PERBAIKAN DAN PERKUATAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARA PENAMBAHAN PROFIL BAJA KANAL

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

Perkuatan Lentur Pelat Lantai Tampang Persegi dengan Penambahan Tulangan Tarik dan Komposit Mortar

PERKUATAN LENTUR PELAT BENTANG 5 METER DENGAN PENAMBAHAN PLAT BAJA MENGGUNAKAN PEREKAT EPOXY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

KAPASITAS LENTUR DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG YANG DIPASANG CARBON WRAPPING

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

PENGGUNAAN CARBON FIBER REINFORCED PLATE SEBAGAI BAHAN KOMPOSIT EKSTERNAL PADA STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG

Received Date: 26 Mei 2017 Approved Date: 20 Juli 2017

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH TULANGAN CRT DAN TULANGAN BJTD PADA KOMPONEN LENTUR DENGAN MUTU BETON F C 24,52 MPA (182S)

SEMINAR NASIONAL TEKNIK FST-UNDANA TAHUN 2017 Hotel On The Rock, Kupang, November 2017

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

KAJIAN DAKTILITAS DAN KEKAKUAN PERKUATAN BALOK T DENGAN KABEL BAJA PADA MOMEN NEGATIF

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK


ANALISIS KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARBON FIBER WRAP

ANALISIS PERBANDINGAN PENGUJIAN LENTUR BALOK TAMPANG PERSEGI SECARA EKSPERIMENTAL DI LABORATORIUM DENGAN PROGRAM RESPONSE 2000

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

LENDUTAN DAN POLA RETAK PELAT JEMBATAN BENTANG 5 METER DITINJAU DARI PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN DAN PENDEKATAN NUMERIK. Oleh: Hafiz Abdillah 4

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

III. METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

METODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

Indonesia, Indonesia

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

ANALISIS KUAT GESER STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG HOLLOW CORE PADA TENGAH PENAMPANG BALOK NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU YANG TERKANG PADA JALUR TEKANNYA

MEKANISME KERUNTUHAN BALOK BETON YANG DIPASANG CARBON FIBER REINFORCED PLATE

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Kapasitas Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Polymer (Cfrp) Berlapis Banyak Terhadap Perkuatan Lentur Struktur Balok Beton Bertulang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISA DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BENDRAT (SERAT KAWAT) PADA DAERAH TARIK BALOK BETON BERTULANG

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

STUDI EKSPERIMENTAL BALOK BETON BERTULANG BERSENGKANG TERTUTUP TEGAK DENGAN PENYAMBUNG KAIT DAN LAS

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

PERILAKU RUNTUH BALOK BETON BERTULANG YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS GLASS FIBRE REINFORCED POLYMER (GFRP)

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR NASKAH PUBLIKASI

INFO TEKNIK Volume 10 No. 1, Juli 2009 (34-42)

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

PENGARUH PANJANG DAERAH PEMASANGAN SHEAR CONNECTOR PADA BALOK KOMPOSIT TERHADAP KUAT LENTUR

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN BEBAN SIKLIK KOLOM PERSEGI BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PEN-BINDER DAN FRP ABSTRAK

Transkripsi:

PERBAIKAN DAN PERKUATAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARA PENAMBAHAN PROFIL BAJA KANAL Khairul Miswar, Trio Pahlawan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, NAD Jl. Banda Aceh Medan Km.80,3 Buket Rata, Lhokseumawe, NAD E-mail : airolmiswar@yahoo.co.id Abstract Structure of reinforced concrete beam in square shape where the tensile is yield, can be use without destroy and stay the aesthetics if some strengthening system be given. The system to finish that problem by addition steel canal profile with bolt extension as strengthening material. The research was made the specimen from normal concrete materials in 4 beams variance. The specimens are reinforced concrete beam in square shape with 3000 mm length, 50 mm high and 150 mm wide. The specimen beams consist of control beam (BK), beam with canal steel profile 70 x 30 x 1, mm strengthening, beam with canal steel profile 100 x 50 x mm strengthening, and beam with canal steel profile 15 x 50 x mm strengthening. All specimens use Ø 13 mm as a tensile and compression rebar, and Ø8-100 mm as a shear rebar. The specimen supported by simple supported and loaded by static 4 point loading. The loading given step by step from hydraulic jack up to maximal load. Before flexural test on specimen was done, the preliminary testing on material i.e. concrete, steel rebar and steel canal profile was doing first. The result of preliminary testing indicate that compression strengthening of concrete (f'c) = 31,11 MPa, yield stress of Ø13 mm rebar (fy) = 50,99 MPa, yield stress of canal 70 x 30 x 1, mm steel profile (f yc ) = 169,17 MPa, yield stress of canal 100 x 50 x mm steel profile (f yc ) = 57,50 MPa, yield stress of canal 15 x 50 x mm steel profile (f yc ) = 64,50 MPa, and shear capacity of dynabolt is 4590 N. The research on maximal load that able to be supported by BK, BP-PC-1, BP-PC-, and BP-PC-3 beam are 3,35 KN, 3,19 KN, 74,03 KN and 90,77 KN respectively. This is to prove concrete beams can be increase flexible capacity are 43,57%, 5,86% for BK and BP-PC-1. While for BP-PC- and BP-PC-3 can be increase 96,45% and 99,73%, This is can be happen because yield stress for BP-PC- and BP-PC- can t be overcome. Keywords : strengthening, steel canal profile, flexural capacities PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Dewasa ini sering kali kita jumpai banyak bangunan yang rusak akibat suatu kesalahan dalam perencanaan desain, pemberian beban yang berlebihan, pelaksanaan konstruksi yang salah, ataupun gempa. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu metoda perbaikan pada struktur bangunan tersebut. Beton bertulang digunakan pada sebagian besar bangunan baik besar maupun kecil, misalnya untuk gedung, jembatan, bendungan, dinding penahan tanah, saluran irigasi dan masih banyak lagi. Dalam penulisan ini lebih banyak ditekankan pada struktur bangunan yang telah mengalami kerusakan, sehingga masih bisa diupayakan dalam penggunaannya. Salah satu perbaikan untuk menyelesaikan permasalahan pada balok beton bertulang, jika tulangan tariknya telah mengalami tegangan leleh, adalah dengan melakukan perkuatan dengan penambahan profil baja kanal..tinjauan Pustaka Perkuatan struktur menurut Triwiyono (004) dilakukan untuk bangunan yang riskan terhadap beban baru yang akan harus didukung, 1

sehingga perlu meningkatkan kemampuan bangunan tersebut atau menambahkan elemen struktur baru yang tidak tersedia atau dianggap tidak ada pada saat struktur di bangun. Perkuatan struktur biasanya dilakukan sebagai upaya pencegahan sebelum struktur mengalami kehancuran. Sedangkan perbaikan struktur diterapkan pada bangunan yang telah rusak, yaitu merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi struktur seperti semula setelah terjadi penurunan perkuatan. Jika bangunan tidak segera ditangani perbaikan atau perkuatannya, kerusakan dapat berlanjut lebih parah lagi. Agar bangunan yang sudah rusak dapat terus difungsikan, diperlukan tindakan rehabilitasi yang dapat berupa perbaikan (retrofit) atau perkuatan (strengthening). Lorenzis dkk (000) dalam penelitiannya menggunakan batang Near Surface Mounted Fiber Reinforced Polymer (NSM FRP) sebagai perkuatan kapasitas lentur dan geser balok beton bertulang. Balok yang diperkuat pada bagian lentur menunjukkan peningkatan kapasitas antara 5,7 % sampai 44,3 %, jika dibandingkan dengan balok kontrol, sedangkan pada balok yang diperkuat pada bagian geser akan terjadi peningkatan kapasitas hingga 105,7 %. Dalam penggunaan metode ini, lekatan antara batang Near Surface Mounted Fiber Reinforced Polymer (NSM FRP) dan beton merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Lamanna dkk (001) yang meneliti masalah Perkuatan Lentur Balok Beton Bertulang Menggunakan Fasthener dan Fiber Reinforced Polimer Strips menyimpulkan, bahwa perkuatan balok dengan menggunakan Powder actuated fastener mencapai peningkatan 65 % sampai dengan 70 % dari kapasitas balok dengan perkuatan menggunakan metode peningkatan konvensional, selain itu metode fastening lebih cepat dan model kehancurannya lebih daktail disbanding dengan metode metode pengikatan konvensional. Iswari (004) dalam penelitiannya tentang perkuatan lentur balok tampang persegi dengan penambahan tulangan menggunakan perekat epoxy menyimpulkan, bahwa benda uji setelah diperkuat dengan penambahan tulangan mengalami peningkatan kapasitas lentur balok yang diperkuat pada bagian tarik, balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan terhadap balok kontrol, balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan berturut-turut sebesar 63,04 %, 139,95 % dan 14,14 % terhadap balok kontrol. Kekakuan balok yang diperkuat pada bagian tarik, balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan terhadap balok kontrol, balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan meningkat berturut-turut sebesar 14,03 % 41,04 % dan 100,18 % terhadap balok kontrol. Daktilitas balok yang diperkuat pada bagian tarik, balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan terhadap balok kontrol, balok yang diperkuat pada bagian tarik berturut-turut sebesar 37,59 %, 65,68 % dan 81,66 % terhadap balok kontrol. Pola keruntuhan yang terjadi pada benda uji adalah keruntuhan lentur pada balok yang diperkuat pada bagian tarik, balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan terhadap balok kontrol, balok yang diperkuat pada bagian tarik dan delaminasi pada balok yang diperkuat pada bagian tarik dan tekan. Juhaini (007) dalam penelitiannya tentang perkuatan murni balok beton bertulang tampang persegi dengan penambahan profil baja kanal menyimpulkan, bahwa perkuatan lentur dengan penambahan profil baja kanal 70 x 30 x 1, mm, 100 x 50 x mm, dan 15 x 50 x mm menyebabkan kenaikan kapasitas lentur berturutturut sebesar 14,9%, 43,5%, dan 53,03% terhadap balok kontrol. Besarnya momen maksimum yang dapat ditahan balok berdasarkan SK SNI 03-847- 00 berturutturut untuk BK, BP-PC-1, BP-PC- dan BP-PC- 3 adalah 5,78 KNm, 9,0 KNm, 37,5 KNm dan 39,45 KNm Beton didapat dari pencampuran bahanbahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama peroses pengerasan dan perawatan beton berlangsung (Dipohusodo, 1999). Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retakretak. Untuk itu, agar dapat bekerja dengan baik

dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberi perkuatan penulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul didalam sistem (Dipohusodo, 1999). Agar dapat berlangsung lekatan antara baja tulangan dengan beton, selain batang polos berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang deformasian (BJTD), yaitu batang tulangan baja yang permukaanya dikasarkan secara khusus, diberi sirip teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilih pada proses produksinya (Dipohusodo, 1999). Dalam Nawy (1998) disebutkan bahwa sifat-sifat terpenting baja tulangan meliputi : Modulus Young (E), kekuatan leleh (fy), kekekuatan batas (fu), mutu baja yang ditentukan, dimensi batang atau kawat. Menurut Dipohusodo (1994), apabila penampang balok beton bertulang mengandung jumlah tulangan tarik lebih banyak dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, maka penampang balok demikian disebut bertulangan lebih (overreinforced). Berlebihnya tulangan tarik menyebabkan garis netral bergeser kebawah. Hal ini mengakibatkan beton mendahului mencapai regangan maksimum 0,003 sebelun tulangan tariknya leleh. Apabila penampang balok tersebut dibebani momen lebih besar lagi, yang berarti regangannya semakin besar sehingga kemampuan regangan beton terlampaui, maka akan terjadi keruntuhan dengan beton hancur secara mendadak tanpa didahului dengan gejalagejala peringatan terlebih dahulu. Sedangkan apabila suatu penampang balok beton bertulang mengandung jumlah tulangan tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang demikian disebut bertulangan kurang (underreinforced). Sehingga tulangan tarik akan mendahului mencapai regangan lelehnya sebelum beton mencapai regangan 0,003, lendutan balok meningkat tajam sehingga dapat merupakan tanda-tanda kehancuran Menurut Vis dan Kusuma (dalam Juhaini 007), bila suatu penampang beton bertulang yang dibebani lentur murni dianalisis, pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria agar penampang itu mempunyai probabilitas keruntuhan yang layak pada keadaan batas hancur. Penampang yang dianalisis mempunyai pengaruh yang besar pada suatu prosedur atau suatu anggapan dasar tertentu yang disepakati mempunyai probabilitas keruntuhan tertentu pula. Bila anggapan-anggapan ini diubah, maka probabilitas keruntuhan juga berubah. Anggapan-anggapan yang digunakan dalam menganalisis beton bertulang yang diberi beban lentur adalah sebagai berikut: a. Beton tidak dapat menerima gaya tarik b. Perubahan bentuk berupa pertambahan panjang dan perpendekan (regangan tarik dan tekan) pada serat-serat penampang berbanding lurus dengan jarak tiap serat ke sumbu netral. Ini merupakan criteria yang kita kenal, yaitu penampang bidang datar akan berupa bidang datar dan tegak lurus dengan sumbu batang. c. Hubungan antara tegangan-regangan baja (fy dan εs ) dan beton (f c dan εc ) yang terjadi pada penampang beton dinyatakan secara skematis. Menurut Byung Hwan (003) lendutan yang terjadi di sepertiga bentang sebelum terjadi sendi plastis dapat diturunkan sebagai berikut: Dalam usaha untuk menjaga agar struktur menjadi stabil dan membatasi terjadinya lendutan, maka struktur harus mempunyai kekakuan yang cukup. Kekakuan menurut Timoshenko (1987) didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu lendutan sebesar satu satuan, seperti yang ditunjukkan pada Persamaan dengan : k = kekakuan lentur, N/mm Pcr = beban pada balok saat retak pertama, N δcr = lendutan pada balok saat retak pertama, mm Menurut Dipohusodo (1994), kuat lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme tegangan-regangan 3

dalam yang timbul di dalam balok, yang pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya dalam. Perhitungan kekuatan lentur Mn dapat ditentukan melalui penyederhanaan bentuk distribusi tegangan yang mendekati bentuk parabola dengan bentuk persegi panjang. Analisis kuat lentur balok yang dipakai pada penelitian ini mengacu kepada asumsi dalam Peraturan SK SNI T-15-00-03 Pasal 3.3., sebagai berikut: a. Regangan dalam tulangan dan beton diasumsikan berbanding lurus dengan jarak dari sumbu netral. b. Regangan maksimum yang digunakan pada serat beton tekan terluar sama dengan 0,003. c. Tegangan dalam tulangan di bawah kuat leleh yang ditentukan (fy) untuk mutu tulangan yang digunakan diambil sebesar Es dikalikan dengan regangan baja. Untuk regangan yang lebih besar dari regangan yang memberikan fy, tegangan pada tulangan dianggap tidak tergantung pada regangan dan sama dengan fy. d. Dalam perhitungan kuat lentur beton, maka kuat tarik betonnya diabaikan. e. Hubungan distribusi tegangan dan regangan beton dianggap persegi ekivalen Morisco, 1994 (dalam Juhiaini 007) dalam perancangan secara elastis, menyebutkan bahwa tegangan ijin pada baja dikaitkan dengan tegangan dasar. Tegangan dasar diambil sebesar tegangan leleh dibagi dengan faktor aman 1,5. Adapun tegangan geser diambil 0,6 dikalikan tegangan dasar. Dengan dasar itu diharapkan tegangan yang terjadi pada struktur tidak akan melampui tegangan batas elastis, sehingga batang struktur selalu kembali ke bentuk asal, pada saat tidak ada pembebanan. 3.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui porsentase kapasitas lentur balok beton bertulang setelah tulangan tarik melampaui tegangan leleh dengan cara penambahan perkuatan dengan profil baja kanal.. Mengetahui pola keruntuhan balok beton bertulang setelah balok tersebut mengalami tegangan leleh pada daerah tarik dengan cara penambahan perkuatan dengan profil baja kanal. Sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui peningkatan kapasitas lentur balok beton bertulang tampang persegi dengan penambahan profil baja kanal pada daerah tarik dan hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan referensi apabila perkuatan profil baja kanal diaplikasikan pada balok yang mengalami lentur. 3.1Bahan Penelitian Bahan pembuatan beton bertulang dan bahan untuk perkuatan yaitu: Agregat halus dan kasar, semen portland tipe 1 yang umum digunakan pada bangunan gedung, air, baja tulangan, Profil baja kanal, Baut Dynabolt 3. Alat Penelitian Alat-alat yang dipakai dalam penelitian dibagi dalam dua bagian, yaitu alat-alat utama untuk menguji model balok beton bertulang dan alat-alat untuk membuat benda uji serta untuk menguji material. Alat-alat yang dipakai untuk menguji model beton bertulang, yaitu: 1. Rangka baja (loading frame). Hydraulic jack dan Hydraulic pump 3. Linear Variable Diffrential Transformer (LVDT) 4. Load cell dan Data logger 5. Strain gauge. 6. Microcracks Microscope. 7. Crane 3.3Tahapan Penelitian Persiapan Persiapan yang dilakukan dimulai dengan pengadaan bahan material, antara lain berupa : semen, agregat halus dan kasar, 4

Pengadaan tulangan, profil baja kanal dan dynabolt Pengujian awal material Pengujian awal material tersebut bertujuan untuk mengetahui : (1) Keadaan fisik agregat halus dan kasar yang meliputi berat jenis, modulus halus, serta kandungan zat organik pada krikil dan lumpur pada pasir. () Kuat tarik baja tulangan, profil baja kanal dan dynabolt Pelaksanaan pembuatan benda uji a. Pembuatan mix design Pembuatan mix design dan campuran beton direncanakan dengan kuat tekan rencana (f c ) 5 Mpa. Kuat tekan rata-rata yang didapat dari pengujian kuat tekan silinder beton sebesar 31,114 Mpa, volume beton untuk pembuatan silinder beton sebanyak 0,57 m 3. b. Pembuatan benda uji Pembuatan benda uji dimulai dengan perakitan bekisting, pemotongan tulangan, pembengkokan tulangan, perakitan tulangan, pemasangan strain gauge, penimbangan bahanbahan penyusun beton, pembuatan campuran beton, kemudian dilanjutkan dengan pengecoran, perawatan benda uji, pengeboran lubang baut pada balok, pemasangan dyna bolt dan kanal perkuatan serta pemasangan strain gauge pada kanal. Balok uji dibuat senyak 4 buah dengan ukuran tinggi 50 mm, lebar 150 mm dan panjang 300 mm. Bentuk benda uji dapat dilihat Gambar 1-4. D 1 3 D D 1 3 D G a m b a r 1. P e n a m p a n g m e m a n j a n g d a n m e l i n t a n g b a l o k k o n t r o l D 1 3 D D P R O F I L C A N A L 7 0 x 3 0 x 1, G a m b a r. P e n a m p a n g m e m a n j a n g d a n m e l i n t a n g b a l o k B P - P C - 1 D 1 3 P R O F I L K A N A L 1 0 0 x 5 0 x G a m b a r 3. P e n a m p a n g m e m a n j a n g d a n m e l i n t a n g b a l o k B P - P C - P R O F I L K A N A L 1 5 x 5 0 x D 1 3 G a m b a r 4. P e n a m p a n g m e m a n j a n g d a n m e l i n t a n g b a l o k B P - P C - 3 Gambar 1-4. Penampang memanjang dan melintang balok Keterangan : BK : Balok kontrol 5

BP-PC-1 BP-PC- BP-PC-3 Perkuatan benda uji : Balok perkuatan profil baja kanal 70 x 30 x 1, : Balok perkuatan profil baja kanal 100 x 50 x : Balok perkuatan profil baja kanal 15 x 50 x Perkuatan benda uji dilakukan dengan menempel profil baja kanal 70x30x1, mm, pada BP-PC-1 sepanjang 15 cm, profil baja kanal 100x50x mm pada BP-PC- sepanjang 0 cm, dan profil baja kanal 15x50x mm pada BP- PC-3 sepanjang 9 cm, pada sisi bawah balok dengan dilekatkan menggunakan baut dynabolt. Pemasangan strain gauge Strain gauge digunakan untuk mengetahui regangan yang terjadi pada tulangan utama dan tulangan perkuatan. Pemasangan dilakukan pada tulangan tarik balok kontrol buah dan balok dengan perkuatan profil baja kanal dipasang 3 buah yaitu, 1 buah pada tulangan tarik, 1 buah pada badan dan 1 buah pada sayap kanal. Nilai regangan yang terjadi pada strain gauge dibaca melalui Data Logger. Pengujian benda uji a. Pengujian tekan silinder beton Pengujian tekan beton digunakan untuk mengetahui kuat tekan beton. b. Pengujian balok. Data yang akan diperoleh dari pengujian lentur meliputi: a. Besarnya beban saat terjadi retak pertama kali, b. Besarnya lendutan selama pembebanan, c. Besarnya regangan yang terjadi pada baja tulangan dan kanal perkuatan, d. Besarnya beban maksimum untuk mencapai leleh tulangan tarik dan kanal, e. Pola retak dan lebar retak a. Silinder beton Pengujian silinder beton dilakukan pada umur 8 hari, silinder beton diambil dari pengadukan untuk pengecoran balok sehingga kuat tekan silinder mewakili kuat tekan balok. Jumlah masing-masing balok terdiri atas 3 silinder sehingga jumlah silinder sebanyak 1 buah. Hasil uji kuat tekan silinder beton ditunjukkan pada Tabel.1. Tabel 1. Hasil uji kuat tekan silinder beton Kuat No Kode Kuat tekan tekan rata-rata 1 SN-BP-1 31,57 SN-BP- 31,18 3 SN-BP-3 30,67 31,114 4 SN-BK 31,06 b. Kuat tarik tulangan Baja tulangan yang dipakai pada penelitian ini yaitu baja tulangan ulir diameter 13 mm, hasil uji tulangan tarik ditunjukkan pada Tabel. sedangkan hasil uji untuk perkuatan profil baja kanal ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel. Hasil uji kuat tarik baja tulangan ulir D13 No Kode Tegangan leleh Tegangan ultimit Modulus elastisitas 1 TP-1 547,89 67,43 19.156,36 TP- 494,57 644,78 197.89,59 3 TP-3 466,5 616,73 141.370,58 Tabel 3. Hasil uji tarik perkuatan profil baja kanal N o Kanal Tegangan leleh Tegangan ultimit Modulus elastisitas 1 70x30x1, 169,17 190 11.777 100x50x 57,50 315 58.5 3 15x50x 64,50 331 75.571 c.baut dynabolt Baut yang digunakan untuk melekatkan balok beton dengan profil baja kanal sebagai 6

perkuatan, adalah baut dynabolt.hasil uji tarik baut dynabolt selengkapnya tertera pada Tabel.4. Tabel 4. Hasil uji tarik baut dynabolt No Kode Beban leleh (N) 1 SB-1 11300 SB- 11650 Dari hasil uji tarik baut didapat bahwa beban leleh baut sebesar 11475 N. Sehingga didapat kapasitas geser baut (V ult ) seperti yang tertera pada sebesar 4590 N. d. Pengujian balok Pengujian balok dibatasi pada lelehnya tulangan tari balok dan beban maksimum balok dicapai jika lendutan bertambah besar tanpa terjadinya penambahan beban lagi. Hasil pengamatan atas pengujian yang dilakukan terhadap balok kontrol dan balok yang diberi perkutan lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai beban batas pembebanan balok Benda Uji Beban Persentase eksperimen beban (%) BK 3350.10 0 BP-PC1 3190.190 37.858 BP-PC 74030.191 17.045 BP-PC3 90770.08 88.737 3.5 Pengujian Lentur Berdasarkan hasil penelitian bahwa lendutan pada batas beban maksimum balok kontrol sebesar 6,03 mm, BP-PC-1 sebesar 37,17 mm, BP-PC- sebesar 35,96 dan BP-PC-3 sebesar 35,34 mm. Hasil pengujian lentur dari benda uji lebih jelasnya ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil pengujian lentur balok uji Hasil Pengujian secara eksperimen Benda Uji P pasca crack P maks (KN) Lendutan yang terjadi saat (eksperimen) P pasca crack P maks (KN) (mm) (mm ) BK 0,990 3,350 14,17 6,03 BP- 3,190 7,970 PC-1 17,56 37,17 BP- 74,030 68,070 PC- 7,58 35,96 BP- 90,770 88,940 PC-3 7,88 35,34 Pola retak dan keruntuhan Retak pertama terjadi pada bagian yang diberi shear connector dengan pola keruntuhan lentur, di daerah tengah bentang pada beban 6,04 KN dan lendutan sebesar 3,93 mm dengan lebar retak 0,03 mm. Kemudian retak mulai melebar dan berkembang di daerah antara pembebanan dua titik, kemudian retak mulai melebar dan berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat pembebanan sebesar 0.99 KN. Beban maksimum untuk benda uji BK adalah sebesar 3,35 KN dengan lendutan sebesar 6,03 mm dan lebar retak mencapai 1,8 mm, seluruh retak - retak yang terjadi pada seluruh balok uji menunjukkan terjadinya retak lentur dan tidak terjadi retak geser. Retak pertama yang terjadi pada benda uji BP-PC-1 saat beban mencapai 9,97 KN, yaitu pada bagian yang diberi shear connector dengan pola keruntuhan lentur dengan lendutan sebesar 6,56 mm dan lebar retak 0,0015 mm. Selanjutnya retak mulai melebar dan berkembang di daerah antara pembebanan dua titik, kemudian retak mulai melebar dan berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat pembebanan sebesar 6.98 KN. Beban maksimum pada benda uji BP-PC-1 sebesar 3,19 KN dengan lendutan sebesar 37,17 mm dan lebar retak 1,1 mm, seluruh retak - retak yang terjadi pada seluruh balok uji menunjukkan terjadinya retak lentur dan tidak terjadi retak geser. Retak pertama terjadi pada benda uji BP- PC- di daerah tengah bentang pada beban 9,04 KN, yaitu pada bagian yang diberi shear 7

connector dengan pola keruntuhan lentur dengan lendutan sebesar,39 mm dengan lebar retak 0,015 mm. Kemudian retak mulai melebar dan berkembang di daerah antara pembebanan dua titik, kemudian retak mulai melebar dan berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat pembebanan sebesar 68,07 KN. Beban maksimum untuk benda uji BP-PC- adalah sebesar 74,03KN dengan lendutan sebesar 35,96 mm dan lebar retak mencapai 3,1 mm, seluruh retak retak yang terjadi pada seluruh balok uji menunjukkan terjadinya retak lentur dan tidak terjadi retak geser. Retak pertama terjadi pada benda uji BP- PC-3di daerah tengah bentang pada beban 8,11 KN yaitu pada bagian yang diberi shear connector dengan pola keruntuhan lentur, dengan lendutan sebesar 1,15 mm, dengan lebar retak 0,0 mm. selanjutnya retak mulai melebar dan berkembang di daerah antara pembebanan dua titik, kemudian retak melebar dan berkembang lagi di daerah tumpuan pada saat pembebanan sebesar 88,94 KN. Beban maksimum untuk benda uji BP-PC-3 adalah sebesar 90,77 KN dengan lendutan sebesar 35,34 mm dan lebar retak mencapai 4,5 mm. dan BP-PC-3 berturut-turut adalah 3,350 KN, 3,190 KN, 74,030 KN dan 90,770 KN. 3. Perkuatan lentur dengan penambahan profil baja kanal 70x30x1, menyebabkan kenaikan kekakuan sebesar 7,59%, untuk penambahan profil baja kanal 100x50x mengalami kenaikan 66,617% untuk penambahan profil baja kanal 15x50x1 mengalami kenaikan kekakuan sebesar 99,10 terhadap balok kontrol. 4. Dengan penambahan perkuatan profil baja kanal 70x30x1, mm, profil baja kanal 100x50x mm dan profil baja kanal 15x50x mm dapat meningkatkan kapasitas momen sebesar 37,858%, 17,045% dan 88,737% terhadap balok kontrol. 5. Pola keruntuhan yang terjadi di antara pembebanan dua titik adalah keruntuhan lentur adapun pembebanannya dilakukan sampai dengan profil canal lepas dari dynabolt. 6. Besarnya penurunan daktilitas balok beton bertulang yang telah diperkuat sebesar 15,4%, - 9,7%, -31,03% pada Pc.1, Pc. dan Pc.3 terhadap Balok Kontrol. 4. KESIMPULAN Dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan pada penelitian ini maka dapat diambil suatu kesimpulan : 1. Perkuatan lentur dengan penambahan profil baja kanal 70x30x1, menyebabkan kenaikan kapasitas lentur sebesar 37,858%, untuk penambahan profil baja kanal 100x50x kenaikan kapasitas lentur sebesar dan 17,045% untuk penambahan profil baja kanal 15x50x kenaikan kapasitas sebesar 88,737% terhadap balok kontrol, untuk BP-PC- dan BP-PC- 3 peningkatan kapasitas lenturnya sangat besar dikarenakan tegangan pada tulangan tarik belum mengalami leleh. Besarnya nilai kekuatan lentur dari hasil pengujian untuk BK, BP-PC-1, BP-PC- DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, I.., 1994, Struktur Beton Bertulang, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ferguson, J., dan Cowan, M., 1986, Struktur Beton Bertulang, Edisi kesatu, penerbit Erlangga, Jakarta. Foley, C.M. dan Buckhouse, E.R., 1998, Strengthening Existing Reinforced Concrete Beams or Flexure Using Bolted External Structural Stell Channels, College of Engineering Departement of Civil & Environmental Engineering Marquette University. Iswari, A.Y.D., 004, Perkuatan Lentur Balok Tampang Persegi Dengan Penambahan Tulangan Menggunakan Epoxy, Tesis, Program Studi Teknik Struktur, Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 8

Lamanna A. J., Bang, L.C., dan Scott, D.W., 001, Flexural Strengthening of Reinforced Concrete Beams Using Fasteners and Fiber-Reinforced Polymer Strips, ACI Structural Lorenzis.,000, Concept of Fiber Reinforced Concrete, Proceeding of the International Seminar on Fiber Reinforced Concrete, Michigan State University, Michigan, USA. Nawi, E. G., 1998, Beton Bertulang Suatu Pendekatan, Rifka Aditama, Bandung. Park, R. dan Paulay, T., 1974, Rinforced Concrete Structure, A Wiley-Interscience Publication, New York-London-Sydney- Toronto. Triwiyono, A., 004, Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton, Topik Bahan Ajar, UGM, Yogyakarta 9