BAB I PENDAHULUAN. kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2009 PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

Hari Air Dunia Mengingatkan Kembali Kepedulian Kita Pentingnya Air dan Pengelolaan Air Limbah

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ATAU PERMUKIMAN

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

SANITASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA PROGRAM SANITASI PERKOTAAN BERBASIS MASYARAKAT (SPBM) DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

PENDAHULUAN. Limbah domestik merupakan jumlah pencemar terbesar yang masuk ke perairan

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 122 TAHUN 2005 TENTANG

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

W ALIKOTA M AKASSAR PROVINSI SULAW ESI SELATAN

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA. Wahyu Endy Pratista Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

Adanya Program/Proyek Layanan Pengelolaan air limbah permukiman yang berbasis masyarakat yaitu PNPM Mandiri Perdesaan dan STBM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumber daya manusia, dan kemitraan lingkungan disamping itu perangkat hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi) dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi terintegrasikan dengan seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan daerah. Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat dan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan secara terus-menerus menyudutkan masyarakat pada permasalahan degradasi lingkungan. Kualitas sanitasi, pengolahan sampah, keterbatasan lahan untuk ruang terbuka hijau dan kesadaran masyarakat atas perubahan iklim menjadi beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh para pejabat kota di Indonesia. Karena itu, unsur utama yang harus dimiliki pelaku pemerintahan ini adalah kemampuan dan konsistensi identifikasi persoalan lingkungan. 1

2 Sistem sanitasi juga memiliki permasalahan dan kendala tersendiri. Secara konsep, sistem sanitasi yang diterapkan di perkotaan seharusnya terpadu, komunal atau terpusat, jadi limbah dan saluran air kotor dapat diolah dengan teratur. Saluran-saluran yang membentuk jaringan sanitasi harus diarahkan pada kawasan pengolahan tersendiri, yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Air limbah). Melalui IPAL, warga kota bisa merasa nyaman karena tak perlu lagi membuang air kotor secara sembarangan. IPAL ini tidak hanya diperuntukkan bagi limbah rumah tangga, tetapi juga bagi sentra industri-industri, baik kecil atau besar. Sistem sanitasi selalu terkait dengan masalah limbah dan saluran air kotor. Sebagai kota dengan segudang predikat, praktis Yogyakarta menyangga berbagai keberagaman aktivitas manusia sebagai penghasil limbah. Mulai dari limbah rumah tangga (mandi, kakus, mencuci atau memasak), perkantoran, sekolah, universitas, hotel, rumah makan, mall, sampai dengan industri skala kecil dan besar. Namun kenyataannya pembuangan limbah domestik, seperti limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama di Yogyakarta, sebagian besar saluran limbah cair tersebut masih dialirkan pada pusat IPAL yang ada di Sewon, Bantul. Sedangkan sisanya, saluran-saluran air kotor masih tetap mengandalkan sungai dan septictank yang non kedap air. Akibatnya sebagian besar sungai-sungai yang berada di wilayah Yogyakarta menjadi tempat pembuangan air limbah. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat

3 dipastikan bahwa sungai-sungai yang teraliri air limbah akan memperburuk siklus air secara alamiah, sehingga air sungai tidak lagi bersih. Beban kota masih ditambah lagi dengan air tanah kota yang tak lagi sehat. Selain itu, septictank non kedap air mengakibatkan merembesnya limbah dan bercampur dengan air tanah yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Agar perkotaan tetap sehat, masalah-masalah sanitasi harus menjadi perhatian serius pemerintah beserta dengan warganya. Jogjaku Bersih harus menjadi slogan yang mampu diwujudkan. IPAL komunal atau domestik yang dirancang untuk menjaga air sungai dan air tanah yang ada di Yogyakarta, khususnya untuk masyarakat yang ada di pinggir sungai. Penting untuk menyadarkan masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai-sungai karena cukup banyak warga yang membuang limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Maka dari itu, perlu antisipasi seperti salah satunya pembuatan septictank. Menanggapi fenomena lingkungan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, perlu untuk membangun IPAL-IPAL komunal di berbagai tempat di Yogyakarta. IPAL komunal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat sadar dan turut terlibat dalam hal kepedulian lingkungan. Selain itu, IPAL komunal memang lebih murah dan ringkas daripada membuat septictank pribadi, dengan harapan agar setelah dibuang ke sungai, air sudah memenuhi baku mutu standar SK Gubernur nomor 214 tentang baku mutu air sungai. Masalah lainnya adalah banyak saluran air limbah dan irigasi warga di bantaran Kali Code, yang belum normal. Mampetnya saluran irigasi warga,

4 dikarenakan terbuntu oleh pasir yang dibawa banjir lahar dingin. Hal itu, memerlukan perbaikan dengan menyedot atau membongkar ulang beberapa saluran. Di daerah Cokrodirjan, Kelurahan Suryatmajan, masih ada beberapa aliran limbah yang belum normal. Menurut warga, perbaikan belum maksimal karena keterbatasan alat. Sudarsono, ketua Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Daerah (BKPBD), Kota Yogyakarta, mengatakan, dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, pihaknya akan memaksimalkan dalam pembangunan talud dan perbaikan saluran-saluran irigasi dan buangan limbah (Media Indonesia.com diunduh 2 Desember 2011). Kemudian masalah lain menurut Ketua Komisi C DPRD Kota Yogyakarta, Zuhrif Hudaya adalah fenomena banyaknya bakteri E-coli pada ribuan sumur di Kota Yogyakarta perlu menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Walikota Yogyakarta kedepan. Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta harus dapat membasmi E-coli dengan cara-cara yang saat ini belum dipakai. Sekitar 80 persen sumur kita tercemar E-coli karena jaraknya banyak yang terlalu dekat dengan limbah rumah tangga (KRJogja. com diunduh 19 Januari 2012). Dalam rangka memfasilitasi pembuangan air limbah domestik dan untuk mengoptimalkan jaringan air limbah serta untuk melindungi fungsi lingkungan hidup perlu pengaturan pengelolaan air limbah domestik secara baik dan benar. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Assainering sepanjang yang mengatur Saluran Air Kotor sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan peraturan

5 perundang-undangan yang berlaku, sehingga perlu dicabut dan diganti berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 6 tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik. Namun, dalam pelaksanaan Perda tersebut masih terdapat masalah seperti yang di utarakan di atas. Misalnya, air tanah kota yang tak lagi sehat, kesadaran masyarakat akan lingkungan masih rendah, banyaknya bakteri E-coli pada ribuan sumur di Kota Yogyakarta, banyak warga yang membuang limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, saluransaluran air kotor masih tetap mengandalkan sungai dan septictank yang non kedap air. Atas dasar hal-hal tersebut diatas maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul Evaluasi Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta Tentang Pengelolaan Limbah Air Limbah (Studi Implementasi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Air tanah kota yang tak lagi sehat, septictank non kedap air mengakibatkan merembesnya limbah dan bercampur dengan air tanah 2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan lingkungan terutama yang bermukim di pinggiran sungai-sungai karena cukup banyak warga yang membuang limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.

6 3. Masih banyaknya bakteri E-coli pada ribuan sumur di Kota Yogyakarta. 4. Saluran-saluran air kotor masih tetap mengandalkan sungai dan septictank yang non kedap air. 5. Masih belum optimalnya pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah telah diuraikan di atas maka peneliti memfokuskan pada evaluasi kebijakan terhadap Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 tentang pengaturan Pengelolaan Air Limbah Domestik. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi implementasi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik? E. Tujuan Masalah Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui implementasi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik.

7 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kebijakan publik di bidang lingkungan hidup dari Pemerintah Kota Yogyakarta serta dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi kebijakan publik di bidang lingkungan hidup dari Pemerintah Kota Yogyakarta. b. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah lingkungan di kota Yogyakarta dan dapat menjadi pertimbangan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya. G. Batasan Istilah Untuk menghindari adanya multi-interpetasi atas judul penelitian ini, maka peneliti perlu untuk membatasi beberapa istilah berikut :

8 1. Evaluasi Implementasi Evaluasi implementasi menurut Ripley sebagaimana dikutip Nurhajadmo (2008: 17), adalah evaluasi yang ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap proses, dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain kepatuhan serta dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek dari suatu kebijakan. 2. Kebijakan Publik Irfan Islamy sebagaimana dikutip oleh Suandi (2010 : 12) kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturanaturan yang ada di dalamnya. 3. Pengelolaan Limbah Perkotaan Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:174-175) sistem pembuangan air limbah yang terdapat di perkotaan terbagi menjadi 2 (dua) macam sistem yaitu sistem pembuangan setempat (on site sanitation) dan pembuangan terpusat (off site sanitation). Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas pembuangan air limbah yang berada di dalam persil pelayanan (batas tanah yang dimiliki) misal dengan septik tank, sedangkan sistem pembuangan terpusat adalah sistem pembuangan di luar persil.

9 4. Air limbah Domestik Menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 Pasal 1 tentang pengelolaan air limbah domestik mengandung pengertian yaitu: Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. 5. Pemerintah Kota Yogyakarta Pasal 24 UU nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang mengatur kewenangan daerah yang menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Maka nama Kotamadya diubah menjadi Kota Yogyakarta. Dengan sistem pemerintahannya dinamai Pemerintah Kota Yogyakarta, dengan sebutan kepala daerah, Walikota. Dalam melaksanakan tugasnya walikota dibantu oleh dinas-dinas sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa pengertian dari judul penelitian Evaluasi Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik (Studi Implementasi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik) adalah suatu upaya untuk mengukur, menilai, serta mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pengelolaan air limbah domestik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.