ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN TAPA KABUPATAN BONE BOLANGO.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

ABSTRACT. Keywords: profit, R/C ratio, Brean Even Point.

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI DESA UJUNG BARU KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA DI DESA SELOREJO KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

BAB II KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KEADAAN USAHA TERNAK AYAM BROILER

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS PADA KELOMPOK PETERNAK SAPI BALIDI KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI UD. HAIVA JAYA TULUNGAGUNG

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK POTONG DI DESA HARJOWINANGUN KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM KEMITRAAN DI KECAMATAN PLOSOKLATEN KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PRODUKSI USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI KABUPATEN SLEMAN PRODUCTION ANALYSIS OF BROILER FARM IN SLEMAN DISTRICT

ternakan Tropik ABSTRACT

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA AYAM PEDAGING (BROILER) PETERNAK PLASMA POLA KEMITRAAN DI PT. REZA PERKASA UNIT BUDIDAYA MADIUN

Analisis Profitabilitas Perusahaan Ayam Petelur PT Suni Tama Perdana Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi

PROFITABILITAS USAHA ITIK PEDAGING DI DESA JULUK KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISA PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM POTONG (Studi Kasus Peternakan Milik Dani L. Di Kecamatan Karang Ploso)

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

I Peternakan Ayam Broiler

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

FINANCIAL PERFORMANCE VARIABILITY OF FATTENING SHEEP AT SENGON AND JARAK KULON VILLAGES JOMBANG DISTRICT

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Rinto., dkk. Analisis Komputasi Pendapatan...

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

Animal Agriculture Journal 3(1): 24-33, April 2014 On Line at :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN PASURUAN

II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

Pedaging di Kabupaten Majalengka

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pada Pola Usaha Yang Berbeda Di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. Sumber :

Transkripsi:

1 ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN TAPA KABUPATAN BONE BOLANGO Oleh: Sri Siska I. Djafa, Laode Sahara, Sri Yeni Pateda. JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui profit (keuntungan) dan titik impas usaha ternak Ayam Broiler dengan Pola Kemitraan. Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Langge dan Desa Dunggala Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini di lakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Mei-JuliJuni-Agustus 2013. Metode yang di gunakan pada pelaksanaan ini adalah metode studi kasus atau case study method, Hasil penelitian ini menggambarkan Sumber modal usaha peternakan ayam broiler dengan kapasitas 2400 dan 5000 ekor menggunakan modal sendiri sebesar 58.34% dan modal pinjaman sebesar 41.66% dari total modal keseluruhan. Sedangkan usaha peternakan ayam broiler kapasitas 5000 ekor menggunakan modal sendiri sebesar 44.28% dari dan modal pinjaman dari mitra peternak sebesar 55.72% dari total modal keseluruhan. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar 95.79% dan biaya tetap yang dikeluarkan sebesar 4.54% dari total biaya keseluruhan. Sumber penerimaan peternak ayam broiler dengan kapasitas 2400 dan 5000 ekor bersumber dari hasil penjualan bobot ayam hidup/kg/ekor, penjualan feses dan selisih FCR (Nilai Feed Co nversi) yang diberikan oleh mitra kepada peternak terdiri atas : hasil penjualan ayam hidup/kg adalah Rp 516,041,790.00., rata-rata selisih FCR standard sebesar Rp 2,549,856.00 dan dari penjualan feses ayam ialah Rp 3,150,000.00. Sedangjan penerimaan peternak yang diterima/tahun dengan kapasitas 5000 ekor adalah sebesar Rp 1,089,380,385.00., yang berasal dari penjualan ayam hidup/kg sebesar Rp 1,077,608,025.00., rata-rata selisih FCR standard yang diterima peternak sebesar Rp 5,625,360.00 dan hasil penjualan feses ayam sebesar Rp 6,147,000.00.Eefisiensi usaha peternakan ayam broiler selama setahun dengan kapasitas 2400-500 ekor adalah yaitu 1.18 dan 1.10. Break Event Point produksi dicapai (BEP) harga untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada harga bobot hidup ayam Rp 13,749.77 dan Rp 14,029.56. Dan Break Event Point (BEP) penerimaan dicapai untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai sebesar Rp 16,064,145.50 dan Rp 48,995,368.12. Break Event Point produksi (BEP) produksi untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada produksi bobot hidup ayam 33907.46 kg dan 89548.78 kg. Kata Kunci : Profit, Titik Impas, Usaha Peternakan Ayam Broiler

2 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha peternakan ayam broiler lebih cepat mendatangkan hasil dari pada beternak ayam buras. Pemeliharaan selama 5-8 minggu saja ayam sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual. Keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam broiler ini juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan waktu yang tidak lama. Kemitraan berasal dari kata mitra, yang berarti teman, kawan atau sahabat. Kemitraan muncul karena minimal ada dua pihak yang bermitra. Keinginan untuk bermitra muncul dari masing-masing pihak, walaupun dapat pula terjadi, bahwa kemitraan muncul akibat peranan pihak ketiga. Pola kemitraan dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh peternak rakyat. Program pengembangan kemitraan merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi ternak. Kemitraan diharapkan dapat menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya peternak di Indonesia terutama bagi peternak rakyat yang kepemilikan modalnya relatif kecil. Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitian tentang yaitu Analisis Profit dan Titik Impas Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan Pola Kemitraan Di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango.

3 METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Langge dan Desa Dunggala Kecamatan Tapa Kabupaten Bone-Bolango. Penelitian ini telah di lakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Mei-Juli 2013. Metode yang di gunakan pada pelaksanaan ini adalah metode studi kasus atau case study method, yaitu suatu metode yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang dari suatu keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, keluarga, lembaga dan masyarakat (Suryabrata, 1989). Penentuan lokasi di lakukan secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 200 7) dan di tetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Langge dan Desa Dunggala terdapat usaha peternakan ayam broiler yang melakukan usaha dengan pola kemitraan. Pengambilan sampel ditentukan merupakan sampling jenuh, dengan pertimbangan sampling kurang dari 30 peternak. ( Sugiyono, 2007). Analisis data Setelah data dan informasi diperoleh ditabulasi dan dianalisis. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Analisis keuntungan. analisis R/C Ratio dan Analisis BEP HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Peternakan Kecamatan yang memiliki wilayah yang paling luas adalah Kecamatan Tapa yakni 35 % dari seluruh wilayah Kabupaten Bone Bolango. umumnya, berada pada ketinggian 250 meter dari permukaan laut, curah hujan rata-rata 128,75 mm dengan kisaran angin antara 10 meter per detik sampai 15 m per detik serta kelembaban rata-rata 70 90 %. Suhu lingkungan sekitar 24,4 C sampai 28 C. Batas-batas wilayah Kecamatan Tapa yakni : sebelah Utara berbatasan dengan Bulango Utara, sebelah timur berbatasan dengan Bulango Ulu, sebelah selatan berbatasan dengan Bulango Timur, sebelah barat berbatasan dengan Bulango Selatan Keadaan suhu lingkungan tidak sesuai dengan pendapat Rasyaf (2003) yang mengatakan bahwa ayam broiler dapat berproduksi secara optimal pada suhu 18 C sampai 21 C. Oleh sebab itulah perusahaan menanggulangi dengan menanam pohon-pohon di sekitar kandang. Suhu lingkungan yang ideal sangat

4 diperlukan untuk menjaga penampilan dan kualitas hasil ternak. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan cekaman pada ayam broiler yang akhirnya dapat berakibat pada turunnya produksi daging. B. Keadaan Umum Usaha Peternakan Usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Tapa berjumlah : 5 peternak Namun hanya ada tiga usaha peternakan ayam broiler yang masih eksis yakni terletak di Desa Langge dan di Desa Dunggala. Dengan kapasitas ayam broiler yang dipelihara saat ini di Desa Langge mencapai 2.400 ekor, dan di Desa Dunggala mencapai 5000 ekor. Keadaan lokasi peternakan di Desa Langge dan Desa Dunggala terletak diwilayah sekitar aliran sungai yakni anak sungai bulango dan tepat berada di tengah pemukiman masyarakat. Luas areal perkandangan secara keseluruhan adalah 500 M², terdiri dari satu unit kandang 8 x 56 m, gudang pakan dan tempat tinggal karyawan, dan tersedia air bersih dan listrik. Menurut pendapat Rasyaf (2005) yang mengatakan tanah atau lokasi peternakan harus jauh dari pemukiman penduduk atau paling tidak ada ijin dari lingkungan setempat, sehingga tidak pernah menimbulkan keluhan atau protes dari penduduk sekitar. Perusahaan peternakan tersebut telah memberi peluang bagi penduduk sekitar untuk menjadi tenaga kerja, selain itu lokasi telah dibatasi dengan pagar seng setinggi 3 meter dan di atasnya ada kawat berduri, sehingga telah memenuhi syarat teknis tentang perusahaan peternakan. Usaha peternakan juga harus dekat dengan jalan transportasi, hal ini dimaksudkan agar kebutuhan sapronak mudah dipenuhi dan mudah dijangkau oleh konsumen C. Modal Usaha Sumber modal pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Tapa berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman yang berasal dari mitra usaha peternak berupa bibit, pakan ternak, vaksin dan obat-obatan. Besaran modal tetap dan tidak tetap dengan kapasitas 2400 ekor yang dihitung berdasarkan masa periode produksi usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 164,094,213.88, dengan perincian untuk modal tetap sebesar Rp. 95,737,000.00 Sedangkan untuk modal tidak tetap yakni sebesar Rp 68,422,813.88.

5 Tabel 1 : Modal Tetap dan Modal Tidak Tetap Usaha Ternak Ayam Broiler Mitra Usaha PT Ciomas Adisatwa Kapasitas 2400 ekor No Uraian Vol Satuan Harga Total Modal Tetap 1 Kandang 1 unit Rp 74,000,000.00 Rp 74,000,000.00 2 Gudang Pakan 1 unit Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00 3 Tempat pakan dan air minum 1 Paket Rp 90,000.00 Rp 8,280,000.00 4 Perlegkapan Kandang 1 unit Rp 885,000.00 Rp 885,000.00 Instalasi air dan 5 Listrik 1 paket Rp 1,500,000.00 Rp 1,500,000.00 6 Tenaga Kerja 4 HOK Rp 1,500,000.00 Rp 6.000,000.00 Jumlah Rp 95,737,000.00 Modal Tidak Tetap 1 Bibit 2400 ekor Rp 5,500.00 Rp 13,200,000.00 2 Pakan 5312.2 kg Rp 10,275.40 Rp 54,584,979.88 3 Obat-obatan dan vaksin 1 paket Rp 556,234.00 Rp 556,234.00 Jumlah Rp 68,356,213.88 Total Sumber : Data primer diolah, 2013 Rp.164,094,213.88 Modal tetap yang digunakan paling besar terserap untuk pembuatan kandang sebesar 77.30%, Pembelian tempat pakan dan tempat minum sebesar 8.65%, tenaga kerja disaat pendirian usaha sebesar 6.27%, pembuatan gudang pakan sebesar 5.22%, instalasi listrik dan air bersih adalah 1.57% dan perlengkapan kadang dan pajak bumi dan bangunan menyerap jumlah biaya paling kecil yakni sebesar 0,92% dan 0,11%. Sedangkan Jumlah modal tidak tetap yang terserap diawal usaha untuk pembelian pakan trnak dan DOC sebesar 79.85% dan 19.31%. vaksin serta obat-obatan sebesar 0.84%. Penyediaan modal usaha peternakan ayam broiler menggunakan modal sendiri sebesar 58.34% dari total modal keseluruhan. Modal pinjaman yang disiapkan oleh mitra peternak yakni PT.Cimas Adisatwa sebesar 41.66% dari total modal keseluruhan

6 Tabel 2 : Modal Tetap dan Tidak Tetap Usaha Ternak Ayam Broiler Mitra Usaha PT Ciomas Adisatwa Kapasitas 5000 ekor No Uraian Vol Sat Harga Total % Modal Tetap 1 Kandang 1 unit Rp 96,000,000.00 Rp 96,000,000.00 77.70% 2 Gudang Pakan 1 unit Rp 6,000,000.00 Rp 6,000,000.00 4.90% Tempat pakan dan air minum 120 Paket Rp 90,000.00 Rp 10,800,000.00 8.70% 3 Perlegkapan Kandang 1 unit Rp 1,085,000.00 Rp 1,085,000.00 0.90% 4 Instalasi air dan Listrik 1 paket Rp 1,500,000.00 Rp 1,500,000.00 1.20% 5 Tenaga Kerja 4 HOK Rp 2,000,000.00 Rp 8,000,000.00 6.50% PBB 1 Rp 172,000.00 Rp 172,000.00 0.10% Jumlah Rp 106,847,000.00 Rp 123,557,000.00 44.28% Modal Tidak Tetap 1 Bibit 5000 ekor Rp 5,500.00 Rp 27,500,000.00 17.69% 2 Pakan 12350 kg Rp 10,275.490 Rp 126,902,301.50 81.63% 3 Obat-obatan 1 paket Rp 1,056,000.00 Rp 1,056,000.00 0.68% Jumlah Rp 155,458,301.50 55.72% Total Rp 279,015,301.50 Sumber : Data primer diolah, 2013 Modal tetap dan tidak tetap dengan kapasitas 5000 ekor yang dihitung berdasarkan masa periode produksi usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 279,015,301.50, dengan perincian untuk modal tetap sebesar 44.28%, sedangkan untuk modal tidak tetap yakni sebesar 55.72%. Jumlah modal tetap yang digunakan paling besar terserap untuk pembuatan kandang sebesar 77.70%, Pembelian tempat pakan dan tempat minum sebesar 8.70%, tenaga kerja disaat pendirian usaha sebesar 6.50%, pembuatan gudang pakan sebesar 4.90%, instalasi listrik dan air bersih adalah 1.20% dan perlengkapan kadang dan pajak bumi dan bangunan menyerap jumlah biaya paling kecil yakni sebesar 0,90% dan 0,10%. Jumlah modal tidak tetap yang terserap diawal usaha untuk pembelian pakan trnak dan DOC sebesar 81.63% dan 17.69%. vaksin serta obat-obatan sebesar 0.68%. D. Biaya Biaya produksi per-tahun usaha peternakan ayam broiler kapasitas 2400 ekor dengan model kemitraan rata-rata adalah Rp 486,482,129.91 dengan variabel biaya tetap rata-rata Rp 10,891,233.33 dan variable biaya tidak tetap sebesar Rp 475,590,896.58., dengan presentase biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar 97.76% dengan rincian : presentase komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam biaya tetap adalah 76.55% untuk biaya pembelian pakan,

7 18.71% terserap untuk pembelian DOC, obat-obatan sebesar 0.78%, pembayaran listrik 0.16%, tenaga kerja 2.10% dan biaya lainnya sebesar 1.89%, Tabel 3 : Biaya Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler per-tahun Kapasitas 2400 ekor No Jenis Biaya Jumlah % A. Biaya Tetap 1. Penyusutan a. Kandang Rp 7,781,666.67 71.45 b. Gudang Pakan Rp 555,833.33 5.10 c. Tempat pakan dan air minum Rp 1,022,733.33 9.39 d. Perlegkapan Kandang Rp 111,166.67 1.02 e. Instalasi air dan Listrik Rp 555,833.33 5.10 2. PBB Rp 864,000.00 7.93 Jumlah Rp 10,891,233.33 2.24 B. Biaya tidak tetap 1. DOC Rp 88,044,000.00 18.71 2. Pakan Rp 364,081,815.80 76.55 3. Obat-obatan Rp 3,710,080.78 0.78 4. Listrik Rp 750,000.00 0.16 5. Tenaga Kerja Rp 9,000,000.00 2.10 6. Lain-lain Rp 10,005,000.00 1.89 Jumlah Rp 475,590,896.58 97.76 Total Rp 486,482,129.91 Sumber : Data primer diolah, 2013 Biaya tetap yang dikeluarkan sebesar 4.54% dari total biaya keseluruhan dengan presentase komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam biaya tidak tetap adalah 45.25% untuk pembiayaan tenaga kerja dan 39.12% untuk pembiayaan penyusutan kandang yang dihitung berdasarkan biaya tetap yang dikeluarkan setiap periode produksi. Biaya produksi per-tahun usaha peternakan ayam broiler kapasitas 5000 ekor dengan model kemitraan rata-rata adalah Rp 986,406,809.00 dengan biaya tetap rata-rata Rp 13,157,000.00 atau 1.33% dan biaya tidak tetap sebesar Rp 949,269,809.00 dengan prosentase biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar 98.67%

8 Tabel 4 : Biaya Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler per-tahun Kapasitas 5000 ekor No Jenis Biaya Jumlah % A. Biaya Tetap 1. Penyusutan Kandang Rp 9,000,000.00 68.40 Gudang Pakan Rp 1,000,000.00 7.60 Tempat pakan dan air minum Rp 2,400,000.00 18.24 Perlegkapan Kandang Rp 85,000.00 0.65 Instalasi air dan Listrik Rp 500,000.00 7.89 2. PBB Rp 172,000.00 1.31 Jumlah Rp 13,157,000.00 1.33 B. Biaya tidak tetap 1. DOC Rp 165,000,000.00 16.95 2. Pakan Rp 761,413,809.00 78.23 3. Obat-obatan Rp 6,336,000.00 0.65 4. Listrik Rp 1,500,000.00 0.15 5. Tenaga Kerja Rp 24,000,000.00 2.47 6. Lain-lain Rp 15,000,000.00 1.54 Jumlah Rp 973,249,809.00 98.67 Total Rp 986,406,809.00 Sumber : Data primer diolah, 2013 sebesar Biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak dalam produksi setahun 1.33.% dihitung berdasarkan total biaya produksi/tahun dengan rincian biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya penyusutan kandang 68.40%, gudang pakan 7.60%, tempat pakan dan air minum 18.24%, perlengkapan kandang 0.65 dan instalasi listrik 7.89%. Pembayaran pajak bumi dan bungan dalam setahun 1.31%. yang dihitung berdasarkan biaya tetap yang dikeluarkan setiap produksi/tahun Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan mitra berupa pinjaman kepada peternak sebesar 98.67% berdasarkan total biaya produksi/tahun dengan rincian untuk pembelian pakan ternak sebesar 78.23%, pembelian DOC sebesar 16.95%, pembelian obat-obatan sebesar 0.65%, pembayaran listrik 0.15%, Gaji tenaga kerja 2.47% dan biaya lai-lain sebesar 1.54% yang dihitung berdasarkan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap produksi/tahun. Biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan oleh usaha peternakan dalam menjalankan usahanya antara lain: biaya penyusutan (ternak, kandang, bangunan penunjang kandang, peralatan dan

9 perlengkapan, kendaraan), pajak, tenaga kerja, dan bunga modal. Biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan antara lain: pakan, obat-obatan, listrik, air, telepon, obat-obatan bahan bakar, dan biaya perbaikan-perbaikan (Soekartawi, 2003) E. Penerimaan Usaha peternakan yang dimiliki oleh peternak yang ada di Desa Langge dan Dunggala mendapatkan penerimaan dari penjualan ayam hidup atau berdasarkan bobt hidup ayam/kg dan penjualan feses ternak. Harga penjualan ayam hidup berdasarkan bobot hidup/kg yang ditentukan oleh pihak perusahaan mitra dan seluruh hasil produksi dibeli oleh pihak perusaahaan mitra, sedangkan penjualan feses ditentukan oleh peternak. Harga kontrak pembelian ayam oleh pihak perusahaan terhadap peternak adalah Rp.15.325,00/kg hidup. Hasil penerimaan peternak dengan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor selama setahun atau 6 periode pemeliharaan terlihat dalam Tabel 5 dan Tabel 6 Tabel 5 : Rata-rata Penerimaan Peternak Ayam Broiler kapasitas 2400 ekor/tahun melalui pola kemitraan No Uraian Vol Sat Harga Penerimaan % 1 Bobot badan jual ayam 5612.2 kg Rp 15,325.00 Rp 516,041,790.00 99.39 2 Selisih FCR standar Rp 80 Rp 2,549,856.00 0.49 3 Feses 5250 kg Rp 100.00 Rp 3,150,000.00 0.62 Total Rp 519,191,790.00 Sumber: Data primer, 2013 Tabel 6 : Rata-rata Penerimaan Peternak Ayam Broiler kapasitas 5000 ekor melalui pola kemitraan No Uraian Vol Sat Harga Penerimaan % 1 Bobot badan jual ayam 11719.5 kg Rp15,325.00 Rp 1,077,608,025.00 98.91 2 Selisih FCR standar Rp 80 Rp 5,625,360.00 0.53 3 Feses 10245 kg Rp 100.00 Rp 6,147,000.00 0.56 Total Rp 1,089,380,385.00 Sumber: Data primer, 2013 Penerimaan yang diterima oleh peternak/tahun dengan kapasitas 2400 ekor adalah Rp 519,191,790.00 terdiri atas : hasil penjualan ayam hidup/kg adalah Rp 516,041,790.00., rata-rata selisih FCR standard sebesar Rp 2,549,856.00 dan dari

10 penjualan feses ayam ialah Rp 3,150,000.00. Untuk kapasitas 5000 ekor yakni Penerimaan peternak yang diterima/tahun dengan kapasitas 5000 ekor adalah sebesar Rp 1,089,380,385.00., yang berasal dari penjualan ayam hidup/kg sebesar Rp 1,077,608,025.00., rata-rata selisih FCR standard yang diterima peternak sebesar Rp 5,625,360.00 dan hasil penjualan feses ayam sebesar Rp 6,147,000.00. F. Keuntungan Untuk memperoleh profit yang diharapkan maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi. Profit merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Tabel 7. Keuntungan Usaha peternakan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor/tahun No Uraian Jumlah Jumlah 1 Penerimaan Rp 519,191,79000 Rp 1,089,380,385.00 2 Total Biaya Rp 438,249,283.28 Rp 986,406,809.00 Keuntungan Rp 80,942,506.72 Rp 102,973,576.00 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Keuntungan peternak/tahun dengan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor sebagai mitra yaitu sebesar Rp 80,942,506.72/tahun dan Rp 102.973.560,00/tahun atu sebesar 5%-8%/tahun dan besearnya keuntungan tergantung hasil penjualan dan pemeliharaan ayam broiler yang dilakukan oleh peternak sebagi mitra perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan unit usaha peternakan umumnya diukur dari profit atau rugi yang diperoleh dari unit usaha tersebut, jadi profit merupakan salah satu tujuan utama dari setiap unit usaha. (Martodireso dan Suryanto 2002) G. Efisiensi Usaha Efisiensi usaha dapat pula digunakan untuk menilai kelayakan usaha ternak, salah satunya adalah melalui penerimaan ( Revenue) yang dihasilkan dari setiap satu rupiah biaya (Cost). Tabel 8. Efisiensi Usaha peternakan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor/tahun No Uraian Jumlah Jumlah 1 Penerimaan Rp 519,191,790.00 Rp 1,089,380,385.00 2 Total Biaya Rp 438,249,283.28 Rp 986,406,809.00 R/C 1.18 1.10 Sumber : Data Primer Diolah, 2013

11 Efisiensi usaha peternakan ayam broiler selama setahun dengan kapasitas 2400-500 ekor adalah yaitu 1.18 dan 1.10. Nilai efisiensi usaha yang melebihi nilai standar Rasio/Cost dianggap menguntung dan dapat dikatakan masih layak dijalankan. Ration dalam setahun yaitu melebih angaka satu yakni 1.18 dan 1.10 hal ini mengindikasikan bahwa usaha peternakan ayam petelur layak untuk dijalankan dan dikembangkan. H. Titik Impas (Break Event Point) Break Event Point (BEP) atau titik pulang pokok dapat di artikan sebagai suatu keadaan di mana peternak di dalam usahanya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Tabel 9. Hasil Analisis BEP dalam usaha ayam broiler kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor No Uraian Kapasitas 2400 ekor Kapasitas 5000 ekor 1 BEP Produksi 33907.46 kg 89548.78 kg 2 BEP Harga Rp 13,749.77 Rp 14,029.56 3 BEP Penerimaan Rp 16,064,145.50 Rp 48,995,368.12 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Capaian Break Event Point produksi dicapai (BEP) produksi untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada produksi bobot hidup ayam 33907.46 kg dan 89548.78 kg. Break Event Point produksi dicapai (BEP) harga untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada harga bobot hidup ayam Rp 13,749.77 dan Rp 14,029.56. Break Event Point (BEP) penerimaan untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai saat penerimaan sebesar Rp 16,064,145.50 dan Rp 48,995,368.12. Break Event Point (BEP) atau titik pulang pokok dapat di artikan sebagai suatu keadaan di mana peternak di dalam usahanya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain total penghasilan sama dengan total biaya. (Munawir, 2002). Break Event Point (titik impas) merupakan suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, dan keuntungan volume kegiatan.

12 KESIMPULAN Pendapatan peternak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone-bolango dalam usaha ayam broiler dengan kapasitas 2400-500 ekor/tahun sebesar 5%-8%, dengan nilai rasio/cots sebesar 1.10-1.18 dan Break Event Point produksi dicapai (BEP) produksi untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada produksi bobot hidup ayam 33907.46 kg dan 89548.78 kg. Break Event Point produksi dicapai (BEP) harga untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada harga bobot hidup ayam Rp 13,749.77 dan Rp 14,029.56. Dan Break Event Point (BEP) penerimaan untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor saat penerimaan dicapai sebesar Rp. 16,064,145.50 dan Rp 48,995,368.12 DAFTAR PUSTAKA Boediono. 2000. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. Husnan, Saud dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Managemen Keuanagan. Cetakan kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Kartasudjana, R dan Edjeng Supryatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Martodireso dan Suryanto,2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama. Kanisius.Jakarta Murtidjo, B.A., 2002. Pedoman Beternak ayam Broiler. Cetakan Ke-15. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Mulyantono. 2003. Kemilaunya Broiler Riuhnya Kemitraan. Poultry Indonesia. GAPPI. Muslimin. 2002. Budidaya Bina Ayam. Kanisius.Yogyakarta. Rasyaf. 2004. Mengapa peternakan saya rugi?. Cetakan kedelapan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Salam T. 2009. Analisis Finansial Usaha Peternakan ayam broiler pola kemitraan.jurnal.agrisistem.vol.2no.1.http://www.stppgowa.ac.id/index.p hp?option=com_content&view=articl&id=114&itemid=141 [diakses tanggal 28 maret 2012]

13 Saragih B. 2000. Agrbisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda, Bogor. Soekartawi. 2003. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sodiq A dan Abidin Z. 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. IKAPI Bandung Suharno, B 1999. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Suharno, 2005. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Suryabrata,1989. Metode penelitian. Rajawali Press.Jakarta Susilorini. 2008. Budi daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta. Syamsudin I. 2000, Manajemen Keuangan Perusahaan. Radja Grafindo Perkasa. Jakarta