PENGARUH STEEL FIBER PADA SIFAT MEKANIS BETON DAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG PASCA KEBAKARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

Analisis Pengaruh Penambahan Serat Kawat Berkait Pada Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

PEMAKAIAN SERAT HAREX SF DENGAN SERUTAN BAJA LIMBAH LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIKA STTNAS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH PROSENTASE PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON RINGAN. Abstrak

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI KUAT LENTUR BETON RINGAN BERSERAT KAWAT GALVANIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

PENINGKATAN KUALITAS BETON DENGAN PENAMBAHAN VIBER BENDRAT

KAPASITAS LENTUR, TOUGHNESS, DAN STIFFNESS BALOK BETON BERSERAT POLYETHYLENE

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

STUDI PENGARUH SERAT POLYPROPYLENE (PP) TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

PEMANFAATAN BETON SERAT ANYAMAN KAWAT SEBAGAI PERKUATAN METODE PREPACKED CONCRETE PADA BALOK BETON BERTULANG (161S)

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

PERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 49-54

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

PREDIKSI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG FIBER BENDRAT

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEKANISME KERUNTUHAN BALOK BETON YANG DIPASANG CARBON FIBER REINFORCED PLATE

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ROVING TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas

PENGARUH FIBER BENDRAT TERHADAP KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

ANALISA DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BENDRAT (SERAT KAWAT) PADA DAERAH TARIK BALOK BETON BERTULANG

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

PENGARUH PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DALAM CAMPURAN BETON DITINJAU TERHADAP KUAT TARIK LENTUR DAN MODULUS ELASTISITAS

PENGARUH PENAMBAHAN FIBER KAWAT KASA TERHADAP KAPASITAS KOLOM PENAMPANG SEGI EMPAT


PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

UJI PEMBEBANAN PADA PELAT REACTIVE POWDER CONCRETE

TINJAUAN KEKUATAN BETON PADA USIA MUDA DENGAN PENAMBAHAN POLYPROPYLENE FIBRE

Kapasitas Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Polymer (Cfrp) Berlapis Banyak Terhadap Perkuatan Lentur Struktur Balok Beton Bertulang

BAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang

Pengaruh Penambahan Serbuk Kayu Sisa Penggergajian Terhadap Kuat Desak Beton

BAB IV HASIL DAN ANALISA

The Influence of Steel Fiber Amount And L/D ratio to Mechanical Properties of Concrete

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS, ASPEK RASIO, DAN DISTRIBUSI SERAT TERHADAP KUAT LENTUR DAN KUAT TARIK BELAH BETON BERSERAT BAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KAYU SISA PENGGERGAJIAN TERHADAP KUAT DESAK BETON

tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok.

ANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

Struktur Beton Bertulang

Pengajar Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 3)

PENGARUH VARIASI FRAKSI KAWAT LOKET LAPIS PVC TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN MODULUS ELASTISITAS BETON SERAT

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Fire Proofing pada Balok Beton Pasca Bakar

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PENGARUH STEEL FIBER PADA SIFAT MEKANIS BETON DAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG PASCA KEBAKARAN EMILIA KADRENI, S.T., M.T. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Untuk mengurangi sifat getas dan meningkatkan ketahanan retak awal (first crack) beton dapat ditempuh dengan jalan menambahkan serat baja dalam campuran beton. Serat yang ditambahkan dapat dari berbagai tipe, bentuk permukaan, panjang serat dan persentase jumlah serat (fiber volume fraction,v f ). Ada berbagai macam bahan fiber yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat beton seperti yang telah dilaporkan oleh ACI Committee 544 (198) dan Soroushian & Bayasi (1987). Bahan bahan fiber tersebut antara lain berupa serat baja (steel fiber), kaca (glass fiber), plastik (polypropylene) dan karbon (carbon). Suhendro (1991) menunjukkan penambahan serat bendrat dengan panjang 6 mm dan diameter 1 mm sebagai alternatif pemakaian beton serat lokal dapat meningkatkan kuat tekan dan tarik belah berturut turut sekitar 1 % dan 5 % terhadap beton normal. Penelitian Iskandar (1996), menunjukkan bahwa pengaruh temperatur lingkungan yang tinggi terhadap sifat mekanis beton dapat mengakibatkan kuat tekan beton semakin rendah berbanding terbalik dengan suhu yang semakin tinggi. Dengan pertimbangan pertimbangan tersebut diatas timbul pemikiran untuk mengadakan suatu penelitian terhadap pengaruh penambahan serat baja (steel fiber) pada perilaku struktural dan kapasitas balok beton bertulang pasca kebakaran., yang diharapkan dapat meningkatkan kuat ultimit dan kekakuan balok beton bertulang pada berbagai variasi suhu yang pernah di alaminya. II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steel Fiber Reinforced Concrete Steel fiber didefenisikan sebagai bagian kecil yang rata atau ber gelombang baja dingin; bagian rata atau bergelombang potongan baja; leburan ekstrak serat atau serat baja lainnya yang sangat kecil tersebar merata dalam campuran beton segar, dengan aspek rasio, yaitu panjang serat dibagi dengan diameter serat, l/d antara 1,7 mm sampai 63,5 mm (ACI 544.3R-84) dengan tegangan tarik rata rata f u, tidak kurang dari 345 MPa ( ASTM-A8 ). Berdasarkan ASTM-A8, terdapat empat tipe umum serat baja yang digunakan sebagai material, yaitu tipe I kawat dingin; tipe II potongan tipis; tipe III leburan ekstrak serta tipe IV serat jenis lainnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Dalam ACI 544.1R (198) disebutkan bahwa hasil penelitian pembebanan statis (static strength) dengan menggunakan serat baja sampai 4 % terhadap volume beton dapat meningkatkan retak awal sebanyak,5 kali pada benda uji under reinforced dan sedikit meningkatkan kuat tekan; meningkatkan kuat tarik belah sebanyak,5 kali untuk kandungan serat 3 % dan sebanyak kali untuk digitized by USU digital library 1

kandungan serat %. Secara umum serat dapat meningkatkan daktilitas beton bertulang, tergantung dari bentuk dan jumlah kandungan serat. Gambar 1. Beberapa type serat yang terbuat dari baja (J Hannant, 1978) II.. Beton Pasca Bakar Neville (1975) menyatakan terdapat tiga sifat yang sangat mempengaruhi perilaku beton dalam jangka panjang dengan berbagai kondisi, yaitu daya antar panas (thermal conductivity) yang merupakan rasio dari perubahan panas terhadap temperatur; penyebaran panas (thermal diffusivity) yang merupakan luasan perubahan temperatur yang dapat terjadi pada suatu benda; kalor jenis (specific heat) yang dinyatakan sebagai kapasitas panas beton, bertambah sejalan dengan bertambahnya kandungan air pada beton. Malhotra (198) menyatakan bahwa akibat temperatur yang tinggi akan menyebabkan turunnya berat jenis beton karena terjadinya pengurangan kandungan kelembaban dalam beton. Tetapi karena besarnya pengurangan kecil maka untuk keperluan praktis dapat diabaikan. Kekuatan tekan dari beton akan menurun dengan kenaikan temperatur,pada temperatur o C, 4 o C dan 55 o C secara berturut-turut besarnya sisa kekuatan tekan adalah 95%, 6% dan 5%. III. LANDASAN TEORI III.1. Sifat Baja Pada Temperatur Tinggi Baja dan juga material metal lainnya, merupakan material yang mempunyai sifat penghantar panas yang baik/tinggi (high thermal conductivity). Kekuatan ultimit struktur baja meningkat sampai suhu 3 o C, dan makin lama makin menurun. Pengaruh temperatur yang terpenting adalah penurunan bertahap titik leleh yang sebenarnya dan batas banding ini juga mengacu pada peningkatan dari modulus elastis secant. Sedangkan modulus elastisitas pada baja tulangan (Anderberg,1978) dapat dilihat pada Gambar digitized by USU digital library

Gambar. Pengaruh Temperatur Pada Modulus Elastisitas Baja Tulangan (Anderberg,1978) III.. Sifat Beton Pada Temperatur Tinggi Pada suatu struktur bangunan beton yang mengalami kebakaran, kekuatan beton dipengaruhi oleh variasi temperatur dan tingkat pemanasan; durasi pemanasan, jenis dan perilaku pembebanan, yaitu terkekang dan bebas; jenis dan ukuran agregat; persentasi pasta semen serta rasio air semen (Al-Muthairi - Al Shaleh,1997). Gambar 3. Pengaruh Temperatur Pada Kuat Tekan Beton ( f c ) Gambar 3 yang menunjukkan bahwa kuat tekan beton mempunyai nilai konstan pada temperatur normal sampai dengan 1 o F (± 5 o C), dan pada temperatur diatas 1 o F (± 5 o C), kuat tekan beton (f c ) akan berkurang ± 5 % dari kekuatan awalnya (Gustaferro,1985). Modulus elastisitas beton (Ec) akan berkurang seiring dengan bertambahnya temperatur, pada 1 o F (± 5 o C), modulus elastisitas beton tinggal ±5 % dari modulus elastisitas pada temperatur normal (Gustaferro,1985), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. digitized by USU digital library 3

Gambar.4. Modulus Elastisitas Beton Pada Suhu Tinggi III.3. Pengaruh Penambahan Steel Fiber Pada Balok Beton Bertulang Penambahan serat bertujuan untuk memberi tulangan pada beton yang disebar merata ke dalam adukan beton dengan kandungan tertentu, sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya retak pada daerah tarik beton akibat pengaruh pembebanan, pengaruh susut pada beton atau pengaruh panas hidrasi. Kuat tarik beton dipengaruhi oleh bentuk dan kandungan serat yang digunakan, fiber yang mempunyai bengkokkan (hooked end fiber) dapat meningkatkan kuat tarik beton bila dibandingkan dengan dengan fiber lurus (straigth fiber). Serat dengan ujung yang dibengkokkan juga lebih efektif dalam menahan pengaruh lentur dan tekan dalam perilaku beton (Balguru & Shah, 199). III.4. Kapasitas Balok Beton Serat Kekuatan momen lentur balok beton bertulang dengan penambahan serat,3 c,85 c,85 f cf Dc d ε s (h-c) Tc Ts garis netral Gambar 5. Distribusi Regangan Tegangan Lentur a. Usulan Swamy dan Al Ta an (1981) Distribusi tegangan dianggap linier, dengan regangan maksimum di serat beton terdesak sebesar,3. Diagram tegangan yang telah di idealisasikan dengan bagian desak digunakan diagram berbentuk segitiga. Momen ultimate yang dapat didukung oleh tampang tersebut, yaitu : ( h c) Mu = Tc.,575c + + Ts( d,45c)..1) digitized by USU digital library 4

b. Usulan Jindall ( 1983 ) Distribusi tegangan dianggap linier, dengan regangan maksimum di serat beton terdesak sebesar,4. Diagram tegangan yang telah di idealisasikan dengan bagian desak digunakan diagram berbentuk empat persegi panjang ekivalen Momen ultimate yang dapat didukung oleh tampang tersebut, yaitu : Mu = Tc.,575c +,575 h c + Ts d,45 )..) [ ( )] ( c c. Usulan Suhendro (1991) Distribusi tegangan dan regangan yang terjadi, dapat dilihat pada gambar berikut : b d ε s d h c,85 f tf C s C c garis netral T c,85 (h - c) T,75(h- c ),75(h- c ) ε =,35 f cf Gambar 6. Distribusi Regangan Tegangan Lentur Pada Balok Serat Bertulang (Suhendro,1991) Momen Lentur Nominal M n (h c) = T. (d c) T. C. 5 s + cf + c 8.c + Cs.(c d)....3) III.5. Kapasitas Balok Beton Normal Kekuatan momen lentur balok beton bertulang berdasarkan SK SNI T-15-1991-3 ε 'c =.3 85f c a= β 1 cb 85 fc' h b d ε s (d c) (a) (b) (c) Gambar 7 Distribusi Regangan Tegangan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Anonim,1991) Momen Lentur Nominal Ts Z Mu b. d fy = ρ.,8. fy. 1.588. ρ...4) fc' IV. CARA PENELITIAN Bahan yang dipergunakan antara lain PC tipe I, pasir dan kerikil (diameter butir maksimall mm) dari sungai Krasak. Bahan tambah berupa steel serat Harex SF dengan Vf =,635 % (5 kg/m 3 ) dan superplasticizer. Baja tulangan polos berdiameter 1 mm dengan tegangan luluh baja (fys) = 39 kg/cm ). digitized by USU digital library 5

Proporsi campuran beton (mix design), dari hasil pemeriksaan specific gravity bahan penyusun beton dilakukan perhitungan berat bahan penyusun beton (Suhendro,1991) pada Tabel 1. Tabel 1. Bahan Susun Adukan Beton ( Suhendro,1991) Jenis Beton Normal Serat Jumlah Yang Dibutuhkan ( kg/m 3 ) untuk V f =,635 % Semen Pasir Kerikil Serat Air Superplasticizer Tipe I Grad. II (kg) (kg) (kg) (kg) 461,3694 9,738 738,19-7,616-71,491 94,98 754,386 5 1,171 4,715 Sedangkan jumlah dan tipe benda uji beton tersaji dalam Tabel. Tabel. Tipe dan Jumlah Benda Uji Benda Uji Jenis Beton Beton Normal Beton Serat, V f =,635 % Temperatur 5 C 4 C 8 C 5 C 4 C 8 C Silinder 3 bh 3 bh 3 bh 3 bh 3 bh 3 bh Balok bh bh bh bh bh bh Model Balok Bertulang bh bh bh bh bh bh Σ 7 bh 7 bh 7 bh 7 bh 7 bh 7 bh IV.1. Pembakaran Untuk benda uji dengan kode BN-4; BF-4; BN-8 dan BF -8 mencapai umur 15 hari, benda uji di masukkan ke dalam tungku pembakaran dan di bakar dengan dua macam variasi suhu berbeda yaitu 4 C dan 8 C selama ± 3 jam (ASTM E -119). Untuk satu kali pembakaran, benda uji yang dibakar terdiri dari 3 buah silinder ; buah balok plain concrete; buah balok skala penuh pada satu jenis beton V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Kelecakan (Workability) Untuk mengetahui tingkat kemudahan adukan beton untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan, perlu adanya pengukuran tingkat kelecakan (keenceran) adukan beton, dengan menggunakan uji nilai slam (Slump). Hasil pengujian nilai slam dan perhitungan nilai VB-time dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengujian Nilai Slam Beton (Balaguru dan Ramakrishnan, 1987) No. Benda Uji Kode Nilai slam (cm) Nilai Slam ( inchi ) VB Time *) (detik) 1 balok tulangan + BN-5 1 3,94, 3 silinder normal balok tulangan + BF-5 15 5,9,7 3 silinder serat 3 balok tulangan + BN-4 9,5 3,74,35 3 silinder normal 4 balok tulangan + 3 silinder serat BF-4 14,5 5,7,41 digitized by USU digital library 6

5 balok tulangan + 3 silinder normal 6 balok tulangan + 3 silinder serat BN-8 8,5 3,34,68 BF-8 5 1,96,86 *) log 1 (V-B) = 1,11,18 (slump ) untuk beton serat log 1 (V-B) =,9,14 (slump ) untuk beton normal Penambahan serat dapat menambah nilai slam beton. Perhitungan VB time dengan menggunakan rumus Balaguru dan Ramakrishnan (1987) ini tidak dapat diadopsi pada hasil penelitian, karena beberapa faktor yang berbeda yaitu bentuk serat (lurus dan pipih), faktor air semen, jumlah kandungan serat dibandingkan benda uji yang digunakan pada penelitian. V.. Kurva Pembakaran Benda Uji Pembakaran benda uji sesuai dengan peraturan ASTM E 119 95a tentang Standard Test Methods for Fire Tests of Building Construction and Materials. Derajat suhu pembakaran benda uji kedua jenis beton dan temperatur dapat dilihat pada Gambar 8. Temperatur ( o C ) 1 1 8 6 4 BN-4 BN-8 BF-4 BF-8 ASTM E 119-95a 5 1 15 5 3 Waktu (menit) Gambar 8. Kurva Pembakaran Benda Uji V.3. Sifat sifat Mekanis Beton a. Kuat tarik beton ( T ) Pengujian kuat tarik dilakukan dengan menggunakan uji belah tarik silinder beton yang mengacu pada ASTM C 496 9 tentang Standard Test Method for Splitting Tensile Strength of cylindrical concrete specimens. Hasil pengujian kuat tarik belah pada silinder dapat dilihat pada Gambar 1. Dengan adanya penambahan serat pada silinder beton, terjadi peningkatan nilai kuat tarik belah yang cukup signifikan pada temperatur 5 o C,4 o C dan 8 o C berturut - turut sebesar 3,19 %; 4,13 % serta 159 %. Hal ini disebabkan perilaku serat yang dapat menambah lekatan antara agregat dengan pasta semen serta retak retak yang terjadi dapat ditahan olerh serat yang tersebar merata secara random sehingga bersifat lebih daktail serta lebih tahan terhadap benturan dan lenturan. Pertambahan temperatur pada silinder beton akan terjadi penurunan nilai kuat tarik belah beton dari rerata tiga benda uji pada temperatur 4 o C dan 8 o C untuk beton serat dan non serat berturut - turut sebesar 61,31 %; 58,79 %; 89,73 digitized by USU digital library 7

% dan 94,76 % dibandingkan dengan beton pada temperatur ruang, baik beton serat maupun beton non serat. Kuat Tarik Belah Rerata (MPa) 7 6 5 4 3 1 5.93 4.49.9 1.85.61.4 5 4 8 Temperatur ( o C) BETON NORMAL BETON FIBER Gambar 9. Degradasi Kuat Tarik Belah Silinder Beton Pada saat mencapai beban maksimum, perilaku beton serat secara umum tidak terjadi patah atau terbelah, masih menyatu hanya terdapat retak perlahan di sisi lingkaran tanpa adanya terdengar suara retak kecuali pada temperatur 8 o C benda uji hancur pada sisi memanjang tanpa terbelah. Hal ini terjadi karena pada permukaan benda uji telah terjadi retak rambut sebelum dilakukan pengujian. Untuk beton normal, kerusakan terbesar terjadi pada benda uji yang dibakar dengan temperatur 8 o C yaitu patah dengan suara keras dan tiba tiba yang disebabkan beton sudah tidak bersifat daktail, sedangkan untuk temperatur 4 o C terjadi retak di sisi atas silinder tanpa terbelah baik beton normal maupun serat. b. Kuat Lentur (flexural strength) Balok Ukuran 15 cm x 15 cm x 6 cm Kuat lentur didapat dari hasil pengujian lentur (flexural test), berdasarkan ASTM C 78-94 dengan tiga titik pembebanan menggunakan benda uji berupa balok berukuran 15cm x 15cm x 6 cm. Beban runtuh pada saat benda uji runtuh disebut juga modulus of rupture (MoR) dengan menggunakan persamaan Pl MoR = bd Modulus of rupture (MoR). Secara empiris hubungan antara kuat tekan dan MOR dinyatakan dengan rumus MoR = 1 f ' c digitized by USU digital library 8

Perhitungan MoR Rerata (MPa) 18 16 14 1 1 8 6 4 156.34 145.3 98.6 79.34 84.53 66. 61.1 6.7.55 5 4 8 Temperatur ( o C) 56.1 39.4 1.57 BN-EKSP BN-TEORI BF-EKSP BF-TEORI Gambar 1. Perhitungan MoR Eksperimen dan Teoritis Dari hasil pengujian kuat lentur yang disajikan pada Gambar 1. terlihat bahwa terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara nilai MoR ekperimen dengan nilai MoR teoritis berturut turut sebesar 36,94 % ; 45,9 %; 38,9 %; 6,61 %; 77,6 % dan 93,54 % untuk beton serat temperatur kamar; beton normal temperatur kamar; beton serat temperatur 4 o C; beton normal temperatur 4 o C; beton serat temperatur 8 o C serta beton normal temperatur 8 o C. Dengan nilai terendah terdapat pada benda uji tanpa serat yang di bakar pada temperatur 8 o C. Terjadi degradasi MoR pada temperatur 4 o C dan 8 o C untuk kedua jenis beton berturut turut sebesar 8, % dan 98,4 % untuk beton normal, serta 6,9 % dan 91,96 % untuk beton serat, yang disebabkan terjadi degradasi berat volume dan kuat tekan beton pasca bakar. Untuk perhitungan MoR antar temperatur, terlihat bahwa pada temperatur 5 o C, MoR hasil eksperimen lebih besar dari MoR teoritis sedangkan pada temperatur 4 o C dan 8 o C, MoR hasil eksperimen lebih kecil dari MoR teoritis dan 8 o C,yang disebabkan pada beton pasca bakar telah terjadi degradasi modulus elastisitas dan kuat tekan beton (Nurrahmah,). Teori MoR adalah untuk beton tanpa dibakar, sehingga untuk beton pasca bakar teori tersebut tidak dapat diadopsi 1 %, tetapi harus diadakan penelitian lebih lanjut untuk beton pasca bakar. Secara umum, dari pengamatan dapat terlihat bahwa benda uji dengan penambahan serat dapat mempengaruhi mekanisme keruntuhan, yaitu waktu pembebanan yang relatif lebih lama dengan rata rata lama pembebanan untuk beton serat 1,81 menit dan beton non serat,913 menit (kecepatan pembebanan,54 mm/ menit) serta benda uji tidak terbagi menjadi dua. c. Kuat tekan beton (fc ) Dalam penelitian ini benda uji yang digunakan berbentuk kubus yang merupakan bagian dari balok tanpa tulangan (plain concrete) yang telah patah, berdasarkan ASTM C 116 9 tentang Standard Test Method For Compressive Strength of Concrete Using Portions of Beams Broken in Flexure. Rerata dari tiga buah hasil pengujian kuat tekan benda uji tersebut pada berbagai temperatur dapat dilihat pada Gambar 11. digitized by USU digital library 9

Rerata fc' Konversi (MPa) 8 7 6 5 4 3 1 67.51 43.71 49.6 3.43 1.86 1.79 5 4 8 Temperatur ( o C) BN BF Gambar 11. Rerata fc konversi (MPa) Dari hasil pengujian dapat terlihat, temperatur sangat mempengaruhi kuat tekan beton, sehingga mengalami penurunan yang cukup berarti yaitu pada temperatur 4 o C dan 8 o C berturut turut sebanyak 3,379 % dan 75,316 % untuk beton normal, serta 6,5 % dan 67,63 % untuk beton serat dibandingkan pada suhu ruang (5 o C) baik beton normal maupun beton serat. Dari pengamatan visual terlihat untuk beton serat, pada saat terjadinya beban maksimum, runtuh yang terjadi hanya pada sisi samping kubus, tidak demikian halnya dengan beton normal, runtuh terjadi pada semua sisi kubus. V.4. Analisa Penampang Balok Beton Serat Karena sifat serat baja (steel fiber) yang getas (brittle) dalam mendukung tegangan tekan pada komposit balok beton bertulang serta meningkatkan kuat tarik yang bekerja pada baja tulangan, dapat mempengaruhi distribusi tegangan pada saat runtuh dan kuat batas (ultimate strength) pada balok beton bertulang sehingga terjadi beberapa perbedaan anggapan dan usulan dalam menganalisa kuat batas penampang beton seperti yang telah dijelaskan dalam landasan teori. Pada Tabel 4., terlihat bahwa usulan usulan dari Swamy & Al-Taan dan Jindall untuk analisa tampang balok beton serat berada sangat jauh dari hasil percobaan model skala penuh, dibandingkan dengan usulan Suhendro yang memberikan hasil cukup dekat dengan hasil percobaan. ( terdapat perbedaan 1 % ), sehingga usulan usulan dari Swamy & Al-Taan dan Jindall tidak dapat diadopsi dengan tepat. digitized by USU digital library 1

Tabel 4. Hasil Analisis Kuat Batas Balok Beton Dengan Dan Tanpa Serat Beton Serat Beton Normal Metode 5 4 8 5 4 8 Swamy & Al - Taan ( 1981 ) 15,87 1,63 7,13 - - - 3,96,65 1,78 Jindall ( 1983 ) 14,59 1,44 8,17 - - - 3,64,61,4 Suhendro ( 1991 ) 9,95 9,58 7,3 - - -,48,39 1,75 SK SNI T - 15-1991 - 3 - - - 7,65 7,55 6,79 Hasil percobaan model skala penuh 7,8 *) 1,95 **) 6,8 1,7 6,4 1,6 1,94 1,9 1,7 7,4 6,6 1,85 1,65 6, 1,55 *) Nilai P ( ton ) **) Nilai M ( ton.meter ) V.5. Kapasitas Model Balok Skala Penuh Retak awal (first crack) terjadi pada bagian tengah balok dengan beban yang dicapai berturut turut sebesar 3, ton ; 3,6 ton ; 1,4 ton ;, ton ; 1, ton dan 1,8 ton atau terjadi peningkatan retak awal berturut turut sebesar 1,5 %; 57,14 %; 5 % untuk temperatur 5 o C ; 4 o C dan 8 o C antara beton normal di bandingkan beton serat. seperti terlihat pada Gambar 1. Pada Gambar 13. terlihat bahwa terjadi peningkatan beban maksimum yang dapat ditahan balok beton bertulang berturut turut sebesar 5,41 % ; 3,3 %; 3, % antara beton serat dibandingkan dengan beton normal pada temperatur 5 o C ; 4 o C dan 8 o C atau terjadi degradasi beban maksimum berturut turut sebesar 1,1 % ; 19,35 % ; 14,71 % dan 1,88 % untuk beton normal dan beton serat terhadap balok pengontrol (temperatur 5 o C), yang disebabkan terjadi perubahan kimia dalam beton akibat temperatur tinggi sehingga beton menjadi sangat lemah dan rapuh (brittle). Beban Maksimum (ton) 4 3.5 3.5 1.5 1.5 3.6 3.6 3.6 3. 3. 3..4. 1.6 1.4 1. 1. 1.8 1.8 1.8 1. 1. 5 4 8 Temperatur ( o C) BN-1 BN- BN-rerata BF-1 BF- BF-rerata Gambar 1. Hubungan Temperatur Beban Pada First Crack digitized by USU digital library 11

9 Beban Maksimum (ton) 8 7 6 5 4 3 1 7.447 7.87 7.38 7.589 6.95 7.196 7.7 6.74 6.76 6.4 6.146 7.4 6.44 6.518 6.4 6.46 5.813 5.18 5 4 8 Temperatur ( o C) BN-1 BN- BN-rerata BF-1 BF- BF-rerata Gambar 13. Hubungan Temperatur Beban Maksimum V.6. Daktilitas Balok Dari kurva hubungan beban lendutan hasil percobaan dapat dihitung nilai daktilitas untuk balok BN-5 ; BF- 5 ; BN- 4 ; BF 4 ; BN 8 ; dan BF 8 berturut turut sebesar 1,89 ;,7 ; 1,71 ; 1,77 ; 1,59 ; 1,64. seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Atau adanya peningkatan daktilitas beton serat pada temperatur 5 o C, 4 o C dan 8 o C berturut turut sebesar 43,9 %; 3,51 %; dan 3,14 %, yang dipengaruhi oleh sifat serat baja yang berfungsi mengurangi atau menghambat retakan melebar setelah first crack; meningkatkan beban retak pertama (first crack) balok beton bertulang; serta meningkatkan daktilitas dengan peningkatan penyerapan energi (energy dissipation) terhadap pembebanan. Daktilitas Balok Beton Bertulang 3.5 1.5 1.5.7 1.89 1.71 1.77 1.64 1.59 5 4 8 Temperatur (oc) BETON NORMAL BETON FIBER Gambar 14. Daktilitas Balok Beton Bertulang Perbandingan antar temperatur, terjadi penurunan daktilitas balok beton normal dan balok beton serat pada temperatur 4 o C dan 8 o C sebesar berturut turut 1,5 % ;18,87 % ; 53,67 % dan 65,85 %. Adanya fenomena penurunan daktilitas balok beton serat yang mendekati sebesar,95 untuk temperatur 4 o C dan 1,8 untuk temperatur 8 o C, yang disebabkan perilaku serat yang masih bekerja sebagai tulangan tambahan pada beton. digitized by USU digital library 1

V.7. Kekakuan Balok 1. Kekakuan kt/kn ( kn/mm ) 1.8.6.4. 1..63.53.48.37 BF BN 4 6 8 Temperatur ( C ) Gambar 15. Kurva Hubungan Beban Regangan Dari Gambar 15. terlihat,kekakuan yang terjadi semakin berkurang sejalan dengan bertambah temperatur. Untuk temperatur 5 o C tidak ada perbedaan kekakuan yang cukup signifikan antara beton serat maupun beton normal, dengan penurunan terbesar terjadi pada temperatur 8 o C pada beton serat maupun beton normal sebesar satu setengah kali dibandingkan balok pengontrol V.8. Pola dan Propagasi Retak Karena balok direncanakan dengan tulangan longitudinal d1 dan tulangan geser d6-1, serta panjang bentang geser (a/d) berkisar antara,5-,5 ( Chu Kia Wang dan Charles Salmon,1985), maka kegagalan atau pola retak yang terjadi adalah gagal lentur, yaitu gagal lentur yang diikuti dengan geser Retak pada benda uji balok terjadi pada daerah lentur dengan pola mengikuti atau meneruskan retak rambut yang telah ada akibat panas api. Hal ini disebabkan karena terjadinya degradasi kuat tekan beton, modulus elastis sehingga beton menjadi porous (Ngudiyono,1). Dengan penambahan serat dapat meningkatkan retak awal pada balok, kecuali pada balok yang dibakar pada temperatur 8 o C, kenaikan retak awal tidak terlalu berarti. Propagasi atau penyebaran retak pada beton serat lebih sedikit dibandingkan pada beton normal dengan dan tanpa dibakar, hal ini disebabkan adanya tahanan dan perilaku retak dari beton serat (Leung,1996) yang dipengaruhi oleh Crack-tip fracture toughness, keliatan beton betambah dengan adannya efek perangkap retak (crack trapping) yaitu retak yang terpaksa menyebar dengan permukaan melengkung diantara serat yang berdekatan. Fiber briding stress, perilaku serat yang menyerupai jembatan yang menghubungkan tepian sungai, retak yang terjadi pada daerah tarik beton, dengan adanya serat dapat menimbulkan tegangan tarik dan menghambat penyebaran retak. digitized by USU digital library 13

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan Dari hasil pengujian dan pembahasan terhadap benda uji dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penambahan serat pada campuran beton segar dapat menambah nilai slam beton dan dapat meningkatkan nilai kuat tarik belah berturut-turut pada temperatur 5 o C,4 o C dan 8 o C sebesar 4,35 % ; 19,44 % serta 61,41 %.. Dengan adanya pertambahan temperatur pada silinder beton akan terjadi penurunan nilai kuat tarik belah beton sebesar 61,31 % untuk beton serat dan 58,79 % untuk beton non serat pada temperatur 4 o C serta 89,73 % untuk beton serat dan 94,76 % untuk beton non serat pada temperatur 8 o C terhadap temperatur kamar serta penurunan kuat tekan beton pada temperatur 4 o C dan 8 o C berturut turut sebanyak 3,379 % dan 75,316 % untuk beton normal, serta 6,5 % dan 67,63 % untuk beton serat dibandingkan pada suhu ruang ( 5 o C ) baik beton normal maupun beton serat. 3. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara nilai MoR ekperimen dengan nilai MoR teoritis berturut turut sebesar 36,94 % ; 45,9 %; 38,9 %; 6,61 %; 77,6 % dan 93,54 % untuk beton serat temperatur kamar; beton normal temperatur kamar; beton serat temperatur 4 o C; beton normal temperatur 4 o C; beton serat temperatur 8 o C serta beton normal temperatur 8 o C. Dengan nilai terendah terdapat pada benda uji tanpa serat yang di bakar pada temperatur 8 o C. 4. Retak awal (first crack) pada beton serat bertambah 1,5 % dibanding dengan beton normal untuk temperatur 5 o C ; 57,14 % untuk temperatur 4 o C dan 5 % untuk temperatur 8 o C. 5. Beban maksimum yang dapat ditahan dari rerata buah model balok beton bertulang sebesar 5,46 %;13,13 %; 1,79 % pada temperatur 5 o C ; 4 o C dan 8 o C atau terjadi degradasi sebesar 1,44 % ; 3,79 % ; 4,8 % dan 17,84 % 6. Pada kurva hubungan tegangan regangan dapat diketahui bahwa kekakuan balok berkurang dengan adanya pertambahan temperatur. VI.. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan sebagai berikut: 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap serat baja dengan berbagai tipe, bentuk permukaan, panjang serat dan persentase jumlah serat yang ditambahkan terhadap volume semen (fiber volume fraction,v f ) lainnya.. Agar dihasilkan campuran beton yang diinginkan, perlu adanya pengawasan yang seksama terhadap workability beton. 3. Pada saat pembakaran, perlu diperhatikan setting up benda uji di dalam tungku agar tidak terkena lidah api secara langsung. digitized by USU digital library 14

VII. DAFTAR PUSTAKA Al-Mutairi, M., N., and Al-Shaleh, S., M., 1997, Assesssment of Fire-Damaged Kuwaiti Structures, Journal of Material in Civil Engineering, February, pp. 7-14. Anonymous, 198, ACI 544.R 8, State of The Art Report on Fiber Reinforced concrete International, May, pp. 9-5. Anonymous, 199, ASTM C 116 9, Standard Test Methode for Compressive Strength of Concrete Using Portiions of Beams Broken in Flexure, Volume 4. Concrete and Aggregates, American Society for Testing and Material, Philadelphia, pp. 54-56. Anonymous, 1995, ASTM E 119 95a, Standard Test Methods for FireTests of Building Construction and Material, Volume 4.6 Concrete and Aggregates, American Society for Testing and Material, Philadelphia. Anonim, 1991, Standar SK-SNI T-15-1991-3 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Yayasan LPMB Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. Malhotra, H., L., 198, Design of Fire Resisting Structure, Surrey University Press, New York. Neville, A., M., 1975, Properties of Concrete, The English Language Book Society & Pitman Publishing, London. Rahmah, N., S.,, Analisis Material Beton Pasca Bakar, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Suhendro, B., 1991, Pengaruh Fiber Kawat Lokal Pada Sifat sifat Beton, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta. Suhendro, B., 1991, Pengaruh Pemakaian Fiber Secara Parsial Pada Balok Beton Bertulang, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta. Swamy, N., R., and Al-Ta an, A., S., 1981, Deformation and Ultimate Strength in Flexure of Reinforced Concrete Beams Made with Steel Fiber Concrete, ACI Materials Journal, September-October, pp. 395-45. digitized by USU digital library 15