BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

DATA POSYANDU DESA Jumlah seluruh balita di wilayah Jumlah seluruh balita di posyandu. Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

SISTEM STUDI TENTANG. Disusun Oleh SRI III GIZI FAKULTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN. No Program Indikator Kegiatan evaluasi Rencana Tindak lanjut 1 Kesehatan Ibu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Senja Tiarfadinda Dosen Pembimbing Tati Harihayati M., S.T., M.T.

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: DELIFIANI HIDAYATI J

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk itu pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

Jurnal Kesehatan Kartika 50

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan, penurunan produktivitas serta kematian. 1 Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi berat kurang pada balita dari 18,4 persen tahun 2007 menjadi 17,9 persen tahun 2010. Penurunan terjadi pada gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Tidak terjadi penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2 Gizi kurang pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup. Perubahan berat badan anak dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi anak. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko mengalami gizi kurang 12,6 kali dibandingkan pada anak yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih sering maka risiko akan semakin besar. 3

2 Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan keaadan gizi anak. Pemantauan pertumbuhan merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari: (1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan setiap bulan, pengisian Kartu Menuju Sehat, penilaian status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan; (2) tindak lanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan (konseling, rujukan, PMT); (3) tindak lanjut berupa kebijakan dan program di tingkat masyarakat, serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan keluarga. 4 Di Indonesia, pemantauan pertumbuhan telah dilaksanakan sejak tahun 1970-an, sebagai kegiatan utama Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Pada tahun 1980-an untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, angka kematian balita dan angka kematian ibu, kegiatan pemantauan pertumbuhan diintergrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, imunisasi, pemberantasan penyakit) di posyandu. 5 Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. 6

3 UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari Petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. 7 Pencapaian hasil kegiatan posyandu dapat dilihat melalui balok SKDN, yaitu: jumlah semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu (S), jumlah balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat atau buku KIA (K), jumlah balita yang datang pada hari buka Posyandu (D) dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik (N). 8 Data yang disediakan di posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan fungsinya, yaitu: (1) kelompok data yang digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita, baik untuk: a) penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan BGM), dan b) penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (%N/D); (2) kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/kegiatan di posyandu (%D/S dan %K/S). 9 Cakupan penimbangan balita di posyandu adalah merupakan cerminan peran serta masyarakat yang dalam hal ini tidak lepas dari peran

4 kader sebagai penggerak serta masyarakat dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait lainnya. 10 Menurut Mamdy (1989), pada pelaksanaan posyandu terdapat dua hal penting yang menjadi sasaran. Pertama adalah perilaku masyarakat untuk membawa anaknya ke posyandu dan yang kedua adalah perhatian daerah termasuk perangkat desa terhadap pelaksanaan posyandu. Gambaran perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada di daerahnya dapat dilihat dari tingkat keberhasilan program posyandu, yang salah satunya adalah cakupan penimbangan. 11 Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu: faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. 12 Sedangkan menurut Gibson (1977), faktor-faktor yang menentukan kinerja dan perilaku seseorang dikelompokkan menjadi 3 faktor utama, yakni variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. 13 Penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung (1992) di propinsi Sulawesi Tengah menemukan pengetahuan ibu, sikap ibu, kelengkapan posyandu, pelayanan posyandu, pembinaan oleh petugas kesehatan, partisipasi tokoh masyarakat dan pembinaan oleh kader berhubungan dengan perilaku ibu dalam menimbangkan anaknya di posyandu.

5 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Juarsa (2004) menemukan bahwa masa kerja kader, pelatihan kader, pengetahuan ibu-ibu anak balita, dukungan tokoh masyarakat dan PMT-Penyuluhan berhubungan dengan cakupan penimbangan balita di posyandu. Kegiatan penimbangan di posyandu dimaksudkan untuk memantau status gizi balita dan melihat tingkat peran serta masyarakat. Dari Profil Kesehatan Indonesia 2009, diperoleh cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) sebesar 63,9%, sedangkan target cakupan D/S sebesar 80%. Di propinsi Banten cakupan tersebut lebih rendah yaitu 58,3%. Berdasarkan data Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Sukasari kota Tangerang menemukan bahwa diantara enam kelurahan wilayah kerja bahwa cakupan penimbangan (D/S) posyandu di kelurahan Sukarasa tahun 2010 masih rendah sebesar 46,08%. 1.2. Identifikasi Masalah Bahwa di kelurahan Sukarasa Kota Tangerang pada tahun 2010 angka cakupan D/S yang merupakan indikator partisipasi masyarakat ke posyandu masih rendah angkanya yaitu sebesar 46,08% artinya ada dibawah target nasional sebesar 80%. Hal ini menunjukkan adanya masalah masih rendahnya partisipasi masyarakat yaitu kunjungan anak balita ke posyandu dan belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut. Setelah mempelajari masalah tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk

6 mengadakan studi lebih lanjut mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Propinsi Banten tahun 2010. 1.3. Pembatasan Masalah Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Sukarasa Kota Tangerang yang memiliki 5 posyandu dengan rata-rata cakupan penimbangan balita (D/S) tahun 2010 sebesar 46,08%. Sebagai responden penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita. 1.4. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah gambaran kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang tahun 2010? 2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang tahun 2010? 1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Diketahuinya proporsi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang tahun 2010.

7 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang tahun 2010 2. Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan tentang posyandu) dengan kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang tahun 2010 3. Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin (kepemilikan KMS, PMT Penyuluhan dan jarak posyandu) dengan kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang tahun 2010 4. Diketahuinya hubungan antara faktor penguat (bimbingan dari petugas kesehatan, pembinaan dari kader dan dukungan dari tokoh masyarakat) dengan kunjungan anak balita ke posyandu di Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang tahun 2010 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Bagi Kelurahan, Puskesmas dan Dinas yang terkait lainnya Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakaan untuk peningkatan upaya pembinaan lebih lanjut pada masyarakat, khususnya kader kesehatan dan posyandu dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat dalam UKBM dan status gizi balita di Kota Tangerang khususnya Kelurahan Sukarasa.

8 1.6.2. Bagi Ibu-ibu anak balita Dapat lebih termotivasi dalam memahami pentingnya membawa anak balita ke posyandu dan melaksanakan kegiatan tersebut setiap bulan sekali pada hari H (buka) posyandu. 1.6.3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan di bidang program kesehatan khususnya Kesehatan Keluarga dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.