SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB V KESIMPULAN. kritik sastra feminis sosialis karena dalam Kumpulan Cerpen ini

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

II. LANDASAN TEORI. tentang citra perempuan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dan. kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB IV KESIMPULAN. Sebagai sistem yang memihak kepada laki-laki, patriarki telah membuat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

ANALISIS 4 TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI DITINJAU DARI PERPEKSTIF FEMINIS OLEH: RATIH AYUNINGRUM A1B102023

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB VI KESIMPULAN. Karya sastra seperti novel memiliki unsur-unsur yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ENKAPSULASI CINTA MEMBUNGKUS LOGIKA...

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

TOKOH, PENOKOHAN CERITA DONGENG PUTRI CINDERELLA DENGAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH DAN PERBANDINGANNYA (SUATU TINJAUAN STRUKTURAL DAN DIDAKTIS) OLEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

Transkripsi:

SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019 PENDAHULUAN Wanita adalah salah satu fenomena hidup di mana mereka diciptakan dengan segala kekompleksitasan yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas, khususnya dalam kacamata berfikir yang diusung oleh kaum feminis. Pembahasan perempuan dalam perspektif feminis sekarang bukan hanya pada tataran kehidupan yang besar seperti politik, ekonomi, budaya dan pendidikan saja tetapi juga sudah merambah pada tataran kehidupan kecil, khususnya sastra. Banyaknya pengarang wanita yang akhir-akhir ini muncul dalam dunia sastra, menyebabkan terjadinya pro dan kontra,baik itu dari kalangan kritikus sastra maupun juga dari pembaca. Maka dari itu penulis sebagai penikmat sastra juga tertarik untuk mengkritisi sastra tersebut. khususnya sastra yang ditulis oleh wanita. Masalah yang ingin dikritisi oleh penulis adalah tentang bagaimana penulis wanita yaitu Djenar Maesa Ayu memposisikan laki-laki dan wanita dalam karya sastranya yang berjudul Suami Ibu, Suami Saya dalam kumpulan prosa Yang Jelita yang Cerita. Mengapa penulis ingin mengkritisi masalah tersebut? Karena menurut penulis, Djenar Maesa Ayu mempunyai stilistik yang berbeda dari penulis karya sastra wanita lainnya dalam mendiskripsikan fenomena hidup seorang wanita. Untuk menganalisis fiksi ini penulis menggunakan kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis muncul berawal dari hasrat hasrat feminis untuk mengkaji suatu karya sastra yang ditulis oleh penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya-karya penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalah tafsirkan serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan dan hasrat yang kedua didasari oleh perasaan prihatin dan marah.

Kritik sastra yang dipakai oleh penulis adalah kritik ideologis, yaitu kritik sastra feminis yang melibatkan wanita. Yang menjadi pusat perhatian di sini adalah citra serta stereotype wanita dalam karya sasrta serta meneliti kesalahpahaman tentang wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering tidak diperhitungkan (Soenarjati, 2000:27-28). Perhatian juga dipusatkan pada cara-cara yang mengungkapkan tekanan-tekanan yang dialami tokoh wanita yang telah menyerap nilai-nilai patriarkal. Sistem budaya patriarki adalah tempat banyak kekuasaan laki-laki mendominasi kehidupan bermasyarakat. Dalam sistem ini citra sosial wanita diatur oleh kekuatan budaya logika yang mencolok dalam budaya patriarki ialah mengesahkan pandangan seksisme dalam segala hal. Status wanita selalu sebagai hamba bagi keheroikan moral laki-laki. PEMBAHASAN Fiksi yang penulis kritik di sini adalah sebuah karya Djenar Maesa Ayu yang berjudul Suami Ibu, Suami Saya yang terdapat dalam kumpulan prosa Yang Jelita Yang Cerita. Dalam fiksinya ini Djenar menceritakan kisah seseorang, seseorang tersebut berperan sebagai saya sekaligus narator dalam cerita tersebut. Sang narator menceritakan perjalanan hidupnya yang tidak punya cita-cita atau tepatnya tidak tahu cita-citanya. Kemudian tiba-tiba ia bertemu jodohnya, menikah dan kemudian mempunyai anak. Maka sejak itulah sang narator bercita-cita ingin punya keluarga yang baik, anak yang baik, hubungan rumah tangga yang langgeng yang sebenarnya semua itu tidak pernah terlintas di kepalanya. Dulu dia berfikir ibu rumah tangga bukanlah profesi, apalagi melacur. Sampai timbul pertanyaan di dalam benaknya, Pelacur adalah perempuan yang dibayar untuk memuaskan nafsu lelaki, sedangkan ibu rumah tangga? Jika tidak bernasib baik, posisinya selaku ibu rumah tangga tak ubahnya seorang pelacur. Dulu ia sering melihat ayahnya memukuli ibunya hanya karena kesalahan kecil yang diperbuat ibunya, dulu ibunya juga sering meredam amarah ayahnya.

Intinya pernikahan ibunya dengan ayahnya tak seberuntung pernikahannya (sang narator), sehingga ia merasa sangat beruntung sehingga apapun akan ia lakukan untuk membahagiakan keluarganya, termasuk menahan diri untuk tidak membunuh suaminya. Sehari sebelum sang narator dinyatakan positif hamil, ia menerima hibah baju pengantin, dua hari sebelum menikah, satu hari setelah ia menemukan ibunya tewas gantung diri, sesaat ia mengemukakan keinginannya untuk melakukan aborsi. Sang narator merasa melacur karena telah memutuskan untuk menikah dengan orang yang memperkosanya, membunuh ibunya, hanya untuk kepentingan anak-anaknya karena ternyata suami sang narator tersebut adalah juga suami ibunya. Dalam fiksi ini jelas sekali kita melihat begitu kentalnya aroma patriarki yang diciptakan oleh pengarang. Pandangan dasarnya adalah bahwa peradaban kita sangat terpusat pada dan dikontrol oleh laki-laki dan peradaban itu diorganisir dan dipimpin sedemikian rupa untuk mensubordinasi wanita atau menjadikan wanita sebagai makhluk kelas dua di bawah laki-laki. Ini terlihat jelas pada kalimat: Yang ia tahu, Ayah biasa melemparkan bakul nasi ke muka Ibu jika mendapati nasi yang ditanak Ibu tidak seperti yang ayah mau. Yang ia tahu, tak sedikitpun ada perlawanan dari Ibu (Ayu, 2004: 42) Sang ayah tidak dideskripsikan dengan jelas oleh pengarang, karena ayah adalah seorang laki-laki, yang menurut konsep patriarki adalah orang yang pertama atau dengan kata lain berada di atas perempuan sehingga tidak perlu dijelaskan secara detail oleh pengarang yang terpengaruh oleh konsep patriarki ini. Berbeda dengan posisi wanita. Di sini wanita dideskripsikan dengan sangat jelas oleh pengarang. Ia sering memperhatikan upaya Ibunya meredam amarah sang Ayah. Setiap kali Ayahnya marah-marah dan berhari-hari tidak pulang ke rumah, hampir setiap waktu Ibunya menunggu dengan berpakaian yang menggugah gairah. Terlihat jelas kekecewaan di wajah Ibunya jika yang ditunggu tidak juga datang. Baju tidurnya yang menerawang dengan beberapa kancing yang

dibiarkan terbuka, nampak kusut dan tidak lagi menantang. Rambut ibunya yang biasanya dibiarkan tergerai akhirnya ia ikat ke belakang. Biasanya berhari-hari Ayah tidak pulang. Sampai lebam di mata dan di sekujur ibunya sudah hilang.sementara lebam ditubuhnya sendiri, masih terasa sakit bukan kepalang.(ayu, 2004: 44) Jenis kelamin pada dasarnya adalah sesuatu yang otonom, konsep gender dalam pengertian sifat-sifat yang mencetuskan maskulinitas dan feminitas sebagian besar, meski tidak seluruhnya, merupakan konstruk budaya yang timbul karena bias patriarki yang tersebar luas pada peradaban kita. Oleh pengarang, maskulin (tokoh ayah) diidentikkan dengan sifat-sifat aktif, suka pertualangan, dan mendominasi wanita khususnya dalan tataran rumah tangga. Sementara itu feminine (tokoh ibu) diidentikkan denga pasif konvensional, pasrah, dan sabar. Begitu juga dengan tokoh saya oleh pengarang diciptakan mempunyai karakter yang sering kita sebut dengan sang lain. Demi kebahagiaan rumah tangga dan anak-anaknya ia rela menahan diri untuk tidak membunuh suaminya yang telah memperkosanya dan membuat ibunya bunuh diri. Ini dapat kita lihat pada bagian: Bukan saya lebih baik daripada ibu. Justru saya banyak belajar dari ibu. Saya berusaha agar baju yang dikenakan suami tidak berbau. Saya berusaha supaya ia tak punya alasan untuk marah. Saya berusaha membuatnya untuk selalu bergairah. Karena saya tidak ingin seperti Ibu. Saya belajar untuk tidak mengulangi semua kesalahan yang dilakukan Ibu sehingga membuat Ayah marah. Saya tidak ingin anak-anak terpaksa menerima perlakuan buruk dari ayah mereka hanya karena kesalahan-kesalahan saya. Saya tidak ingin anakanak mengalami rasa sakit seperti yang saya alami dulu. (Ayu, 2004:45) Pada bagian ini jelas terlihat bagaimana Djenar memosisikan tokoh saya sebagai sang lain. Kita dapat menerka apa yang akan terjadi pada tokoh saya jika ia tidak melakukan hal seperti apa yang diinginkan oleh suaminya yang juga sekaligus ayahnya? Mungkin perlakuan suaminya juga tidak akan jauh beda dengan perlakuan ayahnya terhadap ibunya.

Jika kita membaca dengan seksama alur cerita yang dibuat oleh Djenar, maka kita akan dapat menyimpulkan bahwa yang pertama kali berhubungan dengan tokoh ayah adalah ibu, namun hubungan itu terputus dikarenakan tokoh ayah menghamili anaknya (tokoh saya ) dan kemudian memutuskan menikahinya, sehingga cerita tentang ibu tidak terlalu menonjol, yang lebih menonjol dalam cerita tersebut adalah tentang tokoh saya yang berusaha untuk membahagiakan suaminya dan anakanaknya. Tokoh ayah sendiri berada diposisi yang paling atas dengan kata lain berada di atas tokoh ibu dan saya bukan berada di tengah-tengah keduanya. Perlakuan tokoh ayah terhadap ibu berbeda dengan tokoh saya walaupun mereka sama-sama perempuan dan mempunyai posisi yang sama yaitu sama-sama sebagai seorang istri. Tetapi tokoh saya di sini lebih ditonjolkan karena tokoh saya mempunyai karakter yang diinginkan oleh konsep patriarki yaitu dapat kita lihat pada kalimat: Nasib saya mungkin tidak seburuk Ibu. Saya tidak menikah dengan laki-laki semacam Ayah. Jangankan main tangan, marahpun suami saya tidak pernah. (Ayu, 2004: 42) Saya mencintai anak-anak. Menatapi wajah mereka yang terlelap. Jalar hangat saat kami saling berdekap. Mendengar mereka tergelak. Ah tak ada satupun Apapun akan saya lakukan untuk selalu mendengar gelak tawa itu. apapun akan saya lakukan untuk selalu merasakan kehangatan itu (Ayu, 2004: 44-45) Saya di sini mempunyai karakter yang berbeda dengan ibunya, ia adalah seorang yang penurut, mau melakukan apa saja agar suaminya tidak marah walaupun sebenarnya ia sangat ingin melakukan hal lain. Sedangkan ibunya mempunyai karakter yang tidak sesuai dengan keinginan Ayahnya. Sehingga wajar suami atau ayahnya memperlakukan mereka dengan perlakuan yang berbeda. Kondisi semacam ini jelas bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi ada unsur keterlibatan pengarang yang ingin menonjolkan citra wanita yang sesuai dengan konsep partiarki dan citra wanita yang tidak sesuai dengan konsep patriarki. Tetapi sebaliknya penulis cerita ini tidak menonjolkan tokoh laki-laki karena tokoh laki-laki

dianggap tokoh yang sempurna, sehingga apa yang dilakukan cenderumg akan selalu dianggap benar oleh budaya dan masyarakat walaupun sebenarnya yang dilakukan oleh seorang laki-laki tersebut menyimpang. Pada akhirnya saya berkesimpulan mengapa Djenar membuat alur cerita yang seperti ini? Karena ia ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa fenomena wanita yang seperti ini ada di dalam kehidupan masyarakat yang terkena bias patriarki, sepertinya sepele tetapi ternyata konsep patriarki bukan hanya sekedar bahwa laki-laki berada di atas wanita tetapi efeknya lebih daripada itu, yaitu dapat mengubah cita-cita. KESIMPULAN Kritik feminis adalah salah satu cara untuk menganalisis citra wanita dalam suatu karya sastra. Beberapa konsep yang dipakai adalah konsep patriarki yaitu hegemoni laki-laki atau aturan yang diciptakan oleh kaum laki-laki yang diorganisir dan dipimpin sedemikian rupa untuk mensubordinasi wanita atau menjadikan wanita sebagai makhluk kelas dua di bawah laki-laki. Dalam konteks patriarki wanita dipandang sebagai sang lain dengan mengidentifikasi ketiadaan organ laki-laki, dan sifat laki-laki yang lain pada diri perempuan. Sehingga apabila ada hal-hal yang menyimpang dari aturan laki-laki maka wanita akan menjadi pihak yang disalahkan sebagaimana yang terjadi pada tokoh ibu dalam cerita yang dibuat oleh Djenar. Sehingga tokoh saya dalan perspektif laki-laki dianggap beruntung mempunyai suami yang tidak hanya memberikannya materi tetapi juga kebahagiaan. Apa jadinya jika tokoh saya bukanlah wanita yang patuh, takut terhadap kemarahan suami? Walaupun tokoh saya belum tahu pasti aktivitas apa yang dilakukan seorang pelacur, tetapi ia sering mendengar bahwa pelacur adalah orang yang dibayar untuk memuaskan nafsu para lelaki. Sedangkan ibu rumah tangga...?

Jika tidak bernasib baik, posisi anda selaku ibu rumah tangga tak ubahnya seorang pelacur. (Ayu, 2004: 42) DAFTAR RUJUKAN Ayu, Djenar Maesa.2004. Kumpulan Prosa yang Jelita yang Cerita: Suami Ibu, Suami Saya. Jakarta: PT Metafor Intermedia Indonesia. Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Endraswara, Suwardi. 2003. Metedologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Kumpulan prosa. 2004. Yang Jelita Yang Cerita. Jakarta: PT Metafor Intermedia Indonesia.