PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari

PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE

KATA PENGANTAR. Merauke, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Merauke. Drs. P A R D J A N, M.Si. NIP

O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a l P r a s a r a n a d a n S a r a n a P e r t

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke. Drs. Pardjan, M.Si

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

PROFIL KABUPATEN / KOTA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

arg arg pt. aditya ridho gumilang pt. aditya ridho gumilang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA (Tahun Anggaran 2013)

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MERAUKE

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perusahaan yang sudah, atau sedang, memperoleh lahan di Merauke

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

BAB 5 RTRW KABUPATEN

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

Infrastruktur PUPR Mendukung Pengembangan Industri Pengolahan Pangan di Gorontalo

Transkripsi:

1 PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE Dalam rangka pemerataan Pengembangan di Indonesia, pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 120 tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) yang kemudian disempurnakan beberapa kali hingga terakhir menjadi Keputusan Presiden Nomor 173 Tahun 1998. Sebagai tindak lanjut dari keluarnya Keppres tersebut, dipandang perlu untuk mengam bil langkah-langkah dan kebijakan konkrit untuk dapat memacu pertumbuhan KTI melalui penanganan sebuah kawasan andalan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 89 Tahun 1996 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden nomor 9 Tahun 1998 tentang pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Dengan berkembanganya nuansa otonomi daerah, Keputusan Presiden tersebut disempurnakan lagi dengan Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 2000. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) telah menyusun konsep percepatan pengembangan Kawasan Merauke Trans Papua (MIFEE). Dalam rangka percepatan pengembangan kawasan tersebut, perlu disusun rencana pengembangan (development plan) kawasan inkubasi yang mengutamakan ketahanan pangan meliputi rencana jalan akses antar pusat kawasan, penyiapan infrastruktur pendukung kawasan, serta penyiapan rencana pengembangan pusat-pusat pertumbuhan. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menyusun konsep percepatan pengembangan kawasan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan kegiatan untuk menindaklanjutinya dengan penyusunan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. Kegiatan rencana pembangunan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke tersebut diharapkan dapat memberi arahan pembangunan dan perwujudan struktur ruang di kawasan tersebut yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta potensi ekonomi kawasan tersebut. Selain itu Kegiatan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendukung percepatan pengembangan Kawasan tersebuttersebut secara terpadu antara infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sektor lain, dan program pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing kawasan. KEPENDUDUKAN Kawasan Food Estate Merauke sebagai salah satu upaya untuk mendukung percepatan pencapaian ketahanan pangan nasional melalui pengembangan infrastruktur kawasan secara terpadu Jumlah penduduk Kabupaten Merauke terus meningkat dari ditiap tahunnya. Pada tahun 2013, penduduk Kabupaten Merauke berjumlah 209.980 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar ke seluruh Kabupaten Merauke. Sebaran penduduk tidak merata di Kabupaten Merauke, dengan jumlah penduduk tertinggi berada pada Distrik Merauke (93.999 jiwa) sedangkan yang terrendah pada Distrik Kaptel (1.825 jiwa). Selain itu, kepadatan peduduk tertinggi terjadi pada Distrik Merauke dengan 65,02 jiwa/km 2 diikuti oleh Distrik Semangga dan Distrik Malind dengan masing-masing kepadatannya adalah 41,81 jiwa/km 2 dan 19,11 jiwa/km 2. 1

Sedangkan kepadatan penduduk terrendah terjadi pada Distrik Ngguti dengan kepadatan 0.55 jiwa/km 2. Sektor Bangunan yang kontribusinya mengalami laju pertumbuhan yang signifikan dari tahun sebelumnya ternyata masih belum memberikan pengaruh yang dominan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke. Peranan Sektor Pertanian dalam laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke tetap menjadi yang paling dominan, yaitu mencapai angka 3,11%. Peranan Sektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Lapangn Usaha Dsitribusi PDRB ADHK 2012 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Share to Economic Growth Pertanian 42,33 7,35 3,11 EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke paling rendah terjadi pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2013 merupakan puncak pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke pada tahun 2013 sebesar 10,24%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke pada tahun 2013 tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor bangunan dengan peningkatan pertumbuhan yang signifikan, yaitu mencapai 22,73%. Kondisi PDRB ADHK Sejak tahun 2012 hingga tahun 2013sektor pertanian tetap konsisten memberikan kontribusi yang paling besar terhadap pembentukan PDRB ADHK Kabupaten Merauke. Pada tahun 2013 sektor pertanian menjadi sektor yang cukup dominan, dimana kontribusinya mencapai 41%. Pertambangan dan Penggalian 1,75 8,59 0,15 Industri Pengolahan 3,15 5,46 0,17 Listrik dan Air Bersih 0,46 10,04 0,05 Bangunan 8,75 22,73 1,99 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,83 10,55 1,14 Pengangkutan dan Komunikasi 11,57 10,85 1,26 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,21 13,54 0,57 Jasa-jasa 16,96 10,67 1,81 PENGGUNAAN LAHAN Penggunaan lahan di Kabupaten Merauke masih didominasi oleh semak belukar rawa dengan luas sebesar 1.296.643 Ha, hutan lahan kering 2

sekunder seluas 702.759 Ha, dan hutan lahan kering primer seluas 597.768 Ha. Adapun penggunaan lahan terbangun berupa permukiman hanya seluas 3.929 Ha. Keadaan ini memberikan potensi yang besar dalam pengembangan Kabupaten Merauke untuk ke depannya melalui pengembangan pertanian maupun pengembangan lahan terbangun dalam mendukung sector pertanian tersebut. Penggunaan Lahan Tahun 2012 Dominasi penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten merauke adalah semak belukar / rawa dengan luas sebesar 1.296.643 Ha, kemudian terdapat hutan lahan kering sekunder dengan luas 702.759 Ha, dan hutan lahan kering primer sebesar 597.768 Ha. Sedangkan Penggunaan lahan terbangun berupa permukiman hanya seluas 3.929 Ha. Secara luasan lahan Potensial untuk pengembangan pertanian maupun pengembangan infrastruktur guna mendukung sektor pertanian dan industri pengolahannya. Kabupaten Merauke memiliki daya dukung lingkungan yang cukup tinggi untuk kawasan budidaya yaitu sebesar 45% dengan Luas 2.093.316,44 Ha. Sedangkan untuk kawasan lindung sendiri sebsar 55% dengan luas 2.558.027,40 Ha. Luasan daya dukung lingkungan untuk kawasan budidaya yang tinggi ini dapat menjadi potensi pengembangan kawsan sentra produksi pangan nasional dan pengembangan infrastruktur pendukungnya. 3

DAYA TAMPUNG PENDUDUK Daya tampung penduduk kabupaten Merauke sebesar 523329.110 jiwa, sedangkan sampai dengan tahun 2025 proyeksi penduduk kabupaten merauke mencapai sebesar 278217 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa Jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun 2025 tidak melampaui angka daya tampung lahan Kabupaten Merauke, dan hal ini dapat mendukung program pengembangan dan pembangunan untuk kawasan sentra produksi pangan nasional. PENDUDUK TAHUN 2013 (jiwa) WILAYAH SUNGAI PROYEKSI PENDUDUK TAHUN 2025 (jiwa) DAYA TAMPUNG LAHAN (jiwa) 209.980 278.217 523.329.110 Wilayah Kabupaten Merauke memiliki potensi sumber air baku berupa air permukaan yang terdiri dari: DAS (Daerah Aliran sungai) Kumbe, Maro, Bian, Digul, dan Buraka. Sungai-sungai tersebut tergolong sungai tadah hujan dataran rendah (lowland rainfed rivers) yang artinya bersumber dari air hujan atau rawa di daer ah sekitarnya yang mermuara ke laut Arafura. Selain itu terdapat pula cekungan-cekungan rawa yang cukup luas tersebar dengan bentuk menjari. Sebagian rawa tersebut pada musim kemarau surut airnya, kecuali rawa besar seperti rawa biru yang terdapat di sebelah timur kota Merauke selalu berair sepanjang tahun. INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR Daerah irigasi Kabupaten Merauke merupakan bagian dari daerah irigasi Provinsi Papua yang diatur dalam Kepmen PU 390/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi, yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. Adapun luas total areal rencana persawahan dan realisasi pelayanan irigasi di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Jumlah Distrik Jumlah DI Luas Rencana (Ha) Luas Areal Yang Sudah Ada Jaringan Irigasi (Utama) Sudah Berfungsi (Ha) Sudah Sawah Belum Optimal (Ha) Alih Fungsi ( Ha ) Belum Sawah ( Ha ) Luas Areal Yang Belum Ada Jaringan Irigasi (Utama) Sudah Sawah (Ha) Belum Sawah (Ha) 2 6 1.920 1.386 306-228 - - Selain adanya potensi pengembangan daerah irigasi, pada Kabupaten Merauke juga memiliki potensi rawa yang dapat dikembangkan untuk 4

dapat dimanfaatkan khususnya bagi pengembangan pertanian tanaman pangan. Kondisi rawa yang banyak terdapat di Kabupaten Merauke No Nama Jembatan Panjang (m) 1 Jemb. Tanah Miring IV - I 6,50 2 Jemb. Tanah Miring IV - II 6,00 3 Jemb. Tanah Miring IV - III 7,00 4 Jemb. Tanah Miring VII - I 7,00 5 Jemb. Tanah Miring VII - II 8,00 6 Jemb. Tanah Miring VII - III 7,00 merupakan rawa pasang surut dan rawa lebak. Potensi pengembangan rawa pasang surut di Distrik Okaba dimana memiliki luas wilayah rawa pasang surut terbesar seluas 736.621 Ha yang mana baru dimanfaatkan sebesar 296 Ha. Beberapa distrik lain seperti Kurik, Tanah Miring, dan Semangga juga memiliki potensi pengembangan rawa pasang surut yang merupakan bagian dari kawasan food estate Merauke. Dalam pengembangan kawasan food estate Merauke, maka terdapat potensi pengembangan rawa lebak yang berada di Kimaan, Salor, Jagebob, Muing, dan Semayam. Dari beberapa lokasi tersebut, rawa lebak yang baru dikembangkan berada di Kimaan untuk tanaman pangan seluas 443 Ha. kualitas baik terdapat beberapa ruas jaringan jalan yang belum beraspal dan masih ada beberapa ruas yang belum terhubung menjadi satu kesatuan jaringan yang utuh. Selain itu, terdapat jaringan jalan lokal yang menghubungkan antar kelurahan/kampung di dalam distrik di Kabupaten Merauke. Jembatan merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan langsung dengan sistem jaringan jalan sebagai penghubung wilayah/kawasan. Terdapat banyak sungai di Kabupaten Merauke sehingga terdapat jembatan yang menghubungkan jaringan jalan. Adapun jembatan yang terbangun di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada tabel. INFRASTRUKTUR BINA MARGA Jaringan jalan Kabupaten Merauke terdiri atas jaringan jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten. Jalan nasional di Kabupaten Merauke berstatus jalan kolektor primer yang juga disebut sebagai Jalan Trans Papua yang menghubungkan Merauke Kota hingga ke perbatasan Kabupaten Merauke dengan Kabupaten Boven Digoel. Selanjutnya jalan provinsi yang berupa jaringan kolektor sekunder yang menghubungkan antar distrik di Kabupaten Merauke. Namun, dari belum seluruh jaringan jalan terbangun dengan 5

Pemanfaatan Dermaga di sungai-sungai besar di Kabupaten Merauke menjadi hal yang harus diperhatikan. Adapun dermaga yang akan dikembangkan di Kabupate Merauke adalah sebagai berikut. 1. Dermaga Kumbe I di Distrik Malind 2. Dermaga Kumbe II di Distrik Semangga 3. Dermaga Bian I di Distrik Malind 4. Dermaga Bian II di Distrik Okaba 5. Dermaga Sungai Buraka di Distrik Tubang INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN Infrastruktur Cipta Karya dan Perumahan terdiri dari air bersih, air baku, drainase, persampahan dan perumahan. Air Bersih Air di Kabupaten Merauke berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum untuk Kabupaten Merauke meliputi 5 (lima) sistem dan melayani 9 distrik dan 1 kawasan pusat KTM, yang terdiri dari Sistem Salor, Sistem Muting, Sistem Merauke, Sistem Jagebob dan Sistem Kimaam, serta 1 (satu) sistem khusus Kawasan Pusat KTM. Total kebutuhan air minum rata-rata pada tahun 2011 adalah sebesar 52 l/det, kemudian pada tahun 2015 kebutuhan air minum meningkat menjadi 294 l/det, pada tahun 2020 kebutuhan air minum mengalami peningkatan menjadi 372 l.det, dan pada tahun 2025 total kebutuhan air minum menjadi 460 l/det. Kehilangan air diproyeksikan sebesar 30%, dan faktor harian maksimum sebesar 10%. Berdasarkan Kondisi Alami yang dimiliki Kabupaten Merauke maka dapat dikatakan: Rawa Biru, bisa melayanai Distrik Merauke dan Distrik Naukenjerai Sungai Maro, bisa melayanai Distrik Jagebob, Distrik Sota, Distrik Elikobel, Distrik Naukenjerai, Distrik Merauke dan Distrik Tanah Miring Sungai Kombe, bisa melayanai Distrik Tanah Miring, Distrik Malind dan Distrik Semangga Sungai Bian, bisa melayanai Distrik Muting, Distrik Ulilin dan Distrik Kaptel Sungai Digul, hanya bisa melayani sebagian kecil Distrik Engguti Rawa Tabakar, bisa melayani Distrik Kimaam Potensi sumber air permukaan Kabupaten Merauke, yaitu DAS Kumbe, Maro, Bian, Digul dan Buraka Rawa biru Sanitasi Untuk Distrik Okaba, Distrik Tubang, Distrik Ngguti, Distrik Waan, Distrik Ilwayab dan Distrik Tabonji akan dilayani sistem penangkap air hujan, sumur-sumur dangkal dan pembuatan penampung air. tendon-tondon Pada kondisi eksisting, pelayanan sanitasi di kabupaten Merauke belum berlangsung secara optimal. Dalam sektor persampahan, hingga tahun 2013 layanan sampah yang terangkut ke TPA baru terlayani 30-40% wilayah perkotaan. Sedangkan dalam sektor air limbah domestik sampai dengan tahun 2013 persentase kepemilikan jamban pribadi di Kabupaten Merauke sebesar 54%, kepemilikan tangki septick 52% untuk wilayah perkotaan dan pedesaan, sedangkan kepemilikan tangki septick yang aman di Kabupaten Merauke sebesar 90.6% namun belum memenuhi standar SNI ( sumber EHRA Kabupaten Merauke 2013). 6

Persampahan Karakteristik persampahan di Kabupaten Merauke sebagian besar terdiri dari sampah yang dapat dibakar dengan menggunakan incenerator dengan komposisi sampah organik sebesar 75,73%, kertas 10,13%, plastik 8,14%, kayu 0,83%, kain 0,57%, karet 0,36% dan lain-lain 2,11%. Sementara sampah yang tidak dapat dibakar terdiri dari logam dan kaca sebesar 2,3%. Permukiman Perkotaan Wilayah permukiman perkotaan dapat dilihat seperti di Kota Merauke, atau di Ibukota Distrik seperti Okaba, Harapan Makmur (Kurik) Kumaaf (Ulilin). Sedangkan permukiman transmigrasi dapat ditemui di wilayahwilayah bekas transmigrasi lama, yang sekarang sudah dipermanenkan menjadi desa. Permukiman penduduk asli kadang tersebar diantara permukiman penduduk transmigrasi (contohnya di Tanah Miring dan Kurik), atau terdapat di perkampungan-perkampungan penduduk asli sendiri (contohnya Kweel, Erambu, Torai dll). Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke dikembangan dalam tiga tahapan. Tahap 1 meliputi 10 distrik, tahap 2 meliputi 2 distrik dan tahap 3 meliputi 3 distrik. Penentuan lokasi pada tahap 1 berdasarkan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus di Salor. Di sebelah tenggara rencana lahan sawah tahap 1 ini juga terdapat pelabuhan Kumbe sebagai pusat kegiatan distribusi hasil pangan yang dibawa dari pusat industri pengolahan pangan KEK Salor. Penetapan lokasi rencana lahan sawah tahap 2 ditentukan dengan Tahap Dsitrik Luas (Ha) 1 Jagebob 559.652,11 Tanah Miring Kurik Sota Malind Semangga Ulilin Elikobel Muting Animha 2 Ngguti 200.042,39 Tubang 3 Okaba 450.092,51 Ngguti Kaptel Jumlah Jagebob 1.209.787,01 pertimbangan adanya rencana pembangunan Pelabuhan Wanam yang terletak disebelah barat rencana lahan sawah danberfungsi sebagai titik kegiatan distribusi hasil produksi pangan. Penetapan lokasi rencana lahan sawah tahap 3 ditentukan dengan pertimbangan adanya dua pelabuhan yang terletak di area rencana lahan sawah tahap 3, yaitu Pelabuhan Kimaam di sebelah barat yang dilalui oleh alur pelayaran provinsi dan Pelabuhan Bian di sebelah timur yang dilalui oleh alur pelayaran kabupaten untuk mendukung berlangsungnya kegiatan distribusi hasil produksi pangan di Kabupaten Merauke. 7

7. Jalan Nakias-Wanam di Distrik Ilwayab RENCANA STRUKTUR RUANG Jaringan Jalan Jalan Kolektor Primer : menghubungkan kawasan utara, tengah dan selatan kabupaten Merauke bagian timur 1. Jalan Trans Papua (Sota Ulilin) 2. Jalan Merauke Sota Jalan Kolektor Sekunder 1. Jalan Meruke-Kuprik diwilayah Distrik Semangga 2. Jalan Tanah Miring-Simpang Salor diwilayah Distrik Kurik 3. Jalan Wapeko-senergi-Kilali diwilayah Distrik Kurik 4. Jalan Kaliaki-Jembatan Bian diwilayah Distrik Kurik 5. Jalan Jembetan Bian-Kwemsid diwilayah Distrik Kaptel 6. Jalan Kwemsid-Ngguti-Nekias diwilayah Distrik Ngguti Listrik Pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel di Distrik Merauke, Kimaam, Kurik, Malind, Okaba, Ulilin, Elikobel, Jagebob, Muting dan Sota Jembatan 1. Rencana pembangunan jembatan Bian panjang 480 meter di Distrik Kaptel 2. Rencana pembangunan jembatan Netto panjang 120 meter di Distrik Kurik Persampahan Sistem jaringan persampahan kabupaten Merauke menggunakan system sanitary landfill di Bokem distrik Merauke 8

RENCANA POLA RUANG Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Pertanian 1. holtokultura dan perkebunan Animha dan Ngguti 2. Kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura Ilwayab, Kimaam, Kurik, Malind dan Okaba 3. Kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan Jagebob, Ulilin, Kaptel dan Muting 4. Kawasan pertanian tanaman holtikultura Elikobel, Semangga, dan Waan. 4. Kawasan industri pengolahan hasil peternakan di Distrik Ngguti dan Kurik 5. Kawasan industri pengolahan hasil perkebunan di Distrik Merauke, Ngguti, Ilwayab dan Muting; Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung Ilwayab, Kimaam, Tabonji, Kurik, Tubang, Okaba dan Kaptel 2. kawasan resapan air Animha, Elikobel, Jagebob, Kaptel, Kurik, Muting, Ngguti, Okaba, Sota, Tanah Miring, Tubang dan Ulili 3. kawasan rawan banjir Sota, Semangga, Kimaam, dan Muting, serta adanya kawasan abrasi pantai di sepanjang pesisir pantai Kab. Merauke KEPENDUDUKAN Kawasan Budidaya Industri 1. Kawasan Industri penunjang di Dsitrik Merauke 2. Kawasan industri hasil pertanian di Distrik Kurik, Muting dan Tanah Miring; 3. Kawasan industri hasil perikanan di Distrik Ilwayab Berdasarkan proyeksi penduduk, pada tahun 2025 jumlah penduduk Kabupaten Merauke mencapai 278.217 jiwa. Pertumbuhan penduduk yang sama setiap tahun mengakibatkan tidak terjadi perubahan yang 9

signifikan pada masing-masing distrik. Jumlah penduduk paling tinggi tetap berada di Kecamatan Merauke yang diproyeksikan mencapai 124.546 jiwa atau sebesar 44,76% dari seluruh penduduk Kabupaten Merauke pada tahun 2025. Dari proyeksi jumlah penduduk diketahui kepadatan penduduk paling tinggi terjadi di Kecamatan Merauke (87 jiwa per Km 2 ), kemudian Kecamatan Semangga (56 jiwa per Km 2 ) dan Kecamatan Malind (26 jiwa per Km 2 ). Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan terhadap infrastruktur wilayah. Oleh karena itu, dalam Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan infrastruktur pertanian, melainkan kebutuhan infrastruktur dalam permukiman penduduk sebagai satu sistem yang dapat mendukung Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. Proyeksi Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Dalam pengembangan Kawasan Food Estate Merauke, Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan guna mendukung kegiatan pertanian, maupun kegiatan lainnya yang bersifat mendukung kegiatan pertanian. Skill menjadi indikator penting dalam keberhasilan kegiatan pertanian. Pada umumnya kemampuan bercocok tanam dimiliki secara turun temurun dan dibentuk oleh kebiasan masyarakat. Oleh karena itu, proyeksi tenaga kerja disektor pertanian dibutuhkan guna melihat ketersediaan SDM dalam pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. EKONOMI Pengembangan Kawasan Food Estate dengan komoditas unggulan padi. Komoditas potensial meliputi komoditas tanaman pangan sedangkan komoditas tanaman pertanian pendukung terdiri dari tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan. Food Estate Merauke menitik beratkan pada pengembangan tanaman padi sebagai produk Unggulan. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Merauke memungkinkan untuk dikembangkan jenis tanaman lain, baik tanaman perkebunan maupun holtikultura. PERTANIAN Simpul produksi pertanian dan perkebunan ditentukan berdasarkan luas lahan yang potensial untuk pengembangan komoditas. Tahap 1, meliputi Distrik Jagebob, Tanah Miring, Kurik, Sota, Malind, Semangga, Ulilin, Elikobel, Muting dan Animha. Simpul produksi pada tahap satu berlokasi di Distrik Kurik dengan titik lokasi di ibukota Distrik Kurik. Komoditas tanamanan pangan berupa Padi sebagai komoditas utama, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang Tanah. Komoditas pendukung berupa tanaman perkebunan adalah tebu, sawit, karet dan sagu. Sedangkan holtikultura adalah mangga, rambutan dan durian. 10

Tahap 2, meliputi Distrik Ngguti dan Animha. Simpul produksi pada tahap dua berlokasi di Distrik Ngguti. Komoditas tanaman pangan berupa padi sebagai komoditas utama. kacang tanah, jagung, kedele, dan ubi kayu sebagai komoditas tanaman pangan pendukung. Tanaman holtikultura pendukung berupa manga dan rambutan, sedangkan tanaman perkebunan pendukung berupa tebu, sawit dan sagu. Tahap 3, meliputi Distrik Okaba, Ngguti dan Kaptel dan Tubang. Simpul produksi pada tahap tiga berlokasi di Okaba dan Tubang. Komoditas tanaman pangan Padi sebagai komoditas utama. jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah sebagai komoditas tanaman pangan pendukung padi. Tanaman holtikultura pendukung berupa rambutan dan mangga, serta tanaman perkebunan pendukung adalah sawit, sagu dan tebu. PERMUKIMAN Persebaran lokasi permukiman megikuti lokasi pembukaan lahan sawah baru dan pusat distrik. Luas lahan sawah yang dibuka mempengaruhi penentuan lokasi permukiman. Lahan sawah yang lebih luas memiliki peluang lebih besar menjadi pusat permukiman. Pembukaan lahan sawah baru merupakan tarikan pergerakan yang menimbulkan adanya kegiatan baru, sehingga ditetapkan rencana permukiman secara terpusat. Selain permukiman di area pembukaan lahan sawah baru, pusat permukiman juga diarahkan ditempat yang berpotensi menimbulkan aktivitas tinggi, yaitu ibu kota distrik. Pusat distrik tentunya menjadi tarikan yang berasal dari kegiatan perdagangan, pemerintahan dan kegiatan lainnya. 11

3 STARTEGI PENGEMBANGAN Tanah Miring, Kurik, Sota, Malind, Semangga, Ulilin, Elikobel, Muting dan Animha. Tahap 2 terdiri dari Distrik Ngguti dan Tubang. Tahap 3 terdiri dari Okaba, Ngguti dan Kaptel. 2016-2019 2020-2022 2022-2025 VISI DAN MISI VISI Mewujudkan Kawasan Food Estate sebagai Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional yang berkelanjutan dengan dukungan infrastruktur yang terpadu MISI 1. Mengembangkan lahan sawah tekno sebagai simpul produksi berbasis komoditas unggulan 2. Mengembangkan infrastruktur yang terpadu antar simpul-simpul produksi dan Kawasan Sentra Produksi Pangan dengan wilayah sekitarnya 3. Mengembangkan sistem mekanisasi pertanian dengan pendekatan partisipatif dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat lokal 4. Membuka pintu investasi guna meningkatkan nilai perekonomian kawasan 5. Mengembangkan kawasan prioritas sebagai pusat utama produksi pangan SKENARIO PENGEMBANGAN Skenario pengembangan Kawasan Food Estate Merauke dibagi menjadi 3 tahap. Pertama adalah kawasana prioritas terdiri dari Distrik Jagebob, JANGKA PENDEK Kawasan Perkotaan JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG PERSIAPAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN Persiapan lahan sawah maupun penyediaan dan Tersedianya lahan pertanian dan berkembangnya sentra produksi pertanian di kawasan Kawasan Food Estate Merauke menjadi Kawasan Sentra Pangan Nasional didukung dengan Skenario Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Skenario Pengembangan Kawasan Investasi 1. Mengembangkan kawasan permukiman perkotaan melalui dukungan infrastruktur yang terpadu 2. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan perkotaan terhadap wilayah yang lebih luas 3. Meningkatkan konektivitas dan jaringan transportasi antar kawasan serta dengan kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan lainnya 4. Mengembangkan kawasan perkotaan dengan konsep agropolitan 12

Kawasan Pedesaaan 1. Mengembangkan kawasan pedesaan sebagai pusat produksi pangan 2. Mengembangkan kawasan permukiman pedesaan yang layak dan sehat melalui dukungan infrastruktur yang terpadu 3. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan pedesaan terhadap wilayah yang lebih luas 4. Meningkatkan konektivitas dan jaringan transportasi antar kawasan pedesaan 5. Mengembangkan kawasan perdesaan sebagai sentra produksi komoditas unggulan guna mendukung kawasan perkotaan Skenario Pengembangan Kawasan Invetasi Industri dan Kawasan Strategis Lainnya 1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada KTM Salor 2. Menetapkan kawasan-kawasan potensial (kawasan sentra produksi pertanian) sebagai kawasan investasi industry pertanian 3. Meningkatkan konektivitas dan pengembangan jaringan transportasi antar kawasan 4. Mengembangkan agroindustry yang ramah lingkungan 3. Urgensi Potensi dan Masalah 4. Kelayakan Fisik (Daya Dukung dan Daya Tampung) 5. Kelayakan Ekonomi 6. Kesepakatan Pemda, Masyarakat, dan Swasta No. Penilaian Kawasan Prioritas Kriteria Kawasan Prioritas Kawasan Tahap 1 Kawasan Tahap 2 Kawasan Tahap 3 1. Signifikansi perwujudan tata ruang 3 1 1 2. Signifikansi perwujudan Grand Design MIFEE 3 1 1 tahun 2010 dan usulan masterplan Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional Merauke tahun 2015) 3. Urgensi dan Masalah 2 2 1 4. Kelayakan fisik 3 1 1 5. Kelayakan ekonomi 3 1 1 6. Intensitas kebutuhan pengembangan infrastruktur 2 2 2 7. Kesepakatan pemerintah, swasta, dan masyarakat 3 1 1 TOTAL 19 9 8 PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS Kawasan Prioritas merupakan Kawasan yang didahulukan pengembagannya sesuai dengan Rencana Pengembangan Tahap I KSPPN Pengembangan Kawasan Prioritas akan mengintegrasikan kawasan inkubasi, KEK (masih dalam rencana), dan kawasan cetak sawah baru 10.000 ha Kriteria Penentuan Kawasan Prioritas 1. Signifikansi Perwujudan Tata Ruang 2. Signifikansi Perwujudan Grand Design MIFEE tahun 2010 dan Masterplan KSPPN Merauke 13

KAWASAN INKUBASI Kawasan Inkubasi ditetapkan sebagai kawasan yang akan utamakan dalam pengembangan. Kawasan ini Termasuk dalam bagian Kawasan Prioritas pengembangan FE Merauke (termasuk dalam wil. Tahap I KSPPN). Kawasan Inkubasi disiapkan menjadi kawasan utama sentra produksi pangan atau disebut sebagai pengungkit pertumbuhan kawasan yang terintegrasi dengan Plaza Agro Cerdas dan KEK (masih dalam penyusunan). Kawasan Inkubasi memiliki fungsi untuk, meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat; mengurangi kemiskinan, membuka daerah terisolasi mengurangi kesenjangan pertumbuhan antardaerah, antarsektor serta antarkota dan desa, atau antarlingkungan/ kawasan; menjadi motor pertumbuhan wilayah dan katalisator antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. menciptakan pertambahan nilai (value creation) melalui skenario pemanfaatan ruang yang efektif PLAZA AGRO CERDAS Berdasarkan kajian kawasan pengembangan inkubasi food estate Marauke, kawasan Plaza Agro Cerdas dirancang dengan konsep perencanaan di Kawasan Ekonomi Khusus Kawasan Pengembangan Inkubasi Food Estate Marauke adalah: 14

1. Mengembangkan lokasi Plaza Agro Cerdas sebagai pusat etalase produk pangan dari seluruh KSPPN yang terintegrasi dengan kawasan sekitarnya 2. Menciptakan ruang sebagai pusat pembibitan dan penyemaian tanaman pangan 3. Menciptakan ruang sebagai pusat pendidikan dan pelatihan pekerja 4. Menciptakan ruang sebagai pusat penelitian dan pengembangan KSPPN 5. Mengembangkan agrowisata Bird Eye View Plaza Agro Cerdas Konsep tata letak pada rancangan lebih ditekankan pada bentuk yang mengekspresikan desain Plaza Agro Cerdas sebagai sarana produk pangan, penelitian, dan agrowisata dalam pola tata ruangnya, memiliki peran sentral dalam mengembangkan aktivitas masyarakat sekitar baik dalam kegiatan pertanian (produk pangan), sosial, pendidikan, dan perekonomian. Kehadiran zona kawasan Plaza Agro Cerdas yang di desain sebagai pusat etalase produk pangan, pusat pembibitan/persemaian tanaman, pusat pendidikan dan penelitian, juga berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat Kabupaten Marauke dan sekitarnya kemudian menumbuhkan spontanitas hadirnya fasilitas komersial dan fasilitas lainnya dalam kawasan Plaza Agro Cerdas Marauke. Site Plan Plaza Agro Cerdas Program ruang Plaza Agro Cerdas terdiri dari gerbang, parkir kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, kantor pengelola, galeri, pusat pendidikan (training center), pusat penelitian, taman, pembibitan, menara pandang, sirkulasi dan pedestrian serta infrastruktur hijau. Adapun luas masing-masing fasilitas tersebut sebagai berikut. No Fasilitas Luas (M 2 ) 1 Gerbang 120,00 2 Parkir Kendaraan 4.725,00 3 Kantor Pengelola dan Galeri 432,00 4 Training Center 449,44 5 Pusat penelitian 449,44 6 Taman 200,00 7 Pembibitan 5.400,00 8 Menara Pandang 24,00 9 Sirkulasi dan Pedestrian 2.380,00 10 Infrastruktur Hijau 6.548,05 Total 20.728,53 15

PLAZA PUSAT PELATIHAN PUSAT PEMBIBITAN & PERSEMAIAN 16

17