BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil.

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. menopause didahului dengan fase premenopause (AtikahProverawati, 2010).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

ANALISIS FAKTOR KEHADIRAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU DI DESA PAGERSARI KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masalah kependudukan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. janin selamat dalam kehamilan dan persalinan (Mufdlilah, 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan sosial lanjut usia (lansia) adalah proses pemberian

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya angka harapan hidup. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun (Depkes RI, 2013 dalam Purnawati, 2014). Bertambahnya proporsi usia dan umur harapan hidup pada lansia maka akan disertai masalah kesehatan seperti mengalami perubahan baik fisik, mental, maupun emosional. Adanya perubahan-perubahan tersebut diharapkan lansia mau memelihara derajat kesehatannya. Salah satu upayanya dengan ikut serta dan aktif dalam kegiatan yang ada di posyandu lansia (Febriyanti, 2009). Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberikan kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda, posyandu lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang berkunjung mengikuti kegiatan posyandu semakin berkurang (Purnawati, 2014). Kegiatan posyandu lansia sangat tergantung dari peranan anggota keluarga. Peran-peran tersebut salah satunya adalah sebagai pendorong (memberi dukungan) antar sesama anggota keluarga. Keluarga melakukan suatu peran yang bersifat mendukung selama masa penyembuhan dan 1

2 pemulihan. Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat berkurang (Friedman, 1998). Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil sensus penduduk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di Dunia yakni mencapai mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Anonim, 2013). Pada tahun 2014 jumlah lansia di Jawa Timur telah mencapai 4,23 juta orang atau sekitar 10,96% dari penduduk Jawa Timur. Jumlah penduduk lansia perempuan terhitung lebih banyak dibanding penduduk lansia laki-laki, yaitu 2,32 juta penduduk lansia perempuan berbanding 1,91 juta penduduk laki-laki. Kabupaten/Kota yang mempunyai penduduk lansia dengan proporsi paling tinggi adalah Kabupaten Magetan (16,90%), kemudian Kabupaten Pacitan (16,85%), dan Kabupaten Ponorogo menduduki peringkat ke tiga jumlah lansianya yaitu 15,92% (BPS, 2014). Saat ini data yang masuk di Kementrian Kesehatan, baru terdapat kurang lebih 69.500 Posyandu lanjut usia yang tersebar dibeberapa Kabupaten/Kota di Indonesia (Anonim, 2013). Dari data yang diperoleh penelitian sebelumnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo terdapat 142 posyandu lansia yang tersebar di wilayah Ponorogo pada tahun 2014. Dari data yang diperoleh peneliti dari Dinas Kesehatan Ponorogo tahun 2015 jumlah lansia mencapai 144.678 jiwa dan terdapat 374 posyandu lansia yang tersebar di wilayah Ponorogo. Dari wilayah kerja Puskesmas

3 Sukorejo terdapat lansia sejumlah 8.667 jiwa. Dan terdapat 64 posyandu lansia yang tersebar di 18 Desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sukorejo. Di Desa Karanglo Lor jumlah lanjut usia sejumlah 428 jiwa. Data kunjungan lansia di posyandu lansia Desa Karanglo Lor pada tahun 2015 rata-rata kunjungan hanya 2,33% dari jumlah lansia keseluruhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia diantaranya tingkat pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu lansia masih kurang, jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia yang jauh dan kurangnya dukungan dari keluarga. Dari hasil penelitian Maryati (2013) diketahui sebagian besar (52,84%) jarak lansia dengan lokasi posyandu lansia dekat, sebagian besar (56,60%) pengetahuan lansia tentang posyandu lansia memiliki pengetahuan kurang dan sebagian besar (60,38%) lansia yang mengikuti posyandu lansia memiliki dukungan keluarga rendah. Dari faktor-faktor diatas yang paling berpengaruh terhadap kunjungan lansia ke posyandu lansia adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang adekuat dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia sangat diperlukan. Dorongan tersebut berupa ketersediaan anggota keluarga untuk selalu menyediakan diri mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu lansia, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu lansia dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Ningsih, 2014). Kurang aktifnya lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat

4 penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka (Wahono, 2010). Dengan adanya dukungan dari keluarga tersebut, maka akan timbul dalam dirinya motivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat. Apabila lansia tidak mengikuti posyandu lansia, beberapa kemungkinan buruk bisa terjadi seperti lansia menjadi terlantar, turunnya harga diri, dan merasa terasing sebab turunnya kemampuan fisik (Perwitosari, 2014). Bentuk dukungan yang dapat diberikan keluarga kepada lansia dalam kunjungan di posyandu lansia meliputi dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan (Friedman, 1998). Menurut Depkes RI (2004) dalam Murni (2012), menjelaskan ada beberapa dampak yang dapat dialami lansia apabila tidak datang ke posyandu yakni, berkurangnya akses kesehatan karena terjadinya penurunan upaya promotif dan preventif melalui kegiatan kelompok usia lanjut, berkurangnya kemampuan untuk mempertahankan kondisi sehat secara mandiri dan penurunan derajat kesehatan lansia serta penurunan angka harapan hidup masyarakat usia lanjut itu sendiri. Melihat permasalahan yang muncul akibat rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia maka dukungan dari pihak keluarga merupakan tindakan yang paling penting dilakukan mengingat keluarga adalah orang terdekat lansia yang biasa berinteraksi. Dukungan tersebut tentu akan memberikan stimulus bagi lansia untuk semakin giat mengikuti posyandu lansia (Perwitosari, 2014).

5 Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Dukungan Keluarga dalam Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana dukungan keluarga dalam kunjungan lansia di posyandu lansia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui dukungan keluarga dalam kunjungan lansia di posyandu lansia. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Dapat digunakan sebagai masukan untuk bahan referensi bagaimana dukungan keluarga dalam kunjungan lansia di posyandu lansia dan memberi informasi pentingnya kunjungan lansia di posyandu lansia. 2. Bagi Institusi Kesehatan Dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa serta perbendaharaan kepustakaan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang pentingnya kunjungan lansia di

6 posyandu lansia dan memberikan dukungan bagi lansia untuk aktif dalam mengikuti program posyandu lansia. 2. Bagi Posyandu Lansia Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi petugas pelayanan kesehatan dalam memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga dalam kunjungan lansia di posyandu lansia 3. Bagi Keperawatan Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk mensosialisasikan kepada kader posyandu atau petugas di posyandu lansia tentang pentingnya posyandu lansia. 1.5 Penelitian Terkait 1. Heni Maryati, dkk. 2013. Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lansia tidak Mengikuti Posyandu Lansia di Posyandu Dahlia 2 Desa Sumber Teguh Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang Tahun 2013. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar yaitu sejumlah 28 lansia (52,84%) jarak rumah lansia dengan lokasi posyandu lansia dekat, sebagian besar pengetahuan pengetahuan lansia yaitu sebanyak 30 lansia (56,60%) pengetahuannya kurang dan sedangkan dukungan keluarga lansia sebagian besar yaitu sejumlah 32 lansia (60,38%) dukungan keluarga lansia tergolong rendah. Persamaan penelitian, sama-sama mengidentifikasi kunjungan lansia di posyandu lansia, metode penelitian yang akan digunakan sama-sama menggunakan metode deskriptif. Perbedaan, variabel dalam penelitian ini adalah lansia yang satu rumah

7 dengan keluarga, tempat penelitian di wilayah ponorogo, hasil penelitian yang diharapkan dukungan keluarga dalam kunjungan lansia di posyandu lansia baik. 2. Dewi Sasma Murni. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Lansia dalam mengikuti Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Bahagia Kelurahan Tanjung Paku Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok 2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah 53 responden yang diambil secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan 27 orang (50,9%) responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, 28 orang (52,8%) responden mempunyai sikap kurang, 28 orang (52,8%) responden mempunyai dukungan keluarga kurang baik, 9 orang (54,7%) responden tidak aktif dalam mengikuti posyandu lansia di posyandu lansia. hasil analisa α 0,05, ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia. Persamaan penelitian, sama-sama mengidentifikasi kunjungan lansia di posyandu lansia. Perbedaan penelitian terletak pada metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif, variabel dalam penelitian ini adalah lansia yang satu rumah dengan keluarga, tempat penelitian di wilayah ponorogo, hasil penelitian yang diharapkan dukungan keluarga dalam kunjungan lansia di posyandu lansia baik. 3. Nina Purnawati, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia dalam Kegiatan Posyandu di Desa Plumbon Kecamatan Mojolaban Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi

8 kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa plumbon Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo yaitu umur, pekerjaan, pengetahuan, sikap, akses ke posyandu, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat. Faktor yang tidak mempengaruhi kunjungan lansia lansia ke Posyandu Lansia di Desa plumbon Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo yaitu jenis kelamin dan pelayanan kader petugas kesehatan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjunagn lansia dalam kegiatan posyandu di Desa Plumbon yaitu dukungan keluarga. Persamaan penelitian, sama-sama mengidentifikasi kunjungan lansia di posyandu lansia. Perbedaan penelitian terletak pada metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif, variabel dalam penelitian ini adalah lansia yang satu rumah dengan keluarga, tempat penelitian di wilayah ponorogo, hasil penelitian yang diharapkan dukungan keluarga dalam kunjungan lansia di posyandu lansia baik.