BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Association Between Personal and Environmental Factors, Body Position on Low Back Pain at Dr. Moewardi Hospital, in Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB II. METODE PENELITIAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

HUBUNGAN SIKAP DUDUK SALAH DENGAN TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI JETIS 1 JUWIRING

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada


BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan sertazazz mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan

c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan d. Pendidikan : 1. SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SLTP 3. SLTA 4. PT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson,

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS :

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian bertempat di Pasar Kembang Yogyakarta,tepatnya di

PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK FISIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian RSUD Dr Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit negeri kelas A yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas bahkan oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat. Rumah Sakit ini termasuk besar karena tersedia 676 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Jawa Tengah yang tersedia rata-rata 56 tempat tidur inap. Jumlah dokter 232 dokter. Pelayanan Inap termasuk kelas tinggi yaitu 154 dari 676 tempat tidur di rumah sakit ini berkelas VIP keatas. Setiap tahun, 334,983 pasien menjenguk RSU Dr Moewardi Surakarta. Instalasi Rehabilitasi Medik merupakan salah satu instalasi di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Terdapat 7 Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik yaitu : pemeriksaan dokter spesialis Rehabilitasi Medik, pelayanan Fisioterapi Komprehensif, pelayanan Psikologi Minis, pelayanan Terapi Wicara, Pelayanan Okupasi Terapi, pelayanan pekerja sosial medis dan pelayanan Orthotik Prosthetik. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Sampel Penelitian a. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kontinu Hasil statistik deskriptif data kontinu yang berupa umur, persepsi terhadap Low Back Pain, akses layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut : 37

38 Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kontinu Variabel N Min Max Mean SD Umur 60 46,00 78,00 59,67 9,62 Persepsi terhadap LBP 60 1,00 13,00 5,92 2,10 Akses layanan kesehatan 60 2,00 10,00 5,85 1,63 Aksesibilitas lingkungan 60 1,00 9,00 6,48 1,77 Dukungan keluarga 60 6,00 30,00 20,57 5,80 Pencegahan kekambuhan 60 3,00 9,00 7,70 1,21 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 b. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kategorikal 1) Jenis kelamin Hasil karateristik sampel penelitian variabel jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. sebagai berikut : Tabel 4.2. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki 19 31,7 Perempuan 41 68,3 Jumlah 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin sampel penelitian adalah perempuan yaitu sebanyak 41 (68,3%). 2) Pendidikan Hasil karakteristik sampel penelitian variabel pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3. sebagai berikut : Tabel 4.3. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Pendidikan Pendidikan n % Pendidikan dasar 26 43,3 Pendidikan menengah 20 33,3 Pendidikan tinggi 14 23,4 Jumlah 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan sampel penelitian adalah pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu sebanyak 26 (43,3%).

39 3) Pekerjaan Hasil karakteristik sampel penelitian variabel pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai berikut : Tabel 4.4. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Pekerjaan Pekerjaan n % bekerja 22 36,7 Bekerja paruh waktu 15 25,0 Bekerja penuh waktu 23 38,3 Jumlah 60 100 Sumber : Data primer diolah, 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian memiliki pekerjaan penuh waktu yaitu sebanyak 23 (38,3%). 4) Edukasi Proper Body Mechanics Hasil karateristik sampel penelitian variabel edukasi dapat dilihat pada tabel 4.5. sebagai berikut : Tabel 4.5. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Edukasi PBM Edukasi n % pernah 25 41,7 Pernah 35 58,3 Jumlah 60 100 Sumber : data primer diolah, 2016 5) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics yaitu sebanyak 35 (58,3%). 2. Pengujian Hipotesis a. Analisis Bivariat 1) Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.6. berikut :

40 Tabel 4.6. Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan kekambuhan LBP Tindakan Umur Pencegahan kekambuhan LBP Total 46-55 56-65 > 65 F % F % F % F % Melakukan 12 60,0 5 25,0 3 15,0 20 100 Melakulan 7 17,5 19 45,5 14 35,0 40 100 Total 19 31,7 24 40,0 17 28,7 60 100 Sumber Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.6. menunjukkan bahwa hasil uji Chi-Square terdapat hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,004). 2) Hubungan Jenis kelamin dengan Tindakan Pencegahan kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan jenis kelamin dengan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.7 P 0,004 Tabel 4.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Jenis kelamin Pencegahan Total Laki-laki Perempuan OR P kekambuhan LBP F % F % F % melakukan 10 50,0 10 50,0 20 100 3,44 0,031 Melakukan 9 22,5 31 77,5 40 100 Total 19 31,7 41 68,3 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.7. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 3,44 berarti bahwa sampel penelitian dengan jenis kelamin perempuan mempunyai kemungkinan 3,44 kali lebih besar dalam melakukan tindakan pencegahan LBP dibandingkan dengan sampel penelitian dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,031).

41 3) Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.8 Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Pendidikan Pencegahan Kekambuhan LBP Total Dasar Menengah Tinggi F % F % F % F % melakukan 13 65,0 5 25,0 2 10,0 20 100 Melakukan 13 32,5 15 37,5 12 30,0 40 100 Total 26 43,3 20 33,3 24 23,4 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.8. menunjukkan hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,046). 4) Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.9 Tabel 4.9. Kekambuhan LBP Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Pekerjaan Tindakan Pencegahan Kerja Kerja Total Kekambuhan paruh penuh bekerja LBP waktu waktu F % F % F % F % melakukan 14 70,0 5 25,5 1 5,0 20 100 Melakukan 8 20,0 10 25,0 22 55,0 40 100 Total 22 36,7 15 25,0 23 38,3 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 P 0,046 P 0,001

42 Tabel 4.9. menunjukkan hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 5) Hubungan Persepsi terhadap Low Back Pain dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan persepsi terhadap LBP dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.10. Tabel 4.10. Hubungan Persepsi terhadap LBP dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Persepsi Nyeri Pencegahan Total Rendah Tinggi OR P Kekambuhan LBP F % F % F % melakukan 17 85,0 3 15,0 20 100 69,89 0,001 Melakukan 3 7,5 37 92,5 40 100 Total 20 33,3 40 66,7 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.10. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 69,89 berarti bahwa sampel dengan persepsi terhadap LBP tinggi mempunyai kemungkinan 69,89 kali lebih besar melakukan pencegahan kekambuhan dibandingkan dengan sampel dengan persepsi terhadap LBP yang rendah. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi terhadap LBP dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 6) Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan akses pelayanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.11.

43 Tabel 4.11. Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Pencegahan Akses Pelayanan Kesehatan Total OR P Kekambuhan Sulit Mudah LBP F % F % F % melakukan 15 75,0 5 25,0 20 100 Melakukan 10 25,0 30 75,0 40 100 9,0 0,001 Total 25 41,7 35 58,3 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.11. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 9,0 berarti bahwa sampel dengan akses pelayanan kesehatan yang mudah mempunyai kemungkinan 9,0 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan akses pelayanan kesehatan yang sulit. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 7) Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.12. Tabel 4.12. Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Aksesibilitas Tindakan Lingkungan OR P Pencegahan Total Kekambuhan Aksesibel aksesibel LBP F % F % F % melakukan 17 85,0 3 15,0 20 100 11,77 0,001 Melakukan 13 37,5 27 67,5 40 100 Total 30 50,0 30 50,0 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016

44 Tabel 4.12. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 11,77 berarti bahwa sampel dengan lingkungan yang aksesibel mempunyai kemungkinan 11,77 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan lingkungan yang tidak aksesibel. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan signifikan (p = 0,001). LBP dan secara statistik 8) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.13. Tabel 4.13. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Dukungan keluarga Pencegahan Total Lemah Kuat OR P Kekambuhan LBP F % F % F % melakukan 8 40,0 12 60,0 20 100 3,78 0,031 Melakukan 6 15,0 34 85,0 40 100 Total 14 23,3 46 76,7 60 100 Sumber : Data primer diolah, 2016 Tabel 4.13. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 3,78 berarti bahwa sampel dengan dukungan keluarga yang kuat mempunyai kemungkinan 3,78 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan sampel yang memiliki dukungan keluarga yang lemah. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,031).

45 9) Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan edukasi dengan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.14. Tabel 4.14. Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Pencegahan Kekambuhan LBP Edukasi Pencegahan Total OR P Kekambuhan Pernah pernah F % F % F % melakukan 17 85,0 3 15,0 20 100 Melakukan 8 20,0 32 80,0 40 100 22,67 0,001 Total 25 41,7 35 58,3 60 100 Sumber : Data primer diolah, 2016 Tabel 4.14. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 22,67 berarti bahwa sampel dengan pernah mendapat edukasi proper body mechanics mempunyai kemungkinan 22,67 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan sampel yang tidak pernah mendapat edukasi proper body mechanics. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 10) Analisis Multivariat Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik berganda digunakan untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses terhadap layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Perhitungan menggunakan program SPSS sebagai berikut :

46 Tabel 4.15. Regresi Logistik Berganda Variabel CI 95% OR Batas Batas p bawah atas Umur 2,09 0,36 12,09 0,412 Jenis kelamin 1,52 0,08 28,78 0,781 Pendidikan 2,38 0,41 14,05 0,337 Pekerjaan 9,16 1,35 62,39 0,024 Persepsi terhadap LBP 27,81 2,14 361,33 0,011 Akses layanan kesehatan 0,49 0,02 14,81 0,684 Aksesibilitas lingkungan 0,73 0,04 14,22 0,834 Dukungan keluarga 0,30 0,02 5,50 0,419 Edukasi PBM 35,33 1,65 757,32 0,023 N observasi 60-2 log likelihood 22,77 Nagelkerke R 2 82,0% Sumber: Data primer diolah, Februari 2016 Nilai Odd Ratio variabel umur responden dengan umur sebesar 2,09 berarti bahwa yang semakin mendekati > 65 tahun mempunyai kemungkinan 2,09 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan responden dengan umur dibawah 65 tahun. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 2,09; CI=95%; 0,36 hingga 12,09; p = 0,412). Nilai Odd Ratio variabel jenis kelamin sebesar 1,52 berarti bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan mempunyai kemungkinan 1,52 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dari pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 1,52; CI=95%; 0,08 hingga 28,78; p = 0,781). Nilai Odd Ratio variabel pendidikan sebesar 2,38 berarti bahwa responden dengan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi

47 mempunyai kemungkinan 2,38 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan pendidikan dasar. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 2,38; CI=95%; 0,41 hingga 14,05; p = 0,337). Nilai Odd Ratio variabel pekerjaan sebesar 9,16 berarti bahwa responden dengan pekerjaan penuh waktu maupun paruh waktu mempunyai kemungkinan 9,16 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan LBP dibandingkan responden yang tidak bekerja. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 9,16; CI=95%; 1,35 hingga 62,39; p = 0,024). Nilai Odd Ratio variabel persepsi terhadap Low Back Pain sebesar 27,81 berarti bahwa responden dengan persepsi yang tinggi terhadap Low Back Pain mempunyai kemungkinan 27,81 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan persepsi terhadap Low Back Pain yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan persepsi terhadap nyeri dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 27,81; CI=95%; 2,14 hingga 361,33; p = 0,011). Nilai Odd Ratio variabel akses layanan kesehatan sebesar 0,49 berarti bahwa akses layanan kesehatan yang mudah mempunyai kemungkinan 0,49 kali lebih besar untuk tidak melakukan tindakan pencegahan LBP daripada akses layanan kesehatan yang sulit. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,49; CI=95%; 0,02 hingga 14,81; p = 0,684). Nilai Odd Ratio variabel aksesibilitas lingkungan sebesar 0,73 berarti bahwa lingkungan yang aksesibel mempunyai kemungkinan

48 0,73 kali lebih besar untuk terjadi kekambuhan LBP daripada lingkungan yang tidak aksesibel. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,73; CI=95%; 0,04 hingga 14,22; p = 0,834). Nilai Odd Ratio variabel dukungan keluarga sebesar 0,30 berarti bahwa dukungan keluarga yang lemah mempunyai kemungkinan 0,30 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada dukungan keluarga yang kuat. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,30; CI=95%; 0,02 hingga 5,50; p = 0,303). Nilai Odd Ratio variabel edukasi proper body mechanics sebesar 35,33 berarti bahwa responden yang pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics mempunyai kemungkinan 35,33 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden yang tidak pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 35,33; CI=95%; 1,65 hingga 757,32; p = 0,023). Nilai Negelkerke R 2 sebesar 82,0% berarti bahwa kesembilan variabel bebas (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga, dan edukasi proper body mechanics) mampu menjelaskan tindakan pencegahan kekambuhan LBP sebesar 82,0% dan sisanya yaitu sebesar 18,0% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian.

49 C. Pembahasan Pembahasan analisis dan pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur responden dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan p value 0,004 < 0,05. Berarti bahwa semakin usia responden mendekati 65 tahun keatas secara statistik menjamin dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Collins dan O Sullivan (2009) yang dilakukan pada 200 perempuan dan 132 laki-laki di Irlandia dengan rentang umur antara 18-66 tahun, diperoleh keluhan pada tulang belakang, bahu dan bagian leher lebih banyak dialami pada responden yang muda daripada yang tua. Umami, dkk (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa usia berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,031). Semakin meningkatnya usia seseorang maka kepadatan tulang semakin menurun sehingga mudah mengalami keluhan-keluhan otot skeletal dan menimbulkan nyeri. Kekuatan maksimal otot terjadi pada saat usia antara 20-29 tahun, dan pada usia mencapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot akan menurun sampai 20% dan dari faktor lain karena sikap yang tidak ergonomik mengakibatkan terjadinya nyeri punggung bawah dan semakin berupaya untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan (Pheasant, 2003). Ferguson (2003), menyatakan bahwa individu pada usia 60 tahun keatas memiliki kecenderungan untuk menilai situasi yang berbahaya sebagai resiko rendah sehingga membuat mereka cenderung berhati-hati dan melakukan upaya pencegahan sebelum terjadinya suatu penyakit. Di dalam teori Health Belief Model, menurut Rosenstock (1966) bahwa perceived susceptibility, jika semakin besar resiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi

50 resiko, sehingga semakin tua umur maka akan semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan jenis kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain yng secara satitistik signifikan dengan p value 0,031< 0,05. Berarti bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dari pada responden laki-laki. Hasil penelitian ini didukung oleh Michael (2001) bahwa wanita memiliki asosiasi kuat dalam munculnya dan wanita memiliki resiko dua kali lipat. Dengan adanya resiko tersebut membuat wanita lebih menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (Hoy et al, 2010). Jenis kelamin wanita lebih beresiko sehingga menurut teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa perceived susceptibility, jika semakin besar resiko yang dirasakan, semakin besar pula kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi resiko, sehingga jenis kelamin perempuan lebih meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 3. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain yang secara statistik signifikan (p = 0,046), semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang Low Back Pain dan semakin mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain.

51 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Azizah, dkk (2014) bahwa hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita (P value =0,036). Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pula pencegahan kejadian penyakit pneumonia dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan terakhir responden menunjukkan pengetahuannya dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan (Andini, 2015). Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut Hasbullah (2009), pendidikan bertujuan memperluas pemahaman seseorang tentang dunia yang ada di sekelilingnya, dengan adanya pemahaman maka seseorang akan lebih tepat dalam menanggapi/mempersepsikan suatu stimulus, yang dalam penelitian ini adalah tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa modifying variable salah satunya adalah tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi pribadi sehingga semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang Low Back Pain dan semakin mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 4. Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Dimana responden yang bekerja penuh waktu akan semakin besar mengalami nyeri punggung bawah sehingga mereka semakin melakukan tindakan pencegahan kekambuhan nyeri punggung bawah. Hasil penelitian ini didukung pennelitian dari Umami, dkk (2014) bahwa paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah

52 yang mempunyai masa kerja > 10 tahun dan paling banyak mengalami keluhan tingkat nyeri sedang. Masa kerja berhubungan signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,001). Jenis pekerjaan penuh waktu yang monoton menyebabkan beban kerja fisik yang apabila pekerja dalam kondisi lelah dan tetap bekerja maka akan berakibat pekerja mengalami keluhan-keluhan sakit seperti keluhan otot skeletal sehingga perlu untuk melakukan tindakan atau upaya untuk mengatasi kekambuhan nyeri tersebut. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya (Harrianto, 2007). Menurut teori Health Belief Model, Rosenstock (1966), faktor pekerjaan merupakan perceived severity dan perceived barriers, semakin berat pekerjaannya lebih beresiko untuk mengalami kekambuhan Low Back Pain sehingga akan semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Pekerjaan sebagai perceived barriers sehingga ketika merasa memiliki hambatan lebih besar akan berusaha untuk lebih meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 5. Hubungan Persepsi terhadap nyeri dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan persepsi terhadap Low Back Pain dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti bahwa semakin individu memiliki persepsi Low Back Pain yang tinggi maka semakin akan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain agar tidak terjadi suatu penyakit yang semakin parah. Hasil penelitian didukung oleh penelitian di Trelawny, Jamaika oleh Bessler et al (2015) juga menyatakan bahwa 81 % dari responden menyatakan penyakit kanker leher rahim

53 adalah penyakit yang sangat serius dan melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Sedangkan mereka yang keseriusannya rendah tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Rosenstock et al (2011) menyatakan bahwa persepsi keseriusan atau keparahan suatu penyakit menyebabkan seseorang mempunyai sikap untuk melakukan suatu upaya pengobatan, kemudian dalam (Bakhtari et al., 2012) memprediksikan bahwa seorang individu akan mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka jika mereka menganggap bahwa kondisi seseorang tersebut dalam masalah yang serius. 6. Hubungan Akses layanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti semakin mudah akses layanan kesehatan maka semakin meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Sari,dkk (2013) yang menyatakan bahwa jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam utilisasi rawat sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat cenderung memanfaatkan sarana yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Menurut hasil penelitian Assegaf (2010), alasan yang paling umum dalam pencarian pengobatan adalah karena jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas/Pustu cukup dekat jadi lebih mudah untuk menjangkaunya,dan adapula yang mengatakan, bahwa sakit/penyakit anaknya langsung sembuh dengan minum obat yang diberikan dari Puskesmas/Pustu. Masyarakat akan menggunakan sarana pelayanan kesehatan yang telah tersedia karena sesuai dengan pelayanan atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan, dan pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu sendirinya didasari atas

54 kepercayaan atau keyakinan akan kemanjuran sarana tersebut (Sarwono, 2004). Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966), akses layanan kesehatan merupakan perceived benefit sehingga semakin mudah akses layanan kesehatan maka semakin meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 7. Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan ( p = 0,001). Hal ini berarti semakin aksesibel lingkungan disekitar responden maka semakin dapat meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Pramayu (2013) bahwa kemudahan akses untuk menjangkau di lingkungan dapat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang. Apabila sulit menjangkau, semakin lama akan terasa tidak nyaman dan timbul rasa pegal pada lengan. Beberapa keluhan merupakan gejala gangguan kesehatan karena karena pengaruh faktor tersebut, salah satunya adalah nyeri punggung. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) aksesibilitas lingkungan merupakan perceived benefit sehingga semakin aksesibel lingkungan maka semakin mudah untuk meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 8. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdpat hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,031). Hal ini berarti bahwa semakin kuat dukungan dari keluarga kepada penderita Low Back Pain melalui dukungan materi, informasi dan emosi maka semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari

55 Handayani, dkk (2009) dengan hasil bahwa terdapat dukungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gastritis dengan derajat sedang. Dapat disimpulan bahwa ukungan keluarga dapat meningkatkan pencegahan kekambuhan gastritis terutama dukungan emosional (p = 0,001). Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa modifying variable salah satunya adalah dukungan keluarga akan mempengaruhi persepsi pribadi sehingga semakin besar dukungan keluarga maka semakin mudah melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 9. Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti semakin sering individu terpapar oleh edukasi atau pemberian informasi maka semakin melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi kekambuhan dari Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Nuranto (2010) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap masyarakat sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang upaya pencegahan demam berdarah dengue ( p = 0,001). Edukasi Proper Body Mechanics adalah pemberian informasi tentang pemanfaatan otot yang benar untuk menyelesaikan tugas dengan aman dan efisien tanpa ketegangan yang berlebihan pada setiap otot atau sendi (Albloushi, 2012). Dengan adanya edukasi tersebut maka dapat mencegah terjadinya Low Back Pain pada responden. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) edukasi proper body mechanics merupakan perceived benefit dan cues of action sehingga ketika seseorang sudah mendapatkan edukasi proper body mechanics maka semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain.

56 10. Hubungan Multivariabel (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Persepsi Terhadap Nyeri, Akses Layanan Kesehatan, Aksesibilitas Lingkungan, Dukungan Keluarga dan Edukasi) dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil analisis multivariat regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan Low Back Pain adalah variabel edukasi proper body mechanics (OR= 35,33; CI=95%; 1,65 hingga 757,32; p = 0,023). Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model dimana edukasi proper body mechanics merupakan perceived benefit dan cues of action sehingga semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain, ketika seseorang sudah mendapatkan edukasi proper body mechanics maka akan mengadopsi perilaku yang dianjurkan dari edukasi proper body mechanics atau mempunyai persepsi tentang nilai atau kegunaan dari suatu perilaku baru yang dipaparkan dari edukasi proper body mechanics dalam mengurangi resiko terkena kekambuhan Low Back Pain (Priyoto, 2014). Edukasi proper body mechanics juga merupakan cues of action atau isyarat untuk bertindak yang berupa informasi atau nasihat yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka yaitu berupa tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain (Priyoto, 2014). D. Keterbatasan Penelitian Peneliti telah berusaha maksimal dalam mendapatkan kebenaran yang valid, obyektif dan universal guna melegitimasi generalisasi suatu hasil penelitian. Meskipun demikian masih terdapat keterbatasan dalam melaksanakan penelitian. Keterbatasan penelitian ini dapat dilihat dari Instrumen penelitian yang digunakan bersifat tertutup sehingga tidak bisa mengungkap informasi yang luas dari responden.