UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN. Ir. Abdul Fattah, MP, dkk. Ringkasan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

Pedoman Umum. PTT Kedelai

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Pedoman Umum. PTT Kedelai. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

Teknologi Budidaya Kedelai

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

TINJAUAN PUSTAKA. akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TATA CARA PENELITIAN

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH KEDELAI DENGAN SISTEM JABALSIM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

ADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI ACEH BESAR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh

III. BAHAN DAN METODE

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH

PERSEPSI PETANI KABUPATEN BANTUL DI YOGYAKARTA TERHADAP VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN PENERAPAN PTT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

Agrivet (2015) 19: 30-35

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protein nabati (Rahmat dan Yuyun, 1996). Menurut Badan Pusat Statistik (2015),

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

Transkripsi:

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN Ir. Abdul Fattah, MP, dkk Ringkasan Sulawesi Selatan mempunyai potensi pengembangan kedelai yang cukup luas dengan teredianya potensi lahan sawah sekitar 586.987 ha. Dari luas lahan sawah tersebut, terdapat lahan sawah tadah hujan sekitar 239.055 ha yang umumnya ditanami dua kali palawija termasuk kedelai. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan varietas yang mempunyai produksi tinggi dan umur genjah dalam mendukung Program SL-PTT. Uji adaptasi beberapa varietas unggu baru kedelai dalam mendukung program SL-PTT telah dilaksanakan di Desa Panincong, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng pada MT.2010. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAK) dengan 11 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan (varietas) yang diuji : 1). Grobogan, 2) Argomulyo, 3) Sinabung, 4) Kaba, 5) Burangrang, 6) Wilis, 7) Anjasmoro, 8) Detam-1, 9) Detam-2, 10) Ijen, dan 11) Mahameru. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa produksi tertinggi ditmukan pada varietas Argomulyo (1,96 t/ha), kemudian disusul dengan varietas Detam-2 (1,79 t/ha), Grobogan (1,64 t/ha), dan Anjasmoro (1,65 t/ha). Sedangkan produksi yang paling rendah ditemukan pada varietas Sinabung (0,77 t/ha) dan Wilis (0,96 t/ha). Umur masak yang paling pendek/genjah ditemukan pada varietas Grobogan (75 hari) dan Argomulyo (78 hari) sedangkan yang paling panjang/dalam ditemukan pada varietas Mahameru (93 hari). Kata kunci : Kedelai, varietas unggul baru, produksi, umur genjah, Sulawesi Selatan. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tiga tahun terakhir, produksi kedelai di Indonesia hanya berkisar antara 600 700 ribu ton per tahun, sementara kebutuhan telah mencapai 2,0 juta ton Untuk memenuhi kekurangan produksi, pemerintah mengimpor kedelai dari Negara lain seperti Amerika sekitar 1,30 ton ((Badan Litbang Pertanian, 2008). Tingginya kebutuhan kedelai menyebabkan naiknya harga dari Rp 3.500,- /kg menjadi Rp 7.500,-/kg. Kenaikan harga kedelai tersebut akan berdampak terhadap industri yang berbahan baku kedelai seperti tahu, tempe, kecap, dan produk lain. Untuk mengantisipasi kenaikan harga kedelai, industri terpaksa menaikan harga produknya Dampaknya, komsumen yang kurang mampu mengurangi jumlah kebutuhannya sehingga dapat mengganggu terpenuhi kebutuhan gizi bagi masyakat termasuk balita. Produksi kedelai di Indonesia pada 14 tahun terakhir mengalami penurunan drastis yaitu dari 1.869.713 ton pada tahun 1992 menjadi 592.534 ton pada tahun 2007, sementara impor mengalami kenaikan yaitu 890.287 ton pada tahun 1992 menjadi 1.199.839 ton tahun 2006 ( Distan Provinsi Sulsel, 2007). Untuk meningkatkan produksi dan mengurangi impor kedelai, maka pemerintah memprogram pengembangan kedelai di seluruh Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan. Kedelai di Sulawesi Selatan umumnya dikembangkan di lahan sawah setelah panen padi. Potensi pengembangan kedelai cukup tinggi dengan tersediaanya lahan sawah sekitar 586.987 ha dan lahan kering (kebun/tegalan) seluas 548.595 ha (Distan Provinsi Sulawesi Selatan, 2007). Luas lahan sawah tersebut, terdapat luas lahan sawah tadah hujan sekitar 239.055 ha. Pada lahan sawah tadah hujan tersebut umumnya ditanami padi satu kali, setelah itu ditanami palawija termasuk kedelai dan jagung. Salah satu masalah yang dialami petani kedelai adalah seringnya gagal panen karena kekeringan dan tingginya serangan hama dan penyakit. Curah hujan di Sulawesi Selatan terutama di wilayah Pantai Timur sangat pendek (2-3 bulan) (Sulawesi Selatan dalam Angka, 2007) yaitu bulan Oktober sampai Desember dan sering tidak menentu. Untuk mengantispasi masalah tersebut maka diperlukan varietas unggul baru umur genjah dan tahan kekeringan Penurunan produksi kedelai juga terjadi di Sulawesi Selatan yaitu dari 25.940 ton menjadi 20.380 ton. Disamping penurunan produksi, juga terjadi penurunan luas areal tanam dari 17.393 ha menjadi 12.951 ha ((Dinas Pertanian dan Hortikuluta Provinsi Sulsel, 2008) www.sulsel.litbang.deptan.go.id 2

Produktivitas kedelai yang dicapai di tingkat petani masih rendah hanya sekitar 1,4 1.57 t/ha (Distan Provinsi Sulsel, 2008) dan rata-rata produksi nasional berkisar 1,3 t/ha (Puslitbangtan, 2008). Sementara produksi yang dicapai hasil penelitian Badan Litbang pertaniani berkisar 2,50 3,05 t/ha (Balitkabi Malang, 2007). 1.2. Tujuan Mendapatkan 1-3 varietas unggul baru kedelai yang produksi tinggi dan umur genjah. 1.3. Keluaran Yang Diharapkan Satu sampai tiga varietas unggul baru kedelai yang umur genjah dan mempunyai produktivitas yang tinggi 1.4. Hasil Yang Diharapkan Penggunaan varietas unggul baru produksi tinggi dan umur genjah yang dapat meningkatkan pendapatan petani 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Perkiraan manfaat : Peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas lahan sawah Peniingkatan pemanfaatan lahan dengan mengintroduksi varietas umur genjah Perkiraan Dampak : Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dapat berdampak terhadap peningkatan daya beli masyarakat sehingga perekonomian berjalan lanjar dan pendapatan Negara meningkat. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 3

II.TINJAUAN PUSTAKA Beberapa varietas yang mempunyai biji besar, toleran terhadap lahan kering masam serta mempunyai produksi tinggi 2,0-3,9 t/ha seperti Rajabasa,(Balitkabi Malang, 2007). Sejak tahun 2003 sampai 2008, Balitkabi Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul baru kedelai umur genjah (70 hari 85 hari) dan produksi tinggi (2,21 3,40 t/ha) seperti Gepak Ijo, Gepak Kuning, Grobogan, Arjasari, Gumitir, Argopuro, Baluran, dan Kipas Merah (Balitkab, 2008). Varietas Panderman yang mempunyai umur 85 hari yang bijinya besar dan tahan terhadap ulat grayak (Puslitbangtan, 2007). Beberapa varietas yang tahan kering dan masam serta mempunyai produksi yang tinggi (2,5 t/ha) seperti varietas Tanggamus, Sibayak, Nanti, Rata, dan Seulawan (Balitkabi, 2004). Sedangkan menurut hasil penelitian Balitkabi Malang (2008), menunjukkan bahwa beberapa varietas yang mempunyai produksi tinggi seperti Grobogan (2,70 t/ha), ukuran biji 18 g/100 biji (biji besar) dan umur masak sekitar 76 hari (umur genjah),varietas Detam-1 (2,51 t/ha), ukuran biji 14,84 g/100 biji (biji sedang), dan umur masak sekitar 85 hari (umur sedang), varietas Detam-2 (2,46 t/ha), ukuran biji 13,54 g/100 biji (biji sedang), dan umur masak 82 hari (umur sedang), varietas Ijen (2,49 t/ha), ukuran biji 11,23 g/100 biji (ukuran sedang), dan umur masak 83 hari (umur sedang), varietas Anjasmoro (2,25 t/ha), ukuran biji 14,8-15,3 g/100 biji besar), umur masak 92 hari (umur dalam/panjang), varietas Mahameru (2,04-2,16 t//ha), ukuran biji 16,5-17,0 g/100 (biji besar), dan umur masak 94 hari (umur dalam/panjang), varietas Tanggamus (1,22 t/ha), ukuran biji 11 g/100 (ukuran sedang), dan umur masak 88 hari (umur sedang), varietas Kaba (2,13 t/ha), ukuran biji 10,37 g/100 biji (biji sedang), dan umur masak 85 hari (umur sedang), varietas Sinabung (2,16 t/ha), ukuran biji 10,68 g/100 biji (biji sedang), dan umur masak 88 hari (umur sedang), varietas Burangrang (2,05 t/ha), ukuran biji 17 g/100 biji (biji besar), dan umur masak 82 hari (umur sedang), varietas Argomulyo (2,0 t/ha), ukuran biji 16 g/ha, dan umur masak 81 hari (umur sedang, dan vrietas Wilis (1,60 t/ha), ukuran biji 10 g/ha (biji sedang), dan umur masak 87 hari (umur sedang). www.sulsel.litbang.deptan.go.id 4

III.METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Kajian varietas kedelai ini dilaksanakan di Desa Panincong, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng, MT.2010. 3. 2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada kajian varietas ini : benih kedelai, pupuk organik, pupuk kimia, inskitisida, fungisida, dan rhizogen. Sedangkan alat yang digunakan antara lain cangkul, alat tugal, tali nilon, meteran, ajir, hand sprayer, dan hand counter. 3.3. Rancangan Kegiatan Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 11 perlakuan (10 varietas unggul baru + 1 varietas pembanding) dan 3 ulangan. Varietas yang akan dikaji : Grobogan, Argomulyo, Sinabung, Kaba, Burangrang, Ijen, Anjasmoro, Wilis, Detam-1, Detam-2, dan Mahameru (kontrol). Varietas tersebut ditanam pada plot yang berukuran 5 m x 8 m dengan 2 biji per lubang dan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Dosis pupuk yang 75 kg/ha Urea + 100 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl. Pengendalian hama dan penyakit digunakan insektisida dan fungisida sesuai jenis hama dan penyakit yang muncul. 3.4. Parameter yang diamati : Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang per tanaman (cabang) Jumlah polong per tanaman (polong) Berat 100 biji (gram) Tingkat serangan hama dan penyakit (%) Umur masak/panen (hari) Produksi (t/ha) Data iklim (curah hujan) www.sulsel.litbang.deptan.go.id 5

3.5. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Saragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan digunakan uji Duncan 5%. IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang per Tanaman, dan Tingkat Serngan Hama Ulat Grayak Pada Table 1, terlihat bahwa tinggi tanaman tertinggi ditemukan pada varietas Detam-2 (67,57 /tanaman) dan terendah ditemukan pada Wilis (45,25 cm/tan). Tinggi tanaman yang dicapai pada varietas Detam-2 tersebut lebih tinggi disbanding hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitkabi Malang (Deskripsi Varietas Unggul Baru Kacang-Kacang dan Umbi-Umbian, 2008). Sedangkan varietas Wilis tinggi tanaman yang dicapai (45,25 cm/tan) hampri sama dengan tinggi tanaman yang dicapai pada Deskripsi Varietas Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian (2008) sekitar 50 cm. Jumlah Cabang per tanaman tertinggi dicapai pada varietas Ijen (3,73 cbg/tan) dan terendah ditemukan pada varietas Grobogan (2,53 cbg/tan.). Jumlah cabang per tanaman ini secara umum dari semua varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (2,53 3,73 cbg/tanaman). Dan nampaknya jumlah cabang per tanaman ini tidak member pengaruh yang nyata terhadap produksi yang dicapai setiap varietas. Tingkat serangan hama ulat Grayak terendah ditemukan pada varietas Grobgogan (8,16%), kemudian disusul varietas Argomulyo (10,16%) dan Anjasmoro (10,94%). Sedangkan tingkat serangan tertinggi ditemukan pada varietas Mahameru sebagai control (17,26%) (Tabel.1). Tinggimya tingkat serangan hama ulat Grayak pada varietas tersebut kemungkinan disebabkan oleh sudah seringkali ditanam pada lokasi tersebut. Biasanya pada mula ditanam suatu varietas masih tahan terhadap suatu hama tetapi setelah ditanam beberapa kali akhir juga menjadi peka. Hal ini terjadi akibat adanya interaksi antara tanaman dan serangga hama yang saling mengeluarkan zat dapat meracuni satu sama lain. Berbeda halnya dengan varietas lain seperti Grobogan, Argomulyo, dan vareitas lainnya hanya baru kali ini ditanam sehingga serangga hama belum mampu menghalau zat racun yang dikeluar oleh tanaman. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 6

Tabel 1. Tingi tanaman, jumlah cabang per tanaman, dan tingkat serangan hama ulat Grayak pada uji varietas unggul baru kedelai di Panincong, Kabupaten Soppeng.MT.2010 No Nama Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah Cabang per tanam Tingkat Serangan Hama Ulat Grayak (%) 1 Grobogan 48,96 ab 2,53 a 8,61 a 2 Argomulyo 48,63 ab 2,83 ab 10,16 b 3 Sinabung 59,77cd 3,13 ab 12,16 cd 4 Kaba 58,47 cde 3,60 ab 13,51 de 5 Burangrang 56,97 cd 3,20 ab 12,12 cd 6 Ijen 53,67 bc 3,73 b 14,11 ef 7 Anjasmoro 62,90 ef 3,33 ab 10,94 bc 8 Detam-1 55,13 cd 3,27 ab 12,53 d 9 Detam-2 67,57 f 3,30 ab 15,34 f 10 Wilis 45,25 a 3,07 ab 14,41 ef 11 Mahameru (control) 56,83 cd 3,33 ab 17,26 g Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT 4.2. Jumlah Polong per Tanaman, Jumlah Polong Hampa per Tanaman, dan Umur Masak Jumlah polong per tanaman tertinggi ditemukan pada varietas Detam-2 (74,08 ), Grobogan (57,90 ), Argomulyo (57,10 ), dan Ijen (57,10 ). Sedangkan terendah ditemukan pada varietas Detam-1 (48,57 ). Jumlah polong yang dicapai dari setiap varietas akan berpengaruh terhadap tinggirendahnya produksi yang dicapai varietas tersebut. Selain jumlah polong, jumlah polong hampa dan besar ukuran biji juga turut berpengaruh terhadap produksi yang dicapai varietas tersebut. Jumlah polong hampa per tanaman terendah ditemukan pada varietas Argomulyo (7,21) dan tertinggi pada varietas Kaba (17,08). Tinggi-rendahnya jumlah polong hampa yang dicapai suatu varietas akan berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya produksi. Polong hampa ini ada dua penyebab utmanya antara lain polong hampa karena tidak terisi oleh biji. Hal ini biasanya disebabkan oleh kurangnya bahan makan yang terangkut kebagian polong, dan penyebab kedua adalah plong bisa menjadi hampa karena biji yang masih muda diisap oleh hama pengisap polong. Pada Table 2 terlihat bahwa umur masak terendah (tergenjah) ditemukan pada varietas Grobogan (75 hari) dan Argomulyo (78 hari) dan umur masak tertinggi ditemukan pada varietas Mahameru (93 hari). Varietas Grobogan dan Argomulyo mempunyai umur paling genjah sehinggah dapat dijadikan varietas untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Lahan sawah yang kosong 2,5 bulan dapat ditanami kedelai untuk membantu negari dalam pengadaan kebutuhan kedelai untuk komsumsi. Begitu pada pemanfaatan lahan kering, pada www.sulsel.litbang.deptan.go.id 7

daerah yang mempunyai curah hujan yang pendek ( sekitar 2 bulan bulan hujan dengan rata-rata 150-200 mm) dapat dimanfaatkan untuk menanam kedelai dalam mendukung program swasembada kedelai. Tabel 2. Jumlah polong per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, dan umur masak pada uji varietas unggul baru kedelai di Panincong, Kabupaten Soppeng.MT.2010 No Nama Varietas Jumlah polong per tanaman Jumlah polong hampa per tanaman Umur masak 1 Grobogan 57,90 ab 8,31 ab 75 a 2 Argomulyo 59,85 ab 7,21 a 78 ab 3 Sinabung 56,80 a 9,38 ab 89 cd 4 Kaba 57,40 ab 17,08 c 87 cd 5 Burangrang 53,32 a 14,65 bc 85 bcd 6 Ijen 57,10 ab 12,47 abc 85 bcd 7 Anjasmoro 53,85 a 10,95 abc 90 cd 8 Detam-1 48,57 a 11,70 abc 85 bcd 9 Detam-2 74,08 b 15,17 bc 83 bc 10 Wilis 51,48 a 14,33 bc 88 cd 11 Mahameru (control) 52,18 a 11,73 abc 93 d Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT 4.3. Berat 100 biji (gram) dan Produksi (t/ha) Pada Table 3 terlihat bahwa berat 100 biji tertinggi ditemukan pada varietas Grobogan (18,83 g/100). Berat 100 biji dicapai pada varietas Grobogan ini hampir sama berat 100 biji yang dicapai hasil penelitian Balitkabi (18 g/100 biji) (Dekripsi Varietas Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, 2008). Kemudian varietas yang selanjutnya yang mempunyai Anjasmoro (16,09 g/100 biji), Burangrang (16,01 g/100), Argomulyo, dan Mahameru (16,0 g/100) sebagai kontrol. Tabel 3. Berat 100 biji dan produksi pada uji varietas unggul baru kedelai di Panincong, Kabupaten Soppeng.MT.2010 No Nama Varietas Berat 100 biji Produksi 1 Grobogan 18,83 f 1,64 bc 2 Argomulyo 15,83 e 1,96 c 3 Sinabung 12,95 c 0,77 a 4 Kaba 11,94 b 1,33 abc 5 Burangrang 16,01 e 1,35 abc 6 Ijen 11,01 a 1,83 c 7 Anjasmoro 16,09 e 1,65 bc 8 Detam-1 11,03 a 1,38 abc 9 Detam-2 14,00 d 1,79 c www.sulsel.litbang.deptan.go.id 8

10 Wilis 12,02 b 0,94 ab 11 Mahameru (control) 16,00 e 1,34 abc Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT Sedangkan berat 100 biji, terkecil ditemukan pada varietas Ijen (11,01 g/100) dan Detam-1 (11,03 g/100). Berat yang dicapai pada varietas Ijen tersebut hampir sama dengan berat yang dicapai dari hasil penelitian Balitkabi Malang (11,23 g/100). Berdasarkan ukur biji yang dicapai dari hasil penelitian ini, maka varietas unggul baru yang bisa dikembangkan di Sulawesi Selatan adalah varietas ukuran besar yang disenangi petani seperti Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro, dan Burangrang. Berdasarkan Table 3, menunjukkan bahwa varietas unggul baru yang memberi produksi yang tertinggi dicapai pada varietas Argomulyo, Detam-2, Ijen, Grobogan, dan Anjasmoro. Namun yang layak dikembangkan di Sulawesi Selatan adalah varietas unggul baru yang mempunyai biji besar seperti Grobogan, Anjasmoro, Argomulyo, dan Burangrang, sedangkan biji kecil seperti Ijen dan Detam-2 kurang diminati petani, namun produksinya tinggi. Pemasaran kedelai biji kecil dan sedang di Sulawesi Selatan kurang disenangi pedagang karena peminatnya/komsumennya juga rendah. 4.4.Rata-Rata Curah Hujan pada Tahun 2010 dan Tahun 2005-2009 di Panincong, Kabupaten. Soppeng Gambar 1. Curah Hujan per Bulan (mm) Thn 2010 di Panincong, Kabupaten Soppeng www.sulsel.litbang.deptan.go.id 9

Berdasakan data curah hujan yang diambil di Penangkar Curah Hujan di Panincong menunjukkah bahwa mulai bulan April sampai Nopember rata-rata jumlah curah hujan per bulan (mm) di atas 200 mm/bulan, artinya bahwa curah hujan untuk tahun 2010 mulai April-Nopember termasuk tinggi (Gambar 1). Pada Gambar 1, tersebut juga terlihat bahwa pada bulan Mei curah hujan dapat mencapai 400-450 mm/bulan yang sudah menelewati batas ambang (300 mm/bulan). Kemudian kalau kita bandingkan dengan data curah hujan mulai tahun 2004-2009 (5 tahun) data curah hujan tertinggi pada bulan Mei tetapi jumlah curah hujannya hanya mencapai 220 mm/bulan sedangkan jumlah curah hujan per bulan yang dicapai pada bulan yang sama 2010 mencapai 450 mm/bulan atau 2 kali lipat disbanding tahun 2004-2009. /; Gambar 2. Rata-rata curah hujan per Bulan dalam 5 tahun (2005-2009) di Panincong, Kabupaten Soppeng Pada Gambar 2 terlihat bahwa rata-rata curah hujan selama 5 tahun (2005-2009) tertinggi dicapai pada bulan Mei (220 mm/bln), tetapi jumlah tersebut masih jauh lebih rendah dibanding tahun 2010 (450 mm/bln) pada bulan yang sama. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 10

Gambar 3. Jumlah hari per bulan di Panicong, Kabupaten Soppeng Tahun 2010 Pada Gambar 3 terlihat bahwa, rata rata jumlah hari hujan berkisar 7-26 hari per bulan dan tertinggi ditemukan pada bulan Juni-Juli sekitar 20-26 hari/bln. Pada bulan Agustus-Oktober bisanya rendah bahwa biasanya untuk bulan Agustus dan September jumlah hari hujan hanya berkisar 0-5 hari/bln, tetapi pada tahun 2010 ini sangat melenceng dari biasanya yaitu jumlah hari hujan mencapai 18-20 hari/bln. Kesemuanya itu baik jumlah curah hujan maupun jumlah hari hujan yang melenceng di tahun 2010 akan mempengaruhi produksi yang dicapai khususnya tanaman pangan termsuk kedelai. Komoditas kedelai yang tidak membutuhkan jumlah air yang banyak, penanaman pada kondisi iklim tersebut akan berpengaruh terhadap produksi yang dicapai (menurunkan produksi per hektar). www.sulsel.litbang.deptan.go.id 11

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan 1. Varietas unggul baru yang mempunyai produki tertinggi ditemukan pada varietas Ijen, Argomulyo Grobogan, Anjasmoro, dan Detam-2. Namun demikian varietas unggul baru yang dapat dikembangkan di Sulawesi Selatan hanya Argomulyo, Anjasmoro, Grobogan, dan Burangrang karena ukur bijinya besar (15,83 18,83 g/100 biji). 2. Umur genjah digemukan pada varietas unggul baru Gorobgan dan Argomulyo 3. Produksi yang dicapai dari setiap varietas yang dikaji belum optimal akibat tingginya curah hujan mulai dari umur 2 minggu setelah tanam sampai umur masak/panen. 5.2..Saran Pengujian varietas unggul baru sebaiknya dilaksanakan juga di musim kemarau untuk mengetahui varietas yang tahan kekeringan. VI.KINERJA HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang dicapai berupa varietas unggul baru yang mempunyai produksi tinggi dan ukuran biji besar, akan mudah diadopsi atau diteima petani karena petani kedelai di Sulawesi Selatan sangat menyukai kedelai yang mempunyai biji besar seperti Grobogan, Anjasmoro, Burangrang, dan Argomulyo. Varietas unggul baru tersebut akan dianjurkan untuk dikembangkan di Sulawesi Selatan. Sebagai implementasinya, perbanyakan benihnya akan dikerjasamakan dengan Balai Benih yang ada di Sulwesi Selatan. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 12

DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Inovasi teknologi kedelai. Pandum Pelaksanaan Sekolah Lapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT ) Kedelai. Departemen Pertanian. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Malang. 2004. Pemulia Tanaman Kedelai Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Malang. 2007. Laporan Tahunan. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 2007. Panduan umum. Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan.2007. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan.2008. Materi Pertemuan Kedelai di Sulsel pada tanggal 15-18 Desember 2008 di Hotel Delta Makassar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2007. Varietas unggul. Teknologi Unggulan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2008. Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Agroekosistem. Badan Litbang Pertanian. Sulawesi Selatan Dalam Angka. 2007. Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 13