Jangan Sekadar Jadi Guru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2001), bahkan dijaman sekarang ini bukan lagi perusahaan besar mengalahkan

pesimis, tidak percaya diri, bahkan tidak ikut andil dalam kegiatan apa pun. Perbedaan itulah yang membuatnya merasa minder.

MOTIVASI DARI SEORANG KARYAWAN PT. LPPPI

JADIKAN PEKERJAAN KITA SEBAGAI SOULMATE

I Love My Job and My Family:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

Judul diatas bukan maksud untuk mengajak Anda untuk berpikir bahwa menjadi

GAPAILAH MIMPIMU! Membangun mahasiswa yang berkarakter

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

Rahasia Menukar. Hobby Menjadi Uang. Dipublikasikan Oleh :

1. Bukan Inspirasi Biasa

Perjuangan Meraih Cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi

THE FORMULA OF THE SUCCESS Deritamu adalah suksesmu. 1

BAB 1. PENDAHULUAN. demokratisasi, partisipasi aktif masyarakat setempat dan akuntabilitas

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik

Bagaimana Membentuk Pola Pikir yang Baru

Aku, Sekolah, dan Cita-citaku

PROFESIONAL MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin majunya sarana informasi dan komunikasi, serta ilmu

Urip Iku Urup. Hidup yang berharga adalah hidup yang menghidupkan orang lain. (Albert Einstein)

saja ada satu hal yang merupakan kunci. Kunci itu adalah cinta. Cinta dari hati.

Minggu 5 : Mengapa dan Bagaimana Saya Berdoa? Panduan Acara & Bantuan untuk Penceramah

Testimoni. Ucapan Terima Kasih. Kata Penjemput. Daftar Isi. Ketika Akar Ketidakbahagiaan Ditemukan. Bahagia Begitu Menggoda

Sesuatu yang LEBIH atau BEDA?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu

Pekerjaan. Bab 4. Peta Konsep. Kata Kunci. Jenis pekerjaan Barang Jasa Semangat kerja. Pekerjaan yang Menghasilkan Barang. Pekerjaan.

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

Buat Lima Prosedur Ini Bekerja bagi Anda

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

Nasib dan Takdir Manusia, Apa Bedanya?

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

Pendidikan Agama Islam Bab : 1 Eksistensi Manusia

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELAKSANAAN SELEKSI PASKIBRA KABUPATEN SEMARANG TAHAP II TAHUN 2014

Jangan Baca Buku Ini Bila Tak Punya Mimpi!

1. Mengapa bermeditasi?

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Loyalitas Tanpa Batas

LEGENDA KISAH INSPIRATIF DALAM MENGGAPAI KESUKSESAN LEGENDA KISAH INSPIRATIF DALAM MENGGAPAI KESUKSESAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

SUARA PEMBUKA: MERDEKA ATAU SEJAHTERA

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #1 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #1 WORLD PERSPECTIVE VS GOD S PERSPECTIVE CARA PANDANG DUNIA VS CARA PANDANG TUHAN

Lampiran 1: Panduan Wawancara Pemilik

Victorious Living #5 - Hidup Berkemenangan #5 THE FULFILLMENT OF GOD S PLAN PENGGENAPAN RENCANA ALAH

Cara membuat wanita terkesan dengan anda

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENGUKUHAN PASUKAN PENGIBAR BENDERA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

Dalam Ayub pasal 10, Ayub mengeluh tentang penderitaannya yang dia angggap tidaklah adil. Allah menciptakan dan mendukung segala sesuatu dengan

MENGEMBANGKAN SIKAP PANTANG MENYERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selalu dituntut untuk mempertahankan hidup dan

Tema 1. Keluarga yang Rukun

BAB 1 Modal Adalah Segalanya

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online

4 Hal Sebelum Memberi Uang Saku

[95] Ketika Peran Ibu Diperangi Friday, 18 January :09

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN H. ALI MISNO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

10/28/2013 Softskilss 1

BAB 4 PEMBAHASAN Kategori Data yang Didapat Dari Hasil Wawancara. Fiksi Baru (mutakhir) Gambar Bahasa Kesukaan. Hiburan Hobi

6 tips untuk Anda lakukan di lingkungan kerja

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

.satu. yang selalu mengirim surat

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

Dongeng Motivasi Emas dan Ular

Keterangan Pers Presiden RI pada Premier Film Habibie and Ainun, Jakarta, 17 Desember 2012 Senin, 17 Desember 2012

Coba perhatikan sekitar Anda di kantor atau lingkungan

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

Sang Pangeran. Kinanti 1

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPLORASI TERHADAP MOTIVASI KERJA ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

Kegiatan Sehari-hari

SATU MEMAKNAI KEBAHAGIAAN

BE AMAZING TEACHERS. Lokakarya Yayasan Suaka Insan Suster SPC Jl. Danau Agung 13, Sunter, Jakarta, 22 Juli 2015 Paul Suparno, S.J.

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

BAB I PENDAHULUAN. tanpa sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai skill untuk mengolahnya,

Di Unduh dari : Bukupaket.com

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

SAMBUTAN SELAKU PENASIHAT NASIONAL KORPRI PADA HARI ULANG TAHUN KE-42 KORPRI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

menjadi sumpah kita semua kesediaan untuk menjadi pejabat bersih, bebas dari korupsi dan segala bentuk penyimpangan

Mengikis Sikap Otoriter

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA


ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI, KARIR DAN PASSION MENGENALI POTENSI DIRI

Anak Laki-Laki Kesayangan Menjadi Budak

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

Transkripsi:

Jangan Sekadar Jadi Guru (sumber: www.school.philipmar n.info)

Sebutlah namanya Pak Kardun, ia adalah salah seorang guru SD di sebuah desa terpencil. Menariknya, walaupun sekolahnya tak besar dan gaji yang diterimanya pun tak seberapa, ia tetap menunjukkan semangat yang bergeliat, gairah yang mendarah untuk mendidik siswa-siswanya di sekolah. Dengan tekun ia membimbing mereka membaca, menulis, berhitung, dan memotivasi mereka untuk menggapai mimpi-mimpinya di masa depan. Demi terlaksananya proses pembelajaran yang menyenangkan di kelas, tidak jarang ia harus rela berkorban semalaman membuat media belajar dan alat peraga agar keesokan harinya siswa-siswanya mendapat kemudahan menyerap materi yang ia sampaikan. Hmm, bagi Pak Kardun, mengajar adalah membahagiakan, kebersamaan dengan siswa-siswanya di kelas selalu melahirkan keceriaan dan kebahagiaan. Baginya guru adalah profesi mulia yang bisa memberi, melayani, dan memotivasi siswa-siswanya untuk menjadi manusia-manusia sukses di masa depan. Pengalaman Pak Kardun berbeda dengan Pak Kardi. Walaupun sekolahnya lebih bergengsi dengan gaji yang cukup besar pula, ia tetap saja mengeluhkan perihal pendapatannya yang ia terima. Imbasnya, profesi yang ia jalankan seharihari dirasakannya sebagai pekerjaan yang menyiksa. Saat ia mengajar, terlihat sesukanya sendiri, tidak pernah memberikan kesempatan kepada siswa-siswanya bertanya terhadap materi yang ia sampaikan, apalagi bila ditanya. Ia alergi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagian siswanya, malah membenci siswanya yang bersikap kritis dan kreatif. 2

Ada ga kategori manusia: mereka yang menciptakan segala sesuatu terjadi, mereka yang menyaksikan segala sesuatu terjadi, dan mereka yang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Makanya, tidak heran hubungannya dengan anak-anak di sekolah tidak akrab dan tidak harmonis. Hmm, baginya profesi yang dijalaninya sekarang tidak lain dan tidak bukan hanyalah sebuah keterpaksaan. Pikirnya, daripada tidak bisa mena kahi anak istri di rumah, mending jadi guru yang tiap bulan dapat gaji. Batinnya sering menggerutu, karena itulah ia tidak pernah merasakan kebahagiaan dengan profesinya sebagai guru. Pertanyaannya, apa yang membedakan kedua pro il guru tersebut? Jelas sangat tampak perbedaan penghayatan mereka terhadap tugas mereka sebagai guru. Pak Kardun jelas merasa senang dan bahagia menjadi guru dan menjalankan tugas itu dengan penuh dedikasi, ia rela berkorban untuk kepentingan siswa-siswanya walau harus berkorban waktu, tenaga, dan materi. Sedangkan Pak Kardi lebih merasakan tugas guru sebagai paksaan yang tidak membahagiakan. Pak Kardun menghayati tugas guru sebagai panggilan hidup, sedangkan Pak Kardi tidak menghayatinya sebagai panggilan hidup, melainkan sebagai panggilan perut yang penuh keterpaksaan. Jadi, kedua guru ini memiliki profesi yang sama sebagai guru. Tetapi cara menerjemahkan profesi ke dalam aktivitas sehari-hari inilah yang berbeda. Perbedaan inilah yang menentukan hasil akhir, yaitu kebahagiaan. 3

Bukankah hal ini hampir sama dengan pengalaman kita sehari-hari sebagai guru? Mari kita bertanya pada diri masing-masing. Apakah kita sudah benar-benar bahagia menjadi guru atau malah menderita? Hanya saya, Anda, dan diri kita masing-masing yang bisa menjawabnya. Jika hari Senin tiba, dan kita merasa terpaksa datang ke sekolah, maka seharian kita akan merasa berada di dalam penjara. Dan selama itu pula otak kita memproduksi enzimenzim dan zat kimia yang membahayakan kesehatan kita. British Medical Journal, misalnya, melaporkan serangan jantung meningkat 20% pada hari Senin. Nah, apa kita tidak merasa takut kena serangan jantung, tuh? Masuk akal juga sih karena bagi sebagian banyak masyarakat dunia, hari Senin adalah hari mulai masuk kerja setelah liburan pada hari Minggu. Namanya liburan pasti senang, gembira, ceria, dan membahagiakan, tanpa beban tanpa tuntutan apa pun. Maka muncullah kata-kata, I don t like Monday. Saya tidak suka hari Senin. Hari Senin identik dengan hari mulai kerja, mempersiapkan administasi pembelajaran, datang ke sekolah tidak boleh terlambat, dan setumpuk beban lainnya. Akhirnya, mengajar adalah beban dan tidak bahagia menjadi guru. Guru atau pendidik memiliki pengaruh yang luar biasa, dak ada batasnya. Tidak ada yang bisa mengatakan di mana pengaruh seorang yang mendidik dengan baik (atau dak baik) ini berhen. (Semua yang dilakukan manusia bisa jadi merupakan hasil dari pengaruh atau didikan orang yang mendidiknya dulu, sedikit atau banyak). _Henry Brooks Adams_ 4

Atau malah kita termasuk guru yang senang menyambut hari Senin? Ya, saya yakin masih banyak guru yang bersemangat menyambut hari Senin. Bagi mereka hari Senin adalah hari yang penuh energi, spesial, dan membahagiakan. Maka, bagi guru yang masuk ke dalam kelompok ini penuh dengan senyum semringah, langkah tegap, dan gerak mantap menuju sekolah. Akhirnya, mengajar adalah menyenangkan dan bahagia menjadi guru. Jadi, pilih mana nih, guru bahagia atau guru menderita? Kalau begitu mari kita teriakkan dengan kencang, I like Monday. Ngomong-ngomong, apa bedanya bekerja melakukan sesuatu dengan hobi melakukan sesuatu? Bekerja adalah melakukan sesuatu yang harus kita lakukan, sedangkan hobi adalah melakukan sesuatu yang kita senangi. Setuju? Terus, bisakah pekerjaan yang kita lakukan dijadikan sebagai hobi? Pasti bisa. Begitu pun dengan mengajar. Jadi, bila ada orang bertanya, Apa hobi Anda? maka jawab saja dengan yakin, Hobi saya mengajar. Dengan begitu kita akan belajar mengajar dengan anak-anak di sekolah dengan penuh semangat dan kesenangan. Ini menjadi penting, karena saat mengajar hanya berhenti pada paradigma bekerja, maka realisasinya adalah mengajar tidak lain dan tidak bukan hanya menyelesaikan kewajiban-kewajiban semata. Nah, bekerja biasanya merujuk pada aktivitas yang didasarkan pada skenario orang lain bukan skenario diri kita sendiri. Saat kita melakukan sesuatu berdasarkan skenario orang lain berarti kita sedang menjalankan kemauan, mimpi, dan tujuan orang lain bukan kemauan, mimpi, dan tujuan diri sendiri. Oke, itulah paradigma pertama. Paradigma yang melihat guru dan mengajar sebagai job (pekerjaan) semata. 5

Dengan demikian, persiapan administrasi pembelajaran yang kita lakukan, proses pembelajaran yang kita laksanakan dan segala aktivitas pembelajaran di sekolah yang kita lakoni hanya untuk memuaskan kepala sekolah, ketua yayasan, atau kepuasan syahwat pemerintah semata. Jika guru dipahami sebagai profesi kerja semata, maka mengajar adalah setumpuk beban kerja yang menyiksa. Paradigma kedua adalah melihat profesi guru sebagai karier. Dalam hal ini, kita bukan lagi memainkan peran atas dasar skenario orang lain, melainkan kita sendiri yang memainkan peran sebagai sutradara. Artinya, kita punya rencana besar. Kita saat ini sedang menjalankan keinginan, mimpi, cita-cita, dan masa depan kita sendiri. Inilah yang membuat segalanya lebih menarik. Ini juga yang membuat kita lebih bersemangat dalam menjalankan tugas dalam mempersiapkan rencana pembelajaran dan melaksanakan proses belajar di kelas. Tak hanya sampai di situ, untuk memenuhi tuntutan profesi sebagai guru, kita lebih bersedia untuk belajar mengembangkan kompetensi dan profesionalisme kita sebagai guru. Makin rajin mengembangkan kompetensi, 6

makin besar kemungkinan untuk menjadi guru profesional yang sukses dan berkualitas. Itulah paradigma kedua, yang melihat profesi guru sebagai karier. Paradigma ketiga, melihat profesi guru sebagai panggilan. Di sini, kita bukan lagi menjalankan skenario orang lain, tidak juga menjalankan skenario diri kiri sendiri, melainkan menjalani skenario Sang Mahabesar, skenario Tuhan. Pada level ini, kesadaran penuh kita tumbuh, yaitu sadar akan hakikat diri. Hakikat diri yang menyadarkan bahwa kita adalah utusan Tuhan yang dikirim ke dunia ini dengan maksud tertentu. Maksud itu sesungguhnya merupakan misi hidup dan alasan kita dilahirkan ke dunia. Hanya jika kita mampu melihat dunia seperti itulah kita akan memperoleh kebahagiaan dalam menjalani profesi kita sebagai guru. Tidak ada cara lain yang lebih baik untuk membuat kita selalu bersemangat dalam mengajar sehari-hari di sekolah selain mengubah paradigma untuk melihat profesi kita sebagai panggilan hidup (calling) kita. Dengan begitu, kesadaran penuh ini akan mengubah paradigma profesi guru tidak sebatas hanya administrasi dan rutinitas semata, karier belaka. Lebih jauh dari itu, kita sedang mengemban misi Ilahiyah dan tugas mulia sebagai skenario Tuhan. Kesadaran ini juga yang akan mengantarkan kita pada kecintaan pada setiap apa yang kita lakukan dan melakukan setiap apa yang kita cintai. Sesuai dengan pepatah, Do what you love and love what you do Lakukan apa yang Anda sukai dan sukai apa yang Anda lakukan. Memaknai Sebuah Panggilan (Calling) Profesi Pernahkah Anda mendengar cerita tentang tiga orang tukang bangunan? Baiklah, sekadar pengingat, saya ceritakan kembali. 7

Dikisahkan, ada tiga orang tukang bangunan yang sedang bekerja menumpuk batu bata membangun dinding sebuah bangunan. Satu demi satu, batu bata itu ditumpuk hingga menjulang membentuk sebuah dinding. Tanpa diduga, orang bijak lewat kemudian bertanya sekaligus ingin menguji kualitas jawaban yang mereka utarakan. Hanya dengan memaknai profesi sebagai panggilan (calling), kita akan lebih bersemangat dan bahagia menjalani proses pembelajaran di sekolah. (Sumber: razya4gratlife.blogspot.com) Wahai anak muda, apa yang sedang kamu kerjakan? tanya sang bijak kepada orang pertama. Dengan muka yang agak kesal, dia menjawab, Kamu tak lihat, aku sedang menumpuk batu bata. Kemudian pertanyaan yang sama diajukan kepada orang kedua dan ketiga. Orang kedua menjawab, Aku sedang membikin tembok yang tinggi. Dengan senyum mengembang tiba giliran orang ketiga yang menjawab, Aku sedang membangun rumah indah yang paling megah di kota ini. 8

Hmm, apa yang terlintas dalam pikiran kita saat mendengar ketiga jawaban tersebut? Mari kita analisis bersama. Jawaban pertama menunjukkan dangkalnya pemaknaan seseorang terhadap sesuatu yang ia kerjakan. Tak ubahnya seorang mekanik atau robot, ia hanya bergerak dan berbuat sesuai dengan instruksi pekerjaan yang ada di depan matanya. Baginya, bekerja hanyalah sekadar menunaikan kewajiban. Kewajiban beres, tinggallah menerima upah dari sang majikan. Pekerjaan adalah beban hidup dari hari ke hari yang harus diselesaikan. Jawaban kedua sedikit agak mending dibanding jawaban pertama. Pemaknaan terhadap pekerjaannya sedikit lebih jauh dari yang pertama tetapi belum menunjukkan kedalaman jawaban yang diharapkan. Baginya, pekerjaan dimaknai sebagai kewajiban yang harus ditunaikan sebagai batu loncatan untuk meningkatkan kemampuan dan taraf hidupnya. Semakin banyak dan sering melakukan pekerjaannya, semakin terlatih dan terasah kemampuannya. Bagaimana dengan jawaban yang ketiga? Menurut saya, inilah jawaban seseorang yang memaknai pekerjaannya sebagai panggilan (calling). Ciri yang paling kentara adalah adanya cinta terhadap pekerjaan yang kita lakukan. Cinta inilah yang memunculkan semangat menggelora, optimisme membumi, gairah membahana, dan semangat melayani orang lain. Rasanya sama saja dengan profesi kita sebagai guru. Bila suatu saat kita sedang berada di dalam kelas, kemudian ditanya dengan pertanyaan yang sama di atas, apa jawaban kita? Pasti beragam jawaban muncul dari mulut kita. Tetapi sesungguhnya jawaban kita itu mencerminkan pemaknaan terhadap profesi yang kita geluti. Guru. 9

Barang siapa yang hidup untuk dirinya sendiri, maka ia akan hidup sebagai manusia kecil dan ma sebagai manusia kecil. Barang siapa yang hidup untuk orang lain, maka ia akan hidup sebagai manusia besar, dan dak akan pernah ma selamanya. (Sayyid Qutb) Sebuah panggilan tentu saja jauh lebih memberikan semangat daripada pekerjaan itu sendiri. Ada sebuah militansi untuk berjuang habis-habisan memenuhi panggilan jiwa kita. Kita jauh lebih bersemangat karena kita sadar bahwa kita bekerja untuk sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Masalah terpenting saat kita mengajar di sekolah adalah masalah semangat, bukan masalah taktik dan strategi. Tantangan terbesar setiap kepemimpinan sekolah adalah bagaimana menggelorakan semangat dalam dirinya dan dalam setiap diri guru setiap saat. Tujuan menjadi guru bukanlah mencari uang, melainkan melayani anak-anak didik. Uang akan datang dengan sendirinya sebagai sebuah konsekuensi. Pepatah mengatakan, Jika Anda bekerja hanya karena mencari uang, maka Anda akan berusaha melakukan pelayanan terbaik. Tetapi jika Anda berusaha melakukan yang terbaik, uang akan melayani Anda. Kita diutus Tuhan ke dunia ini karena maksud tertentu. Tugas kita adalah menemukan apa maksud Tuhan itu dan mewujudkannya dalam pekerjaan kita. Ini berarti, menjadi guru adalah amanah Tuhan yang harus kita pelihara 10