BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB III LKS MGMP MATEMATIKA KABUPATEN PATI KELAS IX SMP SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2013/2014

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Qori Magfiroh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ( KTSP ) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP ( SILABUS )

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. sehingga dapat memahami situasi (Sardirman, 2011).

KI dan KD Matematika SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB II KAJIAN TEORITIK

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Membaca mengenai berbagai ekspresi yang dapat diubah menjadi persamaan kuadrat, strategi untuk menyelesaikan

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pemakai buku ini sangat kami harapkan untuk penyempurnaan bahan ajar ini. Cisarua, Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB I PENDAHULUAN. 1 Depdiknas Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

PEMBELAJARAN TIPE TGT BERBANTU PERMAINAN MISKIN UNTUK PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. define, design, develop, dan disseminate. Namun dalam pelaksanaannya,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

( Word to PDF Converter - Unregistered ) SILABUS PEMBELAJARAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

model bangun lingkungan, kawat atau datar dari karton 2x40 menit Buku teks, sebangun? Mengapa? Teknik Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P No. 1 ) KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang

Bab. Kesebangunan dan Kekongruenan Bangun Datar. A. Kesebangunan Bangun Datar B. Kekongruenan Bangun Datar

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika yang merupakan ide-ide abstrak tidak dapat begitu

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep adalah salah satu aspek penilaian dalam pembelajaran. Penilaian pada aspek pemahaman konsep bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diterima siswa dalam pembelajaran. Jadi, pemahaman konsep sangat penting, karena dengan menguasai konsep akan memudahkan siswa dalam belajar matematika. Depdiknas menyatakan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001), pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika. Menurut Anderson (2001), siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman matematis jika siswa tersebut mampu mengkonstruksi makna dari pesanpesan yang timbul dalam pengajaran seperti komunikasi lisan, tulis, dan grafik. Siswa dikatakan memahami suatu konsep matematis, antara lain

6 ketika membangun hubungan antara pengetahuan baru yang diperoleh dan pengetahuan sebelumnya. Pemahaman terhadap suatu masalah merupakan bagian dari pemecahan masalah. Berkaitan dengan pentingnya pemahaman dalam matematika, Sumarmo (2002) juga mengatakan visi pengembangan pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini yaitu pembelajaran matematika perlu diarahkan untuk pemahaman konsep dan prinsip matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam disiplin ilmu lain, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, hasil pembelajaran belum mampu untuk memenuhi tututan kebutuhan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam menemukan dan menjelaskan, menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematis berdasarkan pembentukan sendiri, bukan hanya sekedar menghafal. 2. Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Salah satu kecakapan dalam matematika yang penting dimiliki oleh siswa adalah pemahaman konsep (conceptual understanding). Untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis diperlukan alat ukur (indikator), hal tersebut sangat penting dan dapat dijadikan pedoman pengukuran yang tepat. Indikator yang tepat dan sesuai adalah indikator dari berbagai sumber yang jelas, di antaranya :

7 a. Indikator pemahaman konsep menurut Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 1) Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari. 2) Mengklasifikasikan objek objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. 3) Mengidentifikasi sifat sifat operasi atau konsep. 4) Menerapkan konsep secara logis. 5) Memberikan contoh atau contoh kontra. 6) Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara lainnya). 7) Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun diluar matematika. 8) Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep. b. Indikator pemahaman konsep menurut Kurikulum 2006 1) Menyatakan ulang sebuah konsep. 2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). 3) Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

8 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. c. Indikator dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell : 1) Menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari. 2) Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan untuk membentuk konsep tersebut. 3) Menerapkan konsep secara algoritma. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika. 5) Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika). Berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep dari berbagai sumber, Indikator pemahaman konsep matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator pemahaman konsep berdasarkan kurikulum 2006, berikut dijabarkan mengenai setiap indikator pemahaman konsep matematis yang digunakan dalam penelitian ini: a. Menyatakan Ulang Sebuah Konsep Indikator pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator pemahaman konsep matematis yang mengukur kemampuan siswa dalam menyatakan ulang sebuah konsep dengan bahasanya sendiri, yang berarti kemampuan siswa untuk menyatakan kembali konsep kesebangunan dan kekongruenan dengan bahasanya sendiri.

9 b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya adalah indikator kedua pemahaman konsep matematis, salah satu yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengelompokan suatu masalah berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki yang terdapat pada materi kesebangunan dan kekongruenan. c. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep Indikator ketiga dalam penelitian ini adalah indikator yang mengukur kemampuan siswa dalam membedakan mana yang termasuk contoh dan bukan contoh konsep kesebangunan dan kekongruenan. d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Indikator keempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematis, yaitu indikator yang mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan konsep kesebangunan dan kekongruenan kedalam bentuk gambar atau simbol secara berurutan yang bersifat matematis. e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep adalah indikator kelima dalam penelitian ini, yang mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal sesuai dengan prosedur berdasarkan syarat cukup yang telah diketahui.

10 f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan memilih dan memanfaatkan prosedur yang ditetapkan, indikator pemahaman konsep ini adalah indikator keenam dalam penelitian ini. g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah adalah indikator ketujuh pemahaman konsep matematis yang mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan suatu konsep dalam pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah yang benar. B. Materi Kesebangunan dan Kekongruenan 1. Standar Isi Materi Sesuai dengan Kurikulum KTSP, Salah satu materi mata pelajaran matematika di SMP adalah Kesebangunan dan Kekongruenan. Materi ini diajarkan pada kelas IX semester 1. Mengacu pada standar isi 2006, pengajaran dilaksanakan sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Tabel 2.1 Standar Isi 2006 Bidang Studi : Matematika Tingkat / Kelas : SMP / IX Materi : Kesebangunan dan Kekongruenan Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Dasar Memahami 1.1 Mengidentifi 1.1.1 Mengidentifikasikan dua kesebangunan kasi bangunbangun kongruen bangun datar sebangun atau bangun datar dan penggunaanya dataryang 1.1.2 Mendiskusikan dua bangun

11 dalam pemecahan masalah sebangun dan kongruen 1.2 Mengidentifi kasi sifatsifat segitiga sebangun dan kongruen 1.3 Menggunaka n konsep kesebanguna n segitiga dalam pemecahan masalah yang sebangun atau kongruen melalui bangun datar 1.2.1 Menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen. 1.2.2 Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga 1.3.1 Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya. 1.3.2 Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan. 2. Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan Standar isi yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran, disesuaikan dengan peta konsep pada materi. Pada materi kesebangunan dan kekongruenan terdapat tahap-tahap konsep yang membangun pemahaman siswa. Gambar 2.1 Peta Konsep Materi Kesebangunan dan Kekongruenan

12 Kesebangunan bangun datar terdiri dari dua bangun datar yaitu dua bangun datar kongruen dan dua bangun datar sebangun. Berikut syaratsyarat dua bangun datar sebangun dan dua bangun datar kongruen: 1) Syarat dua bangun datar dikatakan sebangun : a) Mempunyai sudut-sudut yang bersesuaian sama besar b) Panjang sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua bangun itu memiliki perbandingan senilai 2) Syarat dua bangun datar dikatakan kongruen : a) Mempunyai bentuk ukuran sama b) Mempunyai sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang c) Mempunyai sudut-sudut yang bersesuaian sma besar 3) Sifat-sifat segitiga sebangun a) Sisi-sisi bersesuaian sebanding (S-S-S) b) Sudut-sudut yang seletak sama besar (Sd-Sd-Sd) c) Satu sudut sama besar dan kedua sisi yang mengapitnya sebanding (S- Sd-Sd) 4) Sifat-sifat segitiga kongruen a) Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang b) Sudut-sudut yang bersesuaian sama panjang c) Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar 3. Kesesuaian antara indikator pembelajaran dan indikator pemahaman konsep Untuk memudahkan peneliti membuat kisi-kisi & instrumen soal tes uraian, maka harus ada kesesuaian antara indikator pembelajaran terhadap

13 indikator pemahaman konsep yang telah dijabarkan. Peta konsep kesebangunan dan kekongruenan memudahkan peneliti untuk memilah indikator pemahaman konsep yang tepat digunakan pada penelitian ini yaitu disesuaikan dengan aspek indikator pemahaman yang diukur. Tabel 2.2 Aspek indikator kemampuan pemahaman konsep kesebangunan a. Aspek indikator kemampuan pemahaman konsep kesebangunan Konsep Kesebangunan Indikator pemahaman yang Indikator pencapaian diukur Menyatakan kembali konsep matematika dengan bahasa sendiri. Memberikan contoh dan bukan contoh dari sebuah konsep Mengklasifikasikan obyekobyek matematika Menyajikan konsep dengan berbagai bentuk representasi matematis Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah Siswa dapat menyatakan konsep matematika yang mendasari jawaban yang diberikan. Dari gambar yang diberikan, siswa dapat memberikan contoh dan bukan contoh segitiga-segitiga yang sebangun. Siswa dapat mengklasifikasikan sisi-sisi yang bersesuaian. Siswa dapat menyajikan konsep kesebangunan dalam bentuk gambar. Siswa dapat mengembangkan jawaban sesuai dengan prosedur berdasarkan syarat cukup yang telah diketahui. Siswa dapat menyelesaikan soal kesebangunan dengan memilih dan memanfaatkan prosedur yang ditetapkan. Siswa dapat mengaplikasikan suatu konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah yang benar. b. Aspek indikator kemampuan pemahaman konsep kekongruenan Konsep Kekongruenan Indikator pemahaman yang Indikator pencapaian diukur Menyatakan kembali konsep Siswa dapat menyatakan konsep matematika dengan bahasa matematika yang mendasari jawaban sendiri. yang diberikan. Menemukan contoh dari Dari gambar yang diberikan, siswa sebuah konsep dapat menemukan contoh segitiga yang

14 Mengklasifikasikan obyekobyek matematika Menyajikan konsep dengan berbagai bentuk representasi matematis Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah kongruen. Siswa dapat mengklasifikasikan sisi-sisi yang sama panjang. Siswa dapat menyajikan konsep kekongruenan dalam bentuk gambar. Siswa dapat mengembangkan jawaban sesuai dengan prosedur berdasarkan syarat cukup yang telah diketahui. Siswa dapat menyelesaikan soal kekongruenan dengan memilih dan memanfaatkan prosedur yang ditetapkan (salah satunya dengan mengunakan alat ukur busur derajat untuk menghitung besar sudut). Siswa dapat mengaplikasikan suatu konsep kekongruenan dalam pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah yang benar.