BAB I PENDAHULUAN. SD mampu untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. Belajar tidak hanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang apa yang telah kita kerjakan. Energi didefinisikan oleh ilmuwan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran menurut Sardiman (2007: 59) dapat diartikan, Suatu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan formal, di mana pendidikan dasar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam. pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan.peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yang. yang dilaksanakannya. Guru membangun pembelajaran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I (Pendahuluan) ini akan d ipaparkan mengenai 6 (enam)

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sains mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pengetahuan dapat menjadi kunci utama sebagai problem solver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa tersebut perlu diciptakan suasana proses belajar yang dapat. membangun semangat belajar siswa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Via Ulfah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Mohamad Sopian Wiguna, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BENDA DI LINGKUNGAN SEKITAR DALAM METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN SIFAT

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni Trisiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang telah dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Babakan 3 kecamatan Babakan Ciparai Kota Bandung. Pelaksanaan siklus I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menurut konsekuensi mutu lulusan dari setiap lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan Sekolah Dasar sebagai salah satu lembaga pendidikan dasar yang menjadi fondansi dari lembaga pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya. Lembaga pendidikan dasar sangat diharapkan mampu untuk menciptakan mutu lulusan pendidikan yang berkualitas dan berkompetensi, sehingga siswa SD mampu untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya. Peningkatan mutu dan kualitas lulusan sangat erat kaitanya dengan kondisi sekolah dan tugas guru sebagai pelaksana pendidikan yang langsung berinteraksi dengan siswa di kelas, maka gurupun dituntut untuk mampu mengembangkan dirinya secara profesional yang berkaitan dengan tugasnya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa faktafakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pengalaman langsung serta pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. 1

Pembelajaran IPA mempunyai peranan sangat penting bagi peserta didik, karena berkaitan secara langsung dengan kehidupan yang ada di lingkungan sekitar. Sebagaimana tertuang dalam KTSP mata pelajaran IPA di SD/MI pembelajaran harus dilakukan dengan pemberian pengalaman secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya menghafal materi yang disampaikan guru tetapi harus dapat memahami materi dengan pengalaman langsung. Pada pelaksanaanya pembelajaran IPA haruslah diupayakan dalam kondisi pembelajaran yang kondusif yaitu bersifat aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Uzer Usman (2000:31) dalam Syaiful Rizky (2007:4) bahwa belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung dan menuju pada pengalaman yang lebih abstrak. Dalam pembelajaran IPA kelas IV terdapat Standar Kompetensi (8) Memahami berbagai bentuk energy dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Kompetensi Dasar (8.1) Mendeskripsikan energy panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. Adapun indikator yang berhubungan dengan Kompetensi Dasar tersebut dan belum mencapai standar nilai KKM yaitu (8.1.1) siswa dapat mendiskripsikan pengertian perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi serta (8.1.2) siswa dapat membedakan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi.(silabus KTSP Kelas IV tahun, 2010: 18). 2

Pada Indikator tersebut, Nilai Ketuntasan Minimal (KKM) siswa yang ditetapkan oleh sekolah sebagai acuan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA adalah 70. Siswa kelas IV memperoleh hasil belajar sebagai berikut, dari jumlah siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa, hasil tugas menunjukkan sebanyak 12 siswa diantaranya belum mencapai target Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) atau sekitar 60 % dan 8 anak memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan atau 40 % dari jumlah keseluruhan. Dengan indikator keberhasilan ketetapan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah itu, sebagian besar belum mampu mencapainya, dari data tersebut siswa kelas IV belum bisa memenuhi target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), menunjukan bahwa pemahaman siswa kelas IV tentang perpindahan panas masih rendah. Hal tersebut juga didorong adanya pembelajaran yang kurang menarik, guru lebih sering menggnakan metode ceramah tanpa disertai media dan alat pembelajaran yang membantu, siswa cenderung hanya mengandalkan hafalan materi serta penerapan metode yang kurang tepat sehingga siswa merasa bosan dan tidak memahami materi yang diajarkan. Dan ini berdampak pada hasil belajar tentang perpindahan panas yang tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru, walaupun dalam bentuk demontrasi tetapi jika didominasi ceramah akan mengakibatkan proses pembelajaran bersifat pasif, kurang menyenangkan, abstrak, dan cenderung menimbulkan kejenuhan siswa di dalam kelas yang pada gilirannya menjadikan materi pelajaran terkesan sulit untuk di ingat, sehingga dalam 3

mengerjakan evaluasi mereka kesulitan dalam mengingat materi pembelajaran yang pada akhirnya akan berdampak pada prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan dan kurang optimal seperti yang diharapkan. Berdasarkan observasi di lapangan kedudukan dan fungsi guru dalam pembelajaran saat ini cenderung dominan. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep jika belajar menemukan sendiri dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut sehingga terjadi suasana belajar yang menyenangkan, sebagaimana dikemukakan oleh Uzer Usman (2000:31) dalam Syaiful Risky (2007:4) bahwa Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan cepat membosankan sebaliknya akan lebih menarik bila siswa gembira belajar karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Agar proses pemahaman siswa terhadap materi IPA dapat diwujudkan secara optimal, maka diperlukan metode tepat sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran yang disampaikan serta dapat meningkatkan prestasi belajar yang maksimal. Maka langkah utama yang diperlukan adalah perbaikan metode pembelajaran. Berkaitan dengan pentingnya pemilihan metode pembelajaran yang tepat sasaran, maka konsep pembelajaran yang diharapkan berlangsung adalah lebih bermakna bagi siswa, proses pembelajaran berlangsung alamiah adalah bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Penggunaan metode eksperimen sangat menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 136) dalam Martiningsih (2007:5) metode eksperimen adalah suatu cara 4

belajar mengajar yang melibatkan peserta didik untuk ikut mengalami, membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Sedangkan Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) dalam Martiningsih (2007:6) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Keuntungan yang diperoleh dengan eksperimen adalah perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahankesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diberikan dengan metode ceramah dapat diatasi melalui pengamatan, pengalaman secara langsung dan contoh yang konkrit. Sehingga siswa lebih memahami dan dapat memberikan motivasi yang kuat agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini bisa terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA dengan materi perkembangbiakan tumbuhan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI. Karena siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dengan melakukan eksperimen pada proses perkembangbiakan tumbuhan sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. 5

Dengan demikian banyak hal yang bisa didapatkan melalui metode eksperimen yang akan menggiring siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih jauhnya dapat mempengaruhi hasil belajar IPA,untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Perpindahan Panas Kelas IV SDN Munungkerep II Kabuh Jombang. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana penerapan metode eksperimen pada Pembelajaran IPA tentang perpindahan panas siswa kelas IV SDN Munungkerep II Kabuh? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar tentang perpindahan panas dalam kegiatan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Munungkerep II Kabuh dengan menggunakan metode eksperimen? 1.3 HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah : Jika guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, maka pemahaman siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan panas akan meningkat 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan penerapan metode eksperimen pada Pembelajaran IPA tentang Perpindahan panas siswa kelas IV SDN Munungkerep II Kabuh 6

2. Meningkatkan hasil belajar siswa tentang perpindahan panas pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Munungkerep II Kabuh 1.5 MANFAAT PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dan tujuan yang diajukan, maka penelitian ini dapat bermanfaat untuk 1. Guru a. meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang telah dilakukan siswa, sehingga siswa bisa berperan langsung dalam pembelajaran ini. b. guru menjadi lebih dekat dengan siswa karena keikutsertaan guru dalam setiap kelompok eksperimen tersebut, sehingga siswa merasa diperhatikan 2. Siswa a. siswa merasa tertantang dan termotivasi untuk melakukan pembuktian dalam pokok bahasan perpindahan panas. b. siswa akan lebih aktif lagi dalam menyelesaikan tugas dari guru bersama kelompoknya. c. dengan situasi belajar yang menyenangkan dan eksperimen langsung diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. 3. Sekolah a. memberikan sumbangan yang berarti bagi sekolah untuk dapat meningkatkan taraf serap, sehingga tidak ketinggalan dengan sekolah lain. 7

b. kualitas pendidikan di sekolah akan meningkat, karena adanya penigkatan cara mengajar guru dan hasil belajar siswa 1.6 DEFINISI ISTILAH Adapun definisi istilah pada penelitian ini adalah a. Metode Eksperimen adalah suatu cara mengajar, siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah (2001:80) b. Perpindahan Panas adalah berpindahnya atau merambatnya panas. Perpindahan panas dibagi menjadi 3 yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi (Pudak, 2008) 1.7 BATASAN MASALAH Agar dalam pembahasan masalah dari judul yang diangkat oleh peneliti tidak meluas serta adanya keterbatasan sumber yang ada, maka peneliti hanya membatasi masalah pada : Penggunaan metode eksperimen hanya untuk pembelajaran IPA pada pokok bahasan perpindahan panas siswa kelas IV SDN Munungkerep II Kabuh 8