PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 16 TAHUN 2002

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 8 TAHUN 1997 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 5 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

RAMBU LALU LINTAS JALAN

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 62 TAHUN 2006 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri: B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 1995 SERI B.2

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 9 TAHUN 1999 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TERTIB PEMANFAATAN JALAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 10 TAHUN 1999 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG IZIN USAHA ALAT ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 9 TAHUN 1998 T E N T A N G RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PARKIR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang.

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 58 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2002 T E N T A N G

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 5 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan lalu lintas yang teratur, tertib, lancar dan selamat, selaras dengan perkembangan lalu lintas dan angkutan jalan yang semakin meningkat serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat diperlukan pengaturan yang lebih mantap, tegas serta mencakup keseluruhan kebijaksanaan pemerintah berdasarkan kewenangan yang ada di bidang lalu lintas jalan ; b. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a perlu diatur perlengkapan jalan yang meliputi aspek pengendalian dan pengawasan serta pemeliharaan untuk keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas ; c. bahwa sehubungan dengan maksud huruf a dan b tersebut diatas, perlu ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 (LN Tahun 1953 Nomor 9 ; TLN Nomor 352) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (LN Tahun 1953 Nomor 72 ; TLN Nomor 1820) ; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (LN Tahun 1980 Nomor 80 ; TLN Nomor 3186) ; 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (LN Tahun 1981 Nomor 76 ; TLN Nomor 3209) ; 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LN Tahun 1992 Nomor 49 ; TLN Nomor 3180) ; 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (LN Tahun 1999 Nomor 60 ; TLN Nomor 3839) ; 6.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (LN Tahun 1990 Nomor 26 ; TLN Nomor 3410) ; 7.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (LN Tahun 1993 Nomor 59 ; TLN Nomor 3528) ; 8.Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (LN Tahun 1993 Nomor 60 ; TLN Nomor 3527) ; 9.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (LN Tahun 1993 Nomor 63 ; TLN Nomor 3529) ;

!2 10. Peraturan.. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (LN Tahun 1993 Nomor 64 ; TLN Nomor 3530) ; 11.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (LN Tahun 2000 Nomor 54 ; TLN Nomor 3952) ; 12.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundangundangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (LN Tahun 1999 Nomor 70 ) ; 13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) ; 14.Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 1985 tentang Penegakan Hukum / Peraturan dalam Rangka Pengelolaan Daerah Perkotaan ; 15.Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2002 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SAMARINDA M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah Kota adalah Kota Samarinda ; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Samarinda ; c. Kepala Daerah adalah Walikota Samarinda ; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Samarinda ; e. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah ; f. Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan ; g. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor ; h. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu, baik roda dua, roda empat atau lebih dan atau bentuknya yang dapat bergerak di jalan ;

!3 i. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran, pengertian kendaraan disini ialah angkutan kota, bis, mobil barang dan taksi ; j. Kendaraan.. j. Kendaraan Barang adalah setiap kendaraan bermotor yang khusus dipergunakan untuk mengangkut barang ; k. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, mobil penumpang dan yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal dalam wilayah daerah ; l. Lalu Lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan ; m. Jalan adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum ; n. Perlengkapan Jalan adalah segala yang berada di jalan yang berfungsi mengatur, mengendalikan dan mengamankan lalu lintas terdiri dari rambu-rambu lalu lintas jalan, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, pengawasan dan pengaman jalan serta fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas ; o. Rambu Lalu Lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan berupa lambang huruf, angka, kalimat, dan atau perpaduan di antaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan ; p. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan ; q. Alat Pengendali dan Pengaman Jalan adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman terhadap pemakai jalan ; r. Alat Pengawasan dan Pengaman Jalan adalah alat yang berfungsi sebagai pengawas terhadap berat kendaraan beserta muatannya ; s. Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Jalan adalah fasilitas untuk pejalan kaki, parkir pada badan jalan, halte, tempat istirahat dan penerangan jalan ; t. Pemakai Jalan adalah pengemudi kendaraan, pejalan kaki dan pengendali hewan di jalan ; u. Daerah Hukum adalah Wilayah Hukum Kota Samarinda. BAB II PENGATURAN DAN PENGAWASAN Pasal 2 Pengaturan lalu lintas meliputi kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan dalam wilayah Kota Samarinda. Pasal 3 Pengawasan lalu lintas sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi : a. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.

!4 b. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Pasal 4 Pengendalian lalu lintas sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi : Pasal. a. Pemberian arahan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. b. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Pasal 5 Untuk kepentingan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di daerah, kendaraan roda 3 (tiga) seperti becak, helicak, bajaj, atau sejenisnya tidak diijinkan beroperasi di jalan dalam Wilayah Hukum Kota Samarinda. Pasal 6 (1). Untuk keperluan mempertahankan dan menaikkan tingkat pelayanan jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu, setiap kegiatan pembangunan atau kegiatan yang dapat merubah fungsi suatu bangunan dan atau lahan diwajibkan untuk melakukan analisis mengenai dampak yang ditimbulkannya terhadap kondisi lalu lintas yang telah ada. (2). Pengaturan pelaksanaan mengenai analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 7 Setiap pemakai jalan diwajibkan untuk mentaati ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. BAB III KETENTUAN KELAS JALAN Pasal 8 (1). Untuk keperluan pengaturan, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan lalu lintas, maka jalan dibagi dalam beberapa kelas. (2). Kelas jalan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri dari : a. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar 10 ton. b. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 10 ton.

!5 c. Jalan.. c. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton. d. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton. e. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton. 3. Penetapan penggunaan kelas jalan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 9 (1). Penetapan kelas jalan sebagaimana dimaksud pasal 8 dinyatakan dengan ramburambu lalu lintas. (2). Setiap pemakai jalan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini. (3). Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini wajib mendapat ijin dari Kepala Daerah melalui Sub Dinas Perhubungan Darat pada Dinas Perhubungan Kota Samarinda. Pasal 10 Waktu operasional kendaraan dimaksud pasal 8 Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB IV KETENTUAN BERLALU LINTAS Pasal 11 Pengemudi kendaraan bermotor pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dalam Daerah Kota wajib mentaati / mematuhi ketentuan peraturan lalu lintas yang berlaku dan rambu-rambu lalu lintas yang terpasang. Pasal 12 Pengemudi kendaraan bermotor pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib berperilaku sopan dan tertib, tidak merintangi atau membahayakan orang atau pengguna jalan lainnya. Pasal.

!6 Pasal 13 Setiap pengemudi kendaraan bermotor pada roda dua pada saat mengemudikan kendaraan di jalan wajib menggunakan helm yang memenuhi syarat dan standar keamanan dan tali pengaman helm tetap difungsikan sebagaimana mestinya. Pasal 14 Setiap kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat atau lebih wajib menggunakan plat nomor yang sah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 15 Pengemudi kendaraan bermotor pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memberikan kesempatan kepada orang / pejalan kaki yang akan menyeberang jalan dengan menghentikan sesaat / sejenak kendaraannya dan kemudian dilanjutkan kembali. Pasal 16 (1). Bagi orang atau pejalan kaki yang akan menyeberang jalan harus pada tempat penyeberangan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah. (2). Bagi orang atau pejalan kaki sebelum menyeberang jalan dapat terlihat dengan jelas oleh pengemudi kendaraan bermotor. (3). Bagi orang atau pejalan kaki sebelum menyeberang jalan harus menunggu peluang kesempatan yang aman, baru menyeberang jalan. Pasal 17 (1). Setiap pengemudi angkutan kota yang diatur dalam trayek, saat menjalankan kendaraan bermotor pada jalan-jalan dalam kota diharuskan mengambil sebelah kiri dari jalur / arah jalan yang akan dilalui. (2). Dalam menaikkan / menurunkan penumpang dan atau menaikkan / menurunkan barang, pengemudi angkutan kota diwajibkan untuk menepikan kendaraan bermotornya, sehingga tidak mengganggu pengguna jalan lainnya. (3). Pada saat akan menepikan kendaraan bermotor dimaksud ayat (2) pasal ini, setiap pengemudi angkutan kota wajib memberikan tanda isyarat lampu sebelah kiri dengan jarak minimal 6 (enam) meter sebelumnya. (4) Setiap pengemudi angkutan kota diatur dalam trayek wajib memenuhi ketentuan tentang jalur jalan yang harus dilalui (dilewati) dalam trayek (yang tetap dan teratur) dalam jaringan trayek. (5) Pada saat akan menepikan kendaraan bermotor, posisi kendaraan sudah berada di sebelah kiri jalan / jalur lambat dan laju kendaraan dalam keadaan lambat. Pasal. Pasal 18

!7 Setiap pengemudi angkutan kota yang diatur dalam trayek, wajib mematuhi ketentuan tentang jalur jalan yang harus dilalui / dilewati dalam trayek (yang tetap dan teratur) dalam jaringan trayek. Pasal 19 (1). Setiap pengemudi pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dalam daerah kota, wajib mematuhi / mentaati ketentuan kecepatan maksimum yang diijinkan Pemerintah Daerah. (2). Kecepatan maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagai berikut : - Dari jam 06.00 s/d 24.00 wite kecepatan maksimum yang diijinkan 40 km / jam. - Dari jam 24.00 s/d 06.00 wite kecepatan maksimum yang diijinkan 60 s/d 80 km / jam. (3). Pada ruas jalan tertentu yang dianggap rawan kecelakaan kecepatan maksimum yang diijinkan ditentukan dengan Keputusan Kepala Daerah. KETENTUAN LARANGAN Pasal 20 Setiap pengemudi kendaraan bermotor pada saat menjalankan / mengemudikan kendaraan bermotor di jalan tidak diijinkan melebihi kecepatan maksimum sebagaimana yang telah ditetapkan pada pasal 19 ayat (2) Peraturan Daerah ini. Pasal 21 (1). Setiap pengemudi kendaraan bermotor tidak diijinkan melakukan lomba ketangkasan dengan menggunakan kendaraan bermotor atau kebut-kebutan di jalan tanpa seijin Kepala Daerah dan atau Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. (2). Penggunaan jalan untuk keperluan tertentu diluar fungsi sebagai jalan yang dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh ijin. (3). Setiap pengemudi kendaraan bermotor dilarang melakukan lomba ketangkasan dengan menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua ataupun roda empat, atau kebut-kebutan di jalan tanpa ijin. (4). Ijin sebagaimana dimaksud ayat (1), (2) dan (3) diatur dan ditentukan oleh Pemerintah Daerah dan Pejabat yang berwenang. Pasal.

!8 Pasal 22 (1). Kendaraan truk yang datang dari luar daerah dengan membawa angkutan / muatan barang, buah-buahan, sayur-sayuran dan atau jenis lainnya khusus untuk diperdagangkan, tidak diijinkan masuk dalam kota. (2). Muatan kendaraan truk dimaksud ayat (1) pasal ini wajib dibongkar pada tempattempat yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Daerah. (3). Tempat-tempat dimaksud ayat (2) pasal ini akan ditetapkan dengan Keputusan Kepala daerah. Pasal 23 (1). Dilarang untuk kendaraan bermotor berbadan lebar jenis Truk Puso dan sejenisnya melintasi ruas-ruas jalan dalam Kota Samarinda. (2). Ruas-ruas jalan yang dapat dilintasi kendaraan dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 24 (1). Dilarang Kendaraan Trailer dan atau Kendaraan Angkutan Alat Berat lainnya melintasi semua jalan-jalan dalam wilayah Kota Samarinda dari jam 06.00 Wite (pagi hari) sampai dengan jam 24.00 Wite (malam hari). (2). Kendaraan dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat melintasi jalan dari jam 00.00 Wite (malam hari) sampai dengan jam 06.00 Wite (pagi hari) dengan route yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 25 Kendaraan roda tiga sejenis becak/bajaj dan dalam bentuk apapun tidak diperkenankan beroperasi di jalan dalam wilayah Kota Samarinda. BAB V PENGAWASAN DAN PENINDAKAN Pasal 26 Pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Poltabes Samarinda dan Dinas Perhubungan Kota Samarinda, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab serta wewenangnya didasarkan pada Undang-Undang yang berlaku. BAB.

!9 BAB VI KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 27 (1). Pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 11, 13, dan 14 Peraturan daerah ini diancam sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2). Pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 15 Peraturan Daerah ini yang mengakibatkan kecelakaan atau meninggalnya korban akibat kelalaian pengemudi diancam sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (3). Pelanggaran ketentuan pada pasal 8, 9, 10, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 28 (1) Pelaksanaan penyidikan dilakukan oleh Poltabes Samarinda dan PPNS Dinas Perhubungan Kota Samarinda yang telah memiliki kualifikasi tertentu di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. (2). Dalam melaksanakan tugas penyidikan para Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda tangan pengenal dari tersangka ; d. Melakukan penyitaan benda atau surat ; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang ; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. Mendatangkan orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum tersangka atau keluarga ; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB.

!10 BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 (1). Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan yang telah ada sepanjang mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi. (2). Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kota Samarinda. Ditetapkan di Samarinda Pada tanggal 5 Agustus 2002 WALIKOTA SAMARINDA Drs. H. ACHMAD AMINS, MM Disahkan / disetujui oleh DPRD Kota Samarinda dengan Surat Keputusan Nomor 15 Tahun 2002 tanggal 5 Agustus 2002 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Samarinda Nomor 20 tanggal 8 Agustus 2002 Seri D Nomor 13 Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA SAMARINDA Ir. H. MOCHDAR HASAN, MSi NIP. 550 006 903