Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI SKRIPSI

Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

ANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA

BAB III BAHAN DAN METODE. dan Desa Nagasaribu), dan Kecamatan Paranginan (Desa Paranginan Selatan, Desa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

HUBUNGAN INTENSITAS SERANGAN DENGAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT (Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI

Hama penyakit utama tanaman kopi

HUBUNGAN PERSENTASE SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.(Coleoptera: Scolytidae)) di KECAMATAN BETARA TANJUNG JABUNG BARAT

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

EKOLOGI PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei) PADA TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS OLEH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

SKRIPSI OLEH: M. ZAHRIN SARAGIH HPT

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

PATOGENISITAS Beauveria bassiana PADA Spodoptera litura Fabricius. (Lepidoptera : Noctuidae) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH :

DAN PEMBERIAN ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LANAS

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS SILINDER TUNGGAL

INTENSITAS SERANGAN DAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN KOPI RAKYAT AKIBAT HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei ferr.

KEMAMPUAN Actinote anteas Doub. (Lepidoptera:Nymphalidae) SEBAGAI SERANGGA PEMAKAN GULMA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dairi merupakan salah satu daerah

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL

PENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT DAN AROMA REMPAH UNTUK MENGENDALIKAN HAMA GUDANG

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

III. BAHAN DAN METODE

PENGGUNAAN PERANGKAP WARNA TERHADAP POPULASI HAMA LALAT PENGGOROK DAUN (Liriomyza huidobrensis) PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata (L.

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

SKRIPSI OLEH: YENI RAWATI HARIANJA / AGROEKOTEKNOLOGI

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

PENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT TERHADAP HAMA CAPSIDE (Cyrtopeltis tenuis Reut) (Hemiptera : Miridae) PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK

SINERGI ANTARA NEMATODA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

TATA CARA PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS DAN PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN

UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

PENGARUH WARNA PERANGKAP DENGAN ATRAKTAN METIL EUGENOL TERHADAP LALAT BUAH PADA TANAMAN CABAI MERAH

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

Transkripsi:

Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan Test of Height and Type of Trap to Control Berry Borrer (Hypothenemus hampei Ferr.) in Pearung village, Sub-district Paranginan, District Humbang Hasundutan Kreniva Megawati Sinaga, Darma Bakti* dan Mukhtar Iskandar Pinem Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 *Corresponding author : darma@usu.ac.id ABSTRACT This research aims to know the efective height and type of trap which is most attack H. hampei in the field. The research was held at Pearung village, Sub-district Paranginan, District Humbang Hasundutan, North Sumatera from September until October 2014. The method used Randomized Block Design with two factors and three replications. The first factor was height of trap (1.0 ; 1.2 ; 1.4 ; 1.6 and 1.8 m) and the second factor was the type of trap (single funnel trap, multiple funnel trap, and mineral bottle). The results showed that the best trap was 1.2 m + multiple funnel trap, and the highest symptom percentage was 1.0 m + single funnel trap. Keywords : height, trapping, Hypothenemus hampei Ferr. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian dan tipe perangkap yang efektif untuk mengendalikan H. hampei di lapangan. Penelitian dilakukan di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada bulan September sampai Oktober 2014. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Fakor pertama adalah ketinggian perangkap (1,0 ; 1,2 ; 1,4 ; 1,6 dan 1,8 m) sedangkan faktor kedua adalah tipe perangkap (corong tunggal, corong ganda, dan botol bekas air mineral). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkap terbaik adalah ketinggian perangkap1,2 m dengan corong ganda dan persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan ketinggian perangkap 1,0 m dengan corong tunggal. Kata kunci : ketinggian perangkap, tipe perangkap, Hypothenemus hampei Ferr. PENDAHULUAN Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 2 0 1-2 0 28 Lintang Utara, dan 98 0 10-98 0 58 Bujur Timur dan berada di bagian tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kondisi fisik Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian antara 330-2075 m di atas permukaan laut, dengan luas wilayah sebesar 2.335,33 km 2, dengan kemiringan tanah yang tergolong datar 11%, landai 20%, dan miring/terjal 69% (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara, 2005). Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan UU No. 9 tahun 2003. Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas tanaman perkebunan pada tahun 2008 mencapai 36.599,35 Ha dan tersebar diseluruh Kecamatan. Lahan yang paling luas diperuntukkan untuk perkebunan kopi, yakni seluas 22.707 Ha dengan luas panen 7.540,00 Ha dan jumlah produksi mencapai 6.234,38 ton (Sihaloho, 2009). Fluktuasi peningkatan produksi tanaman kopi di Kabupaten ini dari tahun ke 829

tahun tidak besar, hanya meningkat 4-5 persen, meningkat dua persen dari tahun sebelumnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara, 2005). Di antara permasalahan dalam budidaya kopi adalah serangan hama penggerek buah kopi (H. hampei / PBKo). Hama H. hampei ini selain menyerang biji kopi di pertanaman juga dapat menyerang biji kopi sewaktu di penyimpanan. Serangan hama H. hampei menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas hasil secara nyata. Serangan pada stadia buah muda dapat menyebabkan keguguran buah sebelum buah masak, sedangkan serangan pada stadia buah masak (tua) menyebabkan biji berlubang sehingga terjadi penurunan berat dan kualitas biji (Sulistyowati dalam Susilo, 2008). Kehilangan hasil akibat serangan H. hampei bervariasi tergantung kondisi pengelolaan tanaman. Pada pertanaman yang tidak dilakukan tindakan pengendalian serangan hama H. hampei dapat mencapai 100% (Baker, Prakasan et al. dalam Susilo, 2008). Tingginya intensitas serangan H. hampei di Sumatera Utara dapat disebabkan oleh kelangkaan ketersediaan atraktan dari bahan buatan dan ketidakpahaman petani dalam merawat tanaman kopi. Bahan-bahan buatan dapat berupa methanol dan etanol yang berfungsi sebagai atraktan. Perkembangan H. hampei sangat pesat pada kebun yang tidak terawat oleh petani. Petani yang tidak memahami perawatan kesehatan tanaman memberikan kesempatan bagi H. hampei untuk berkembang dengan pesat (Jansen dalam Manurung, 2008). Kajian tentang perangkap untuk hama penggerek buah kopi telah dilakukan untuk mengevaluasi aspek warna perangkap, desain atau tipe perangkap dan senyawa penarik yang paling efektif untuk menarik serangga H. hampei, serta potensinya dalam menurunkan populasi hama H. hampei. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengendalian H. hampei berkaitan dengan ketinggian dan tipe perangkap serangga. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di kebun kopi milik petani di Desa Pearung, Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbahas dengan ketinggian tempat ± 1200 m dpl pada bulan September sampai Oktober 2014. Adapun bahan yang digunakan adalah tanaman kopi Arabika (Coffea arabica), senyawa penarik yaitu campuran methanol dan ethanol dengan perbandingan 3:1, larutan deterjen, dan plastik. Alat yang digunakan adalah botol bekas air mineral, corong, kamera, pinset, bambu, tali, pisau. botol kocok. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan perlakuan sebagai berikut : - Faktor I : Tinggi Perangkap (T) T1 : Perangkap dengan ketinggian 1.0 m T2 : Perangkap dengan ketinggian 1.2 m T3 : Perangkap dengan ketinggian 1.4 m T4 : Perangkap dengan ketinggian 1.6 m T5 : Perangkap dengan ketinggian 1.8 m - Faktor II : Tipe Perangkap (P) P1 : Perangkap corong tunggal P2 : Perangkap corong ganda P3 : Perangkap botol bekas air mineral Pelaksanaan penelitian dimulai dari melakukan survei dengan mengamati daerah pertanaman kopi di kebun milik petani. Jenis kopi pada areal percobaan adalah kopi Arabika berumur 7-10 tahun. Ditetapkan luas lahan penelitian yaitu ± 5000 m 2 dengan populasi tanaman kopi sebanyak 1250 tanaman dengan jarak tanam 2 x 2 meter. Perangkap dari botol bekas air mineral memiliki spesifikasi botol dengan volume 1,5 liter. Selanjutnya pada botol tersebut dibuat dua buah lubang pada sisi yang berlawanan dengan ukuran tiap lubang sama (5x6) cm. Bentuk kedua lubang arahnya lurus sesuai perlakuan. Wadah senyawa penarik diletakkan di dalam botol dengan cara dikaitkan menggunakan tali pada bagian tutup botol di bagian atas, sedang untuk menampung serangga yang tertangkap diletakkan larutan deterjen pada bagian dasar botol. Perangkap corong ganda dibuat dengan menyusun corong secara bertingkat 830

sebanyak 4 buah. Wadah senyawa penarik dikaitkan menggunakan tali pada bagian penutup corong di bagian atas. Untuk menampung serangga yang tertangkap diletakkan larutan deterjen pada botol kocok yang dikaitkan dengan corong. Perakitan alat perangkap dari komponen-komponen yang terpisah dirakit menjadi alat yang sudah siap dipasang di lapangan. Perangkap dipasang secara acak pada areal pertanaman dengan jumlah 45 buah. Pengamatan dilakukan 1 kali sehari selama seminggu. Botol yang berisikan senyawa penarik diikat dengan menggunakan benang, lalu larutan deterjen diletakkan dibagian dasar perangkap. Perangkap digantung sesuai dengan masing-masing perlakuan diantara pohon kopi. Peubah amatan terdiri dari : 1. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap Jumlah imago penggerek buah kopi (H. hampei) yang ditangkap pada masingmasing perlakuan dan ulangan setiap hari menggunakan perangkap yang telah dilengkapi senyawa penarik, dengan cara menghitung dan mencabut serangga pada setiap perlakuan. 2. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi Persentase serangan penggerek buah kopi dihitung dengan cara menetapkan 2 pohon contoh untuk masing-masing perlakuan pada areal pertanaman dengan total pohon yang diamati untuk perlakuan persentase serangan adalah sebanyak 90 pohon, kemudian dipilih 4 cabang pada setiap pohon contoh dengan posisi cabang berada di tengah bagian pohon dan keempat cabang tersebut searah dengan 4 mata angin (utara, selatan, barat, dan timur), kemudian diambil 15 buah kopi per cabang atau 60 buah kopi per pohon pada tanaman yang diamati dan dihitung persentase serangan penggerek buah kopi dengan menggunakan rumus : P = a x 100 % b b Keterangan : P = Persentase buah yang terserang a = Jumlah buah yang terserang pada saat panen b = Jumlah total buah kopi yang dipanen. 3. Produksi buah kopi Produksi buah kopi dihitung dengan cara, ditetapkan 2 pohon contoh untuk masingmasing perlakuan pada areal pertanaman dengan total pohon yang diamati untuk perlakuan produksi buah kopi adalah sebanyak 90 pohon, kemudian dipilih 4 cabang pada setiap pohon contoh dengan posisi cabang berada di tengah bagian pohon dan keempat cabang tersebut searah dengan 4 mata angin (utara, selatan, barat, dan timur) dan diambil buah kopi yang sudah matang per pohon pada tanaman yang diamati kemudian ditimbang berat buah kopi dan dicatat berat buah kopi pada buku data HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap Pengamatan (Hari ke-) I II III Tinggi perangkap Tipe perangkap Rataan (ekor) P1 P2 P3 T1 1,33 1,00 2,00 1,44 T2 1,67 1,00 2,00 1,56 T3 3,33 1,00 1,67 2,00 T4 2,33 1,33 3,00 2,22 T5 0,67 1,00 2,00 1,22 Rataan 1,87a 1,07b 2,13a T1 1,00 3,33 3,33 2,55b T2 4,33 7,67 5,67 5,89a T3 4,00 4,33 6,00 4,78a T4 3,00 3,33 3,33 3,22b T5 2,00 1,00 1,00 1,33c Rataan 2,87 3,93 3,87 T1 1,67 2,67 3,33 2,56d T2 2,33 8,33 4,67 5,11a 831

IV V VI VII T3 6,00 2,00 2,67 3,56c T4 4,00 6,00 4,67 4,89b T5 1,33 1,00 1,00 1,11e Rataan 3,07 4,00 3,27 T1 3,33 3,67 7,00 4,67d T2 2,67 6,00 6,67 5,11c T3 3,00 7,67 5,33 5,33b T4 5,67 5,67 7,33 6,22a T5 1,00 0,67 1,00 0,89de Rataan 3,13 4,74 5,47 T1 1,33 3,67 4,33 3,11 T2 3,33 4,67 1,67 3,22 T3 3,00 5,33 5,33 4,55 T4 1,00 6,33 6,00 4,44 T5 1,00 3,00 1,33 1,78 Rataan 1,93 4,60 3,73 T1 1,67 4,67 3,00 3,11 T2 3,67 8,33 4,33 5,44 T3 3,67 4,67 2,00 3,45 T4 2,00 6,67 2,67 3,78 T5 2,67 1,67 3,00 2,45 Rataan 2,74b 5,20a 3,00ab T1 2,33 5,33 3,67 3,78 T2 1,33 1,67 1,67 1,56 T3 0,67 4,67 4,33 3,22 T4 3,67 1,00 4,00 2,89 T5 0,33 0,00 1,67 0,67 Rataan 1,67 2,53 3,07 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%. Pengamatan dilakukan pada tanaman kopi dengan ketinggian 1-1,8 meter. Perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan T1P2 (1,0 m dengan perangkap corong ganda) yaitu rataan jumlah imago H. hampei yang tertangkap pada pengamatan VII yaitu sebesar 5,33 ekor. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa feromon masih efektif sampai pengamatan terakhir. Imago H. Hampei lebih menyukai ketinggian 1,0 m dengan perangkap corong ganda karena buah kopi yang dominan berada di ketinggian tersebut serta lebih banyaknya jalan masuk imago H. hampei dari celah-celah corong. Dari hasil pengamatan I-VII, jumlah imago yang tertangkap bervariasi pada setiap pengamatan. Ketidakstabilan tersebut dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak stabil, dimana senyawa feromon yang menguap serta imago yang aktif di perkebunan kopi tergantung pada kondisi lingkungan. Untung (2010) menyatakan bahwa dapat dilakukan modifikasi lingkungan seperti mengurangi naungan dan melakukan pemangkasan sehingga kondisi lingkungan yang tidak terlalu lembab dapat mengurangi aktifitas imago H. hampei di perkebunan kopi. Ketertarikan serangga H. hampei terhadap perangkap juga dikarenakan senyawa feromon yang dipasang pada perangkap. Senyawa feromon dimodifikasi dengan mencampurkan methanol : ethanol (3:1). Atraktan lepas ke udara sebagai uap/gas secara perlahan-lahan. Serangga akan tertarik dengan wangi atraktan H. hampei betina akan masuk ke dalam wadah atraktan tersebut. Benturan H. hampei dengan dinding bagian dalam botol akan membuat H. hampei jatuh ke dalam larutan sabun di bagian dasar botol, sehingga H. hampei tidak dapat terbang lagi atau terperangkap lalu mati. Menurut Silva et al. (2006), H. hampei yang tertangkap meningkat dengan menggunakan campuran bahan ethanol dan methanol dengan perbandingan tingkat campuran 1:3. Pada perlakuan T2P2 menggunakan corong ganda berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan serangga H. hampei terhadap warna merah merupakan pemicu tertangkapnya serangga kedalam perangkap. Menurut Wiryadiputra (2006) penggunaan tipe perangkap corong ganda dengan empat corong mendapatkan hasil bahwa warna perangkap merah dan biru adalah paling efektif dalam menarik serangga H. hampei. 2. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi Rataan persentase buah yang terserang pada setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap dapat dilihat pada Tabel 2. 2. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase serangan H. hampei pada buah kopi (%) Pengamatan Tinggi Tipe perangkap Rataan (Hari ke-) perangkap P1 P2 P3 (%) T1 22,22 20,83 20,28 21,11 T2 19,72 16,11 16,94 17,59 I T3 21,94 15,83 16,39 18,06 T4 17,22 13,89 15,00 15,37 T5 19,44 18,06 15,56 17,69 Rataan 20,11 16,94 16,83 T1 22,22 20,83 20,28 21,11 II T2 19,72 12,78 16,94 16,48 T3 21,94 15,83 16,39 18,06 832

III IV V VI VII T4 14,44 14,17 15,00 14,54 T5 19,44 18,06 15,56 17,69 Rataan 19,56 16,33 16,83 T1 22,22 21,39 20,28 21,30 T2 20,28 16,39 17,22 17,96 T3 22,50 16,11 16,67 18,43 T4 14,44 14,44 15,00 14,63 T5 19,44 18,61 16,11 18,06 Rataan 19,78 17,39 17,06 T1 22,22 21,39 20,28 21,30 T2 20,83 17,22 17,22 18,43 T3 22,50 16,11 16,67 18,43 T4 14,44 14,44 15,00 14,63 T5 19,44 18,61 16,11 18,06 Rataan 19,89 17,56 17,06 T1 22,78 22,50 20,56 21,94 T2 22,22 18,33 17,78 19,44 T3 22,50 16,11 16,67 18,43 T4 14,44 15,00 15,28 14,91 T5 19,44 18,61 16,39 18,15 Rataan 20,28 18,11 17,33 T1 22,78 22,50 20,56 21,94 T2 22,22 18,33 17,78 19,44 T3 22,78 16,11 16,67 18,52 T4 14,44 15,00 15,28 14,91 T5 19,44 18,61 16,67 18,24 Rataan 20,33 18,11 17,39 T1 23,33 23,06 21,39 22,59 T2 22,22 18,33 17,78 19,44 T3 22,78 16,67 17,22 18,89 T4 15,83 15,28 16,11 15,74 T5 19,44 19,44 17,22 18,70 Rataan 20,72 18,56 17,94 Dari hasil penelitian, rataan persentase buah terserang yang tertinggi terdapat pada perlakuan T1P1 (1 m dengan perangkap corong tunggal) yaitu sebesar 23,33 % dan terendah terdapat pada perlakuan T2P2 (1,2 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 12, 78%. Pada ketinggian 1,2 m imago dominan menyerang buah kopi dikarenakan pada ketinggian tersebut, lebih banyak buah yang menjadi sumber makanan bagi H. hampei. Buah kopi yang terserang akan berlubang dengan diameter ±1 mm dan biasanya terdapat pada bagian ujung buah kopi. Kemudian H. hampei betina bertelur pada lubang tersebut. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan buah menjadi tidak normal, dan biji menjadi busuk akibat gerekan larva H. hampei yang menetas didalam buah kopi. Ernawati et al. (2008) mengemukakan bahwa gejala serangan pada buah kopi yaitu buah gugur mencapai 7-14%, perkembangan buah menjadi tidak normal, dan busuk. H. hampei menyerang pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 H. hampei. Gejala serangan terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak). Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah sedangkan serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah. Pada umumnya, kumbang betina memasuki buah dengan membuat lubang kecil dari ujung buah kopi. Hama H. hampei umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeraspun yang telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat kepada penurunan jumlah dan mutu hasil. Hama H. hampei umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. 3. Data produksi buah kopi Dari hasil analisis sidik ragam, rataan produksi buah kopi pada setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap dengan jumlah pohon sebanyak 90 pohon dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap produksi buah kopi (kg) Pengamatan (Hari ke-) I II Tinggi Tipe perangkap Rataan perangkap P1 P2 P3 (ekor) T1 0,67 0,43 0,25 0,45 T2 0,47 0,5 0,77 0,58 T3 0,53 0,43 0,37 0,44 T4 0,43 0,33 0,47 0,41 T5 0,57 0,6 0,7 0,62 Rataan 0,53 0,46 0,51 833

III IV V VI VII T1 0,3 0,47 0,43 0,4 T2 0,3 0,47 0,8 0,52 T3 0,43 0,6 0,7 0,58 T4 0,6 0,4 0,67 0,56 T5 0,4 0,43 0,73 0,52 Rataan 0,41a 0,47 b 0,67 b Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%. Dari hasil penelitian, data produksi buah kopi tertinggi terdapat pada perlakuan T2P3 (1,8 m dengan perangkap botol bekas air mineral) yaitu sebesar 0,80 kg dan terendah terdapat pada perlakuan T1P3 (1 m dengan perangkap botol bekas air mineral) yaitu sebesar 0,30 kg. Tidak terdapat hasil pengamatan pada hari ke II-VI, dikarenakan buah kopi yang belum matang sehingga tidak dipanen. Buah yang dipanen adalah buah yang matang baik terserang H. hampei maupun tidak terserang. Secara langsung H. hampei dapat menurunkan produksi buah kopi karena biji yang terserang akan busuk. Selain itu serangan H. hampei dapat menyebabkan gugur buah sehingga merugikan bagi pihak petani. Dari pernyataan Sulistyowati dalam Susilo (2008), serangan hama H. hampei menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas hasil secara nyata. Serangan pada stadia buah muda dapat menyebabkan keguguran buah sebelum buah masak, sedangkan serangan pada stadia buah masak (tua) menyebabkan biji berlubang sehingga terjadi penurunan berat dan kualitas biji. Kehilangan hasil akibat serangan H. hampei bervariasi tergantung kondisi pengelolaan tanaman. Pada pertanaman yang tidak dilakukan tindakan pengendalian serangan hama H. hampei dapat mencapai 100%. Penggerek buah kopi (H. hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian secara nyata terhadap produksi kopi. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini berpengaruh langsung sehingga menyebabkan penurunan produksi dan kualitas hasil biji kopi. Dengan demikian akan berdampak terhadap penurunan produksi dan mutu biji kopi, sehingga kerugian yang ditimbulkan cukup besar. Kerugian yang timbul akibat serangan hama H. hampei menjadi semakin signifikan karena di samping secara langsung menurunkan produksi fisik juga menurunkan mutu yang berakibat penurunan harga biji kopi yang dihasilkan. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat kepada penurunan jumlah dan mutu hasil. H. hampei umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras. Wiryadiputra (1996) menyatakan bahwa buah-buah yang bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak, tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. SIMPULAN Perangkap dengan ketinggian 1,0 m menggunakan corong ganda adalah yang paling efektif dalam menangkap imago H. hampei yaitu sebesar 5,33 ekor. Rataan persentase buah terserang yang tertinggi 834

terdapat pada ketinggian 1 m dengan perangkap corong tunggal yaitu sebesar 23,33 % dan terendah terdapat pada ketinggian 1,2 m dengan perangkap corong ganda yaitu sebesar 12,78%. Produksi tertinggi terdapat pada ketinggian 1,8 m dengan perangkap botol bekas air mineral yaitu sebesar 0,80 kg. Campuran antara bahan methanol dan ethanol dengan perbandingan 3:1 efektif digunakan sebagai atraktan untuk menarik H. hampei. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak R. Sianturi yang telah memberikan fasilitas dan tempat untuk penelitian. Science Agriculture (Piracicaba, Brazil) 63(6):567-571. Susilo AW. 2008. Ketahanan Tanaman Kopi (Coffea sp.) terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.). Review Penelitian Kopi dan Kakao 24(1):1-14. Untung K. 2010. Diktat Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Wiryadiputra S. 1996. Uji Terap Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi Menggunakan Jamur Beauveria di Sulawesi Selatan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 12(2):125-129. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian & Pegembangan Provinsi Sumatera Utara. 2005. Kajian Terhadap Perkembangan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kota Padang Sidimpuan Sebagai Hasil Pemekaran. Sumatera Utara. Ernawati R., W Arief & Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Manurung V. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Sihaloho TM. 2009. Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Silva FC., MU Ventura & L Morales. 2006. Capture of Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) in Response to Trap Characteristics. 835