ANALISIS KONDUKTIVITAS HIDROLIK JENUH PADA BATANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris schard Es.J.C)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015

ANALISIS KONDUKTIVITAS HIDROLIK JENUH BAMBU PETUNG (Dendrocalamus asper) PADA BEBERAPA PERLAKUAN

PENGARUH PENAMBAHAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP SIFAT KONDUKTIVITAS HIDROLIK PIPA MORTAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2015 dengan tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. terhadap cuaca dan kondisi tanah. Bambu dapat tumbuh di daerah yang sangat

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2010 di Greenhouse dan Laboraturium Wageningen IPB.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu,

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

ANALISIS DIFUSI LARUTAN PUPUK MELALUI DINDING MORTAR ARANG SEKAM PADI DIFFUSION ANALYSIS OF NUTRIENT SOLUTION THROUGH RICE HUSK CHARCOAL MORTAR WALL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Irigasi didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris S.) PADA TANAH ULTISOL

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

ANALISIS KESEIMBANGAN AIR PADA IRIGASI BAWAH PERMUKAAN MELALUI LAPISAN SEMI KEDAP HILDA AGUSTINA

TEKNIK FERTIGASI KENDI; untuk Pertanian Lahan Kering Edisi 2, oleh Dr. Ir. Hermantoro Sastrohartono, M.S. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

ANALISIS PENGARUH PENGURANGAN BOBOT KENDI DENGAN CARA PENGAMPLASAN TERHADAP KONDUKTIVITAS HIDRAULIK DAN LAJU REMBESAN AIR DI PERMUKAAN TANAH ULTISOL

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Pembuatan Alat Modifikasi Permeabilitas Lapangan Untuk Aplikasi di

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

III. METODOLOGI PENELITIAN. Adapun alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

TEKNOLOGI INOVATIF IRIGASI LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH STUDI KASUS UNTUK TANAMAN LADA PERDU

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

I. PENGUKURAN INFILTRASI

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL

BAB III. METODE PENELITIAN. pemodelan tanggul ini dibutuhkan peralatan yang telah dirancang sesuai

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Absorption and sinking speed of the strand from bark of Terap (Artocarpus elasticus)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

19. PENETAPAN PERKOLASI DI LABORATORIUM

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI MEDIA TANAM (STUDY OF COCOPEAT AS PLANTING MEDIA)

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah jenis tanah

UJI KINERJA EMITER CINCIN PERFORMANCE ANALYZE OF RING-SHAPE EMITTER Oleh :

: Pengujian Bahan Perekat Hidrolis. Materi : Uji Berat Jenis SSD dan Penyerapan Air Agregat Halus dan Kasar REFERENSI

III. METODOLOGI. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pengukuran dilakukan pada empat sampel batuan berbeda. Data yang

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

MODIFIKASI TENAGA POMPA MENJADI SISTEM HAMPA UDARA PADA ALAT VERTIKULTUR. ABSTRAK ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III BAHAN DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

24 Media Bina Ilmiah ISSN No

Transkripsi:

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.. 4, No. 3: 201-208 ANALISIS KONDUKTIVITAS HIDROLIK JENUH PADA BATANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris schard Es.J.C) THE ANALYSIS OF SATURATED HYDRAULIC CONDUCTIVITY ON YELLOW BAMBOO (Bambusa vulgaris schard Es.J.C) STICK Jenni Aulia Perucha 1, Ahmad Tusi 2, Sugeng Triyono 2, Iskandar Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2 Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis, email: jenniauliaperucha@gmail.com Naskah ini diterima pada 06 Juli 2015; revisi pada 14 Agustus 2015; disetujui untuk dipublikasikan pada 07 September 2015 ABSTRACT This research aims to determine the value of saturated hydraulic conductivity (Ks) yellow bamboo in various treatments as a tool for subsurface irrigation purposes. This research has been conducted on March until April 2015. This research was conducted in the Laboratory of Power and Agricultural Machinery, Agricultural Engineering Department, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The Ks of yellow bamboo research conducted on 6 treatments, those are the epidermis and endodermis that not scraped ( C1 ); layers of the epidermis and endodermis scraped until 0,5 cm thickness ( C2 ); layers of the epidermis and endodermis scraped up as thick as 0,7 cm ( C3 ); layers of the epidermis and endodermis scraped up as thick as 0,9 cm ( C4 ); layers of the epidermis and endodermis scraped up as thick as 1,1 cm ( C5 ); layers of the epidermis and endodermis scraped up as thick as 1,3 cm ( C6 ), then all treatments is performed in three repetitions and endurance for 5 weeks. Based on the research that has been done, the Ks of yellow bamboo with C1 treatment is 0 cm/sec, C2 was 7,24 x 10-8 cm/ sec; C3 was 6,87 x 10-8 cm/sec; C4 was 8,56 x 10-8 cm/sec; C5 was 6,93 x 10-8 cm/sec; and C6 was 7,06 x 10-8 cm/ sec. It can be show that the higher bamboo s water absorbing ability the higher hydrolic conductivity s value that obtained. Whereas, the lower bamboo s water absorbing ability the lower hydrolic conductivity s value that obtained. Keywords : hydraulic conductivity, endurance, yellow bamboo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai konduktivitas hidrolik jenuh (Ks) bambu kuning pada berbagai perlakuan sebagai alat untuk keperluan irigasi bawah permukaan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian Ks bambu kuning dilakukan pada 6 perlakuan, yaitu lapisan epidermis dan endodermis tidak dikikis (C1); lapisan epidermis dan endodermis dikikis sampai setebal 0,5 cm (C2); lapisan epidermis dan endodermis dikikis sampai setebal 0,7 cm (C3); lapisan epidermis dan endodermis dikikis sampai setebal 0,9 cm (C4); lapisan epidermis dan endodermis dikikis sampai setebal 1,1 cm (C5); lapisan epidermis dan endodermis dikikis sampai setebal 1,3 cm (C6), kemudian keenam perlakuan ini dilakukan 3 kali pengulangan dan endurance selama 5 minggu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Ks bambu kuning dengan perlakuan C1 adalah 0 cm/detik; C2 adalah 7,24 x 10-8 cm/detik; C3 adalah 6,87 x 10-8 cm/detik; C4 adalah 8,56 x 10-8 cm/detik; C5 adalah 6,93 x 10-8 cm/detik; dan C6 adalah 7,06 x 10-8 cm/detik. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin tinggi kemampuan bambu dalam mengikat air maka semakin tinggi pula nilai konduktivitas hidroliknya. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan bambu dalam mengikat air maka semakin rendah pula nilai konduktivitas hidroliknya. Kata Kunci: Konduktivitas hidrolik, endurance, bambu kuning 201

Analisis konduktifitas hidrolik... (Jenni A, Ahmad T, Sugeng T dan Iskandar Z) I. PENDAHULUAN Bambu merupakan tumbuhan alam yang sejak zaman dahulu telah membantu manusia sebagai pengganti kayu untuk keperluan sehari-hari. Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang di dalam batangnya terdapat rongga-rongga dan ruas. Bambu memiliki pertumbuhan sangat cepat karena memiliki sistem rhizoma-dependen yang unik. Di Indonesia terdapat sekitar 200 spesies bambu yang produktivitasnya tinggi dan ketersediaannya melimpah. Bambu memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai wadah penampung nira. Nira yang berada di dalam bambu harus segera dipindahkan ke wadah yang lain, karena jika lapisan epidermis dan lapisan endodermis pada bambu terkikis maka bambu akan mengalami kebocoran dan air nira akan merembes keluar. Hal tersebut didasarkan bahwa bambu memiliki serat dan jaringan-jaringan yang dapat melewatkan air. Oleh karena itu hal tersebut dapat dijadikan dasar pemikiran bahwa bambu memiliki potensi sebagai selang atau emitter untuk keperluan irigasi bawah permukaan, seperti prinsip kerja irigasi kendi, yaitu memberikan air irigasi langsung di daerah zona perakaran dan memberikan keseragaman kadar air tanah. Selain itu bambu juga memiliki harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan kendi. Namun, sampai saat ini belum ada ketersediaan informasi yang mengkaji mengenai sistem kerja dan nilai konduktivitas hidroliknya. Untuk itu perlu diadakan kajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan bambu untuk keperluan irigasi bawah permukaan. Pada penelitian ini digunakan bambu dengan varietas bambu kuning (Bambusa vulgaris schard.es J.C) karena bambu kuning memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah diperbanyak, dapat tumbuh baik ditempat yang kering, dan batangnya sangat kuat, serta bambu kuning banyak dibudidayakan di negara Indonesia sehingga sangat mudah untuk dijumpai (Berlian dan Rahayu, 1995, hal.7). II. BAHAN DAN METODA Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015 bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Masin Pertanian (DAMP) dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ember sebagai tempat untuk air dan bambu, selang plastik, penggaris ukur, penggaris, gergaji, ember kecil, pisau, gelas ukur, tabung mariotte, meteran, kamera, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bambu varietas bambu kuning (Bambusa vulgaris schard ES. J.C) sebanyak 18 ruas, air, kayu, dan lapisan penutup. Penelitian dilakukan dengan memotong bambu setiap ruas dengan panjang di atas buku 25 cm dan dibawah buku 2,5 cm sebagai tumpuan, kemudian bambu diberi 6 perlakuan yaitu: 1. Sebagai kontrol, yaitu tidak dikikis seluruh lapisan epidermis dan lapisan endodermisnya (C1). 2. Tebal bambu 0,5 cm dengan lapisan epidermis dan endodermis dikikis (C2). 3. Tebal bambu 0,7 cm dengan lapisan epidermis dan endodermis dikikis (C3). 4. Tebal bambu 0,9 cm dengan lapisan epidermis dan endodermis dikikis (C4). 5. Tebal bambu 1,1 cm dengan lapisan epidermis dan endodermis dikikis (C5). 6. Tebal bambu 1,3 cm dengan lapisan epidermis dan endodermis dikikis (C6). Bambu yang telah diberi perlakuan kemudian dikedapkan, pada bagian atas bambu ditutup dengan karet ban yang diikat serapat mungkin dan dilengkapi dengan adaptor sebagai sambungan aliran air ke tabung mariotte. Pada bagian bawah buku-buku ruas bambu diberikan lem silicone agar bambu kedap air dan air tidak dapat merembes melalui bawah buku-buku bambu. Dalam pengujian konduktivitas hidrolik ini hanya dilakukan pada bagian dinding bambu, oleh karena itu semua bagian bambu yang lainnya harus kedap air. Bambu yang sudah diberi adaptor lalu diisi dengan air hingga penuh, kemudian dengan menggunakan selang waterpass dihubungkan ke tabung mariotte. 202

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.. 4, No. 3: 201-208 Pengujian konduktivitas hidrolik (Ks) bambu kuning dilakukan dalam kondisi jenuh sehingga bambu direndam di dalam ember yang berisi air dan sudah dilubangi sesuai dengan ketinggian air pada kondisi awal. Jika air dari dalam bambu merembes keluar, maka muka air akan naik dan air akan tumpah melalui lubang pada ember yang telah disambungan dengan selang waterpass yang kemudian ditampung oleh ember kecil. Head (ketinggian) air di tabung mariotte akan memberikan tekanan terhadap bambu sehingga air didalam bambu akan merembes keluar melalui dinding bambu. Pengujian ini dilakukan dalam waktu 24 jam pada setiap perlakuan. Setelah selang waktu 24 jam, volume air yang merembes akan diukur, dan dihitung debit airnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung konduktivitas hidrolik (Ks) bambu:. BD = Dimana: BD = kerapatan bambu BK = berat kering Vo = volume awal Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Ms. Excel dengan cara memasukkan rumusrumus yang telah ditentukan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tabung Mariotte Tabung mariotte digunakan untuk mengisi air kedalam setiap bambu dan berfungsi untuk mempertahankan tinggi muka air dalam setiap bambu selama masa pengukuran berlangsung. Tabung mariotte yang digunakan terbuat dari pipa PVC berukuran 4 inchi sepanjang 60 cm dan 0,5 inchi sepanjang 50 cm. Berikut ini adalah grafik hubungan antara ketinggian (head) dan volume tabung mariotte: Gambar 1. Grafik hubungan antara ketinggian (head) dan volume Dimana: Ks = Konduktivitas hidrolik jenuh Q = debit rembesan bambu betung L = tebal dinding bambu A = luas permukaan rembesan (dinding bambu) H = beda tinggi muka air di tabung mariot dengan bak penampungan air. (Hermantoro, 2010). Untuk mengetahui pengaruh nilai konduktivitas hidrolik dengan kerapatan bambu maka selanjutnya adalah melakukan pengujian kerapatan bambu dengan cara mengoven setiap sampel perlakuan bambu dengan dimensi 1 cm x 1 cm pada suhu 105 o C selama 1 x 24 jam. Rumus kerapatan bambu yang digunakan yaitu: Berdasarkan dari Gambar 1, dapat diketahui jumlah debit yang keluar dari dalam tabung mariotte perjam. Pada ketinggian 0 cm, debit yang keluar adalah 0 liter/jam. Hal ini dikarenakan air yang berada di dalam tabung mariotte tidak dapat keluar pada ketinggian yang sama dengan lubang keluaran air. Menurut Setiawan (1998), sistem irigasi kendi di Indonesia terdiri dari bak penampung air berupa tabung mariotte yang dapat memberikan air ke dalam kendi dengan tekanan yang tetap (konstan). Berdasarkan hasil penelitian, debit air yang keluar dari dalam tabung mariotte akan selalu tetap (konstan) meskipun ketinggian muka air didalam tabung mariotte turun. Pada penelitian ini digunakan head 20 cm karena 203

Analisis konduktifitas hidrolik... (Jenni A, Ahmad T, Sugeng T dan Iskandar Z) disesuaikan dengan kondisi tempat penelitian yang kurang luas sehingga ketinggian yang digunakan. 3.2 Spesifik Bambu Bambu yang dipilih adalah bambu varietas bambu kuning (Bambusa vulgaris schard Es J.C). Bambu kuning dipilih karena bambu kuning memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah diperbanyak, dapat tumbuh baik ditempat yang kering, dan batangnya sangat kuat, serta bambu kuning banyak dibudidayakan di negara Indonesia sehingga sangat mudah untuk dijumpai. Gambar 2 adalah gambar bambu beserta keterangan dimensi yang digunakan pada penelitian. 3.3 Nilai Konduktivitas Hidrolik (Ks) Bambu Kuning (Bambusa vulgaris schard Es J.C) Pada penelitian ini akan menguji konduktivitas hidrolik pada tanaman bambu spesies bambu kuning (Bambusa vulgaris schard Es J.C). Bambu tersebut akan dihitung volume yang merembes ke luar pada setiap harinya (Tabel 2). Tabel 1. Karakteristik Bambu 204 P e r la k u a n T e b a l ( c m ) Spesies bambu : Bambusa vulgaris schard.es J.C Tinggi bambu : 20 cm Diameter luar bambu : 8-9,4 cm Luas permukaan selubung luar : 545,83 cm 2 Kondisi bambu : bersih Umur bambu : 4-5 tahun Jumlah bambu : 18 ruas Gambar 2. Spesifikasi Bambu D ia m e t e r ( c m ) C 1 1 8 5 0 2,4 C 2 0, 5 8, 2 5 5 1 8,1 C 3 0, 7 8, 5 5 3 3,8 C 4 0, 9 8, 8 5 5 2,6 C 5 1, 1 9, 2 5 7 7,7 C 6 1, 3 9, 4 5 9 0,3 Tabel 2. Nilai konduktivitas hidrolik bambu kuning L u a s S e lu b u n g L u a r ( c m 2 ) P er lak ua n M in g g u 1 M in ggu 2 M in g gu 3 M in gg u 4 M in ggu 5 C 1 0 0 0 0 0 C 2 8,84E -08 7,20E- 08 6,9 2E- 08 6,72 E- 08 6,49E- 08 C 3 8,17E -08 7,05E- 08 6,9 0E- 08 6,60 E- 08 5,61E- 08 C 4 10,93E -0 8 9,33E- 08 8,2 3E- 08 7,41 E- 08 6,91E- 08 C 5 8,04E -08 7,63E- 08 7,0 5E- 08 6,68 E- 08 5,25E- 08 C 6 8,79E -08 8,53E- 08 7,4 7E- 08 6,16 E- 08 4,33E- 08 Keterangan: 1. nilai Ks dari miggu pertama sampai minggu kelima menurun. 2. E-08 = 10-8. Sumber: Hasil Penelitian

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.. 4, No. 3: 201-208 Pada pengujian konduktivitas hidrolik, bambu yang digunakan telah direndam air sampai kondisi jenuh selama 2 hari agar bambu benarbenar dalam keadaan jenuh. Berdasarkan tabel 2, nilai konduktivitas hidrolik rata-rata dari masing-masing perlakuan sebagai berikut, perlakuan C1 dengan nilai konduktivitas hidrolik 0 cm/det pada setiap minggunya. Hal ini disebabkan karena lapisan epidermis dan lapisan endodermis tidak dikikis sehingga air didalam bambu tertahan dan tidak bisa merembes keluar. Pada perlakuan lainnya diperoleh nilai konduktivitas hidrolik (Ks) berbeda-beda pada setiap minggunya. Nilai Ks tertinggi yaitu pada perlakuan C2 dan C4, hal ini dikarenakan kadar air pada perlakuan C2 dan C4 lebih tinggi dari perlakuan lainnya sehingga nilai konduktivitas hidroliknya tinggi. Tabel 3. Nilai kerapatan bambu Perlakuan Kadar (%) Air C1 49,36 0,36 C2 61,94 0,34 C3 60,67 0,28 C4 61,37 0,33 C5 57,61 0,35 C6 56,09 0,40 Bulk Density (gr/cm 3 ) 3.4 Kerapatan Bambu Kerapatan bambu meliputi nilai kadar air bambu dan bulk density (kerapatan bambu) yang diukur dengan cara mengoven sampel bambu dengan dimensi 1 cm x 1 cm yang kemudian dioven selama 1 x 24 jam dan diketahui berat kering bambu, Kadar Air (KA) bambu, dan nilai Bulk Density (BD). Nilai kadar air yang diperoleh berbeda-beda pada setiap perlakuan, hal ini dikarenakan kemampuan masing-masing bambu dalam menyerap air berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi nilai konduktivitas hidrolik yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kerapatan bambu, maka semakin sedikit ruang pori yang kosong untuk mengikat air sehingga bambu sulit untuk meloloskan air keluar, demikian sebaliknya. 3.5 Endurance Berdasarkan dari Gambar 3, secara umum terlihat bahwa semakin lama waktu perendaman bambu didalam air, maka debit air yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini dikarenakan, pada bambu terdapat warna kuning kemerahan, bambu terserang lumut, cendawan, mengeluarkan bau busuk, warna air yang berubah menjadi merah, berlendir, dan perubahan viskositas (semakin tinggi nilai viskositas air, maka semakin rendah nilai debit yang keluar). Sehingga air tersumbat dan tidak dapat meloloskan air keluar dari dalam dinding bambu. Gambar 3. Endurance 205

Analisis konduktifitas hidrolik... (Jenni A, Ahmad T, Sugeng T dan Iskandar Z) 3.6 Hubungan antara Ketebalan dan Nilai Ks Gambar 4. Grafik hubungan antara ketebalan dan nilai Ks Berdasarkan Gambar 4, dapat disimpulkan bahwa ketebalan batang bambu tidak mempengaruhi nilai konduktivitas hidrolik jenuh (Ks) yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian dihasilkan konduktivitas hidrolik yang berbeda-beda pada setiap perlakuan yang dikarenakan batang bambu memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang dapat dijadikan acuan nilai konduktivitas hidrolik jenuh bambu kuning yaitu pada perlakuan C4 dengan ketebalan 0,9 cm dan nilai konduktivitas hidrolik jenuh (Ks) sebesar 8,56 x 10-8 cm/det. 3.7 Hubungan antara Nilai Ks Bambu, Kendi, dan Tanah Berdasarkan dari Tabel 4, dapat diketahui hubungan antara nilai Ks bambu kuning, kendi, dan tanah. Bambu kuning pada perlakuan C2, C3, Tabel 4. Hubungan antara nilai Ks bambu, kendi, dan tanah Perlakuan Ks (cm/det) Keterangan C1 0 C2 C3 C4 C5 C6 Ks Kendi 7,24E-08 6,87E-08 8,56E-08 6,93E-08 7,06E-08 7,8E-8 s/d 8,78E-6 Data Pengukuran Hermantoro (2010) Ks Tanah Lempung 2,31E-07 Todd (1980) C4, dan C5 memiliki nilai konduktivitas hidrolik berbeda jauh dengan nilai konduktivitas hidrolik kendi, karena nilai kerapatan bambu kuning yang berbeda dengan nilai kerapatan kendi. Sedangkan nilai Ks bambu kuning juga berbeda jauh dengan nilai Ks tanah lempung, tetapi dalam kondisi tanah kering, bambu dapat mengalirkan air ditanah berlempung sedangkan dalam kondisi tanah yang jenuh, bambu diduga dapat menyimpan air didalam bambu dan air yang tersimpan akan keluar apabila tanah sedang membutuhkan air. Dengan nilai Ks yang berbeda jauh dengan nilai Ks kendi dan nilai Ks tanah lempung, bambu kuning tidak mempunyai peluang untuk dapat digunakan sebagai alat irigasi bawah permukaan seperti kendi, dan diduga dapat berpotensi sebagai alat untuk pemurnian air. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan yaitu, sebagai berikut: 1. Tanaman bambu kuning (Bambusa vulgaris schard Es J.C) memiliki nilai konduktivitas hidrolik (Ks) yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai konduktivitas hidrolik kendi dan tanah lempung. 2. Nilai konduktivitas hidrolik rata-rata dari perlakuan yang tidak dikikis lapisan epidermis dan lapisan endosermisnya adalah 0 cm/det. 206

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.. 4, No. 3: 201-208 3. Nilai konduktivitas hidrolik rata-rata dari perlakuan C2 sampai C6 adalah 7,23 x 10-8 cm/det; 6,87 x 10-8 cm/det; 8,56 x 10-8 cm/ det; 6,93 x 10-8 cm/det; dan 7,06 x 10-8 cm/det. 4. Nilai konduktivitas hidrolik bambu kuning dari minggu pertama sampai minggu kelima mengalami penurunan yang diakibatkan oleh pori-pori bambu tersumbat oleh adanya cendawan dan lumut disekitar dinding bambu. 4.2 Saran Saran dari hasil penelitian ini yaitu, sebagai berikut: 1. Perlu diadakan kajian lebih lanjut mengenai nilai konduktivitas hidrolik tanaman bambu pada varietas yang berbeda, sehingga hasil dari pengujian ini dapat dibandingkan dengan nilai Ks bambu hasil penelitian lainnya. 2. Disarankan agar penelitian ini dapat dilanjutkan ke media tanah, sehingga dapat diketahui nilai konduktivias hidrolik tanaman bambu kuning dalam keadaan tidak jenuh. DAFTAR PUSTAKA Berlian, N.V.A dan E. Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Edisi 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Hermantoro. 2010. Teknik Fertigasi Kendi untuk Lahan Kering. STIPER Yogyakarta. Sleman Yogyakarta. 66 hal. Hermantoro. 2011. Teknologi Inovatif Irigasi Lahan Kering dan Lahan Basah Studi Kasus Tanaman Lada Perdu. Agroteknose. Vol. V, No. 1: 37-44. Krisdianto, Sumarni, dan Ismanto. 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. 15 hal. Setiawan B.I. 1998. Sistem Irigasi Kendi untuk Tanaman Sayuran di Daerah Kering. Laporan Riset Unggulan Terpadu IV. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 207

Analisis konduktifitas hidrolik... (Jenni A, Ahmad T, Sugeng T dan Iskandar Z) Halaman ini sengaja dikosongkan 208