BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

dokumen-dokumen yang mirip
RETNO DWI SULISTIYANI

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tanah merupakan

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PENDAHULUAN Latar Belakang

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LOKASI, PEMANFAATAN, DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

L E M B A R A N D A E R A H

BAB I PENDAHULUAN. memanifestasikan perbenturan antar kepentingan yang berbeda dan sering

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan di Kabupaten Sleman. Oleh karena itu konsep penataan ruang di Kabupaten Sleman mengacu pada model pusat-pusat pertumbuhan yang ditekankan pada jasa pelayanan bagi industri pengolahan hasil pertanian. Sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah hulu yang termasuk ke dalam kawasan lindung. Secara ekologis, kawasan lindung merupakan daerah sumber air dan resapan air yang membantu persediaan air tanah di lingkungan sekitarnya maupun wilayah yang berada di bagian hilir, yaitu kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pembangunan yang tidak terencana dan tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan itu sendiri, seperti banjir, erosi, dan kelangkaan sumber daya air tanah. Selain itu apabila resapan air tidak dijaga benar, maka dalam jangka waktu pendek kekurangan stok air tanah akan terjadi di Kabupaten Sleman, hal ini disebabkan oleh minimnya daerah resapan di Kabupaten Sleman. Lokasi-lokasi resapan air terdapat di daerah hulu, hal ini akan menimbulkan masalah daerah hulu Kabupaten Sleman mayoritas

2 sudah dibeton, sehingga air hujan yang semestinya dapat diresap oleh tanah, justru terbuang ke sungai. Perkembangan pemanfaatan tanah yang pesat di Kabupaten Sleman akan memacu pertumbuhan kegiatan pembangunan kawasan Kabupaten Sleman yang merupakan kawasan lindung pada areal kerucut dan lereng Gunung Merapi. Disamping itu banyaknya pengembang yang membangun perumahan menyebabkan terjadinya konversi lahan secara besar dari lahan pertanian ke lahan non pertanian. Hal ini akan berdampak terhadap semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat ekonomi lemah dan kelestarian lingkungan akan terancam. Jika pembangunan melebihi daya dukung lingkungan di kawasan tersebut, maka dikhawatirkan akan terjadi persoalan lingkungan khususnya masalah banjir dan kelangkaan air tanah. Kondisi kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada daerah Sleman saja, akan tetapi juga berdampak di wilayah lain seperti Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang secara ekologis merupakan suatu sistem. (http://slim.slemankab.go.id/index.php/home/news/16). Setiap daerah memiliki Rencana Tata Ruang, salah satunya adalah Kecamatan Ngalik, Sleman. Daerah ini memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2010 sampai dengan tahun 2030 untuk mengatur penggunaan lahan agar dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat sekitar. RTRW Kecamatan Ngaglik, Sleman secara umum digunakan dalam kurun waktu 20 tahun, saat ini sedang berjalan 3 tahun. Meskipun Rencana Tata Ruang Wilayah baru berjalan 3 tahun, Kecamatan Ngaglik, Sleman memerlukan

3 adanya evaluasi penggunaan lahan yang mengalami ketidaksesuaian dengan Rencana Tata Ruang yang sudah ditetapkan.dalam rangka melaksanakan pembangunan wilayah Kabupaten Sleman secara terpadu, lestari, optimal, seimbang dan serasi sesuai dengan karakteristik, fungsi, dan predikatnya, diperlukan dasar untuk pedoman perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang di wilayah Kabupaten Sleman. Sehubungan dengan hal tersebut, disusunlah konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional dan provinsi ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi yang ada guna mewujudkan visi dan misi Kabupaten Sleman. Sebagai upaya untuk melakukan pengendalian pertanahan terkait dengan permasalahan konversi lahan secara besar dari lahan pertanian ke lahan non pertanian Pemerintah Kabupaten Sleman menerapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT). Peraturan Daerah tersebut diterbitkan menimbang semakin terbukanya peran pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan sehingga perlu adanya pengarahan dan pengendalian terhadap penggunaan tanah agar peruntukkannya sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang berlaku. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tersebut mengatur seluruh perizinan yang berhubungan dengan pemanfaatan tanah di dalamnya diatur jenis-jenis perizinan, yaitu Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, Izin Perubahan Penggunaan Tanah, Izin Konsolidasi Tanah, Izin Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum serta terdapat persyaratan pengajuan

4 izin dan sanksi administratif apabila melanggar persyaratan pengajuan izin yang telah berlaku. Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah selanjutnya disertai dengan Keputusan Bupati Sleman Nomor 53/Kep.KDH/A/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 dan Keputusan Bupati Sleman Nomor 57/Kep.KDH/A/2006 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatangan izin Penggunaan Tanah. Pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 menghadapi peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun membuat kebutuhan atas tanah terus meningkat, akan tetapi disisi lain ketersediaan tanah terbatas. Kondisi ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar individu maupun antar warga apabila tidak dikelola dan diatur dengan baik. Kebutuhan dasar manusia berupa kebutuhan akan papan atau rumah pemenuhannya dapat dipenuhi individu dengan membangun sendiri di atas tanah sendiri dan ada pula yang disediakan oleh pihak pengembang melalui perumahan yang ditawarkan. Pengembangan perumahan yang dilakukan oleh pengembang ini perlu diatur sedemikian rupa agar pengembangannya sesuai dengan fungsi arahan rencana tata ruang guna menjaga keseimbangan lingkungan fisik maupun sosial. Dalam wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta pertumbuhan penduduk yang tinggi justru terjadi di luar Kota Yogyakarta, yaitu di sebagian Kabupaten Bantul dan Sleman. Salah satunya adalah di Kecamatan Ngaglik

5 yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi. Keadaan ini menyebabkan lahan pertanian yang ada di Kecamatan Ngaglik semakin lama semakin menurun tiap tahunnya. Lahan pertanian yang berupa sawah di Kecamatan Ngaglik menurun dari 1.820,84 ha pada tahun 2008 menjadi 1.764 ha pada tahun 2009. Luas lahan sawah dengan sistem irigasi juga mengalami penurunan, yaitu 1.518 ha pada tahun 2008 menjadi 1.509 ha pada tahun 2009, sedangkan sawah tadah hujan seluas 255 ha, Kecamatan Ngaglik mempunyai jumlah penduduk 83.825 orang. (Sumber : Kecamatan Ngaglik Dalam Angka 2010, BPS Kabupaten Sleman). Posisi wilayah Kecamatan Ngaglik yang strategis dan memiliki aksesibilitas yang baik menjadi pilihan utama bagi para pengembang perumahan. Meningkatnya permintaan perumahan di Kecamatan Ngaglik ikut dipengaruhi adanya peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, diikuti dengan peningkatan kebutuhan akan rumah dan adanya kampus-kampus besar seperti Universitas Gajah Mada. Letak wilayahnya yang strategis dikarenakan Kecamatan Ngaglik dilalui oleh dua jalan kolektor yang memiliki tingkat intensitas lalu lintas yang tinggi, yaitu Jalan Palagan dan Jalan Kaliurang. Perkembangan daerah terbangun di Kecamatan Ngaglik memang diarahkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman disepanjang jalan kolektor tersebut. Lokasinya cukup strategis, tidak jauh dari pusat perekonomian dan pendidikan perkotaan Yogyakarta. Kondisi ini juga didukung dengan geografis kawasan yang baik, kontur yang cocok untuk kawasan perumahan dan pemandangan yang menarik. Jaringan transportasi di

6 Kecamatan Ngaglik yang baik juga mendukung akses dan mobilitas masyarakat dari dan menuju kawasan ini. Dalam peraturan telah diatur tentang izin yang merupakan kegiatan yang akan mengakibatkan perubahan peruntukkan tanah pada bangunan atau usaha yang akan dilakukan. Dalam peraturan daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 telah di dituangkan syarat ketentuan Perubahan Perizinan Penggunaan Tanah adalah izin peruntukkan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang atau pribadi yang akan mengubah peruntukkan tanah pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/ perseorangan, dengan seluas luas 5000 m 2 (lima meter persegi). peruntukkan penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan Rencana, Tata Ruang yang bersifat strategis dan berdampak pada kepentingan umum salah satunya izin peruntukkan penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, bersifat strategis dan berdampak penting bagi kepentingan umum dapat diberikan setelah ada persetujuan dari memberikan izin peruntukkan tanah penggunaan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wajib berasaskan keterbukaan, persamaan, keadilan,dan dilindungi hukum dengan mengutamakan kepentingan masyarakat golongan ekonomi lemah. Di sisi lain Kecamatan Ngaglik banyak terjadi pertumbuhan dan perkembangan di segala bidang, kompleksitas pembangunan yang terjadi di Kecamatan Ngaglik tersebut diantaranya pertumbuhan dan perkembangan sarana dan prasarana daerah, terutama semenjak dihembuskan otonomi daerah, kebutuhan akan sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah

7 perumahan,perkantoran dan lain lain.banyaknya lokasi perumahan yang berada di kawasan resapan air dan lahan pertanian, perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah Kabupaten Sleman (Alhalik 2006: 194). Perlu dilakukan pengendalian yang lebih ketat untuk pertumbuhan perumahan di kawasan lindung tersebut mengingat dampak negatif pada jangka panjang akibat tingginya tingkat konversi lahan. Oleh karena itu dirasa perlu untuk adanya implementasi kebijakan publik untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah terhadap pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diindefikasikan berbagai permasalahan 1. Perkembangan pemanfaatan lahan yang pesat di Kabupaten Sleman memacu pertumbuhan kegiatan pembangunan kawasan Kabupaten Sleman yang merupakan kawasan lindung pada areal kerucut dan lereng Gunung Merapi. 2. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan atas tanah terus meningkat tetapi ketersediaan tanah terbatas di Kabupaten Sleman. 3. Banyaknya jumlah pengembang yang membangun perumahan menyebabkan terjadinya konversi lahan secara besar dari lahan pertanian ke lahan non pertanian.

8 4. Banyak lokasi perumahan di Kecamatan Ngaglik yang berada di kawasan resapan air, perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah Kabupaten Sleman. 5. Terjadinya konversi lahan secara besar oleh para pengembang dari lahan pertanian ke lahan non pertanian yang digunakan sebagai perumahan di Kecamatan Ngaglik. 6. Pembangunan melebihi daya dukung lingkungan di kawasan tersebut, maka dikhawatirkan akan terjadi persoalan lingkungan khususnya masalah banjir dan kelangkaan air tanah. 7. Banyaknya pihak pihak yang dalam pemanfaatan tanah tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001 di Kecamatan Ngaglik. C. Pembatasan Masalah Dari beberapa permasalahan berdasarkan yang telah diidentifikasikan diatas, peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini agar dalam pembahasan dan isi yang ada dalam penelitian ini tidak menyimpang dari judul. Pembatasan masalah yang difokuskan pada implementasi terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah terhadap pemanfaatan tanah di Wilayah Kecamatan Ngaglik D. Rumusan Masalah Berdasarkan Pembatasan masalah yang telah dikemukan di atas, dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut :

9 1. Bagaimana implementasi pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah terhadap pemanfaatan tanah? 2. Apa saja hambatan dalam implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah terkait izin pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik? 3. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan dalampenerapan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah terhadap pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan implementasi pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah. 2. Untuk mengetahui hambatan implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah terhadap pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik?

10 3. Untuk mengetahui solusi dalam hambatan implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah terhadap pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi untuk memperkaya khasanah kepustakaan dan wawasan ilmu pengetahuan di bidan pendidikan terutama berkaitan dengan kebijakan publik. Penelitian ini diharapakan juga dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan bermanfaatan bagi pembaca. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Sebagai sarana menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah sebagai acuan analisis keadaan obyek penelitian serta memperdalam kajian tentang implementasi kebijakkan public dalam Ilmu Politik dan perizinan pertanahan dalam Hukum Agraria. b. Bagi pihak Pemerintah Daerah Sleman

11 Sebagai memberikan rekomendasi pada pembuatan kebijakan yang akan datang karena melalui evaluasi implementasi kebijakan publik diperoleh umpan balik bagi manajemen dalam rangka perbaikan / penyempurnaan kebijakan publik. G. Batasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dan mencegah kesimpangsiuran terhadap masalah yang hendak di teliti, maka peneliti akan memberikan gambaran tentang maksud dari judul penelitian. Untuk itu, perlu diberikan definisi istilah dalam hal hal berikut : 1. Implementasi Implementasi mencakup tindakan-tindakan ( tanpa tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan. Ripley dan Franklin sebagaimana dikutip Budi Winarno ( 2007: 145) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis luaran yang nyata (tangible output). Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. 2. Kebijakan Menurut James E Anderson sebagaimana disunting Budi Winarno (2008 : 20-21) memberikan definisi tentang kebijakan publik sebagai

12 kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan tersebut adalah: 1) kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah; 3) kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan; 4) kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5) kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa. Kebijakan dapat disimpulkan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. 3. Pemanfaatan Tanah Menurut penjelasan visi dari Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah disebutkan pemanfaatan tanah merupakan kegiatan mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No 19 Tahun 2001

13 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 mengatur seluruh perizinan yang berhubungan dengan pemanfaatan tanah di dalamnya diatur jenis jenis perizinan yaitu Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, Izin Perubahan Penggunaan Tanah, Izin Konsolidasi Tanah, Izin Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Serta terdapat persyaratan pengajuan izin, dan terdapat sanksi adminitratif apabila melanggar persyaratan pengajuan izin yang telah berlaku. Dari definisi di atas, dapat dirumuskan pengertian dari judul penelitian yaitu Implentaasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah Terhadap Pemanfaatan Tanah Di Wilayah Kecamatan Ngaglik adalah suatu kegiatan mengukur, menilai, serta mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi pemanfaatan tanah berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 yang di Kabupaten Sleman khususnya di Kecamatan Ngaglik.