BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai citra tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penampilan merupakan faktor penting bagi setiap orang terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pria yang baru saja memasuki masa dewasa awal (21-40 tahun) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. positif. Artinya penerimaan diri apa adanya (Brewer, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuh dan berat badan yang ideal. Hal tersebut dikarenakan selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CITRA TUBUH PADA REMAJA PRIA DI SMA NEGERI 11 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

PERSEPSI TERHADAP BODY IMAGE ANTARA SISWI YANG MENGGUNAKAN JILBAB DENGAN SISWI YANG TIDAK MENGGUNAKAN JILBAB

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami banyak perubahan, baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Sternberg (dalam Florsheim, 2003), mengatakan bahwa love dan romantic

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup bermasyarakat ada harapan-harapan dan norma-norma yang

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONSUMTIF DENGAN SKRIPSI TIURMA YUSTISI SARI

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perilaku Diet pada Wanita Dewasa Awal. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira

BAB II LANDASAN TEORI

Konsep Body Image Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II.A. Body Image II.A.1. Definisi Body Image Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai pengertian yaitu persepsi dan sikap seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Hal yang sama juga dinyatakan Papalia, Olds, dan Feldman (2001) yaitu body image sebagai suatu gambaran dan evaluasi mengenai penampilan dirinya sendiri. Schilder juga mendefinisikan body image sebagai gambaran tentang tubuh individu yang terbentuk dalam pikirannya, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri (Glesson & Frith, 2006). Definisi yang lebih spesifik mengenai body image dikemukakan oleh Rudd dan Lennon (2000) yang menyatakan bahwa body image adalah gambaran mental yang seseorang miliki tentang tubuhnya yang meliputi dua komponen. Kedua komponen body image yang dimaksud adalah komponen perseptual (ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performansi tubuh) dan komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). Berbeda dengan Rudd dan Lennon, Masheb (1997) membagi body image ke dalam tiga komponen yaitu komponen perseptual (bagaimana seseorang 11

mempersepsikan ukuran tubuh baik keseluruhan atau bagian tubuh tertentu), komponen kognitif / afektif (bagaimana pikiran atau perasaan seseorang terhadap tubuhnya) dan komponen perilaku (aktivitas yang dilakukan atau dihindari tergantung apa yang dirasakan terhadap tubuhnya). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa body image adalah gambaran persepsi, perasaan dan sikap seseorang mengenai tubuhnya secara keseluruhan dan bagian tubuh tertentu (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) termasuk bentuk, ukuran dan berat badan. II.A.2.Aspek-aspek Body Image Davison & McCabe (2005) mengemukakan tujuh aspek dari body image yaitu : 1. Physical attractiveness adalah penilaian seseorang mengenai tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) apakah menarik atau tidak menarik. 2. Body image satisfaction adalah perasaan puas atau tidaknya seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat badan. 3. Body image importance adalah penilaian seseorang mengenai penting atau tidaknya body image dibandingkan hal lain dalam hidup seseorang. 4. Body concealment adalah usaha seseorang untuk menutupi bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) yang kurang menarik dari 12

pandangan orang lain dan menghindari diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurang menarik. 5. Body improvement adalah usaha seseorang untuk meningkatkan atau memperbaiki bentuk, ukuran dan berat badannya yang sekarang. 6. Social physique anxiety adalah perasaan cemas seseorang akan pandangan orang lain tentang tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) yang kurang menarik jika berada di tempat umum. 7. Appearance comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang akan berat badan, ukuran badan dan bentuk badannya dengan berat badan, ukuran badan dan bentuk badan orang lain. II.A.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Body Image Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan body image adalah : 1. Jenis Kelamin Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan body image seseorang. Dacey & Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis kelamin mempengaruhi body image. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang body image daripada pria (Cash & Brown, 1989; Davison & McCabe, 2005; Demarest & Allen, 2000; Furnham & Greaves,1994; Janelli,1993; Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley & Quinlan, 2005). 13

Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri didepan teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar di media massa yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering memuat artikel yang mempromosikan penurunan berat badan (Anderson & Didomenico, 1992). 2. Usia Pada usia remaja seseorang, body image semakin penting. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan untuk mengontrol berat badan. Umumnya hal ini terjadi pada remaja putri daripada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan yang normal pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan body image negatif ini dapat menyebabkan gangguan makan (eating disorders). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot menjadi semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003). Pada usia dewasa adalah usia yang riskan untuk mengalami ketidakpuasan tubuh dan perilaku untuk mengontrol berat badan sering terjadi (Mills & Alfonso, 2000). Rozin & Fallon (1988) juga menyatakan bahwa generasi yang lebih tua cenderung utnuk tidak puas terhadap body image daripada generasi yang lebih muda (dalam Hubley & Quinlan, 2005). 3. Media Massa 14

Media massa berperan di masyarakat (dalam Cash & Pruzinsky, 2002). Orang dewasa biasa membaca koran harian dan majalah. Wanita cenderung membaca majalah fashion. Setiap rumah memiliki seperangkat televisi yang menyala rata-rata 7 jam setiap hari dan masing-masing individu rata-rata menonton 3 sampai 4 jam sehari. Sepanjang tahun, anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi daripada tidur. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan standar kecantikan wanita adalah tubuh yang kurus dan hal ini berarti dengan level kekurusannya kebanyakan wanita percaya bahwa mereka orang-orang yang sehat. Majalah wanita terutama majalah fashion, film dan televisi (termasuk tayangan khusus anak-anak) menyajikan gambar model-model yang kurus sebagai figur yang ideal sehingga menyebabkan banyak wanita merasa tidak puas dengan dirinya (body dissatisfaction) dan gangguan makan (eating disorder). Media massa mempengaruhi body image manusia melalui tiga proses yaitu persepsi, kognitif dan tingkah laku yang dikaitkan dengan social comparison dimana wanita cenderung membandingkan diri dengan model-model kurus yang dikategorikan menarik. Akibat social comparison, terjadi distorsi persepsi pada wanita dimana mereka merasa tubuh mereka gemuk padahal sebenarnya mereka tidak gemuk. Pada kognitif mereka telah tergambar bagaimana wanita yang dianggap menarik sehingga menjadikannya landasan untuk melakukan evaluasi diri terhadap penampilan. Dari segi tingkah laku dimana wanita ingin memiliki tubuh yang kurus 15

seperti para model di media, mereka rela melakukan diet atau cara lain yang dapat mengurangi berat tubuh. 4. Keluarga Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi body image anak-anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Stark menyatakan bahwa body image melibatkan pertimbangan figur orang tua terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orang tua menyambut bayi tersebut dengan persamaan antara bayi ideal yang mereka harapkan dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orang tua juga sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh (dalam Cash & Pruzinsky, 2002). 5. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal adalah seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk bagaimana perasaannya terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat seseorang cemas terhadap penampilan dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya (dalam Cash & Pruzinsky, 2002). 16

II.B. Model II.B.1. Definisi Model Menurut Daryanto (2000) model adalah orang yang memperagakan pakaian dengan gerak-gerik yang menawan. Definisi yang lebih luas mengenai menurut Sanggarwaty (2003) yaitu model merupakan suatu profesi yang sama dengan profesi lainnya tetapi bergerak dalam usaha menjual jasa bidang busana, foto model dan periklanan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Asokawati bahwa model adalah orang yang berprofesi dalam dunia fashion, pertunjukkan, foto model dan dunia periklanan (dalam Sanggarwaty, 2003). Jadi model yang dimaksud bukan hanya model yang memperagakan busana diatas panggung, tetapi termasuk model yang tampil di media cetak ataupun media televisi. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi model yang lebih mudah diterima adalah orang yang dalam pekerjaannya di dunia fashion baik peragaan busana di panggung, pemotretan di media cetak maupun periklanan di media televisi. II.B. Penggolongan Model Menurut Krem (1995) pengalaman modeling menentukan kelas seorang model. Walaupun begitu, kelas ini belum tentu menggambarkan kualitas secara keseluruhan. Selanjutnay Krem menggolongkan model berdasarkan lamanya seorang model menggeluti dunia model yaitu sebagai berikut : 17

1. Model Amatir. Pengalaman dibawah dua tahun. Jadi, meskipun sudah lebih dari satu tahun, model masih membutuhkan jam terbang lebih lama karena belum dapat dikatakan baik dalam mengenal dunianya. 2. Model Intermediet. Pengalaman sudah lebih dari dua tahun. Model sudah mengenal baik dunia modeling dan biasanya sudah mempunyai koneksi yang bagus dengan perancang busana dan matang dalam bergaya. 3. Model Senior. Pengalaman di dunia modeling sudah lebih dari 5 tahun. Biasanya perancang busana sudah tidak meragukan kemampuan model lagi. II.C. Keuntungan Dan Kerugian Menjadi Seorang Model Menurut Krem (1995) menjadi seorang model mempunyai banyak keuntungan yaitu : 1. Model dianggap sebagai tokoh ideal dalam hal kemenarikan dan kecantikan fisik. Tubuh seorang model pada umumnya, dan khususnya peragawati dijadikan standar ideal yang dijadikan panutan oleh masyarakat. 2. Mendapat popularitas yang besar. Dengan menjadi model, seseorang menjadi lebih dikenal karena lebih sering tampil di berbagai media massa baik koran, majalah maupun televisi. 3. Mempunyai lingkungan pergaulan yang lebih luas dan lebih banyak mempunyai kenalan. 4. Mendapatkan penghasilan. 18

Dengan berprofesi debagai model seseorang mendapatkan uang sebagai imbalan jasa. 5. Menjadi lebih percaya diri. Dengan seringnya tampil di depan orang banyak, para model menjadi lebih percaya diri dan tidak canggung lagi dalam pergaulan. 6. Merasa lebih puas dan bangga terhadap diri sendiri. 7. Mempunyai banyak pengalaman. Walaupun demikian menjadi seorang model juga mempunyai kerugian yaitu : 1. Harus dapat menjaga citra (image) sebagai seorang model. Seorang model yang dijadikan standar ideal harus selalu memperhatikan penampilannya dan yang terutama harus selalu menjaga bentuk tubuh dan berat badan. 2. Mengeluarkan banyak biaya. Pada umumnya, untuk menjaga citra diri, seorang model memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk perawatan tuuh, pembelian kosmetika dan busana. 3. Kehidupan pribadi menjadi terbatas. Popularitas yang besar dan selalu menjadi pusat perhatian dapat membuat kehidupan pribadi menjadi terganggu. 4. Masa produktif model yang singkat. 19

Jika dibandingkan dengan profesi lain, karir seorang model hanya sekitar 6 tahun yaitu dari 18-25 tahun. Maka dari itu, untuk memulai karir sebagai model harus dari usia yang relatif mudah dan perlu untuk memanfaatkan waktu produktif dengan sebaik-baiknya. 5. Persaingan model yang ketat. Seorang model harus dapat menjaga citra dan kualitas diri agar tidak kalah bersaing. 6. Mendapat citra dan gosip buruk. Popularitas yang diperoleh tidak selalu berdampak positif karena sering kali berkembang menjadi gosip buruk. II.D. Body Image Model Seorang model dalam pekerjaannya dituntut untuk memiliki penampilan fisik yang menarik. Hal ini dikarenakan para model yang dipromosikan lewat dunia hiburan dan industri fashion dalam pekerjaannya berinteraksi dengan masyarakat sehingga penampilan mereka tidak terlepas dari tuntutan masyarakat (Sanggarwaty, 2003). Dacey & Kenny (2001) menyatakan bahwa remaja yang aktif dalam kegiatan seperti modeling diharuskan mempunyai bentuk tubuh yang sangat kurus. Model pria dan model wanita mempunyai body image yang berbeda (Sanggarwaty, 2003). Para model wanita biasanya memiliki tubuh yang kurus, relatif rata dan tidak berbentuk. Sedangkan model pria biasanya memiliki tubuh ideal yang 20

tangguh dan macho dengan perut yang rata dan berotot, serta berdada bidang dan memiliki otot biseps yang menonjol (McCabe & Ricciardelli, 2003). Tingkat kekurusan tubuh model mengalami perubahan dari masa ke masa (Roberts, 2006). Di Amerika Serikat, dulu rata-rata para model menggunakan busana ukuran 4 dan sekarang mereka menggunakan ukuran 0-2. Jika dibandingkan dengan wanita pada umumnya hanya menggunakan ukuran 12 dan 16. kategori ukuran yang masih sehat adalah 6 sampai 8. Usaha sang model untuk mengubah ataupun mempertahankan bentuk tubuhnya menjadi kurus sesuai yang dituntut bervariasi mulai dari olahraga, diet ketat bahkan sampai mengalami gangguan makan (eating disorders). Para model demi mendapatkan penampilan yang menarik rela mengabaikan kesehatan tubuh mereka. Sudah terjadi beberapa kasus model yang meninggal dunia karena gangguan makan dan diet sangat ketat yang dilakukan (Roberts, 2006). Dua kasus yang paling diangkat ke permukaan adalah model Brazil dan Uruguay. Ana Carolina Reston, seorang model di Brazil meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan setelah menjalani perawatan di rumah sakit akibat gagal ginjal. Di Uruguay, Luisel Ramos, seorang model yang jatuh pingsan pada saat peragaan busana berlangsung dan nyawanya juga tidak tertolong setelah diet ketat selama berminggu-minggu (Roberts, 2006). Selain itu, penelitian psikologi yang dilakukan terhadap model di City University, London menyatakan bahwa para model memiliki harga diri yang lebih rendah dan kurang bahagia dibandingkan dengan profesi lain. Harga diri mempunyai 21

hubungan yang signifikan terhadap body image (Chase, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa model yang memiliki harga diri rendah juga memiliki body image yang rendah. 22