Belajar untuk masa depanku. P etunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI TAHUN ANGGARAN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN DANA BOS. Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-kegiatan berikut: Item Pembiayaan

PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI

PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI

MATRIK PERBEDAAN PENGGUNAAN DANA BOS MADRASAH PADA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016

Dana Bantuan Sekolah Rp 23 Triliun Rawan Dikorupsi. infojambi.com

Menyongsong Pendidikan Dasar dan Menengah yang bermutu dan berkeadilan

P etunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH SWASTA DAN PPS TAHUN ANGGARAN 2012

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2012

Apa BOS itu? Apa Tujuan BOS? Apa Tujuan khusus BOS? Berapa besaran BOS? Penggunaan BOS untuk apa saja? Bagaimana sistem pelaporan BOS?

Petunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH DAN PPS TAHUN ANGGARAN 2014 (DRAFT)

PENGGUNAAN DANA BOS TAHUN 2012 (HASIL TIM MANAJEMEN BOS KAB.,MKKS DAN PERWAKILAN PENGGUNA BOS / TIM MANAJEMEN BOS SEKOLAH)

BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH MADRASAH IBTIDAIYAH MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

PENGGUNAAN DANA BOS PADA MADRASAH TAHUN 2016

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TAHUN Prof. Suyanto, Ph.D

BUKU PANDUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) UNTUK PENDIDIKAN TERJANGKAU DALAM RANGKA WAJIB BELAJAR 9 TAHUN YANG BERMUTU

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) MADRASAH IBTIDAIYAH MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

BUKU PANDUAN TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI TAHUN ANGGARAN 2013 UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH DAN MADRASAH TSANAWIYAH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH MADRASAH IBTIDAIYAH MADRASAH TSANAWIYAH

GUBERNUR SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUKU PANDUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) UNTUK PENDIDIKAN GRATIS DALAM RANGKA WAJIB BELAJAR 9 TAHUN YANG BERMUTU

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

R JA JIB BELA A W S MAR

Petunjuk Teknis Pelaksanaan BOS Madrasah


PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

BAB II MEKANISME PENYALURAN DANA RINTISAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KOTA MEDAN. F. Landasan Hukum Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah

PENGGUNAAN DANA BOS PADA MADRASAH TAHUN 2016

INSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH TAHAP 2 TAHUN ANGGARAN 2015

BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

ANALISIS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMPN 6 SATAP RAMBAH SAMO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

BAGAN AKUN STANDAR TAHUN ANGGARAN 2015

BUKU Panduan teknis UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH DAN MADRASAH TSANAWIYAH SERTA PPS ULA DAN PPS WUSTHA

PETUNJUK TEKNIS LAPORAN KEUANGAN BOS TAHUN ANGGARAN 2012 BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG


BAB II KAJIAN PUSTAKA

INSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TAHUN ANGGARAN 2016

G. HASIL YANG DIHARAPKAN Terpenuhinya kebutuhan biaya operasional sekolah/madrasah jenjang pendidikan dasar dalam rangka mewujudkan mutu pendidikan.

BAB IV Pembahasan Hasil Pengamatan

BAB II LANDASAN TEORI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

Petunjuk Teknis BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) MADRASAH ALIYAH Tahun Anggaran 2014

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH MADRASAH ALIYAH

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Informasi Petunjuk Teknis BOS Direktorat Jenderal Dikdas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Petunjuk Teknis. Bantuan Operasional Sekolah. pada Pondok Pesantren

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah tidak akan berjalan dengan baik.

Petunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA PONDOK PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMPN 11 YOGYAKARTA DAN SMPN 1 PURWOREJO SKRIPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAl PAJAK SURAT EDARAN NOMOR : SE - 02 /PJ./ 2006

SALINAN BUPATI BULUNGAN,

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TINGKAT SD NEGERI DI KOTA MEDAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Informasi Petunjuk Teknis BOS Reguler 2018 Pemendikbud No. 1 Tahun 2018

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Keefektifan Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PENJELASAN PENGGUNAAN KODE AKUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi,

BAGAN AKUN STANDAR (BAS) TA 2012

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

Gorontalo: Prof. Dr. H. Ansar, M. Si dan Intan Abdul Razak, S. Ag, M. Pd Dosen pembimbing Universitas Negeri Gorontalo

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 51 Tahun 2011 tentang Juknis Penggunaan Dana BOS dan Laporan Keuangan BOS TA 2012; 2.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN TAHUN 2014

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perencanaan Dana Bos.

PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 DI MADRASAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

2013, No

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

Transkripsi:

P etunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI TAHUN ANGGARAN 2012 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2012 1

BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH 2

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun, diukur dengan capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat MTs/sederajat. Pada tahun 2009 APK nasional tingkat SMP/sederajat rata-rata telah mencapai 98,11% dan Kementerian Agama telah memberikan kontribusi sebesar 21,97% untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah/PPS Wusta serta 12,44% untuk tingkat MI/PPS Ula. Dengan APK ini berarti program Wajib Belajar 9 Tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan dan menunjukkan bahwa Pemerintah melalui program BOS sejak tahun 2005 telah berhasil mempercepat target program Wajib Belajar 9 Tahun. Dengan keberhasilan program BOS tersebut, mulai tahun 2009 Pemerintah mengarahkan tujuan program BOS pada upaya peningkatan mutu pendidikan dasar, disamping untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan capaian APK nasional. Dalam konteks inilah, maka pemerintah menaikkan anggaran untuk Program BOS tahun 2009. Kita berharap dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, madrasah/pps memperoleh perhatian yang layak dari pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Mulai tahun 2010, mekanisme pelaksanaan program BOS di lingkungan madrasah negeri dengan madrasah swasta dan PPS memiliki perbedaan. Untuk madrasah swasta dan PPS, pencairan dan penyaluran dana BOS tetap dikelola oleh Tim Manajemen BOS Provinsi. Sedangkan untuk madrasah negeri, pencairan dana BOS dikelola sendiri oleh madrasah yang bersangkutan, karena anggaran BOS sudah melekat pada DIPA Satker masing-masing madrasah. Dengan adanya perbedaan pengelolaan tersebut, maka buku panduan pelaksanaan BOS pun dibedakan untuk madrasah negeri dengan madrasah swasta dan PPS, meskipun perbedaannya hanya pada mekanismenya saja, sehingga dapat memudahkan pengelola BOS di semua tingkatan dalam memahami buku panduan ini dan dapat menjadi acuan bagi seluruh tim Manajemen BOS dalam melaksanakan program BOS di madrasah dan PPS. Untuk itu, kepada seluruh Tim Manajemen BOS agar memahami dan melaksanakan pedoman ini dengan sebaik-baiknya. Jakarta Januari 2012 Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. H. Mohammad Ali, MA. NIP. 19530603 197903 1 002 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAGIAN SATU PANDUAN BOS I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Pengertian BOS... 1 C. Tujuan BantuanOperasional Sekolah... 1 D. Saran Program dan Besar Bantuan... 2 E. Waktu Penyaluran Dana... 2 F. Landasan Hukum... 2 II. PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)... 5 A. Jenis Biaya Pendidikan... 5 B. Madrasah Penerima BOS... 5 C. Program BOS dan Program Wajar Dikdas 9 Tahun Yang Bermutu... 5 III. ORGANISASI PELAKSANA... 7 A. Tim Pengarah... 7 B. Tim Manajemen BOS Tingkat Pusat... 7 C. Tim Manajemen BOS Tingkat Provinsi... 7 D. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota... 8 E. Tugas dan tanggungjawab Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota... 9 F. Tim Manajemen BOS Tingkat Madrasah... 9 IV. MEKANISME PELAKSANAAN... 14 A. Mekanisme Alokasi Dana BOS... 14 B. Mekanisme Penyaluran dan Pengambilan Dana BOS... 14 C. Penggunaan Dana BOS... 15 D. Larangan Penggunaan Dana BOS... 16 E. Kode Akun Kegiatan Dalam Penggunaan Dana BOS... 17 F. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Madrasah... 18 V. TATA TERTIB PENGELOLAAN DANA BOS... 18 A. Tim Manajemen BOS Pusat... 18 B. Tim Manajemen BOS Provinsi... 18 C. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota... 18 D. Tim Manajemen BOS Madrasah... 19 VI. PEDOMAN PENGADAAN BUKU TEKS PELAJARAN... 21 A. Ketentuan yang Harus Diikuti Madrasah/PPS... 21 B. Penggunaan Dana... 21 C. Mekanisme Pembelian Buku oleh Madrasah... 22 D. Mekanisme Pengadaan Buku untuk Daerah Yang Belum Memiliki Pengecer... 22 VII. MONITORING DAN PELAPORAN... 20 A. Monitoring dan Supervisi... 20 B. Pelaporan... 22 VIII. PENGAWASAN DAN SANKSI... 26 A. Pengawasan... 26 B. Sanksi... 26 IX. PENGADUAN MASYARAKAT... 28 ii

LAMPIRAN BOS Lampiran 01 Format BOS-01A, Pernyataan Tantang Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri... 30 Lampiran 02 Format BOS-01B, Pernyataan Tantang Jumlah Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri... 31 Lampiran 03 Format BOS-02, Rencana Penggunaan Anggaran BOS Pada Madrasah Negeri... 32 Lampiran 04 Format BOS-03A, Statistik Madrasah Negeri Penerima BOS Pada Tiap Provinsi... 35 Lampiran 05 Format BOS-03B, Statistik MIN Penerima BOS Pada Tiap Kab/Kota... 36 Lampiran 06 Format BOS-03C, Statistik MTsN Penerima BOS Pada Tiap Kab/Kota... 37 Lampiran 07 Format-BOS-04A Statistik Penerima BOS Pada Tiap Madrasan Ibtidaiyah Negeri... 38 Lampiran 08 Format BOS-04B, Statistik Penerima BOS Pada Tiap Madarsah Tsanawiyah Negeri... 39 Lampiran 09 Forma BOS-05A, Rekap Hasil Penyerapan Dana BOS Pada MIN dab MTsN di Tiap Kab/Kota... 40 Lampiran 10 Format BOS-05B, Rekap Hasil Penyerapan Dana BOS Pada MIN dan MTsN di Tiap Kab/Kota... 41 Lampiran 11 Format BOS-05C, Rekap Hasil Penyerapan Dana BOS Pada MIN dan MTsN... 42 Lampiran 12 Format BOS-06, Daftar Siswa Miskin dan Yang Dibebaskan Dari Segala Jenis Pungutan/Iuran... 43 Lampiran 13 Format BOS-07, Lembar Pencatatan Pertanyaan/Kritik/Saran... 44 Lampiran 14 Format BOS-08, Lembar Pencatatan Pengaduan Masyarakat... 45 Lampiran 15 Format BOS-09A, Contoh Pengumuman Rencana Penggunaan Dana... 46 Lampiran 16 Format BOS-09B, Contoh Pengumuman Laporan Penggunaan Dana... 47 Lampiran 17 Format BOS-10, Lembar Perbandingan Harga Barang/Jasa... 48 Lampiran 18 Format BOS-11, Rencana Kebutuhan Barang/Jasa... 49 Lampiran 19 Format BOS-12, Rencana Kerja Perawatan Ringan/{Pemeliharaan Madrasah... 50 Lampiran 20 Format BOS-13, Laporan Pelaksanaan Perawatan Ringan/Pemeliharaan Madrasah... 51 BAGIAN DUA PETUNJUK TEKNIS KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN... 54 A. Latar Belakang... 54 B. Maksud dan Tujuan... 54 BAB II PEMANFAATAN DANA... 55 A. Penggunaan Dana... 55 B. Aturan Perpajakan... 55 BAB III PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN... 61 A. Tim Manajemen BOS Provinsi... 61 B. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota... 61 C. Tim Manajemen BOS Madrasah... 61 LAMPIRAN KEUANGAN Lampiran 21 Format BOS K-1, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM)... 66 Lampiran 22 Format BOS K-1A, Rencana Kegiatan Dan Anggaran Madrasah/PPS (RKAM)... 67 Lampiran 23 Format BOS K-2, Rincian Penggunaan Dana Tiap Jenis Anggaran... 68 Lampiran 24 Format BOS K-3, Buku Kas Umum... 69 Lampiran 25 Format BOS K-4, Buku Pembantu Kas Tunai... 70 Lampiran 26 Format BOS K-5, Buku Pembantu Bank... 71 Lampiran 27 Format BOS K-6, Buku Pembantu Pajak... 72 Lampiran 28 Format BOS K-7, Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana BOS... 73 Lampiran 29 Format BOS K-8, Penyaluran Dan Penyerapan Bantuan Operasional Sekolah... 74 iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pada Pasal 34 ayat 2 menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat dasar (SD dan MI, SMP dan MTs) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Kementerian Agama yang menangani pendidikan Madrasah dan Pesantren memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan amanat UU tersebut. Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada tahun 2009, APK SMP telah mencapai 98,11% dan MTs/PPS Wustha telah berkontribusi di dalamnya sebesar 21,97% serta MI/PPS Ula sebesar 12,44%. Dengan APK sebesar ini, maka dapat dikatakan bahwa program Wajib Belajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Mulai tahun 2009, pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan, dan orientasi, sehingga program BOS ke depan bukan hanya berperan untuk mempertahankan APK, tetapi harus juga berkontribusi besar untuk peningkatan mutu pendidikan dasar. Selain itu, dengan kenaikan biaya satuan BOS yang signifikan, program ini akan menjadi pilar untuk mewujudkan pendidikan yang terjangkau untuk semua kalangan masyarakat pada pendidikan dasar. Mulai tahun 2010, mekanisme penyaluran dana BOS pada madrasah negeri mengalami perubahan, yaitu langsung dikelola oleh Satker Madrasah masing-masing dengan mengikuti mekanisme pengelolaan anggaran dalam DIPA. Untuk itu, maka aturan pengelolaan dana BOS pada madrasah negeri dibedakan dengan pengelolaan dana BOS pada madrasah swasta dan PPS. B. Pengertian BOS BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut PP 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsulmi, pajak, asuransi, dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara detail jenis biaya yang boleh dibiayai dari dana BOS dibahas pada penggunaan dana BOS. C. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS bertujuan untuk: 1) Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar, baik di madrasah negeri maupun madrasah swasta 2) Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh siswa MI negeri dan MTs negeri. 3) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di madrasah swasta/pps. 1

D. Sasaran Program dan Besar Bantuan Sasaran program BOS adalah semua MI, MTs dan Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Ula dan Wustha penyelenggara Wajar Dikdas di seluruh Provinsi di Indonesia yang telah memiliki ijin operasional. MI penerima BOS adalah lembaga madrasah yang menyelenggarakan kegiatan Wajar Dikdas dan siswanya tidak terdaftar sebagai siswa SD atau SMP. Bagi madrasah yang menyelenggarakan kegiatan Wajar Dikdas pada sore hari, dapat menjadi sasaran program BOS setelah dilakukan verifikasi oleh Tim manajemen BOS Kabupaten/Kota PPS penerima BOS adalah lembaga pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan Wajar Dikdas dan santrinya tidak terdaftar sebagai siswa madrasah atau siswa sekolah. Batas usia santri PPS yang menjadi sasaran penerima BOS adalah maksimal 25 tahun. Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh madrasah/pps, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan: MI/PPS Ula : Rp 580.000,-/siswa/tahun MTs/PPS Wustha : Rp 710.000/siswa/tahun E. Waktu Pencairan Dana Pada Tahun Anggaran 2012, dana BOS telah dialokasikan dalam DIPA Satker selama 12 bulan untuk periode Januari sampai Desember 2012, dan pencairan dananya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan madrasah. F. Landasan Hukum Landasan hukum dalam pelaksanaan program BOS Tahun 2009 meliputi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5254); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembangian Urusan Pemerintahan Antara 2

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157); 13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2011; 14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010; 15. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 16. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012; 17. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; 18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2008 tentang Buku; 20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimum Pendidikan Dasar; 21. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaam; 22. Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama No. 1/U/KB/2000 dan No. MA/86/2000 tentang Pondok Pesantren Salafiyah sebagai Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun; 23. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. DJ.I/196/2008 tentang Penetapan Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Arab dan Referensi untuk Raudatul Athfal, Tarbiyatul Athfal, Busthanul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah Tahun 2008; 24. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. Dj.I/375/2009 tentang Penetapan Buku Ajar Referensi, Pengayaan dan Panduan Pendidik untuk Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, Pendidikan Agama Islam pada Sekolah dan Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2009; 25. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/Pj/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/Pj/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi; 3

26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 sehubungan dengan Pembayaran Atas penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang lain; 27. Undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1983 terakhir dengan Undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas Undang Undang nomor 8 tahun 1983 tentang barang dan jasa dan PPnBM serta KMK/563/2003 tentang penunjukkan bendaharawan pemerintah untuk memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM beserta tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporannya 28. Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-382/PJ/2002 tentang pedoman pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPNBm bagi pemungut PPN dan Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah 29. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dengan perubahan terakhir PP Nomor 64 Tahun 2010; 30. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 4

A. Madrasah Penerima BOS BAB II PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH 1. Semua MIN dan MTsN wajib menerima program BOS dan dilarang memungut biaya pendidikan apapun dari siswa miskin dan biaya operasional sekolah dari siswa yang mampu/tidak miskin; 2. Madrasah yang menolak BOS harus diputuskan melalui persetujuan orang tua siswa melalui komite madrasah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa miskin di madrasah tersebut; 3. Bagi madrasah negeri yang menerapkan sistem Madrasah Bertaraf Internasioanl (MBI) atau Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) atau dikembangkan menjadi madrasah berbasis keunggulan lokal, maka diperbolehkan memungut dana dari orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Madrasah. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh madrasah tersebut dengan mengikuti prinsip nirlaba dan dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas; 3. Seluruh madrasah yang menerima program BOS harus mengikuti pedoman BOS yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama RI. B. Program BOS dan Program Wajar Dikdas 9 Tahun Yang Bermutu Dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu, banyak program yang telah, sedang dan akan dilakukan. Program-program tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerataan dan perluasan akses; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; serta tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Meskipun tujuan utama program BOS adalah untuk pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan percepatan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun, maka setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut: 1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu. 2. Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh madrasah. 3. Anak lulusan sekolah setingkat MI, harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke tingkat MTs/setara. Tidak boleh ada tamatan MI/setara tidak dapat melanjutkan ke MTs/setara. 4. Kepala Madrasah mencari dan mengajak siswa MI yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di MTs. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah. 5. Kepala Madrasah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel. 6. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua, atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada madrasah, tetapi hal itu harus diputuskan bersama dengan Komite Madrasah dan atau orang tua/wali murid. C. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dalam program BOS, dana diterima oleh madrasah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh madrasah dengan melibatkan dewan guru dan Komite Madrasah. Dengan demikian program BOS sangat mendukung implementasi penerapan MBS yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi), pemberian 5

fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya madrasah, dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. Madrasah mengelola dana secara profesional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. 2. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses, mutu, dan manajemen madrasah. 3. Madrasah harus memiliki Rencana Jangka Menengah yang disusun 4 tahunan 4. Madrasah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM), dimana dana BOS merupakan bagian integral di dalam RKAM tersebut. 5. Rencana Jangka Menengah dan RKAM disusun bersama-sama antara Kepala Madrasah, Dewan Guru, dan Komite Madrasah dan diketahui oleh Kantor Kemenag Kabupaten/Kota. eserta Didik, Orang Tua, dan/atau Wali Peserta Didik Peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta didik bertanggung jawab atas: 1. Biaya pribadi peserta didik, misalnya uang saku/uang jajan, buku tulis dan alat-alat tulis, dan lain sebagaanaan sebagian biaya investasi pendidikan dan/atau sebagian biaya operasional pendidikan tambahan yang diperlukan untuk pengembangan madrasah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal. 6

BAB III ORGANISASI PELAKSANA Pengelolaan program BOS di lingkungan Kementerian Agama dilakukan oleh Tim Manajemen BOS, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan madrasah/pps dengan susunan sebagai berikut: A. Tim Pengarah 1. Tingkat Pusat a. Menteri Agama RI b. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI 2. Tingkat Provinsi a. Gubernur b. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi 3. Tingkat Kabupaten/Kota a. Bupati/Walikota b. Kepala Kantor Kemenag Kab/Kota B. Tim Manajemen BOS Tingkat Pusat 1. Penanggungjawab Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama 2. Tim Pelaksana a. Ketua Tim b. Wakil Ketua c. Sekretaris d. Anggota Tugas dan Tanggungjawab Tim Manajemen BOS Pusat 1. Menerbitkan Surat Keputusan Tim Manajemen BOS Provinsi; 2. Menyusun rancangan program; 3. Menetapkan alokasi dana dan sasaran tiap Provinsi; 4. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program; 5. Mempersiapkan dan melatih Tim Manajemen BOS Provinsi; 6. Melakukan penyusunan, penggandaan dan penyebaran buku petunjuk pelaksanaan program; 7. Menyusun database madrasah/pps tingkat nasional; 8. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi; 9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; 10. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Provinsi atau Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota; 11. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait. C. Tim Manajemen BOS Tingkat Provinsi 1. Pembina Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi 7

2. Penanggungjawab a. Kepala Bidang Mapenda untuk program BOS di madrasah b. Kepala Bidang PK. Pontren untuk program BOS di PPS (bagi Provinsi yang membina PPS Wajar Dikdas) 3. Tim Pelaksana a. Seksi Perencanaan dan Penganggaran b. Seksi Dana c. Seksi data BOS Madrasah d. Seksi data BOS Pondok Pesantren Salafiyah (bagi Provinsi yang membina PPS Wajar Dikdas) e. Seksi Monev BOS pada madrasah f. Seksi Monev BOS pada PPS g. Seksi Penanganan Pengaduan Masyarakat h. Seksi Publikasi dan Humas Tugas dan Tanggungjawab Tim Manajemen BOS Provinsi 1. Menerbitkan SK Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota; 2. Menetapkan alokasi dana BOS untuk madrasah swasta dan PPS pada tiap kabupaten/kota; 3. Menetapkan alokasi dana BOS untuk tiap madrasah negeri; 4. Mempersiapkan sekretariat dan perlengkapannya di provinsi; 5. Mempersiapkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sesuai dengan dana dan kegiatan yang telah ditetapkan; 6. Mempersiapkan dan menyusun anggaran BOS ke dalam DIPA Kanwil sesuai dengan Akun dan peruntukannya; 7. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program BOS di tingkat provinsi; 8. Mempersiapkan dan melatih Tim Manajemen BOS Kab/Kota; 9. Melakukan pendataan penerima bantuan; 10. Menyalurkan dana ke madrasah/pps sesuai dengan haknya (jumlah siswa); 11. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi; 12. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; 13. Bertanggungjawab terhadap kasus penyimpangan penggunaan dana di tingkat provinsi; 14. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Tim Manajemen BOS Pusat dan instansi terkait; 15. Melaporkan penggunaan dana safeguarding kepada Tim Manajemen BOS Pusat. D. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota 1. Pembina Kepala Sub Bagian Tata Usaha 2. Penanggung Jawab a. Kasi Madrasah (BOS pada Madrasah) b. Kasi Pontren (BOS pada Pondok Pesantren Salafiyah) 3. Tim Pelaksana a. Seksi Data BOS Madrasah b. Seksi Data BOS PPS (bagi kab/kota yang membina PPS Wajar Dikdas) c. Seksi Monev BOS pada Madrasah d. Seksi Monev BOS pada PPS e. Seksi Penanganan Pengaduan Masyarakat 8

E. Tugas dan Tanggungjawab Tim Manajemen BOS Kab/Kota 1. Menerbitkan SK Tim Manajemen BOS Madrasah Negeri; 2. Menetapkan alokasi dana BOS untuk setiap madrasah swasta/pps; 3. Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada madrasah/pps penerima BOS; 4. Melakukan pendataan madrasah/pps; 5. Melakukan koordinasi dengan Tim Manajemen BOS Provinsi dan dengan madrasah/pps dalam rangka penyaluran dana; 6. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi; 7. Melaporkan pelaksanaan program BOS kepada Tim Manajemen BOS Provinsi; 8. Melaporkan penggunaan dana safeguarding kepada Tim Manajemen BOS Provinsi; 9. Mengumpulkan data dan laporan dari madrasah/pps; 10. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; 11. Bertanggung jawab terhadap kasus penyalahgunaan dana di tingkat kabupaten/kota; 12. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Tim Manajemen BOS Provinsi dan instansi terkait. F. Tim Manajemen BOS Tingkat Madrasah 1. Penanggungjawab Kepala Madrasah Negeri 2. Anggota a. Bendahara Pengeluaran b. Pendidik/tenaga kependidikan yang ditugaskan oleh Kepala Madrasah untuk bertanggung jawab dalam mengelola dana BOS di tingkat madrasah sebagai Bendahara Pembantu Pengeluaran. c. Komite Madrasah 2 orang Tugas dan Tanggungjawab Madrasah 1. Tim Manajemen BOS Madrasah harus merencanakan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan madrasah berdasarkan pada Standar Biaya Umum (SBU) dan Bagan Akun Standar (BAS); 2. Tim Manajemen BOS Madrasah melakukan telaah dokumen anggaran untuk meneliti kesesuaian antara kegiatan dengan kode akun. Jika terdapat ketidaksesuaian, maka Tim Manajemen BOS Madrasah segera melakukan usulan revisi sesuai dengan peraturan yang berlaku; 3. Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada, termasuk data siswa pasca PSB. Bila jumlah dana yang diterima melebihi dari yang semestinya, maka kelebihan dana tersebut tidak dicairkan atau mengembalikan ke Kas Negara jika dana sudah terlanjur dicairkan, dan tembusannya disampaikan kepada Tim Manajemen BOS Provinsi; 4. Bersama-sama dengan Komite Madrasah, mengidentifikasi siswa miskin yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran; 5. Mengelola dana BOS secara bertanggungjawab dan transparan; 6. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh dibiayai oleh dana BOS serta rencana penggunaan dana BOS di madrasah menurut komponen dan besar dananya di papan pengumuman madrasah, (Format BOS-09A); 7. Mengumumkan besar dana BOS yang digunakan oleh madrasah di papan pengumuman madrasah yang ditandatangani oleh Kepala Madrasah, Bendahara Pengeluaran, dan Komite Madrasah.(Format BOS-09B); 9

8. Membuat laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli oleh madrasah yang ditandatangani oleh Kepala Madrasah, Bendahara, dan Komite Madrasah (lihat pertanggungjawaban Keuangan BOS); 9. Bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di madrasah; 10. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; 11. Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS Kab/Kota. Catatan: Tim Manajemen BOS Pusat dan Tim Manajemen BOS Provinsi ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Tim Manajemen BOS Kab/Kota melalui keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, dan Tim Manajemen BOS tingkat madrasah swasta/pps ditetapkan dengan SK dari Kepala Madrasah atau Penanggung Jawab PPS; Struktur organisasi di atas adalah struktur minimum yang diperlukan. Bila Tim Manajemen BOS Provinsi dan Kab/Kota merasa perlu pengurangan atau penambahan unsur, seperti pelibatan Gubernur, Bupati/Walikota, maka hal itu diperkenankan dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran; Pembentukan Tim Teknis untuk mendukung efektivitas kinerja Tim Manajemen BOS yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, maka hal itu diperkenankan dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran 10

A. Mekanisme Alokasi Dana BOS BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN BOS Mengingat dana BOS pada madrasah negeri sudah dialokasikan dari awal tahun anggaran, maka pengalokasian dana BOS dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tim Manajemen BOS Pusat mengumpulkan data jumlah siswa pada tiap kabupaten/kota melalui Tim Manajemen BOS Provinsi; 2. Atas dasar data jumlah siswa pada tiap kabupaten/kota tersebut, Tim Manajemen BOS Pusat menetapkan alokasi dana BOS untuk madrasah negeri pada tiap provinsi; 3. Setelah menerima alokasi dana BOS dari Tim Manajemen BOS Pusat, Tim Manajemen BOS Provinsi dan Tim Manajemen BOS Kabupten/Kota melakukan verifikasi ulang data jumlah siswa tiap madrasah negeri sebagai dasar dalam menetapkan alokasi dana BOS di tiap madrasah negeri; 4. Berdasarkan jumlah alokasi dana BOS yang telah diverifikasi tersebut, Tim Manajemen BOS Provinsi menetapkan alokasi dana BOS pada madrasah negeri; 5. Berdasarkan alokasi dana BOS tersebut, Tim Manajemen BOS Madrasah menyusun rencana kegiatan yang sesuai dengan penggunaan dana BOS yang dirinci berdasarkan Bagan Akun Standar (BAS) dengan contoh terlampir (Format BOS-02); 6. Dalam pengalokasian dana BOS, Tim Manajemen BOS Madrasah harus memprioritaskan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang belum dianggarkan dalam DIPA di luar anggaran BOS; 7. Pengalokasian dana BOS untuk kegiatan-kegiatan yang sudah dianggarkan dalam DIPA di luar anggaran BOS tersebut, hanya bersifat sebagai tambahan jika dana yang ada tidak mencukupi. Dalam menetapkan alokasi dana BOS pada madrasah negeri, Tim Manajemen BOS Provinsi perlu memperhatikan bahwa alokasi dana BOS tahun 2012 ditetapkan di awal tahun anggaran untuk periode Januari-Desember 2012. Oleh karena itu, maka diperlukan kecermatan dalam penetapan alokasi dana BOS dengan mempertimbangkan bahwa terdapat perbedaan jumlah siswa antara tahun pelajaran 2011/2012 dengan tahun pelajaran 2012/2013. B. Pencairan Dana BOS 1. Pencairan dana BOS pada madrasah negeri dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER/066/PB/2005 atau perubahannya; 2. Pencairan dana BOS disesuaikan dengan rencana penarikan yang telah disusun oleh Tim Manajemen BOS Madrasah; 3. Jika jumlah dana BOS yang dialokasikan pada DIPA madrasah negeri lebih besar dari jumlah yang seharusnya termasuk data siswa pasca PSB, maka kelebihan dana tersebut tidak dicairkan. Tetapi jika sudah terlanjur dicairkan, maka kelebihan dana tersebut harus dikembalikan ke Kas Negara sebelum akhir tahun anggaran; 4. Jika sampai akhir tahun anggaran dana BOS masih tersisa di rekening madrasah (tidak terpakai), maka sisa dana tersebut harus disetor ke Kas Negara sebelum akhir tahun anggaran. 11

C. Penggunaan Dana BOS Penggunaan dana BOS di madrasah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Kepala Madrasah/Dewan Guru dan Komite Madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAM/RAPBM, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Hasil kesepakatan tersebut harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tanda tangan seluruh peserta rapat yang hadir. Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-kegiatan berikut: No Komponen Pembiayaan Item Pembiayaan Penjelasan 1 Pembelian/ penggandaan buku teks pelajaran 2 Kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru 3 Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa 4 Kegiatan Ulangan dan Ujian 5 Pembelian bahanbahan habis pakai Mengganti yang rusak Menambah kekurangan untuk memenuhi rasio satu siswa satu buku Biaya pendaftaran Penggandaan formulir Administrasi pendaftaran Pendaftaran ulang Pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan PAKEM (MI) Pembelajaran Kontekstual (MTs) Pengembangan pendidikan karakter Pembelajaran remedial Pembelajaran pengayaan Pemantapan persiapan ujian Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, Rohis, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Ulangan harian, Ulangan umum, Ujian sekolah Buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris Perhatikan Peraturan Mendiknas No. 2 Tahun 2008 Tentang Buku dan SK Dirjen Pendidikan Islam tentang Buku PAI tahun 2008 dan 2009 Termasuk untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru Termasuk untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran dan biaya transportasinya, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olah raga, alat kesenian dan biaya pendaftaran mengikuti lomba Termasuk untuk untuk fotocopy, penggandaan soal, honor koreksi ujian dan honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa 12

No Komponen Pembiayaan Item Pembiayaan Penjelasan 6 Langganan daya dan jasa Langganan koran, majalah pendidikan, majalah ilmiah, majalah sastra Minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah Pengadaan suku cadang alat kantor Listrik, air, dan telepon, internet (fixed/mobile modem) baik dengan cara berlangganan maupun prabayar Pembiayaan penggunaan internet termasuk untuk pemasangan baru Membeli genset atau jenis lainnya yang lebih cocok di daerah tertentu misalnya panel surya, jika di sekolah yang tidak ada jaringan listrik Penggunaan Internet dengan mobile modem dapat dilakukan untuk maksimal pembelian voucher sebesar Rp. 250.000 per bulan 7 Perawatan sekolah Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela Perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan WC), perbaikan lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas sekolah lainnya Kamar mandi dan WC siswa harus dijamin berfungsi dengan baik. Jika dalam keadaan mendesak dan tidak ada sumber dana lainnya, dana BOS dapat digunakan untuk pembelian meja dan kursi siswa jika meja dan kursi yang ada sudah rusak berat 8 Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. 9 Pengembangan profesi guru Guru honorer (hanya untuk memenuhi SPM) Pegawai administrasi (termasuk administrasi BOS untuk SD) Pegawai perpustakaan Penjaga Sekolah Satpam Pegawai kebersihan KKG/MGMP dan KKKS/MKKS. Madrasah negeri boleh menggunakan tidak lebih dari 20% dana BOS yang diterima untuk komponen pembiayaan ini. Khusus untuk madrasah yang memperoleh hibah/block grant untuk pengembangan KKG/ MGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang sama, hanya diperbolehkan menggunakan dana BOS 13

No Komponen Pembiayaan Item Pembiayaan Penjelasan untuk biaya transport kegiatan apabila tidak disediakan oleh hibah/ block grant tersebut. 10 Membantu siswa miskin Pemberian tambahan bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah Membeli alat transportasi sederhana bagi siswa miskin yang akan menjadi barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll) Membeli seragam, sepatu dan alat tulis bagi siswa penerima subsidi siswa miskin (SSM) sebanyak penerima SSM, baik dari pusat, provinsi maupun kabupaten/kota di madrasah tersebut; 11 Pembiayaan pengelolaan BOS 12 Pembelian perangkat komputer 13 Biaya lainnya jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi pendanaannya dari BOS Alat tulis kantor (ATK termasuk tinta printer, CD dan flash disk) Penggandaan, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos Desktop/work station Printer atau printer plus scanner Alat peraga/media pembelajaran Mesin ketik Peralatan UKS Masing-masing maksimum 1 unit dalam satu tahun anggaran. Peralatan komputer tersebut harus ada di sekolah. Bagi madrasah yang mendapatkan DAK tidak boleh menggunakan dana BOS untuk membeli alat peraga/media pembelajaran IPS, IPA dan Lab. Bahasa. 14

Dalam hal penggunaan dana BOS di madrasah, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan operasional madrasah; 2. Bagi madrasah yang telah menerima DAK, tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama. Sebaliknya jika dana BOS tidak mencukupi untuk pembelanjaan yang diperbolehkan (13 item pembelanjaan), maka madrasah dapat mempertimbangkan sumber pendapatan lain yang diterima oleh madrasah, yaitu pendapatan hibah (misalnya DAK) dan pendapatan madrasah lainnya yang sah dengan tetap memperhatikan pertauran terkait; 3. Pembelian barang/jasa per belanja tidak melebihi Rp. 10 juta 4. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS yang bertugas di luar jam mengajar, harus mengikuti Standar Biaya Umum (SBU) yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. D. Larangan Penggunaan Dana BOS 1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan; 2. Dipinjamkan kepada pihak lain; 3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas madrasah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya; 4. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru; 5. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/siswa untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris madrasah), kecuali untuk siswa miskin penerima BSM; 6. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat; 7. Membangun gedung/ruangan baru; 8. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran; 9. Menanamkan saham; 10. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar; 11. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasional madrasah, misalnya iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara keagamaan; 12. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama. E. Kode Akun Kegiatan dalam Penggunaan Dana BOS Merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK/0.6/2007 dan Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PERDIRJEN-08/2009, maka jenis Akun dari kegiatan-kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOS dapat dikelompokan sebagai berikut: 15

NO. KODE AKUN JENIS KEGIATAN 1. 521111 Belanja Keperluan Perkantoran yang secara langsung menunjang kegiatan operasional perkantoran Kementerian Negara/Lembaga : - Satuan Biaya yang dikaitkan dengan jumlah pegawai yaitu pengadaan barang yang habis pakai antara lain pembelian alat-alat tulis, barang cetak, alat-alat rumah tangga, langganan surat kabar/berita/majalah, biaya minum/makanan kecil untuk rapat, biaya penerimaan tamu - Satuan biaya yang tidak dikaitkan dengan jumlah pegawai antara lain biaya satpam/pengaman kantor, cleaning service, sopir (yang dipekerjakan secara kontraktual) telex, internet, komunikasi khusus diplomat, penguruan sertifikat tanah, pembayaran PBB - Pengeluaran untuk membiayai pengadaan/penggantian inventaris yang berhubungan dengan penyelenggaraan administrasi kantor/satker dibawah nilai kapitalisasi 2. 521119 Belanja Barang Operasional Lainnya Pengeluaran Untuk membiayai pengadaan barang yang tidak dapat ditampung dalam mata anggaran 521111, 521112, 521113, 521114 dalam rangka kegiatan operasional. 521211 Belanja Bahan Pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis dipakai) seperti : - Alat Tulis Kantor (ATK) - Konsumsi Bahan Makanan - Bahan Cetakan - Dokumentasi - Spanduk - Biaya Fotocopy Yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan non operasional seperti dies netalis, pameran, seminar, pejabat, sosialisasi, rapat dan lain lain 4. 521213 Honor Output Kegiatan Honor Tidak tetap yang dibayarkan kepada pegawai yang melaksanakan kegiatan dan terkait dengan output seperti : honor untuk Pelaksanaan Kegiatan (pengarah, penanggung jawab, koordinator, ketua, sekretaris, anggota dan staf sekretariat, termasuk honor guru honorer dan pegawai honorer. 5. 521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya Digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat ditampung dalam mata anggaran 521211 dan 521212, termasuk belanja barang/modal yang akan diserahkan kepada masyarakat serta biaya-biaya Crash Program, seperti biaya transport siswa miskin. 6. 522111 Belanja Langganan Daya dan Jasa Digunakan Untuk pembayaran langganan daya dan jasa seperti listrik, telepon, air dan gas termasuk untuk pembayaran denda keterlambatan pembayaran langganan daya dan jasa 7. 522115 Belanja Jasa Profesi Digunakan untuk pembayaran jasa atas keahlian yangh dimiliki dan diberikan kepada pegawai PNS dan non PNS sebagai narasumber, pembicara, praktisi, pakar dalam kegiatan di luar direktorat atau eselon I pegawai yang bersangkutan untuk kepentingan dinas. 16

8. 523111 Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan - Pengeluaran pemeliharaan/perbaikan yang dilaksanakan sesuai dengan standar biaya umum. Dalam rangka mempertahankan gedung dan bangunan kantor dengan tingkat kerusakan kurang dari atau sampai dengan 2% (termasuk cleaning service) dan - Pemeliharaan/perawatan halaman/taman gedung/kantor agar berada dalam kondisi semula, yang nilainya tidak memenuhi syarat kapitalisasi suatu asset 9. 524119 Belanja Perjalanan Lainnya Pengeluaran untuk perjalanan lainnya dalam rangka pendukung kegiatan kementerian Negara/lembaga yang tidak tertampung di dalam pos belanja perjalanan biasa dan tetap antara lain biaya perjalanan teknis operasional kegiatan. 10. 532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan, seperti : (Belanja Meubeulair, Komputer, Printer, dsb). Dalam belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat dan efisiensi peralatan dan mesin (kontraktual) 11. 536111 Belanja Modal Fisik Lainnya Pengeluaran untuk memperoleh model fisik lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan dan belanja modal non fisik sampai siap pakai. Termasuk dalam belanja modal ini : kontrak sewa beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-barang kesenian, barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum serta buku-buku dan jurnal ilmiah Berdasarkan kode Akun di atas, madrasah dapat menentukan kode akun pada masing-masing kegiatan yang telah direncanakan berdasarkan jenis kegiatan yang diperbolehkan dibiayai dari dana BOS. F. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Madrasah Mekanisme dan prosedur pembelian barang/jasa di madrasah, harus mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 17

A. Tim Manajemen BOS Pusat BAB V TATA TERTIB PENGELOLAAN DANA 1. Menetapkan data jumlah siswa MIN dan MTsN tiap provinsi berdasarkan pada laporan dari Tim Manajemen BOS Provinsi yang dapat dipertanggungjawabkan; 2. Menetapkan alokasi dana safeguarding untuk tingkat provinsi secara proporsional sesuai dengan tingkat kebutuhan; 3. Mengelola dana safeguarding secara transparan dan bertanggungjawab; 4. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada Tim Manajemen BOS Provinsi/Kabupaten/Kota/madrasah; 5. Tidak diperkenankan melakukan pemaksanaan/himbauan atau kebijakan lain yang sejenis kepada madrasah dalam proses penentuan judul buku, pengarang, penerbit dan toko buku/distributor; 6. Bersedia untuk diaudit oleh lembaga yang berwenang. B. Tim Manajemen BOS Provinsi 1. Dilarang untuk merealokasi dana BOS yang telah tertuang dalam DIPA untuk kegiatan lain; 2. Menetapkan data jumlah siswa MIN dan MTsN pada tiap kabupaten/kota berdasarkan laporan dari Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota yang dapat dipertanggungjawabkan; 3. Menetapkan alokasi dana safeguarding untuk tingkat kabupaten/kota secara proporsional sesuai dengan tingkat kebutuhan; 4. Mengelola dana safeguarding secara transparan dan bertanggungjawab; 5. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota/Madrasah; 6. Bersedia untuk diaudit oleh lembaga yang berwenang; 7. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS di madrasah, dan mendorong madrasah untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS; 8. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada madrasah yang bersangkutan. C. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota 1. Menetapkan data jumlah siswa MIN dan MTsN per madarsah berdasarkan usulan dan laporan dari Tim Manajemen BOS Madrasah yang dapat dipertanggungjawabkan; 2. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap madrasah; 3. Mengelola dana safeguarding kabupaten/kota secara transparan dan bertanggungjawab. 4. Bersedia untuk diaudit oleh lembaga yang berwenang. 18

5. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS di madrasah, dan mendorong madrasah untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS. 6. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada madrasah yang bersangkutan. D. Tim Manajemen BOS Madrasah 1. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa dengan maksud untuk memperoleh bantuan yang lebih besar. 2. Mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggungjawab dengan cara mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh madrasah dan rencana penggunaan dana BOS (Format BOS-09A dan BOS-K1) di awal tahun ajaran, serta laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli dari dana BOS oleh madrasah (Format BOS-09B dan BOS-K2) di papan pengumuman madrasah setiap 3 bulan. 3. Mengumumkan hasil pembelian barang dan harga yang dilakukan oleh madrasah di papan pengumuman yang harus ditandatangani oleh Komite Madrasah. 4. Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh dana yang dikelola oleh madrasah, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari sumber lain. 5. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada peserta didik di madrasah yang bersangkutan. 19

Monitoring dan Supervisi BAB VI MONITORING DAN PELAPORAN Bentuk kegiatan monitoring dan supervisi adalah melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BOS. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BOS diterima oleh yang berhak dalam jumlah, waktu, cara, dan penggunaan yang tepat. Komponen utama yang dimonitor antara lain: 1. Alokasi dana BOS pada madrasah/pps penerima bantuan; 2. Penyaluran dan penggunaan dana BOS; 3. Pelayanan dan penanganan pengaduan Masalah BOS; 4. Administrasi keuangan BOS; 5. Pelaporan serta pengumuman rencana penggunaan dana BOS. Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap pelayanan dan penanganan pengaduan, sehingga pelayanan pengaduan dapat ditingkatkan. Dalam pelaksanaannya, monitoring pengaduan dapat dilakukan bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari fakta, menginvestigasi, menyelesaikan masalah, dan mendokumentasikan. Pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Pusat, Tim Manajemen BOS Provinsi, dan Tim Manajemen BOS Kab/Kota. 1. Monitoring oleh Tim Manajemen BOS Pusat a. Monitoring Pelaksanaan Program (1) Monitoring ditujukan untuk memantau: (a). Pencairan dan penggunaan dana BOS pada madrasah negeri (b). Kinerja Tim Manajemen BOS Provinsi (c). Penggunaan dan pengelolaan dana safeguarding di tingkat provinsi. (2) Responden adalah Tim Manajemen BOS Provinsi. (3) Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan pencairan dana, pada saat pencairan dana dan pada saat paska pencairan dana/penggunaan dana. (4) Merencanakan dan membuat jadual monitoring dengan mempertimbangkan monitoring yang telah dilaksanakan oleh Tim Manajemen BOS Provinsi. b. Monitoring Kasus Pengaduan dan Penyimpangan Dana (1) Monitoring kasus pengaduan ditujukan untuk melakukan fact finding, investigasi, menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan serta mendokumentasikannya. (2) Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan pengaduan. (3) Kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan penyimpangan yang akan dilakukan sesuai kebutuhan. (4) Responden disesuaikan dengan kasus yang terjadi. (5) Kegiatan monitoring kasus pengaduan akan dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan di lapangan. Pengaduan ke Tim Manajemen BOS Pusat Kementerian Agama melalui nomor Telepon Bebas Pulsa dengan nomor 0-800-140-1066. 20