BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan ketelitian dari masing-masing individu dalam mengambil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Kondisi tersebut akan membawa dampak luas dan bervariasinya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, baik mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang amat

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Juati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai strategi yang mampu menjawab tuntunan mutu pendidikan. Pembaharuan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari luar diri (eksternal) individu. Faktor internal sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan negara secara berkelanjutan. Proses pendidikan merupakan upaya sadar

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Sekolah merupakan tempat bergabung atau kumpulan orang-orang sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lina Nurliana, 2013

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh seorang pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Guru memiliki peran yang penting dan menempati posisi strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

2014 PENGARUH LAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP PEMIMPIN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses

BAB I PENDAHULUAN. modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan

BAB I PENDAHULUAN. dan memanfaatkan peranan hidup secara tepat. Perkembangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengambilan keputusan merupakan proses yang berlangsung dalam suatu kelompok atau organisasi, ketika kelompok atau organisasi tersebut ingin melakukan satu kegiatan atau memecahkan masalah yang dihadapi, terdapat suatu kesadaran dan ketelitian dari masing-masing individu dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor berhasil tidaknya suatu organisasi, karena dengan adanya pengambilan keputusan masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi akan dengan mudah terselesaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Siagian (dalam Pasolong, 2013:155) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Keputusankeputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan 1

2 dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Pengambilan keputusan merupakan proses yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin apabila terdapat masalah yang dihadapi dalam suatu organisasi, dengan adanya pengambilan keputusan pemimpin harus bisa memilih alternatif yang paling baik diantara alternatif yang ada, yang dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang. Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Memang pada hakikatnya pembuatan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi, dan mengambil tidakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat, Syamsi (2000:5). Pengambilan keputusan merupakan pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah suatu organisasi. Berbicara mengenai organisasi, pasti setiap organisasi memiliki dan memerlukan seorang pemimpin yang harus menjalankan kegiatan kepemimpinan. Sebagaimana dikemukakan oleh Fahmi (2013:15) bahwa kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensip tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Kepala sekolah di dalam menjalankan kepemimpinannya harus mampu membuat keputusan untuk memajukan sekolah. Pengambilan keputusan secara efektif merupakan tolak ukur kinerja kepemimpinan yang efektif baik yang

3 berkaitan dengan bidang pendidikan dan pembelajaran, ketenagaan, pembinaan peserta didik, pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana dan prasarana, maupun penetaan kelembagaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Hakikat pengambilan keputusan dalam organisasi sekolah adalah bagaimana tindakan kapala sekolah dalam mengeluarkan keputusan yang bersifat taktis maupun operasional seperti memuat program yang ingin dicapai, strategi pelaksanaanya dan strategi pemecahan masalah, melalui suatu keputusan yang didasarkan pada hasil pemilihan alternatif masalah yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan sekolah. Efektifitas kepala sekolah dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh tiga aspek salah satunya kecerdasan emosional, tetapi jika ketiga aspek ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, maka apa saja yang direncanakan manusia dalam menjalankan aktivitasnya akan berhasil dengan baik. Ketiga kecerdasan tersebut memiliki pengaruh masing-masing dalam kehidupan manusia, tergantung manusia itu sendiri mengelola atau memanfaatkan kecerdasan yang dimilikinya dalam hal yang positif atau negatif. Seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik belum tentu memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang baik pula, begitupun sebaliknya. Untuk itu dalam kehidupan manusia ketiga aspek kecerdasan ini dilaksanakan dengan sejalan, sehingga terciptanya kehidupan yang selaras antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya, penguasan diri, memotivasi, simpati, empati dan memiliki

4 solidaritas yang tinggi. Menurut Masaong dan Tilome (2011:3) kecerdasan emosional dapat dilihat dari dua domain, yaitu: pertama, domain kecekapan pribadi yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, dan memotivasi; kedua, domain kecakapan sosial yang mencakup: empati dan keterampilan sosial. Menangani pusaran emosional yang bergolak menuntut keterampilan pemecahan masalah, mampu membangkitkan kepercayaan dan menjalin hubungan dengan cepat, mendengarkan denga cermat, membujuk dan menawarkan suatu solusi. Pemimpin yang cerdas emosionalnya akan mampu membuat analisis yang kompleks, menjalin relasi dengan stakeholders, mengemukakan pendapat dan didengarkan oleh staf, serta membuat dirinya merasa nyaman dalam menjalankan kepemimpinannya. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa pendidikan harus secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 ayat 1). Pengembangan kurikulum pendidikan nasional harus memperhatikan peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi kecerdasan, dan minat belajar peserta didik (pasal 1 ayat 2). Undang-undang tersebut mengindikasikan bahwa pengembangan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dalam penyelenggaraan pendidikan mutlak diwujudkan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tidak terlepas dari peran strategis kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya. Artinya kepala sekolah dituntut

5 kompetensi mengelola dan mengoptimalakan ketiga kecerdasannya sehingga memudahkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya secara efektif, Masaong dan Tilome (2011:6-7). Kecerdasan emosional kepala sekolah yang baik akan terlihat dari bagaimana hubungan komunikasi yang sehat, nyaman serta keterbukaan yang dibangun oleh kepala sekolah dengan staf guru dan pegawai sehingganya akan tercipta perasaan satu sama lain dengan perasaan senang dan akan menimbulkan perasaan saling menghormati dan menghargai antara keduanya. Agar hal ini dapat terwujud maka seorang kepala sekolah bukan hanya harus memperhatikan keadaan dan kondisi sekolah yang dipimpinnya saja namun juga yang terpenting ialah kepala sekolah dapat memperhatikan serta menggunakan kemampuan kecerdasan emosional yang dimiliknya sebaik mungkin dengan mengatur segala sikap emosi yang sedang dialami atau pun yang dihadapinya sehingga ia dapat menyikapi perilaku emosinya secara tenang dan baik. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi para staf guru dan pegawai karena kepala sekolah dalam kepemimpinanya dapat mengelola emosinya dengan baik sehingga dalam pengambilan keputusan kepala sekolah memberikan kesempatan kepada staf guru agar dapat mengemukakan pendapatnya untuk masalah yang dihadapi oleh sekolah. Dengan adanya hubungan yang baik antara kepala sekolah dengan staf guru dan pegawai maka akan lebih mudah dalam memajukan sekolah ke arah yang lebih baik. Sebab dalam proses mencapai tujuan diperlukan kerjasama yang baik antar atasan dan bawahan. Proses emosi inilah yang pengaruhnya sangat besar, bila emosi keduanya baik kepala sekolah maupun guru sudah mantap maka

6 hubuungan kerjasama akan dapat dipastikan berjalan dengan baik namun sebaliknya bila kepala sekolah tidak siap atau tidak dapat mengontrol emosinya begitu pula dengan guru maka akan timbulnya berbagai macam masalah yang menghambat kemajuan sekolah. Penerapan kecerdasan emosional yang dilakukan kepala sekolah perlu disadari manfaatnya dan perlu ditingkatkan menuju taraf yang lebih baik untuk dapat memanfaatkan potensi diri dengan optimal, karena kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi sekolah yang merupakan pengambil keputusan dalam menetukan kebijakan harus memiliki pengetahuan, kompetensi kepala sekolah dan keterampilan profesional serta kecerdasan emosional yang baik, untuk itu kecerdasan emosionalnya yang dimiliki kepala sekolah perlu dilatih, dikelola dan dikembangkan secara terus menerus. dalam rangka mencapai keberhasilan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah yang memiliki pemahaman kecerdasan emosional berarti memiliki cara yang efektif untuk mengembangkan hubungan antar pribadi karena dapat mengendalikan emosinya. Kecerdasan emosional kepala sekolah merupakan salah satu kriteria keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya. Namun sekolah tidak akan berjalan dengan baik kalau didalamnya tidak ada kepala sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab atas sekolah tersebut, dan kepala sekolah itu tidak akan maksimal dalam melaksanakan tugasnya tanpa adanya pegawai yang selalu beirnteraksi dan membantunya. Untuk itu, kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya harus mampu membuat berbagai keputusan untuk memajukan sekolah. Dalam

7 pengambilan keputusan kepala sekolah perlu melibatkan seluruh pegawai sekolah untuk mencapai tujuan secara bersama dan keputusan yang telah dibuat kepala sekolah perlu dikomunikasikan kepada pegawai yang lain secara baik untuk memajukan sekolah. Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 26 Januari 2015 yang dilakukan oleh peneliti di Cabang Dinas Pendidikan Kota Selatan, pada saat kepala Cabang Dinas Pendidikan Kota Selatan melakukan rapat dengan kepalakepala sekolah yang ada di SD Se Kecamatan Kota Selatan, peneliti melihat para kepala sekolah selama berlangsungnya rapat tidak dapat mengelola emosinya dengan baik dalam mengeluarkan pendapat dan dalam pengambilan keputusan tidak semua guru dilibatkan, karena kepala sekolah hanya melibatkan guru yang berhubungan dengan keputusan yang akan diambil, contohnya dalam perlombaan kegiatan O2SN kepala sekolah hanya melibatkan guru yang berhubungan dengan kegiatan O2SN yakni guru olahraga dan kesenian. Masalah lain yang timbul adalah pelaksanaan keputusan tidak disertai komitmen yang tinggi dari pihakpihak yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sehingga tidak jarang keputusan yang diambil oleh kepala sekolah tidak dapat direalisasikan karena sekolah tidak luput dari persoalan, kesulitan dana, persoalan pegawai, perbedaan pendapat terhadap kebijakan yanh telah dibuat. Dalam pengambilan keputusan, keputusan yang dihasilkan belum bisa dilaksanakan dengan baik karena kurangnya komitmen dari pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah serta perilaku kepala sekolah dalam hal penggunaan kecakapan kecerdasan emosionalnya masih belum efektif. Cara kepala sekolah

8 dalam mengontrol kecakapan emosionalnya masih lemah, kepala sekolah belum mampu memainkan, mengendalikan serta menguasai kecerdasan tersebut dalam menghadapi masalah yang ada. Untuk itu kepala sekolah masih harus mengikuti seminar-seminar tentang peranan kecerdasan emosional untuk berkonsultasi psikoogi dengan ahlinya agar lebih dapat meningkatkan kemampuan emosional yang dimiliki. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jika kepala sekolah bisa mengelola atau mengendalikan emosinya dengan baik dalam pengambilan keputusan, maka keputusan yang dihasilkan sangat berpengaruh dalam kemajuan sekolah tersebut. Karena keputusan yang diambil akan menentukan berhasil tidaknya sekolah dalam menjalankan kegiatan sekolahnya. Untuk mendapatkan informasi yang aktual tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Bagaimana kecerdasan emosional kepala sekolah dan bagaimana tindakan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengangkat judul Hubungan Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah Dengan Pengambilan Keputusan Di SD Se Kecamatan Kota Selatan.

9 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang didapat dari latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kecerdasan emosional kepala sekolah di SD Se Kecamatan Kota Selatan? 2. Bagaimana pengambilan keputusan kepala sekolah di SD Se Kecamatan Kota Selatan? 3. Bagaimana hubungan kecerdasan emosional kepala sekolah dengan pengambilan keputusan di SD Se Kecamatan Kota Selatan C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kecerdasan emosional kepala sekolah di SD Se Kecamatan Kota Selatan. 2. Untuk mengetahui pengambilan keputusan kepala sekolah di SD Se Kecamatann Kota Selatan. 3. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional kepala sekolah dengan pengambilan keputusan di SD Se Kecamatan Kota Selatan.

10 D. Manfaat Penelitian Dari Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi dinas pendidikan khususnya Kota Selatan penelitian ini akan memberikan informasi bahwa pentingnya hubungan kecerdasan emosional kepala sekolah dengan pengambilan keputusan. 2. Bagi kepala sekolah dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola kecerdasan emosional dalam pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapi. 3. Bagi guru agar dapat mengetahui cara mengelola kecerdasan emosinal dalam pengambilan keputusan sehinnga menghasilkan keputusan yang baik. 4. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan menganai hubungan kecerdasan emosional kepala sekolah dengan penggambilan keputusan.