BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

dokumen-dokumen yang mirip
WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN BADUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM BANYUWANGI CERDAS

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PENDIDIKAN GRATIS

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 08 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2015

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lembaga pemerintahan tentunya tidak terlepas dengan adanya Belanja

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Walikota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BEASISWA SISWA DAN MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA TIDAK MAMPU

WALIKOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2009 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2009

Mandiri dan Berprestasi yang Madani maka untuk terwujudnya

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 70 TAHUN

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.77, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pendidikan. Alokasi Anggaran Belanja. APBD.

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

Oleh : Sri Handayani NIM K

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI MALANG,

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

ASRI MAYASARI A

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 32

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2010 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 21 TAHUN 2015

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2009

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan adanya pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dapat dikenal dan diakui oleh masyarakat serta timbul keinginan dalam diri seseorang untuk memotivasi diri sendiri agar lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Undang-Undang Dasar 1945 (versi amandemen) pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Kemudian dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa setiap anak di Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Salah satu bagian dari program pemerintah untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun adalah Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program BOS ini dimulai sejak bulan Juli 2005 dan telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas untuk program BOS yang lebih baik. Pelaksanaan program BOS diatur dengan beberapa peraturan yaitu (Juknis BOS 2016): 1. Peraturan Presiden yang mengatur Rincian Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2. Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mekanisme penyaluran dana BOS dari pusat ke provinsi dan pelaporannya

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mekanisme pengelolaan dana BOS di daerah dan mekanisme penyaluran dari kas daerah ke satuan pendidikan. 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang petunjuk teknis penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana BOS. Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Program BOS tidak dibahas kembali dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di samping mendapatkan dana BOS dari pusat, sekolah juga mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Dana BOSDA ini terdiri dari BOSDA Pendidikan Dasar (DIKDAS), BOSDA Pendidikan Menengah (DIKMEN) dan BOSDA kota/kabupaten. BOSDA DIKDAS merupakan dana bantuan operasional yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kepada satuan pendidikan formal jenjang pendidikan dasar yang digunakan untuk melengkapi dana BOS dari pemerintah pusat maupun dana operasional dari pemerintah kabupaten/kota. Sasaran bantuan BOSDA DIKDAS meliputi SD Negeri/Swasta, SMP Negeri/Swasta, MI Swasta dan MTs Swasta. (Juknis BOSDA DIKDAS DIY 2015) BOSDA DIKMEN merupakan dana bantuan operasional yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kepada satuan pendidikan formal jenjang pendidikan menengah yang digunakan untuk melengkapi dana BOS dari pemerintah pusat maupun dana

operasional dari pemerintah kabupaten/kota. Sasaran bantuan BOSDA DIKMEN meliputi SMA Negeri/ Swasta, SMK Negeri/Swasta dan MA Swasta (Juknis BOSDA DIKMEN DIY 2015). Adapun dana BOSDA Kota/Kabupaten merupakan program bantuan untuk operasional sekolah yang diberikan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten kepada satuan pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah yang digunakan untuk memenuhi atau melengkapi kekurangan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah Pusat (Juknis BOSDA 2013). Untuk mencairkan dana BOS, sekolah harus membuat Surat Pertanggungjawaban (SPJ) namun kemudian terlambat karena pihak sekolah terbiasa dengan format pertanggungjawaban yang ditentukan. Pihak sekolah pun masih bingung dengan format Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang jauh berbeda dengan format Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dari keterlambatan pencairan dana BOS tersebut mengakibatkan banyak kepala sekolah mencari pinjaman kepada pihak ketiga untuk menutupi kebutuhan operasional sekolah. Hal ini dikhawatirkan dapat membuat sekolah melakukan berbagai manipulasi dan kecurangan dalam penggunaan alokasi dana BOS. Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana pemerintahan daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah dan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan dan perpustakaan. Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten melakukan fungsi

penganggaran dan pengawasan terkait dana BOSDA dengan menerima proposal dan surat pertanggungjawaban dari masing-masing sekolah terkait alokasi penggunaan dana BOSDA selama satu periode. Menurut Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dana BOSDA baru akan diberikan ke rekening sekolah jika sekolah sudah mengumpulkan surat pertanggungjawaban kepada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hal ini yang mendorong sekolah untuk segera membuat SPJ agar dana dapat diberikan namun meskipun begitu masih ada keterlambatan dalam penyampaian SPJ. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik terkait mekanisme pertanggungjawaban dana BOSDA Kota dan membahasnya dalam penulisan Tugas Akhir Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Surat Pertanggungjawaban Dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) Kota di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat penulis dalam tugas akhir ini yaitu Apa saja faktor-faktor penyebab keterlambatan surat pertanggungjawaban dana bantuan operasional sekolah daerah (BOSDA) kota di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta?.

1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis maka tujuan dari penulisan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan surat pertanggungjawaban dana bantuan operasional sekolah daerah (BOSDA) kota di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penulisan Berdasarkan topik yang akan diangkat oleh penulis maka manfaat penulisan tugas akhir ini antara lain: 1. Manfaat Praktisi Bagi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Tugas Akhir ini memberikan gambaran mengenai mekanisme pertanggungjawaban dana bantuan operasional sekolah daerah (BOSDA) kota dan faktor-faktor penyebab keterlambatan surat pertanggungjawaban dana BOSDA kota sehingga apabila memungkinkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengambilan kebijakan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi penulis - Tugas akhir merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh guna mendapat gelar Ahli Madya (A. Md) dan merupakan persyaratan wajib kampus Program Diploma Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.

- Sebagai sarana menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan khususnya dalam bidang Akuntansi Sektor Publik b. Bagi lembaga pendidikan - Diharapkan dapat menambah jumlah perbendaharaan perpustakaan. - Sebagai bahan referensi penulisan yang dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada mahasiswa khususnya mahasiswa Universitas Gadjah Mada. c. Bagi Pihak lain Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang berguna dalam memberikan tambahan pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai permasalahan yang sama atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan tugas akhir ini: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang deskripsi singkat mengenai program BOS dan BOSDA, mekanisme penyaluran dan pertanggungjawaban dana BOS dan BOSDA, fungsi dari dinas pendidikan terhadap dana BOSDA dan alasan mengapa mengangkat topik tersebut. Pada bab ini terdapat pula rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PENULISAN Pada bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai tempat obyek penelitian yaitu Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, landasan teori berupa pengertian BOSDA, sasaran BOSDA, ketentuan yang harus diikuti sekolah, organisasi yang harus diikuti sekolah, pencatatan dan penggunaan BOSDA, pertanggungjawaban keuangan, pengertian surat pertanggungjawaban serta penulisan sebelumnya sebagai bahan referensi. Bab II ini terdapat pula metode penelitian yang akan digunakan, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, validitas, metode analisis data dan kerangka penulisan. BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai faktor-faktor penyebab keterlambatan surat pertanggungjawaban dana BOSDA di Kota Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang akan dianalisis menggunakan metode root cause analysis dan disajikan dengan cause effect and diagram. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Setelah hasil penelitian dikembangkan, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan dan memberikan saran yang dapat menunjang kemajuan instansi pada masa yang akan datang