PERILAKU METAKOGNISI ANAK DALAM MATEMATIKA: KAJIAN BERDASARKAN ETNIS DAN GENDER PADA SISWA SMP DI KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH OPERASI PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN CAMPURAN DI KELAS VII

PERILAKU KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PECAHAN CAMPURAN DI KELAS VII SMP

PERAN PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI TERHADAP PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN DAYA REPRESENTASI PADA SISWA SLTP

Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

PERAN REPRESENTASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS Oleh Bambang Hudiono

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI,

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

Kanti Sariati Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Membuat Model Matematika dari Soal Cerita di Kelas VI SDN Inpres 1 Tatura

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

Jurnal Wacana Pendidikan ISSN:

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM PERTIDAKSAMAAN PECAHAN DI KELAS X SMA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

Profil Awal Graphing Skills Siswa Kelas X Pada Materi Perubahan Lingkungan

Penggunaan Model Kooperatif Tipe CIRC Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

DESAIN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK EKSPLORASI KESULITAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SERTA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

PENGETAHUAN GURU TENTANG PENGGUNAAN KIT IPA DI SEKOLAH DASAR SE- KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

MODEL SAJIAN VERBAL MODEL ABSTRAK DAN MODEL VERBAL ABSTRAK UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ELEMEN BERNALAR: IMPLIKASI DAN AKIBAT-AKIBAT PADA INDIKATOR MENGANTISIPASI SERTA MENCARI SOLUSI TERHADAP MASALAH MELALUI METAKOGNISI

Implementasi Pendekatan Guided discovery dalam Game Edukasi Matematika untuk Siswa SMP

PENERAPAN PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI MTS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika

PENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan R & D (Research and

PENERAPAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Pengkategorian Kesadaran Metakognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Aljabar Linier di AMIKOM Mataram

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

PENGARUH PENERAPAN MODEL TEAM BASED LEARNING (TBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS KELAS XI SMA NEGERI 01 BATU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Efektivitas Pembelajaran Aljabar Dengan Pendekatan Metakognisi

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN PERILAKU METAKOGNISI MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Wina

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan ( research and

Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROFIL METAKOGNISI SISWA SMA KELAS X

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

P-8 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DENGAN MATHEMATICAL DISCOURSE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA DALAM PROBLEM SOLVING BERBENTUK OPEN START BERDASARKAN GAYA KOGNITIF DI SMP

SIKAP KRITIS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PEREMPUAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSTRUKTIVISME

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMPN 11 KOTA JAMBI

IDENTIFIKASI PENGETAHUAN METAKOGNISI CALON GURU FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF RECIPROCAL TEACHING (RT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MAHASISWA IKIP BUDI UTOMO MALANG

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika dan Kerja Sama Siswa SMAN 4 Semarang Melalui Model Learning Cycle 5E

ISSN Jurnal Matematika dan Pembelajaran Volume 5, No. 2, Desember 2017, h

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 26 MAKASSAR.

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Performance Task

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN PENALARAN ILMIAH DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DENGAN TIPE PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

DIAGNOSA KESULITAN METACOGNITIVE AWARENESS TERHADAP PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA YANG DIPERSONALISASI DAN TIDAK PADA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN DI KELAS IV SD

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.2, pp , May 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP

PENGARUH METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI SE KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013.

Binur Panjaitan Universitas HKBP Nommensen. Abstract. I. Pendahuluan

AlphaMath ABSTRACT: Keyword: Differentiated Instruction Approach, Mathematical Problem Solving Ability PENDAHULUAN

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL LITERASI MATEMATIKA

JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016 ISSN X

Transkripsi:

PERILAKU METAKOGNISI ANAK DALAM MATEMATIKA: KAJIAN BERDASARKAN ETNIS DAN GENDER PADA SISWA SMP DI KALIMANTAN BARAT P-3 Dwi Astuti dan Bambang Hudiono Pend.Matematika Univ.Tanjungpura Abstrak Luaran penelitian ini berupa temuan teori ataupun hipotesis yang mengungkap karakteristik aktivitas metakognisi anak dalam keterkaitannya dengan kemampuan akademis dalam bidang matematika yang dikaji dari perbedaan etnis dan gender. Penelitian ini adalah penelitian investigasi yang dapat dipandang sebagai bagian dari penelitian pengembangan tentang kemampuan metakognisi dalam matematika. Siswa yang terlibat sebagai partisipan adalah siswa SMP kelas VIII dari empat daerah di Kalimantan Barat yang terbagi dalam empat etnis dan dua jenis kelamin. Instrumen yang digunakan berupa angket metakognisi, perangkat tes pemecahan masalah, dan pedoman wawancara. Sistematika penyajian analisis data disusun dengan menggunakan langkah analisis kuantitatif (statistik deskriptif dan statistik inferensial), dan analisis kualitatif. Dari analisis deskriptif terdapat pengaruh etnis dan gender terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemampuan metakognisi siswa. Namun dari uji statistik, diperoleh simpulan bahwa kemampuan metakognisi untuk ke-empat etnis tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan dari uji Anova: rata-rata skor kemampuan dasar dan pemecahan masalah untuk keempat etnis, tidak identik. Dari hasil Post Hoc Test disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika etnis Cina dengan etnis Dayak dan antara etnis Dayak dengan etnis Melayu memiliki perbedaan rata-rata skor yang signifikan. Berdasarkan uji t dengan equal variance not assumed kemampuan pemecahan masalah dan metakognisi untuk siswa laki-laki maupun siswa perempuan, tidak berbeda secara signifikan. Begitu juga tidak ada interaksi antara etnis dan gender dalam kemampuan memecahkan masalah matematika, dan dalam kemampuan metakognisi. Dalam menghadapi soal pemecahan masalah matematika aktivitas metakognisi siswa sebelum, selama, setelah dan dalam menghadapi soal sudah terlihat tetapi belum optimal, masih dalam rentang kategori rendah sampai sedang. Kata kunci: Metakognisi, Pemecahan Masalah Matematika Pendahuluan Dalam pembelajaran matematika, kemampuan metakognisi dapat tergali dan teramati ketika siswa memecahkan masalah. O Neil dan Abedi (1996) menyatakan bahwa metakognisi adalah kesadaran seseorang untuk merancang, menerapkan, dan Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 107

memonitor strategi kognisinya. Untuk memecahkan permasalahan yang kompleks, sangat diperlukan kemampuan metakognisi. Siswa sebagai pemecah masalah yang baik jika dapat membimbing usahanya sendiri dengan menemukan cara dan informasi dan mengkaitkannya antara pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan situasi masalah yang dihadapi (Lerch, 2004). Kajian beberapa tahun terakhir menunjukkan pentingnya metakognisi dalam perolehan dan penerapan keterampilam belajar dalam berbagai domain inkuiri (Alexander, Fabricus, Fleming, Zwahr & Brown, 2003). Menurut Sperling (2004) kajian metakognisi ada dua aspek, yaitu pengetahuan tentang kognisi yang merujuk pada tingkatan pemahaman siswa terhadap memori dan cara mereka belajar; dan regulasi kognisi merujuk pada bagaimana siswa dapat mengatur sistem belajar yang dimiliki. (Boekaerts, 1997; Fernandez-Duque, Baird & Posner, 2000). Mestre (1989) menyatakan bahwa budaya berpengaruh terhadap cara belajar matematika. Upaya komprehensif untuk mengembangkan kemampuan matematika, harus memperhitungkan faktor budaya, bahasa, sosioekonomi, dan sikap. Bahkan, Shipman & Shipman (1985) menyatakan bahwa gaya kognisi dari kelompok etnis sejenis, lebih baik dari pada kelompok dari berbagai etnis. Ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh kelompok etnis terhadap aktivitas kognisi siswa. Kalimantan Barat merupakan propinsi yang penduduknya terdiri dari beberapa kelompok etnis, diantaranya etnis Cina, Dayak, Melayu, Madura, Jawa dan etnis lain yang masih kuat memegang adat budayanya masing-masing. Untuk itu timbul pertanyaan Bagaimanakah keragaman perilaku metakognisi anak dari berbagai kelompok etnis dan gender dalam menyelesaikan permasalahan matematika di Kalimantan Barat? Luaran penelitian ini berupa temuan teori ataupun hipotesis yang mengungkap karakteristik aktivitas metakognisi anak dalam keterkaitannya dengan kemampuan akademis dalam bidang matematika yang dikaji dari perbedaan etnis dan gender. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 108

Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian investigasi yang dapat dipandang sebagai bagian dari penelitian pengembangan tentang kemampuan metakognisi dalam matematika. Kajian investigasi ditekankan pada keterkaitan beberapa variabel seperti kemampuan metakognisi anak dalam matematika, kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan matematika, dan latar belakang siswa baik secara etnis dan gender. Siswa yang terlibat sebagai partisipan adalah siswa SMP kelas VIII dari empat daerah di Kalimantan Barat berjumlah 219 orang, yang terbagi dalam empat etnis dan dua jenis kelamin. Instrumen yang digunakan berupa angket metakognisi, perangkat tes pemecahan masalah, dan pedoman wawancara. Prosedur penelitian meliputi: pemberian tes pemecahan masalah untuk melihat penalaran dan kemampuan akademis siswa, juga untuk menyegarkan proses kognisi siswa dalam memecahkan masalah matematika, pemberian angket metakognisi dalam bentuk skala likert yang terdiri dari empat kelompok pertanyaan berkaitan dengan self monitoring yaitu: sebelum, ketika, setelah, dan strategi ketika menghadapi soal pemecahan masalah matematika, dan wawancara terhadap wakilwakil dari kelompok, baik berdasarkan kemampuan, etnis, dan gender. Hasil dan Pembahasan Kemampuan Dasar dan Pemecahan Masalah Matematika Untuk melihat kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika dari para siswa, diamati dari hasil pengerjaan soal kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika yang dilakukan oleh para siswa yang dikaji berdasarkan etnis dan gender. Ringkasan skor para siswa berdasarkan etnis dan gender disajikan pada tabel 1 berikut ini. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 109

Etnis TABEL 1 RINGKASAN SKOR HASIL PENGERJAAN SOAL KEMAMPUAN DASAR DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PARA SISWA KELAS VIII SMP BERDASARKAN ETNIS DAN GENDER DI KALIMANTAN BARAT Jenis Kelami n Skor Terting gi Skor Terend ah Rera ta Rerata dalam % Ukura n Samp el Simpanga n Baku 1. Cina 1 26 1 10,9 1 35,19 43 6,023 2 26 1 9,74 31,42 57 5,780 2. Dayak 1 15 1 7,29 23,52 14 3,561 2 26 1 6,92 22,32 26 5,137 3. 1 20 1 9,62 31,03 21 6,289 Melayu 2 29 3 12,1 6 39,22 45 8,099 4. Lain 1 18 2 8,4 27,10 5 6,269 2 16 5 9,00 29,03 8 4,375 Keterangan: Skor maksimal = 31 Jenis Kelamin: 1 = laki-laki; 2 = Perempuan Data tabel 1 memperlihatkan, secara deskriptif kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika siswa perempuan untuk etnis Melayu lebih baik dibanding siswa perempuan dari etnis yang lain dan lebih baik dibanding siswa laki-laki dari semua etnis dengan rata-rata skor 12,16 dari skor maksimal 31, kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika untuk siswa laki-laki dicapai kelompok etnis Cina dengan rata-rata skor 10,96. Skor tertinggi dicapai oleh siswa perempuan dari etnis Melayu yaitu 29. Namun demikian secara umum kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika siswa di Kalimantan Barat masih tergolong rendah karena presentasi rata-rata skor nya sekitar 30 % dari skor maksimal. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 110

Metakognisi Siswa Untuk melihat kemampuan metakognisi siswa, diamati dari hasil angket metakognisi yang terdiri dari empat kelompok pertanyaan yaitu: sebelum, ketika (selama), setelah, dan strategi ketika menghadapi soal pemecahan masalah matematika. Setiap aspek terdiri dari beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku aktivitas metakognisi yang dapat dijawab oleh siswa dengan kategori: ya (setuju), kadang-kadang (tidak yakin), dan tidak (tidak setuju). Ringkasan skor para siswa berdasarkan etnis disajikan pada tabel 2. Sebelum 1 2 3 4 Total Selama 1 2 3 4 Total Setelah 1 2 3 4 Total Jawab Soal 1 2 3 4 Total TABEL 2 RINGKASAN SKOR HASIL JAWABAN ANGKET METAKOGNISI PARA SISWA KELAS VIII SMP BERDASARKAN ETNIS DAN SELF MONITORING DI KALIMANTAN BARAT Rerata Rerata (%) Simpangan Baku Ukuran Sampel 8,02 66,83 2,00 100 8,13 67,75 1,539 40 8,18 68,17 1,672 66 8,92 74,33 1,847 13 8,14 67,83 1,818 219 6,90 6,78 7,65 6,92 7,11 5,54 5,53 6,06 5,69 5,70 6,22 5,80 6,18 6,08 6,12 69 67,8 76,5 69,2 71,1 69,25 69,12 75,75 71,12 71,25 51,83 48,33 51,5 50,67 51,00 1,580 1,968 1,544 2,100 1,706 1,660 1,396 1,201 1,182 1,471 2,521 2,151 2,155 1,656 2,296 Keterangan: 1: etnis Cina, 2: etnis Dayak, 3: etnis Melayu, 4: etnis Lain 100 40 66 13 219 100 40 66 13 219 100 40 66 13 219 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 111

Dari data tabel 2 terlihat bahwa secara deskriptif kemampuan metakognisi para siswa dari kelompok etnis lain (selain etnis Cina, Dayak dan Melayu) yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas sebelum memecahkan masalah, lebih tinggi dari siswa-siswa etnis Cina, Dayak dan Melayu. Kemampuan metakognisi kelompok siswa dari etnis Cina yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas sebelum memecahkan masalah paling rendah dibanding etnis lainnya. Kemampuan metakognisi yang berkaitan dengan aktivitasaktivitas selama dan setelah memecahkan masalah paling tinggi dicapai siswa dari kelompok etnis Melayu, dan terendah dicapai oleh siswa dari kelompok etnis Dayak. Kemampuan metakognisi yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam menghadapi soal, rerata skor tertinggi dicapai oleh siswa dari kelompok etnis Cina, dan skor terendah dicapai oleh siswa dari kelompok etnis Dayak. Namun demikian secara klasikal kemampuan metakognisi yang berkaitan dengan aktivitas sebelum, selama, dan setelah menyelesaikan masalah matematika tergolong sedang karena persentase rerata skor kemampuan metakognisinya sekitar 70% dan kemampuan metakognisi yang berkaitan dengan aktivitas menghadapi soal pemecahan masalah matematika, tergolong rendah karena persentase rerata skor kemampuan metakognisinya kurang dari 60%. Untuk melihat kemampuan metakognisi siswa berdasarkan etnis dan gender, dapat dilihat melalui ringkasan skor para siswa yang disajikan pada tabel 3 berikut ini. TABEL 3 RINGKASAN SKOR HASIL JAWABAN ANGKET METAKOGNISI PARA SISWA KELAS VIII SMP BERDASARKAN ETNIS DAN GENDER DI KALIMANTAN BARAT Etnis Jenis Rerata Ukuran Simpangan Rerata Kelamin dalam % Sampel Baku 1. Cina 1 26,14 62,24 43 5,379 2 27,09 64,50 57 5,432 2. Dayak 1 25,64 61,05 14 5,242 2 26,54 63,19 26 5,508 3. Melayu 1 27,90 66,43 21 5,999 2 28,13 66,98 45 3,769 4. Lain 1 26,40 62,86 5 3,435 2 28,38 67,57 8 5,208 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 112

Keterangan: Skor maksimal = 42 Jenis Kelamin: 1 = laki-laki; 2 = Perempuan Dari data tabel 3 terungkap bahwa etnis dan gender berpengaruh terhadap kemampuan metakognisi siswa. Hal ini telihat bahwa kemampuan metakognisi siswa perempuan untuk etnis lain lebih baik dibanding semua siswa dari etnis Cina, Dayak, dan Melayu. Kemampuan metakognisi siswa perempuan untuk etnis Melayu lebih baik dibanding siswa laki-laki maupun perempuan dari etnis Cina dan Dayak. Kemampuan metakognisi siswa perempuan untuk setiap etnis lebih baik dibanding siswa lakilakinya. Kemampuan metakognisi untuk siswa laki-laki rata-rata tertinggi dicapai oleh siswa laki-laki dari etnis Melayu, disusul kemudian siswa laki-laki dari etnis lain, etnis Cina dan rata-rata paling rendah dicapai siswa laki-laki dari etnis Dayak. Hubungan Metakognisi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Jika hasil pengamatan kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika dihubungkan dengan hasil pengamatan kemampuan metakognisi siswa, secara lengkap ringkasan skor para siswa disajikan pada tabel 4. Etnis TABEL 4 RINGKASAN SKOR HASIL PENGERJAAN SOAL KEMAMPUAN DASAR DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SERTA SKOR HASIL JAWABAN ANGKET METAKOGNISI PARA SISWA KELAS VIII SMP BERDASARKAN ETNIS DAN GENDER DI KALIMANTAN BARAT Jenis Kelamin Rerat a K.D. & PM Rerata K.D. & PM dalam % Simp.Baku K.D & Rerata MK Rerata MK dalam % Simp. Baku MK Ukuran Sampel 1. 1 10,91 35,19 6,023 26,14 62,24 5,379 43 2 9,74 31,42 5,780 27,09 64,50 5,432 57 2. 1 7,29 23,52 3,561 25,64 61,05 5,242 14 2 6,92 22,32 5,137 26,54 63,19 5,508 26 3. 1 9,62 31,03 6,289 27,90 66,43 5,999 21 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 113

2 12,16 39,22 8,099 28,13 66,98 3,769 45 4. 1 8,4 27,10 6,269 26,40 62,86 3,435 5 2 9,00 29,03 4,375 28,38 67,57 5,208 8 Total 1 9,82 31,68 5,831 26,52 63,14 5,831 83 2 9,96 32.13 6,677 27,40 65,24 6,677 136 Keterangan: Skor maksimal = 31 Etnis : 1 = Cina, 2 = Dayak, 3 = Melayu, 4 = etnis lain Jenis Kelamin: 1 = laki-laki; 2 = Perempuan KD & PM = Kemampuan Dasar dan Pemecahan Masalah Matematika MK = Meta Kognisi Dari data tabel 4 tersebut dapat terungkap secara deskriptif: kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika siswa perempuan untuk etnis Melayu lebih baik dibanding siswa perempuan dari etnis yang lain tetapi tidak demikian halnya dengan kemampuan metakognisinya, kemampuan metakognisi tertinggi dicapai oleh siswa perempuan dari etnis lain. Kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika dan kemampuan metakognisi siswa perempuan untuk etnis Melayu lebih baik dibanding siswa laki-laki dari semua etnis. Kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika siswa laki-laki untuk etnis Cina lebih baik dibanding siswa laki-laki dari etnis yang lain, tetapi tidak demikian halnya dengan kemampuan metakognisinya, kemampuan metakognisi tertinggi dicapai oleh siswa laki-laki dari etnis Melayu. Untuk kelompok siswa laki-laki dari etnis Cina dan Dayak kemampuan dasar dan pemecahan matematikanya lebih baik dibanding kelompok siswa perempuannya. Akan tetapi kemampuan metakognisi kelompok siswa perempuan lebih baik dibanding dengan kelompok siswa laki-laki. Sedangkan untuk kelompok siswa perempuan dari etnis Melayu dan etnis lain, kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika serta kemampuan metakognisinya lebih baik dibanding kelompok siswa laki-laki. Untuk memberikan gambaran lebih lanjut tentang analisis deskriptif yang telah dikaji, berikut diungkap analisis statistik dengan bantuan program SPSS 17. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata skor secara signifikan, dilakukan uji ANOVA dan diperoleh simpulan bahwa rata-rata skor kemampuan dasar dan pemecahan Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 114

masalah untuk keempat etnis, tidak identik. Dari uji statistik t dapat disimpulkan bahwa untuk etnis Cina dengan etnis Dayak memiliki perbedaan rata-rata skor yang signifikan dengan nilai probabilitas 0,033; demikian juga antara etnis Dayak dengan etnis Melayu memiliki perbedaan rata-rata skor yang signifikan dengan nilai probabilitas 0,004. Untuk yang lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Selainjutnya berdasarkan uji ANOVA dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor kemampuan metakognisi siswa untuk keempat etnis, identik. Dan berdasarkan hasil Post Hoc Test disimpulkan kemampuan metakognisi untuk ke-empat etnis tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keterkaitan antara perbedaan jenis kelamin atau gender terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan metakognisi yang dikaji menggunakan uji t, disimpulkan baik untuk siswa laki-laki maupun siswa perempuan, kemampuan pemecahan masalahnya dan kemampuan metakognisinya tidak berbeda secara signifikan. Selain daripada itu dari hasil uji statistik diperoleh simpulan bahwa tidak ada interaksi antara etnis dan gender dalam kemampuan memecahkan masalah matematika dan dalam kemampuan metakognisi. Aktivitas Metakognisi Siswa Dalam menghadapi soal pemecahan masalah matematika aktivitas metakognisi siswa sebelum, selama, setelah dan dalam menghadapi soal sudah terlihat tetapi belum optimal, masih dalam rentang kategori rendah sampai sedang. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, dari aktivitas sebelum menyelesaikan soal, sebagian besar siswa mencoba membaca soal dengan cara diulang-ulang sampai merasa paham, kemudian mengingat soal-soal yang pernah diajarkan guru dan menyelesaikan dengan rumus sampai diperoleh jawab soal tersebut tanpa menuliskan terlebih dahulu apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Selama menyelesaikan soal siswa lebih sering mengerjakan dengan mengingat soal-soal yang pernah dikerjakan sebelumnya, dan menggunakan cara lain jika siswa tidak ingat cara yang pernah diajarkan guru itupun dengan cara menebak, hanya sebagian siswa saja yang berusaha mengaitkan dengan konsep-konsep yang pernah diperoleh sewaktu masih di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 115

sekolah dasar. Untuk mengecek hasil pekerjaan, siswa lebih sering mengerjakan kembali dengan cara yang sama. Aktivitas setelah menyelesaikan soal, dari hasil angket metakognisi sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka melakukan evaluasi atau memeriksa kembali hasil pemecahan masalah, ternyata berdasarkan hasil wawancara yang dimaksud disini adalah mengecek langkah-langkah pengerjaan dan perhitunganperhitungan matematikanya bukan menginterpretasikan perhitungan matematika ke masalah. Kemudian dalam menghadapi soal yang sulit atau yang merupakan masalah bagi mereka, sebagian besar siswa cenderung meninggalkan soal tersebut (pasrah), hanya beberapa siswa yang menyatakan berusaha mencari jawab karena tertantang. Simpulan Berdasarkan temuan penelitian bahwa perbedaan etnis yang terdiri dari etnis Cina, etnis Dayak, etnis Melayu, dan etnis lain, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam rata-rata kemampuan metakognisinya. Kemampuan metakognisinya dalam kategori rentangan relatif rendah sampai sedang (berada pada kisaran 61%). Kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika, menurut etnis yang berbeda, secara deskriptif menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kemampuan, etnis Melayu (37%) diikuti dengan etnis Cina (34 %), etnis lain (29 %) dan terakhir etnis Dayak (23,5%). Dari hasil uji statistik (Post Hoc Test ) dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika etnis Cina dengan etnis Dayak dan antara etnis Dayak dengan etnis Melayu memiliki perbedaan rata-rata skor yang signifikan dengan nilai probabilitas masing-masing 0,033 dan 0,004. Untuk yang lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Secara keseluruhan kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika-nya dalam kategori rendah. Hal ini diperlihatkan dari rata-rata kemampuannya kurang dari 50%. Secara umum, ada pengaruh gender terhadap kemampuan metakognisi dan terhadap kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika. Hal ini ditunjukkan: kemampuan metakognisi siswa perempuan (27,40) lebih tinggi dari kemampuan metakognisi siswa laik-laki (26,52). Dan kemampuan pemecahan masalah matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 116

dari siswa perempuan (9,96) lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa laki-laki (9,82). Namun demikian, perbedaan kemampuan tersebut tampak relatif kecil. Kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika untuk etnis Cina dan Dayak, secara deskriptif kelompok siswa laki-laki lebih baik dibanding kelompok siswa perempuan. Akan tetapi kemampuan metakognisinya kelompok siswa perempuan lebih baik dibanding dengan siswa laki-laki. Sedangkan kemampuan dasar dan pemecahan masalah matematika serta kemampuan metakognisi untuk etnis Melayu dan etnis lain, secara deskriptif kelompok siswa perempuan lebih baik dibanding kelompok siswa laki-laki. Dalam menghadapi soal pemecahan masalah matematika aktivitas metakognisi siswa sebelum, selama, setelah dan dalam menghadapi soal sudah terlihat tetapi belum optimal, masih dalam rentang kategori rendah sampai sedang. Saran Berdasarkan temuan dan hasil penelitian yang dituangkan dalam kesimpulan, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yaitu bahwa pembelajaran matematika pada sekolah menengah pertama perlu lebih menekankan pada kemampuan memecahkan masalah matematika, dan perlu perancangan pengembangan model pembelajaran yang memuat perpaduan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan metakognisi yang disesuaikan dengan konteks berdasarkan etnis dan lingkungan siswa. Daftar Pustaka Alexander, J., Fabricus, W., V., Fleming, V., Zwahr, M., & Brown, S. (2003). The development of metacognitive causal explanations, Learning and Individual Differences, 13. 227-238. Boekaerts, M. (1997). Self-regulated learning: A new concept embraced by researchers, policy makers, educators, teachers and students, Learning and Instruction, 7 (2). 161-186. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 117

Ernest, P. 1989. The impact of beliefs on the teaching of mathematics. In P. Ernest (Ed.), Mathematics teaching: The state of the art. London, England: Falmer Press. Fernandez-Duque, D., Baird, J., & Posner, M. (2000). Awareness and Metacognition, Consciounes and Cognition, 9, 324-326. Hitt, F. 2001. Construction of mathematical concepts and internal cognitive frames. [on-line].available:http://www.matedu.cinvestav.mx/hitt-w.pdf.[11 Juni 2002]. Janvier, C. 1987. Translation processes in mathematics education, In C. Janvier (Ed.). Problem of representation in the teaching and learning of mathematics. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Lerch, C. (2004). Control decisions and personal beliefs: their effect on solving mathematical problems, Journal of Mathematical Behaviour, 23, 21-36. Lesh, R., Post, T., & Behr, M. 1987. Representations and translations among representations in mathematics learning and problem solving. In C. Janvier (Ed.). Problem of representation in the teaching and learning of mathematics. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Mestre, J. (1989). Impact of culture of learning math. College Prep. Volume 5: Counseling students for higher education. New York: The College Board, Inc. Niss, G. 1996. Goals of Mathematics Teaching. In A.J. Bishop, K. Clements, C. Keitel, J. Kilpatrick, & C. Laborde (Eds.). International handbook of mathematics education. Netherlands; Kluwer Academic Publisher. O Neil, H. F., Jr., & Abedi, J. (1996). Reliability and validity of a state metacognitive inventory: Potential for alternative assessment. Jpurnal of Educational Research, 89. 234 245. Schoenfield, A.H. 1987. What s all the fuss about metacognition? In A.H. Schoenfield (Ed.). Cognitive scence and mathematics education. Hillsdale, NJ:Lawrence Erlbaum Associates. Schoenfield, A.H. 1992. Learning to think mathematically: Problem solving, metacognition, and sense making in mathematics. In D.A. Grouws (Ed). Handbook of research on mathematics teaching and learning. NCTM. New York : Macmilan Publishing Company. Shipman, S. & Shipman, V. (1985). Cognitive style: Some conceptual, methodological and applied issues. Review of Research in Education, 12. 229-291. Sperling, R. (2004). Metacognition and self-regulated learning constructs, educational Research and Evaluation, 10 (2). 117-139. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 118