PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Neg

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 16 TAHUN 2013

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN No. 3, 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

Permen PU No. 323/PRT/M/2005

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2015

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

: a. bahwa untuk dapat mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, diperlukan peran serta masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR BAB I

2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Ind

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 11 TAHUN 2014 TENTANG

2 Korupsi di Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG 2017

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

Arsip Nasional Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT WALIKOTA YOGYAKARTA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/05/M.PAN/4/ 2009 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah, perlu mengatur tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat di Badan Tenaga Nuklir Nasional; b. bahwa pengaduan masyarakat merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan pelayanan publik, sehingga perlu mendapatkan tanggapan dengan cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat di Badan Tenaga Nuklir Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

- 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 2014, Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3866); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

- 3-144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3995); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 11. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah 2012-2014; 12. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional; 13. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik; 14. Keputusan Presiden Nomor 72/M Tahun 2012; 15. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor Per/05/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah; 16.Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 54 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah; 17. Keputusan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir;

- 4-18. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 148/KA/VII/2010 tentang Pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik di Badan Tenaga Nuklir Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 5 Tahun 2014; 19. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Penegakan Disiplin dan Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai BATAN; 20. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 11 Tahun 2013 tentang Kode Etik Pegawai; dan 21. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 16 Tahun 2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pengaduan masyarakat adalah bentuk pengawasan masyarakat yang disampaikan kepada Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), berupa sumbangan pemikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang bersifat membangun. 2. Penanganan pengaduan masyarakat adalah proses kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan, penelaahan,

- 5 - penyaluran, konfirmasi, klarifikasi, penelitian, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan. 3. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. 4. Pelapor adalah perseorangan atau kelompok yang menyampaikan pengaduan ke BATAN. 5. Terlapor adalah pegawai BATAN baik sendiri maupun bersama-sama dan/atau unit kerja yang diduga melakukan penyimpangan atau pelanggaan. 6. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar untuk menilai kebenaran atas pengaduan masyarakat. 7. Konfirmasi adalah proses kegiatan untuk mendapatkan penegasan mengenai keberadaan terlapor yang teridentifikasi, baik bersifat perorangan, kelompok maupun institusional, apabila memungkinkan termasuk masalah yang dilaporkan/diadukan. 8. Klarifikasi adalah proses penjernihan masalah atau kegiatan yang memberikan penjelasan/data/dokumen/bukti-bukti mengenai permasalahan yang diadukan pada proporsi yang sebenarnya kepada sumber pengaduan dan instansi terkait. 9. Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat yang selanjutnya disebut Tim adalah Tim yang ditetapkan oleh Kepala BATAN. Pasal 2 Peraturan Kepala BATAN ini dimaksudkan sebagai: a. Acuan bagi pegawai BATAN yang menangani pengaduan masyarakat; dan b. Acuan bagi unit kerja dalam melakukan koordinasi penanganan pengaduan masyarakat.

- 6 - Pasal 3 Peraturan Kepala BATAN ini bertujuan untuk: a. terwujudnya penanganan pengaduan masyarakat yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan; b. terwujudnya koordinasi penanganan pengaduan masyarakat di BATAN; dan c. terlaporkannya penanganan pengaduan masyarakat kepada pihak-pihak terkait. Pasal 4 Pengaduan masyarakat yang ditangani BATAN meliputi: a. hambatan dalam pelayanan masyarakat; b. penyalahgunaan wewenang; c. korupsi, kolusi, dan nepotisme; d. pelanggaran disiplin; dan e. pelanggaran kode etik pegawai. Pasal 5 Asas-asas penanganan pengaduan masyarakat a. kepastian hukum; b. transparansi; c. koordinasi; d. efektivitas dan efisiensi; e. akuntabilitas; f. obyektivitas; g. proporsionalitas; dan h. kerahasiaan.

- 7 - Pasal 6 Pegawai yang menangani pengaduan masyarakat wajib: a. menjunjung nilai-nilai dasar yaitu berani, integritas, tangguh, dan inovatif; b. melaksanakan tugas dan wewenang secara proporsional dan professional; c. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan; d. membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja; e. mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja; f. menjaga informasi yang bersifat rahasia terkait dengan jabatan, Pelapor, dan Terlapor; g. menyerahkan seluruh dokumen atau bahan-bahan yang berkaitan dengan pengaduan masyarakat kepada atasannya, apabila sudah tidak menangani pengaduan masyarakat atau berhenti/alih tugas; dan h. menjaga kerahasiaan, baik informasi maupun dalam bentuk dokumen kepada pihak lain, yang diperoleh sebagai konsekuensi pelaksanaan tugas selama menangani pengaduan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, apabila sudah tidak menangani pengaduan masyarakat atau berhenti/alih tugas. Pasal 7 Pegawai yang menangani pengaduan masyarakat dilarang: a. menggunakan sumber daya publik untuk kepentingan pribadi atau golongan; b. menerima imbalan dalam bentuk apapun untuk kegiatan yang berkaitan dengan penanganan pengaduan masyarakat;

- 8 - c. meminta atau menerima bantuan dari pihak manapun untuk kepentingan proses penanganan pengaduan masyarakat; d. menyampaikan informasi/dokumen kepada pihak manapun selain pejabat yang diberi kewenangan; dan e. menangani kasus yang menimbulkan terjadinya konflik kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan. Pasal 8 (1) Etika Pegawai yang menangani pengaduan masyarakat terhadap Pelapor: a. memberikan pelayanan dan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan; b. memberi pelayanan secara cepat, tepat, terbuka dan adil serta tidak diskriminatif; c. menjamin kerahasiaan identitas Pelapor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. menciptakan kenyamanan dan keamanan kepada Pelapor; dan e. memberikan penjelasan secara proporsional tentang perkembangan proses pengaduan masyarakat yang ditangani. (2) Etika Pegawai yang menangani pengaduan masyarakat terhadap Terlapor: a. menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah; dan b. menghormati hak-hak Terlapor. Pasal 9 (1) Dalam rangka penanganan pengaduan masyarakat dibentuk Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat di BATAN. (2) Tim terdiri dari unsur kepegawaian, unsur pengawasan, unsur hukum, dan/atau unsur teknis.

- 9 - (3) Keanggotaan Tim berjumlah gasal, terdiri dari: a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; c. paling sedikit 3 (tiga) orang anggota. (4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala BATAN. Pasal 10 Masyarakat dapat melakukan pengaduan melalui: a. Pengaduan secara langsung dengan mendatangi kantor BATAN; atau b. Pengaduan secara tidak langsung melalui kotak pengaduan, surat tertulis, dan/atau media komunikasi elektronik. Pasal 11 (1) Pengaduan masyarakat dicatat dan dikelompokkan oleh Petugas Pelayanan Informasi sesuai dengan prosedur penatausahaan/pengadministrasian. (2) Petugas Pelayanan Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan petugas sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Kepala BATAN tentang Pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik. (3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. Data Surat Pengaduan, meliputi : 1) Nomor Dan Tanggal Agenda; 2) Tanggal Surat Pengaduan; 3) Kategori; Dan 4) Perihal. b. Identitas Pelapor, meliputi: 1) Nama; 2) Alamat;

- 10-3) Pekerjaan; 4) Kabupaten/Kota; dan 5) Provinsi. c. Identitas Terlapor, meliputi: 1) Nama; 2) Nip/Nik; 3) Alamat; 4) Jabatan; dan 5) Instansi Terlapor. d. Lokasi kasus, meliputi: 1) Kabupaten/kota; 2) Provinsi; dan 3) Negara. (4) Pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan berdasarkan jenis dan penyimpangan dengan kode masalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 12 (1) Pengaduan masyarakat yang telah dicatat dan dikelompokkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 selanjutnya disampaikan kepada Unit Kerja terkait. (2) Unit Kerja wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyampaikan laporan hasil penanganan kepada Tim. (3) Dalam hal Unit Kerja tidak mampu menyelesaikan pengaduan masyarakat, penanganan pengaduan dilimpahkan kepada Tim. (4) Tim melakukan telaahan lanjutan terhadap pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Penelaahan materi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit meliputi kegiatan sebagai berikut:

- 11 - a. merumuskan inti masalah yang diadukan; b. menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang relevan; c. meneliti dokumen dan/atau informasi yang pernah ada dalam kaitannya dengan materi pengaduan yang baru diterima; dan d. menetapkan hasil penelaahan pengaduan masyarakat untuk proses penanganan selanjutnya. Pasal 13 Hasil penelaahan pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) dikelompokan dalam 2 (dua) kategori yaitu: a. berkadar pengawasan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) apabila substansi/materi pengaduan logis dan memadai dengan identitas Pelapor serta didukung bukti awal harus dilakukan pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran informasinya; 2) apabila substansi/materi pengaduan logis dan memadai serta didukung bukti awal, namun identitas Pelapor tidak jelas perlu dilakukan pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran informasinya; 3) apabila substansi/materi pengaduan tidak memadai dan identitas Pelapor jelas, perlu dilakukan klarifikasi dan konfirmasi sebelum dilakukan pemeriksaan; 4) apabila substansi permasalahannya sama, sedang atau telah dilakukan pemeriksaan, dijadikan tambahan informasi bagi proses pembuktian; dan 5) apabila ternyata terbukti/tidak terbukti indikasi pengaduan maka perlu ditindaklanjuti dengan menginformasikan kepada Pelapor.

- 12 - b. tidak berkadar pengawasan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) apabila substansi/materi pengaduan berupa sumbang saran kritik yang konstruktif dan lain sebagainya yang bermanfaat bagi perbaikan penyelenggaraan dan pelayanan masyarakat, dapat digunakan sebagai bahan informasi atau bahan pengambilan keputusan/kebijakan; dan 2) apabila substansi/materi pengaduan logis yang berupa keinginan Pelapor secara normatif tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan BATAN tidak mungkin memenuhinya, tidak perlu diproses lanjut. Pasal 14 (1) Pengaduan masyarakat yang berkadar pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a harus diselesaikan dengan melakukan pembuktian atas kebenaran substansinya, dengan tahapan sebagai berikut: a. melakukan telaahan lanjutan; b. melakukan konfirmasi; dan c. melakukan klarifikasi. (2) Telaahan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. mempelajari dan merumuskan permasalahan; b. memaparkan hasil rumusan kepada Kepala BATAN untuk kasus-kasus yang signifikan; dan c. merumuskan bahwa pengaduan sudah mengarah kepada adanya pelangggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Konfirmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. mengidentifikasi Pelapor; dan

- 13 - b. mencari informasi tambahan dari sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diadukan sebagai bahan pendukung. (4) Klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. meminta penjelasan baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang diadukan; b. melakukan penilaian terhadap permasalahan yang diadukan dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. meminta dokumen pendukung atas penjelasan yang telah disampaikan oleh pihak-pihak yang telah dimintakan penjelasan. Pasal 15 Dalam hal kesimpulan dari telaahan lanjutan, konfirmasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dinyatakan tidak perlu dilakukan pemeriksaan karena tidak cukup bukti, Tim harus menginformasikan hasilnya kepada Pelapor. Pasal 16 Dalam hal kesimpulan dari telaahan lanjutan, konfirmasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dinyatakan harus dilakukan pemeriksaan mendalam, perlu dilakukan halhal sebagai berikut: a. kegiatan pemeriksaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur penanganan pengaduan masyarakat di BATAN untuk memperoleh bukti fisik, bukti dokumen, bukti perhitungan, keterangan ahli dan atau bukti-bukti lainnya mengenai kebenaran permasalahan;

- 14 - b. pemeriksaan dilakukan dengan cermat, cepat, mudah serta hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan cara : 1. mengalokasikan anggaran pemeriksaan; 2. menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), yang meliputi: a) penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan yang diadukan; b) menentukan metode atau prosedur pemeriksaan; c) menentukan waktu dan lokasi yang diperlukan; d) menentukan para pihak yang perlu dimintai keterangan; e) menentukan keabsahan dan kecukupan bukti-bukti yang telah diperoleh; dan f) merumuskan hasil pemeriksaan. c. Pengaduan masyarakat yang bersifat strategis dan berdampak nasional, perlu dilakukan penanganan lintas instansi dengan membentuk tim gabungan yang terdiri dari unsur instansi terkait. Pasal 17 Penanganan pengaduan masyarakat harus diselesaikan paling lama 60 (enam puluh) hari setelah surat pengaduan diterima BATAN, kecuali ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 18 (1) Tim menyampaikan laporan pemeriksaan pengaduan masyarakat kepada: a. Kepala BATAN; b. Pelapor; dan c. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

- 15 - (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara sistematik, singkat, jelas dan dapat dipertanggungjawabkan serta memuat kesimpulan dari hasil telaahan lanjutan, konfirmasi dan klarifikasi, pemeriksaan dengan data pendukung serta saran tindak lanjut. (3) Dalam hal Pelapor merasa tidak puas atas hasil pemeriksaan dan menyampaikan pengaduan masyarakat kembali disertai dengan bukti dukung yang memadai, Kepala BATAN perlu melakukan pengkajian ulang terhadap hasil pemeriksaan. (4) Dalam hal hasil pemeriksaan dianggap kurang memadai atau tidak sesuai dengan kondisi dan fakta yang sebenarnya, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dapat melakukan verifikasi atas kebenaran hasil pemeriksaan tersebut. Pasal 19 Laporan hasil penanganan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, berupa: a. tindakan administratif; b. tindakan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi; c. tindakan gugatan perdata; d. tindakan pengaduan perbuatan pidana; atau e. tindakan penyempurnaan manajemen BATAN. Pasal 20 Tabel mekanisme penanganan pengaduan masyarakat tercantum dalam Lampiran II, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan ini.

- 16 - Pasal 21 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Maret 2015 KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, -ttd- DJAROT SULISTIO WISNUBROTO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, -ttd- YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 477 Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BIRO HUKUM, HUMAS, DAN KERJA SAMA, TOTTI TJIPTOSUMIRAT

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN JENIS PENYIMPANGAN NO JENIS MASALAH/PELANGGARAN/PENYIMPANGAN KODE 01 Penyalahgunaan wewenang, meliputi : 0100 - Perbuatan aparatur yang merugikan masyarakat 0101 - Pemaksaan kehendak 0102 - Tindakan sewenang-wenang 0103 - Salah kelola 0104 - Penggunaan fasilitas/ barang milik negara 0105 - Penyalahgunaan wewenang lainnya 0106 02 Pelayanan masyarakat meliputi : 0200 - pelayanan pengurusan dokumen 0201 - pengurusan penjanjian 0202 - Pelayanan lainnya 0217 03 Korupsi/pungli, meliputi : 0300 - Penguasaan tanpa hak atas uang /kekayaan negara 0301 - Pemalsuan/pengeluaran fiktif /pembelian barang tidak sesuai dengan spesifikasi 0302 - Pembelian dengan harga dimahalkan (mark up) 0303 - Penyelewengan atau penyimpanan pengelolaan anggaran 0304 - Penjualan atau manipulasi penjualan milik negara 0305 - Penyalahgunaan anggaran/dana 0307 - Penyimpanan proses pelelangan 0309 - Pungutan liar 0312 - Gratifikasi 0313 - Korupsi/pungli lainnya 0314 04 Kepegawaian/ketenagakerjaan,meliputi : 0400 - Kepangkatan 0401 - Jabatan/mutasi 0402

- 2 - - Gaji/rapel gaji - Pensiun/tunjangan - Kesejahteraan pegawai - Sk pegawai - Pemalsuan berkas kepegawaian - Pelanggaran - Disiplin pegawai negeri - Penerimaan pegawai baru - Tanda jasa dan sejenisnya - Ketidak jelasan pekerjaan/non job - Jabatan/kesempatan kerja - Masa kerja - Norma kerja dan persyaratan kerja - Pelanggaran kepegawaian/ketenagakerjaan lainnya 05 Pertanahan /perumahan, meliputi : - Ganti rugi tanah - Hak atas tanah - Manipulasi tanah - Sertifikasi tanah - Pembebasan tanah - Pembokaran rumah - Pemilikan rumah - Hak penghunian rumah - Ganti rugi rumah - Ijin Mendirikan Bangunan(IMB) - Sewa menyewa rumah - Peruntukan rumah - Permasalahan pertanah/perumahan lainnya 06 Hukum/peradilan dan HAM, meliputi : - Persengketaan - Pelanggaran hukum - Pencurian/penadahan - Pemalsuan - Penipuan - Penggelapan - Kontrak/perjanjian/akad nikah/cerai 0403 0404 0405 0406 0407 0408 0409 0411 0412 0413 0415 0416 0417 0418 0500 0501 0502 0503 0505 0506 0510 0511 0512 0513 0514 0515 0516 0517 0600 0601 0602 0603 0604 0605 0606 0607

- 3 - - Barang bukti/lelang - Permasalahan hukum/peradilan lainnya 07 Kewaspadaan nasional,meliputi : - Separatisme - SARA - Uang palsu - Narkoba - Kewaspadaan nasional lainnya 08 Ketatalaksanaan/regulasi,meliputi : - Penentuan tarif, harga dan sumbangan - Kepemimpinan/pemerintahan dan pengelolaan unit kerja/badan usaha - Prosedur pencairan uang perjalanan/lumpsum pindah kerja - Penentuan kepanitian - Prosedur pengiriman sekolah keluar negeri - Pengaturan/tatalaksanaan/regulasi lainnya 09 Lingkungan hidup, meliputi : - Pengerusakan tanah /lingkungan - Pencemaran udara dan air - Kebisingan - Amdal 10 Umum meliputi : - Permohonan bantuan,sumbangan - Penyampaian usul/sumbang saran - Pelanggaran media massa/elektronik - Surat-surat yang tidak memiliki kadar pengawasn lainnya 0613 0616 0700 0701 0702 0706 0707 0710 0800 0803 0805 0808 0809 0810 0811 0900 0901 0902 0903 0906 1000 1001 1002 1003 1004 KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, DJAROT SULISTIO WISNUBROTO

- 4 - LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT MEKANISME PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT Masyarakat Petugas Pelayanan Informasi Unit Kerja Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Kepala BATAN - Pelapor - Mencatat dan mengelompokk an sesuai kode klasifikasi - Diselesaikan oleh Unit Kerja, apabila tidak mampu disalurkan kepada Tim Penangan Pengaduan Masyarakat - Menelaah, konfirmasi klarifikasi. dan - Disampaikan kepada Kemenpan & RB Keterangan : 1. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Petugas Pelayanan Informasi yang berlokasi di seluruh Unit Kerja sesuai dengan prosedur penatausahaan/pengadministrasian yang berlaku di BATAN. 2. Petugas Pelayanan Informasi akan mengelompokkan dan penanganannya dilakukan oleh unit kerja yang terkait sesuai dengan substansi permasalahannya, apabila Unit Kerja tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut, penanganan pengaduan dilakukan oleh Tim Pengaduan Masyarakat untuk dilakukan penelaahan, konfirmasi dan klarifikasi.

- 5-3. Kesimpulan hasil penanganan pengaduan masyarakatakan disampaikan kepada : a. Kepala BATAN; b. Pelapor; c. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, -ttd- DJAROT SULISTIO WISNUBROTO Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BIRO HUKUM, HUMAS, DAN KERJA SAMA, TOTTI TJIPTOSUMIRAT