasi, dalam bentuk Strategi Standardisasi Nasional yang mengacu kepada arah dan kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Sehubungan dengan hal tersebut, Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengkaji dan menyusun kebijakan nasional di bidang standardisasi nasional, dalam rangka mendukung pembangunan secara makro, telah mengkoordinasikan penyusunan Strategi Standardisasi Nasional tahun 2015-2025 yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Penyusunan Strategi Standardisasi Nasional tahun 2015-2025 tersebut diawali dengan Focus Group Discussion (FGD) pada tanggal 3-4 Oktober 2013 di Jakarta, yang dihadiri oleh 100 orang peserta, wakil dari Kementerian/Lembaga pemerintah, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, lembaga penilaian kesesuaian, dan pakar standardisasi. Selanjutnya, pada tanggal 12 November 2013, dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Standardisasi, untuk menggalang kesepakatan nasional dalam pembangunan di x

bidang standardisasi. Rakornas Standardisasi dihadiri oleh 300 orang peserta yang merupakan wakil dari pemangku kepentingan yang lebih luas, yaitu wakil setiap Kementerian/Lembaga pemerintah, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, industri dan asosiasi industri, lembaga penilaian kesesuaian, perwakilan konsumen, dan pakar standardisasi. Dalam hal ini, pengembangan standardisasi nasional sampai tahun 2025 diarahkan kepada pencapaian visi standardisasi nasional 2015-2025, yaitu: sistem standardisasi nasional yang mampu mendukung peningkatan daya saing dan kualitas hidup bangsa Indonesia, dengan misi: 1. Mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk melindungi keselamatan, keamanan, dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup 2. Mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan kepercayaan terhadap produk nasional di pasar domestik 3. Mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk membuka akses produk nasional ke pasar global 4. Mewujudkan sistem standardisasi nasional sebagai platform sistem inovasi nasional 5. Mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan keunggulan kompetitif produk nasional Untuk menjaga kesinambungan pencapaian visi dan misi tersebut, maka ditetapkan tahapan dan skala prioritas pengembangan standardisasi nasional, sebagai berikut: Pada tahun 2015, diharapkan fungsi standardisasi nasional yang sepenuhnya bersifat government-driven telah dapat dicapai secara efektif bersamaan dengan awal implementasi ASEAN Economic Community (AEC). Dalam konteks ini diharapkan SNI telah mampu berperan sebagai persyaratan minimum bagi produk yang diedarkan di pasar domestik. Pada tahun 2017, diharapkan standardisasi nasional telah mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional di pasar domestik, yang dibuktikan melalui kesadaran atau keinginan masyarakat untuk membeli atau xi

menggunakan produk nasional dengan kepercayaan penuh bahwa produk yang memenuhi persyaratan SNI memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk yang tidak memenuhi persyaratan SNI. Pada tahun 2019, di akhir RPJMN 2015-2019, diharapkan sistem standardisasi nasional tidak hanya mampu memberikan manfaat bagi produk nasional di pasar domestik, tetapi juga mampu memfasilitasi produk nasional untuk mengakses pasar global. Pada tahun 2021, memasuki RPJMN terakhir dalam RPJPN 2015-2025, diharapkan sistem standardisasi nasional telah dapat mengintegrasikan diri ke dalam sistem inovasi nasional. Pada tahun 2021 diharapkan SNI mampu secara efektif memfasilitasi komersialisasi inovasi hasil penelitian dan pengembangan nasional, dan berperan aktif sebagai penggerak siklus inovasi nasional. Dalam hal ini, standardisasi menjadi research-driven activities. Pada tahun 2023, diharapkan sistem standardisasi nasional telah mampu berperan dalam penciptaan keunggulan kompetitif produk nasional di pasar global. Dalam hal ini standardisasi nasional telah menjadi salah satu world leading standardization. SNI yang dihasilkan tidak hanya harmonis dengan standar internasional, tetapi SNI mulai menggerakkan dan menjadi acuan pengembangan standar internasional. Dalam periode ini, diharapkan standardisasi nasional telah menjadi market and industry driven activities berbasis riset standardisasi yang kuat, sehingga secara efektif mendukung daya saing nasional di pasar global melalui keunggulan kompetitif yang diakui secara internasional. Pada tahun 2025, akhir RPJPN 2005-2025, diharapkan seluruh kontribusi dari sistem standardisasi nasional terhadap daya saing dan kualitas hidup bangsa sebagaimana diharapkan, telah dapat dicapai secara konsisten dan berperan dalam pencapaian visi pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025. Dalam rangka pencapaian visi dan misi sesuai tahapan dan skala prioritas di atas, maka pengembangan standardisasi nasional tersebut dilaksanakan melalui program: (1) Penguatan Kebijakan xii

dan Pedoman Standardisasi (Mutu) Nasional; (2) Penguatan Infrastruktur Mutu Nasional; (3) Penguatan Budaya Standar (Mutu) berbasis Sistem Informasi dan Kompetensi Standardisasi (Mutu) Nasional; (4) Penguatan Kerjasama, Penelitian dan Pengembangan Standardisasi (Mutu) Nasional; (5) Penguatan Sistem Pengembangan Standar Nasional Indonesia; (6) Penguatan Sistem Akreditasi dan Penilaian Kesesuaian; (7) Penguatan Sistem Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran; dan (8) Penguatan Sistem Penerapan Standar. Untuk efektivitas implementasi Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 tersebut secara konsisten, maka masing-masing institusi akan melaksanakan penjabaran dan pelaksanaan program dan kegiatan yang lebih detail. Selain hal tersebut, dalam rangka sinkronisasi program dan kegiatan standardisasi nasional oleh pemangku kepentingan, akan dilaksanakan Rapat Koordinasi pemangku kepentingan standardisasi secara periodik dalam rangkaian Kegiatan Bulan Mutu dan Hari Standar Dunia. xiii

DAFTAR ISI PENGANTAR KEPALA BSN... ii KATA SAMBUTAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI... iv KATA SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS... vi KATA SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR PEREKONOMIAN... viii RINGKASAN EKSEKUTIF... x DAFTAR ISI... xiv PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2025... 1 BAB I PENDAHULUAN... 5 1.1 Pengantar... 5 1.2 Pengertian...11 1.3 Maksud dan Tujuan...11 1.4 Landasan...12 1.5 Sistematika... 12 BAB II KONDISI UMUM... 15 2.1 Kondisi Saat Ini... 15 2.2 Tantangan yang Dihadapi... 26 2.3 Peluang Standardisasi Nasional... 38 2.4 Kondisi yang Diharapkan... 45 BAB III VISI DAN MISI STANDARDISASI NASIONAL 2015 2025... 51 BAB IV TUJUAN, SASARAN, ARAH, DAN PRIORITAS STRATEGI STANDARDISASI NASIONAL... 59 4.1 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Standardisasi Nasional 2015 2025... 59 4.2 Arah Pengembangan Standardisasi Nasional 2015 2025... 68 4.3 Tahapan dan Skala Prioritas Pengembangan Standardisasi Nasional 2015 2025... 87 4.4 Strategi Pengembangan Standardisasi Nasional 2015 2025... 94 BAB V PENUTUP... 119 xiv

LAMPIRAN L.1 Tabel Strategi Standardisasi Nasional 2015 2025 L.2 Daftar Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana xv

1 dari 120

2 dari 120

3 dari 120

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 PENGANTAR Standardisasi di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional yang selanjutya disebut PP 102 Tahun 2000, yang mencakup Metrologi Teknik (Standar Nasional Satuan Ukuran dan Kalibrasi), Standar, Pengujian, dan Mutu. Konsep tersebut mengacu pada konsep internasional tentang Measurement, Standard, Testing and Quality Management (MSTQ) Infrastructure, sedangkan tujuan Standardisasi Nasional, sesuai dengan PP 102 Tahun 2000, adalah untuk: a) meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; b) membantu kelancaran perdagangan; c) mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. 5 dari 120

Saat ini, konsep MSTQ infrastructure telah mengalami evolusi menjadi konsep National Quality Infrastructure (Infrastruktur Mutu Nasional) yang digunakan oleh berbagai negara dan organisasi internasional sebagai infrastruktur dasar yang diperlukan dalam memastikan keselamatan, keamanan, kesehatan warga negara, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta peningkatan daya saing nasional di tengah pesatnya arus globalisasi. Oleh karena itu penetapan Sistem Standardisasi Nasional pada tahun 2011, yang merupakan salah satu amanah dari PP 102 Tahun 2000, telah disusun berdasarkan konsep Infrastruktur Mutu Nasional tersebut. Infrastruktur Mutu Nasional diharapkan mampu menjadi penopang sistem mutu di sebuah negara sehingga mampu berperan secara efektif dalam melindungi kepentingan publik dan kelestarian lingkungan hidup, dan di saat yang sama mampu mendukung daya saing bangsa. Namun demikian, dalam menjalankan 2 (dua) peran utama tersebut secara efektif, diperlukan strategi yang berbeda. Dalam hal ini, kesalahan penerapan strategi dalam pemanfaatan infrastruktur mutu nasional dapat berakibat tidak tercapainya tujuan dari peran infrastruktur mutu nasional tersebut. 6 dari 120

Pada dasarnya, konsep perlindungan kepentingan publik dan lingkungan tersebut, yang mencakup perlindungan keamanan, keselamatan, dan kesehatan segenap bangsa Indonesia, serta pelestarian lingkungan hidup di wilayah tanah air Indonesia, merupakan konsep yang selaras dengan kewajiban dasar pemerintah sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang telah ditetapkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam konteks globalisasi, pemerintah harus dapat menjamin bahwa seluruh produk yang beredar di wilayah tanah air tidak membahayakan segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Oleh karena itu, pengaturan yang dilakukan hendaknya memberlakukan persyaratan tertentu, yang ditetapkan dalam sebuah Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai persyaratan minimal bagi produk tertentu untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia. Ketentuan ini wajib dipatuhi oleh seluruh pihak yang akan mengedarkan produknya di seluruh wilayah Indonesia. Karena sifatnya yang wajib, untuk memastikan tercapainya tujuan tersebut diperlukan kegiatan pengawasan pasar dan penegakan hukum yang efektif oleh Pemerintah. 7 dari 120

Kewajiban Pemerintah, tentunya tidak berhenti sampai dengan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, tetapi harus mampu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia selanjutnya, yaitu memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan, hanya dapat dicapai bila Pemerintah mampu menggerakkan ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan pasar domestik maupun pasar global untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Dalam hal ini, keuntungan ekonomi dari pasar domestik maupun pasar global hanya dapat dicapai apabila bangsa Indonesia memiliki daya saing yang tinggi. Dari sudut pandang ekonomi, ukuran kesejahteraan adalah Product Domestic Bruto (PDB) dan Per-Capita Income (PCI), yang tentunya hanya dapat dicapai apabila bangsa Indonesia dapat meningkatkan produktivitas nasionalnya. Peningkatan produktivitas nasional dapat diukur dari penguasaan pasar domestik oleh produk nasional, yang secara prinsip dapat dicapai dengan peningkatan kemampuan pelaku usaha untuk memenuhi persyaratan pasar dan kecintaan bangsa Indonesia untuk membeli produk dalam negeri. Sebagai syarat awal, tentunya seluruh pelaku usaha harus mampu memenuhi dan patuh terhadap persyaratan minimal yang ditetapkan di dalam regulasi teknis terkait dengan produk 8 dari 120

tertentu. Namun demikian, produk nasional belum akan menjadi pilihan, apabila tidak memiliki karakteristik pembeda yang dapat digunakan sebagai justifikasi bagi konsumen untuk memilih produk domestik. Dalam hal ini, diperlukan pengembangan standar (SNI) yang berisi persyaratan karakteristik produk yang lebih disukai oleh konsumen pasar domestik, untuk kemudian diterapkan secara sukarela oleh pelaku usaha. Bila hal ini diimbangi dengan kecintaan bangsa Indonesia terhadap produk dalam negeri, maka pasar domestik akan berkontribusi besar dalam peningkatan kesejahteraan umum. Pada jaman kolonial, penguasaan wilayah sumber daya alam merupakan sasaran untuk dikuasai sehingga dapat menjadi sumber kesejahteraan ekonomi negara penjajah. Di era globalisasi, pasar dunia yang berkembang tanpa batas dengan sendirinya menjadi pasar yang sangat besar bagi bangsabangsa yang produktif dan berdaya saing untuk dapat memperoleh penghasilan ekonomi yang tiada batas pula. Untuk dapat mengakses ke pasar global maka diperlukan kemampuan pelaku usaha yang mampu memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh negara-negara tujuan ekspor, dan juga mampu memenuhi harapan konsumen 9 dari 120

negara tujuan ekspor untuk mendapatkan karakteristik produk yang akan dibelinya. Dari sisi strategi perdagangan, akses ke pasar global memerlukan strategi menyerang dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang regulasi dan keinginan konsumen negara ekspor, serta peningkatan kemampuan pelaku usaha nasional untuk memenuhi persyaratan tersebut. Kemampuan untuk memenuhi persyaratan akses pasar global, bila didukung oleh sistem inovasi nasional yang kuat yang didukung juga oleh kecerdasan bangsa Indonesia, pada gilirannya akan membuat bangsa memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global, sehingga akan memperkuat pondasi ekonomi Indonesia yang diperlukan untuk mewujudkan citacita bangsa Indonesia berikutnya, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, standardisasi nasional memiliki peranan yang sangat penting untuk memastikan produk yang dapat melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan segenap bangsa, dan melindungan kelestarian lingkungan di seluruh 10 dari 120

wilayah tanah air, serta untuk memastikan daya saing produk yang diperlukan untuk membentuk kepercayaan di pasar domestik maupun pasar global. Standardisasi Nasional merupakan modal yang berharga dalam melangkah ke depan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional secara menyeluruh, bertahap dan berkelanjutan di wilayah Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1. 2 PENGERTIAN Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional di bidang standardisasi yang merupakan penjabaran dari tujuan dilaksanakannya standardisasi nasional dalam bentuk visi, misi, arah, dan strategi standardisasi nasional untuk masa 10 tahun ke depan yang mencakup kurun waktu mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2025. 1. 3 MAKSUD DAN TUJUAN Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 10 11 dari 120

(sepuluh) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2025, yang ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam melaksanakan kegiatan standardisasi dalam mewujudkan tujuan standardisasi nasional sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan tersebut bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. 1. 4 LANDASAN Landasan idiil Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 adalah Pancasila dan landasan konstitusional adalah Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan landasan operasionalnya meliputi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan standardisasi nasional. 1. 5 SISTEMATIKA Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 disusun dalam sistematika sebagai berikut: 12 dari 120

Bab I Pendahuluan. Bab II Kondisi Umum. Bab III Visi dan Misi Standardisasi Nasional 2015-2025. Bab IV Tujuan, Sasaran, Arah, dan Prioritas Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025. Bab V Penutup. 13 dari 120

BAB II KONDISI UMUM 2. 1 KONDISI SAAT INI Infrastruktur Mutu Nasional Indonesia, yang diatur dalam PP 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, meliputi Metrologi Teknis (Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran dan Kalibrasi), Standar (SNI), Pengujian (yang diakreditasi bersama-sama dengan lembaga inspeksi, lembaga sertifikasi, dan lembaga penilaian kesesuaian lainnya), serta didukung oleh Sistem Jaminan Mutu Nasional, merupakan infrastruktur nasional yang memfasilitasi pengakuan terhadap mutu produk nasional. Hubungan antara Sistem Standardisasi Nasional di Indonesia dengan konsep internasional tentang infrastruktur mutu dan organisasi internasional yang mengelola kerjasama dan saling pengakuan infrastruktur mutu dapat digambarkan sebagai berikut: 15 dari 120

Gambar 1 Infrastruktur mutu nasional dan hubungannya dengan organisasi internasional terkait Untuk dapat memberikan sumbangsihnya dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, Sistem Standardisasi Nasional tersebut harus direncanakan dan dilaksanakan selaras dengan arah dan kebijakan nasional berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. 16 dari 120

Visi Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 2025 adalah: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan jangka panjang nasional, yang mencakup: 1. mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; 2. mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 3. mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; 4. mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu; 5. mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6. mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7. mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 8. mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. 17 dari 120

Dalam konteks pembangunan ekonomi, pemerintah Republik Indonesia, juga telah menetapkan Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, yang mendorong pendekatan business not as usual untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 USD 15.500 dengan nilai total perekonomian berdasarkan product domestic bruto (PDB) berkisar antara USD 4,0 4,5 triliun. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4% 7,5% pada periode 2011 2014, dan sekitar 8,0% 9,0% pada periode 2015 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2011-2014 menjadi 3,0% pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju. 18 dari 120

Sumber: Perpres No. 32 tahun 2011 Gambar 2 Aspirasi pencapaian PDB Indonesia MP3EI 2011-2025 dikembangkan dengan pendekatan breakthrough dengan semangat not business as usual, dengan penekanan pada: 1. kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan Swasta untuk mencapai visi pembangunan nasional Indonesia 2025; 2. swasta sebagai pemeran utama dan penting dalam pembangunan ekonomi; 19 dari 120

3. pemerintah sebagai regulator (melakukan deregulasi), fasilitator dan katalisator (penyediaan infrastruktur, pemberian insentif fiskal dan non fiskal), dan dilaksanakan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama dalam 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama, yang mencakup: 1. mengembangkan potensi ekonomi di 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia; 2. meningkatkan konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global; 3. memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung setiap program kegiatan ekonomi utama di setiap koridor ekonomi. 20 dari 120

Gambar 3 Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 21 dari 120

Dalam konteks MP3EI, di setiap komoditas dalam 22 kegiatan ekonomi utama tentunya akan memerlukan dukungan SNI; informasi tentang standar tujuan ekspor; dukungan standar nasional satuan ukuran, kalibrasi, dan bahan acuan bersertifikat bagi industri dan lembaga penilaian kesesuaian sebagai penggerak; dan kegiatan pengujian, inspeksi, sertifikasi, maupun kegiatan penilaian kesesuaian untuk membuktikan keunggulan karakteristik komoditas. Saat ini, Indonesia telah memiliki lebih dari 7000 SNI yang mencakup berbagai standar produk, sistem, proses, maupun metode pengujian. Namun demikian, mayoritas SNI tersebut masih diterapkan oleh pelaku usaha atas dasar kewajiban yang diberikan oleh pemerintah melalui regulasi teknis berbasis standar. Sampai dengan tahun 2013 terdapat 261 regulasi teknis berbasis SNI yang ditetapkan oleh pemerintah dan 80 diantaranya telah dinotifikasikan ke organisasi perdagangan dunia (WTO) dengan alasan perlindungan kepentingan publik dan lingkungan. Penerapan SNI tersebut didukung oleh sekitar 1000 laboratorium, 25 lembaga inspeksi, dan 150 lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi di seluruh wilayah Republik Indonesia. 22 dari 120

Hasil uji, kalibrasi, dan sertifikasi oleh lembaga penilaian kesesuaian yang diakreditasi oleh KAN tersebut, pada saat ini telah diakui di tingkat regional maupun internasional melalui perjanjian saling pengakuan antara KAN dengan badan-badan akreditasi negara lain, anggota Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC), Pacific Accreditation Cooperation (PAC), International Laboratory Accrediitation Cooperation (ILAC), dan International Acccreditation Forum (IAF). Pada tahun 2010, menjelang implementasi ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), pemerintah Indonesia mendeklarasikan Gerakan Nasional Penerapan SNI (GENAP SNI), yang difokuskan pada pengaturan nasional melalui penerapan SNI melalui penetapan regulasi teknis berbasis SNI sebagai sarana penguatan pasar domestik dengan memperhatikan volume ekspor-impor Indonesia-China dan jenis-jenis produk impor dari China yang berpotensi mempengaruhi pangsa pasar produk domestik di pasar nasional. Dengan memperhatikan perkembangan regionalisasi perdagangan dalam implementasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan perkembangan perjanjian pasar bebas antara ASEAN dengan negara-negara lain, penguatan standardisasi tentunya perlu diperkuat tidak 23 dari 120

hanya untuk bertahan di pasar dalam negeri, tetapi sekaligus menyiapkan kekuatan untuk penetrasi pasar global. Dalam pengembangan standar nasional, Indonesia telah menjadi anggota the International Organization for Standardization (ISO), International Electrotechnical Committee (IEC), CODEX Alimentarius Commission (CAC), dan International Telecommunication Union (ITU). Keanggotaan Indonesia di dalam organisasi pengembangan standar internasional tersebut, tentunya harus dapat dimanfaatkan sebagai basis pengembangan SNI dan basis untuk memperoleh informasi tentang pengembangan standardisasi di negara-negara lain. Perlu diperhatikan bahwa partisipasi dalam organisasi standardisasi internasional tersebut perlu dikembangkan sehingga Indonesia dapat memperjuangkan kepentingannya untuk mendukung ekonomi nasional, serta perkembangan kesepakatan standar dalam kelompok-kelompok perjanjian perdagangan regional, seperti ASEAN dan APEC. Di dalam pengelolaan teknis ilmiah Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU), Indonesia telah menjadi anggota Convention 24 dari 120

du Metre, telah berpartisipasi dalam Committe Interational des Poids et Mesures (CIPM) Multilateral Recognition Arrangement, dan telah memperoleh pengakuan terhadap 140 kemampuan teknis pengelolaan dan diseminasi SNSU yang diakui di seluruh dunia serta dipublikasikan di dalam basis data acuan pengukuran dunia, Appendix C of CIPM MRA (www.bipm.org/kcdb/ apendixc). Namun demikian, pengakuan terhadap 140 kemampuan teknis pengelolaan dan diseminasi SNSU tersebut, belum dapat memfasilitasi kebutuhan bahan acuan bersertifikat, yang sangat diperlukan bagi Indonesia yang bertumpu pada industri pangan dan pertanian. Untuk memastikan efektivitas dukungan sistem standardisasi nasional terhadap perkembangan ekonomi Indonesia, diperlukan penguatan infrastruktur standardisasi nasional dengan memperhatikan: 1. kesesuaian antara SNI yang dikembangkan dengan potensi industri dan ekonomi nasional; 2. penyebaran informasi tentang regulasi teknis dan negara tujuan ekspor untuk memfasilitasi ekspor komoditi unggulan nasional; 25 dari 120

3. kesesuaian antara penyebaran lokasi dan lingkup lembaga penilaian kesesuaian dengan lokasi basis produksi komoditas dalam 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia; 4. kesesuaian pengembangan kemampuan teknis pengelolaan SNSU dengan kebutuhan basis pengukuran untuk industri unggulan dalam 22 (duapuluh dua) kegiatan ekonomi utama. Kesesuaian antara pengembangan infrastruktur mutu nasional dengan pengembangan 22 kegiatan ekonomi utama di 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia tersebut diharapkan akan meningkatkan efisiensi proses produksi dan penilaian mutu komoditas unggulan pendukung percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. 2. 2 TANTANGAN YANG DIHADAPI Perkembangan globalisasi ekonomi membawa peluang dan sekaligus tantangan bagi semua bangsa. Peluang untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari pasar yang sangat luas di seluruh dunia hanya akan dapat dimanfaatkan oleh bangsa yang memiliki daya saing tinggi. Sebaliknya bangsa yang tidak mampu meningkatkan daya saingnya hanya akan menjadi korban dan tidak memperoleh keuntungan apapun, karena 26 dari 120

ketidakmampuannya untuk melindungi masyarakat, lingkungan hidup, serta pasarnya, dari serbuan arus barang dan jasa dari negara lain. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki wilayah teritorial yang luas. Kondisi tersebut pada dasarnya menjadikan Indonesia memiliki peluang untuk menjadi basis produksi bagi komoditi global, dan sebaliknya juga menjadi potensi pasar bagi komoditi negara-negara lain. Oleh karena itu di era globalisasi, Indonesia harus mampu melindungi masyarakat, lingkungan hidup, pasar domestik, dan sekaligus memanfaatkan potensi jumlah penduduk serta luas wilayahnya untuk membangun basis produksi komoditi yang dapat mendominasi pasar regional maupun global. Tahun 2015, merupakan ujian pertama bagi Indonesia untuk menghadapi regionalisasi ekonomi ASEAN dengan akan dimulainya implementasi ASEAN Economic Community (AEC). Seperti kita ketahui bersama, bahwa untuk memposisikan ASEAN sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, para pemimpin ASEAN telah menyepakati pengembangan ASEAN 27 dari 120

plus one FTAs dengan negara-negara yang berpotensi menjadi partner perkembangan ekonomi ASEAN. Sejarah menunjukkan bahwa, Indonesia merupakan salah satu pemrakarsa utama pendirian ASEAN pada tahun 1967. Dalam perkembangannya, untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi global, maka diawali pada bulan Desember 1997, di Kuala Lumpur, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk menciptakan kawasan ASEAN sebagai kawasan yang stabil, sejahtera dan berdaya saing tinggi, serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosisial ekonomi sebagai visi ASEAN 2020. Untuk mewujudkan visi ASEAN 2020 tersebut, pada Bali Summit, Oktober 2003, disepakati untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN sebagai tujuan dari integrasi ekonomi regional ( Bali Concord II ) pada tahun 2020. Disamping itu, disepakati pula bahwa ASEAN Security Community dan ASEAN Socio-Cutural Community bersamasama dengan ASEAN Economic Community menjadi 3 (tiga) pilar ASEAN Community. Kemudian dalam ASEAN Summit ke-12, Januari 2007, di Cebu, Filipina, para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat pencapaian Masyarakat ASEAN pada tahun 2015. Kesepakatan para pemimpin ASEAN tentang 28 dari 120

Masyarakat ASEAN ini kemudian dirumuskan sebagai ASEAN Charter pada tanggal 20 November 2007. Sampai dengan saat ini, ASEAN telah meratifikasi 5 (lima) perjanjian perdagangan bebas dengan Australia dan New Zealand, China, India, Jepang, dan Korea. Perlu dipahami bahwa FTA tersebut bukan FTA bilateral antara Indonesia dengan negara partner, tetapi antara ASEAN dengan negara partner. Oleh karena itu untuk dapat bernegosiasi dengan negara partner tersebut, diperlukan posisi Indonesia yang kuat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga Indonesia dapat mempengaruhi keputusan-keputusan ASEAN dalam menetapkan aturan perdagangan bebas ASEAN plus one FTAs tersebut. Dengan mempertimbangkan bahwa perjanjian perdagangan bebas yang dikembangkan oleh para pemimpin ASEAN, menggunakan basis ASEAN sebagai sebuah masyarakat ekonomi dengan basis produksi dan pasar tunggal, sudah selayaknya penguatan posisi Indonesia dalam AEC menjadi langkah strategis utama bagi Indonesia, yang selanjutnya melangkah ke arah pasar global dengan meletakkan AEC sebagai pondasi penguatan ekonomi bangsa. Seperti kita 29 dari 120

ketahui bersama bahwa AEC merupakan salah satu pilar dari ASEAN Community yang dicita-citakan oleh para pemimpin ASEAN, untuk menjadi kekuatan baru dunia. Untuk mewujudkan ASEAN sebagai basis produksi dan pasar tunggal, AEC akan dibangun sebagai kawasan dengan aliran barang, aliran investasi, dan aliran modal secara bebas yang didukung dengan kesetaraan pembangunan ekonomi, dan pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosio-ekonomi. Realisasi AEC tersebut diharapkan dapat membangun ASEAN sebagai sebuah aliansi ekonomi dunia untuk mengimbangi aliansi regionalisasi perdagangan lainnya, seperti European Community (EC), North American Free Trade Area (NAFTA), yang pada dasarnya dibentuk sebagai aliansi regional dengan tujuan untuk bekerja sama memperoleh keuntungan dari pasar global. AEC disusun oleh 4 (empat) pilar utama, yang terdiri dari: 1. pasar tunggal dan basis produksi; 2. kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; 3. kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang seimbang; dan 30 dari 120

4. kawasan yang sepenuhnya terintegrasi dengan ekonomi global. Untuk mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, disepakati 5 (lima) elemen inti, yaitu: (1) aliran barang secara bebas; (2) aliran jasa secara bebas; (3) aliran investasi secara bebas; (4) aliran modal secara bebas; dan (5) aliran tenaga kerja kompeten secara bebas, dan 2 (dua) komponen penting, yang terdiri dari: 1. sektor prioritas integrasi ASEAN yaitu: (1) produk berbasis agro, (2) transportasi udara, (3) otomotif, (4) e-asean, (5) elektronika, (6) perikanan, (7) pelayanan kesehatan, (8) produk berbasis karet, (9) tekstil dan pakaian, (10) pariwisata, (11) produk berbasis kayu dan (12) logistik dan kemudian ditambah dengan inisiatif baru 2011-2015 yang terdiri dari Rencana Strategis Pariwisata, Strategi Industri Otomotif, dan MRA Peralatan Telekomunikasi; 2. sektor makanan, pertanian dan kehutanan. Dalam perkembangannya, negara-negara partner perjanjian pasar bebas bilateral maupun multilateral ASEAN memandang ASEAN dengan jumlah penduduk dan tingkat ekonominya sebagai potensi pasar yang cukup potensial, sehingga negara- 31 dari 120

negara tersebut juga menyiapkan diri untuk dapat memanfaatkan perjanjian perdagangan pasar bebas dengan ASEAN tersebut. Dalam realisasi sebuah pasar tunggal, pada dasarnya pelaku utama yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi dari sebuah negara adalah para pelaku usaha dan masyarakat di negara itu sendiri, sedangkan pemerintah seharusnya dapat memfasilitasinya secara efektif. Hal tersebut sepertinya disadari benar oleh pemerintah di beberapa negara, sehingga mendasari mereka untuk menerbitkan informasi maupun booklet bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam rangka memanfaatkan perjanjian pasar bebas. Hal tersebut terlihat dari beberapa publikasi yang diterbitkan oleh pemerintah partner perjanjian bebas ASEAN, antara lain: 1. Export to member countries of the ASEAN and Australia Certification and Trade Facilitation, yang dipublikasikan oleh pemerintah Selandia Baru; 2. Guide for Exporting to ASEAN Countries, yang dipublikasikan oleh Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia; 32 dari 120

3. An ASEAN + 6 Economic Partnership: Signicant, Task and Export Market for Japan, yang dipublikasikan oleh pemerintah Jepang; 4. US Agricultural Export Potential to ASEAN Countries, yang dipublikasikan oleh Pemerintah Amerika Serikat; dan masih banyak publikasi lainnya yang ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang prosedur, baik administratif maupun teknis yang diperlukan untuk masuk ke pasar ASEAN. Posisi standar dan kesesuaian (standards and conformance) sebagai salah satu pilar utama dalam AEC menjadi tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh sistem standardisasi nasional Indonesia. Common Rules of Standards and Conformance, yang merupakan salah satu dari pilar utama yang diperlukan untuk dapat mewujudkan aliran barang secara bebas di pasar ASEAN, harus digunakan sebagai basis pengembangan Infrastruktur Mutu Nasional sehingga Indonesia mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi kepentingan publik dan lingkungan ASEAN dan mendorong daya saing AEC untuk bersaing dengan aliansi ekonomi regional lainnya. Hal tersebut mengingat Indonesia memegang peranan dan memiliki potensi untuk memperoleh manfaat dan 33 dari 120

sekaligus potensial untuk mengalami resiko yang terbesar dari pasar tunggal dan basis produksi ASEAN karena jumlah penduduk dan luas wilayahnya. Kurangnya kesadaran terhadap potensi yang dimiliki dan tantangan yang dihadapi dari perkembangan globalisasi dan regionalisasi perdagangan tampak dari beberapa kondisi, antara lain: 1. kurangnya kesadaran pelaku usaha terhadap standar, hal ini tampak dari mayoritas standar diterapkan sebagai konsekuensi kepatuhan terhadap regulasi dalam bentuk penetapan regulasi teknis oleh pemerintah; 2. kurangnya kesadaran dan kepercayaan konsumen tentang pentingnya standar untuk melindungi kepentingannya, yang tampak dari mayoritas konsumen memilih standar karena merek (bagi yang mampu) dan karena harga murah (bagi yang kurang mampu); 3. kurang tepatnya kebijakan Pemerintah dalam penerapan standar, hal ini tampak dari titik berat program penerapan standar dilakukan melalui pemberlakuan SNI secara wajib dan belum mencakup pemberian informasi dan insentif kepada pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan pasar yang lebih besar, padahal SNI hanya dapat diberlakukan 34 dari 120

secara wajib dengan alasan perlindungan kepentingan publik dan lingkungan, serta hanya berlaku di wilayah teritorial Republik Indonesia; 4. kurangnya program pembinaan untuk mendorong penerapan standar secara sukarela bagi pelaku usaha untuk menumbuhkan kesadaran memproduksi barang yang bermutu sesuai dengan keinginan pelanggan; 5. lemahnya penegakan hukum bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan praktek penerapan standar, sehingga dapat merugikan pelaku usaha yang sungguh-sungguh telah menerapkan standar. Dalam beberapa hal, terdapat bukti kurang efektifnya pemberlakuan regulasi teknis berbasis standar untuk mencapai tujuannya. Sebagai contoh, dalam kasus lampu swaballast, pemberlakuan regulasi teknis yang mewajibkan penerapan SNI lampu swa-ballast sejak tahun 2001 yang diharapkan dapat mengurangi impor dan memperbesar basis produksi lampu swa-ballast di Indonesia, ternyata tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Dalam hal ini data statistik menunjukkan terjadi peningkatan impor lampu swa-ballast secara konsisten sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2012. 35 dari 120

Penguatan Infrastruktur Mutu Nasional di Indonesia, juga menghadapi tantangan yang sangat besar untuk dapat memfasilitasi ekonomi Indonesia dalam AEC. Dari sudut pandang kecukupan peraturan perundang-undangan, hampir seluruh negara anggota ASEAN telah memiliki pengaturan terkait dengan Infrastruktur Mutu Nasional. Sebagai contoh, Vietnam yang sebelumnya memiliki posisi di belakang Indonesia, sejak tahun 2004 telah memiliki Standardization Law dan Measurement Law yang kemudian memayungi kegiatan standardisasi, pengelolaan standar nasional satuan ukuran, dan penilaian kesesuaian di Vietnam. Demikian pula, dari sudut pandang kecukupan infrastruktur, beberapa negara yang sebelumnya di belakang Indonesia maka pada saat ini menunjukkan kemajuan dalam hal komitmen penyediaan infrastruktur mutu. Sebagai contoh, Thailand yang secara revolusioner membentuk lembaga pengelola teknis ilmiah standar nasional satuan ukuran yang terpadu dan mencakup segala aspek pengukuran untuk mendukung industri dalam sebuah lembaga the National Institute of Measurement, Thailand (NIMT); Filipina yang baru saja mengembangkan National Metrology Laboratory of Phillipine; serta Vietnam yang juga membangun Vietnam Metrology 36 dari 120

Institute sebagai sebuah institusi dengan tugas utama mengelola standar nasional satuan ukuran, melakukan riset dan pengembangan pengukuran, serta melakukan diseminasi ilmu pengukuran. Perkembangan peraturan perundang-undangan dan infrastruktur mutu nasional negara-negara anggota ASEAN yang sebelumnya berada dalam kelompok di bawah Indonesia tersebut, sudah selayaknya menjadi perhatian bersama untuk dapat memperkuat sistem standardisasi nasional yang saat ini berbasis pada PP 102 Tahun 2000 untuk menjadi infrastruktur mutu yang terkuat di ASEAN, sehingga sistem standardisasi nasional yang terdiri dari standar, pengelolaan standar nasional satuan ukuran, dan penilaian kesesuaian di Indonesia mampu menjawab segala tantangan yang dihadapi dari perkembangan globalisasi dan regionalisasi perdagangan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 37 dari 120