BAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SURAT TERBUKA UNTUK BAPAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

KONSERVASI AIR TANAH MENGGUNAKAN METODA SISTEM DINAMIK (Studi Kasus: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan)

BAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

Ditulis oleh Administrator Senin, 26 Desember :43 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16

Mencari Akar Masalah Air (Banjir & Kelangkaan air baku ) Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

Sekapur Sirih. Penutup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

HASIL SENSUS PENDUDUK Angka Sementara

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

Sekapur Sirih. Metro, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Metro. Muhammad Sholihin, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS

<halaman ini tidak ada, adalah bagian belakang dari cover depan>

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN

Abstrak. Kata Kunci: Debit Maksimum, Aliran Permukaan, Perumahan Banteng Abstract

K O T A P E K A N B A R U

Rumus-rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk: a. Metoda Arithmatik

KEADAAN UMUM DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia usaha yang semakin maju dan pesat menyebabkan peran pemasaran

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakkan pada

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

Sukamara, 16 Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukamara

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

.. (5.1).. (5.2) = Intensitas hujan (mm/menit) = Tinggi Hujan (mm) = Waktu (menit) = Volume hujan dalam penampang (mm³) = Luas penampang hujan (mm²)

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

JADWAL PERENCANAAN TAHUN 2017 UNTUK PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KOTA DEPOK TAHUN 2018

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

Data Agregat per Kecamatan

SURAT TERBUKA UNTUK BAPAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Nomor 16 Tahun. (PBB) mengenai. yang telah dilatih. Sensus Penduduk. yang diperoleh dari. dari. setinggi tingginya

ANALISA DAN PEMBAHASAN

KABUPATEN MERANGIN. Data Agregat per Kecamatan

ANALISIS POTENSI DAERAH RESAPAN AIR HUJAN DI SUB DAS METRO MALANG JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Kabupaten Sarolangun

KOMPROMI PEMULIHAN AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN *)

BAB IV ANALISA DATA. = reduced mean yang besarnya tergantung pada jumlah tahun pengamatan. = Standard deviation dari data pengamatan σ =

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

III. METODE PENELITIAN

Menghitung Debit Aliran Permukaan Di Kecamatan Serengan Tahun 2008

Data Agregat per Kecamatan. Kota Tangerang Selatan

BADAN PUSAT STATISTIK

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN MUARA ENIM

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

Sekapur Sirih. Kutacane, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tenggara. Rusmadi Nisca, SE

SEKAPUR SIRIH. Bengkulu, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Bengkulu. Isbullah,SE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

MANFAAT SUMUR RESAPAN DALAM PENANGGULANGAN BANJIR DI WILAYAH KELURAHAN PENANGGUNGAN BAGIAN SELATAN KOTA MALANG

Transkripsi:

BAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK 3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Dan Kebutuhan Air Bersih Di Kota Depok Dalam kurun waktu 10 tahun, penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 Kota Depok menunjukkan jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.736.565 jiwa, sedangkan hasil Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa. Berdasarkan hasil sensus penduduk (SP) tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki 879.325 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 857.240 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Cimanggis sebanyak 242.214 orang (13,95%), Sukmajaya sebanyak 232.895 orang (13,41%), Tapos sebanyak 216.581 orang (12,47%) dan Kecamatan Pancoran Mas sebanyak 210.204 orang (12,10%). Sex ratio penduduk Kota Depok adalah 103, artinya jumlah penduduk laki-laki 3 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di empat kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Cipayung, Bojongsari dan Limo yakni sebesar 104 dan terkecil terdapat di Kecamatan Sukmajaya yakni sebesar 100. Selama kurun waktu 10 tahun, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Depok sebesar 4,27 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Limo adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatankecamatan lain di Kota Depok yakni sebesar 8,48 persen, sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Sukmajaya yakni sebesar 2,44 persen. Kecamatan Cimanggis menempati urutan pertama dari jumlah penduduk di Kota Depok, namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk adalah terendah kedua setelah Kecamatan Sukmajaya yakni hanya sebesar 3,27 persen. 24

Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Depok adalah sebesar 8.670 jiwa per km 2. Wilayah paling padat penduduknya adalah kecamatan Cimanggis yang mencapai 1.209 jiwa/km2 (hasil SP2010). Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Limo yang kepadatannya hanya sekitar437 jiwa/km 2. Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2011 mencapai 1.813.612 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 918.835 jiwa dan penduduk perempuan 894.777 jiwa. Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan kecamatan lain di Kota Depok, yaitu 252.424 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 91.749 jiwa. Di Tahun 2011 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 9.055 jiwa/km². Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 13.433 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Pancoranmas dengan tingkat kepadatan 12.059 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 4.977 jiwa/km 2 Untuk memperkirakan jumlah penduduk dapat dilkukan dengan metoda geometrik menggunakan rumus sebagai berikut : Pn = P 0 (1 + r) n Dimana : Pn P 0 R N = Jumlah penduduk pada tahun ke n = Jumlah penduduk pada tahun dasar. = laju pertumbuhan penduduk. = Jumlah interval tahun Jumlah penduduk kota Depok pada tahun 2011 adalah 1.813.612 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk rata rata sebesar 4,27 %. Dengan menggunakan rumus tersebut di atas maka perkiraan jumlah penduduk Kota Depok sampai 30 tahun yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Jika kebutuhan air bersih untuk kota Depok diasumsikan 150 liter per orang per hari (untuk Kota besar), maka kebutuhan air bersih kota Depok sampai 30 tahun yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pendusuk kota depok pada tahun 2011 adalah 1.891.053 jiwa, dan pada tahun 2041 akan meningkat menjadi 6.358.074 jiwa. Kebutuhan air bersih kota Depok pada tahun 2011 yakni sebesar 103.535.164 m 3 per 25

tahun (3.283,08 liter per detik) dan pada tahun 2041 akan meningkat menjadi 348.104.558 m 3 per tahun (11.038,32 liter per detik). Tabel 3.1 : Perkiraan Jumlah Penduduk Dan Kebutuan Air Bersih Kota Depok Sampai Tahun 2041 No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 26 Jumlah Kebutuhan Air Bersih (m 3 /tahun) 1 2011 1891053 103535164 2 2012 1971801 107956116 3 2013 2055997 112565842 4 2014 2143788 117372404 5 2015 2235328 122384205 6 2016 2330776 127610011 7 2017 2430301 133058958 8 2018 2534074 138740576 9 2019 2642279 144664798 10 2020 2755105 150841985 11 2021 2872748 157282938 12 2022 2995414 163998919 13 2023 3123318 171001673 14 2024 3256684 178303445 15 2025 3395744 185917002 16 2026 3540743 193855658 17 2027 3691932 202133294 18 2028 3849578 210764386 19 2029 4013955 219764025 20 2030 4185351 229147949 21 2031 4364065 238932567 22 2032 4550411 249134987 23 2033 4744713 259773051 24 2034 4947313 270865361 25 2035 4947313 270865361 26 2036 5158563 282431312 27 2037 5378833 294491129 28 2038 5608510 307065900

29 2039 5847993 320177614 30 2040 6097702 333849198 31 2041 6358074 348104558 Jumlah pemakaian air PDAM kota Depok pada tahun 2010 adalah 12.900.111 m 3 per tahun atau 409,06 liter per detik (Lihat Tabel 2. ). Jika diasumsikan pada tahun 2011 pemakaian air PDAM diasumsikan sama dengan pemakaian pada tahuhn 2010, maka jika dibandingkan dengan kebutuhan air bersih kota Depok pada tahun 2011 yakni sebesar 103.535.164 m 3 per tahun, pemakaian air PDAM pada tahun 2011 hanya mencukupi 12,46 % dari total kebutuhan air bersih. Sisanya 87,54 % yakni sebesar 90.635.053 m 3 per tahun diasumsikan menggunakan air tanah. Gambar 3.1 : Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kota Depok Sampai Tahun 2041. Jika diasumsikan peningkatan pemakaian air PDAM di kota depok adalah sebesar 250 liter per detik tiap 10 tahun maka pemakaian air PDAM pada tahun 2020, 2030 dan tahun 2040 masing masing adalah 27

659.06 liter per detik (20.784.116 m 3 per tahun), 909,06 liter per detik (28.668.116 m 3 per tahun) dan 1.159,06 liter per detik (36.552.116 m 3 per tahun). Selisih jumlah kebutuhan Air bersih di kota Depok dan jumlah pemakaian air oleh PDAM dipasok dengan menggunakan sumber air tanah. Perkiraan jumlah penduduk, kebutuhan air bersih kota depok, pemakaian air PDAM dan perkiraan pengguanaan air tanah di kota Depok sampai tahun 2041 dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2. 3.2 Potesi Air Hujan Dan Potensi Air Hujan Yang Meresap Ke Dalam Tanah Dengan intensitas curah hujan rata rata yang relatif tinggi yakni 3.332 mm per tahun (data th. 2010), maka potensi air hujan di wilayah Kota Depok cukup besar. Potensi air permukaan atau air limpasan (runoff) di wilayah Kota Depok dapat dihitung dengan Rumus sebagai berikut : Jumlah air limpasan = C.I.A Potensi Air hujan yang meresap ke dalam tanah dapat dihitung dengan rumus sederhana sebagai berikut : Petensi Air Hujan Yang Meresap ke dalam Tanah = (1-C) I A dimana : C = koefisien Runoff I = Intensitas curah hujan (m per tahun) A = Luas Area (m 2 ) Koefisien runoff rata rata untuk wilayah Kota Depok (Ciliwung hulu) pada tahun 2007 adalah 0,65 (Haryoto, 2007). Curah hujan rata-rata kota Depok adalah 3.332 mm per tahun atau 3,332 m per tahun (Data th 2010) maka, Potensi air limpasan hujan (permukaan) (2011) = = 0,65 x 200,29 km 2 x 1.000.000 m 2 /km 2 x 3.332 m/tahun = 433.788.082 m 3 /tahun. 28

Tabel 3.2 : Perkiraan Jumlah Penduduk Dan Kebutuhan Air Bersih Kota Depok, Pemakanai Air PDAM Dan Perkiraan Pengguanaan Air Tanah Di Kota Depok Sampai Tahun 2041 No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Kebutuhan Air Bersih (m 3 /tahun) Perkiraan Jumlah Pemakaian Air PDAM Perkiraan Jumlah Pemakaian Air Tanah (m 3 /tahun) 1 2011 1.891.053 103.535.164 12.900.111 90.635.053 2 2012 1.971.801 107.956.116 12.900.111 95.056.005 3 2013 2.055.997 112.565.842 12900111 99.665.731 4 2014 2.143.788 117.372.404 12.900.111 104.472.293 5 2015 2.235.328 122.384.205 12.900.111 109.484.094 6 2016 2.330.776 127.610.011 12.900.111 114.709.900 7 2017 2.430.301 133.058.958 12.900.111 120.158.847 8 2018 2.534.074 138.740.576 12.900.111 125.840.465 9 2019 2.642.279 144.664.798 12.900.111 131.764.687 10 2020 2.755.105 150.841.985 20.784.116 130.057.869 11 2021 2.872.748 157.282.938 20.784.116 136.498.822 12 2022 2.995.414 163.998.919 20.784.116 143.214.803 13 2023 3.123.318 171.001.673 20.784.116 150.217.557 14 2024 3.256.684 178.303.445 20.784.116 157.519.329 15 2025 3.395.744 185.917.002 20.784.116 16.5132.886 16 2026 3.540.743 193.855.658 20.784.116 173.071.542 29

17 2027 3.691.932 202.133.294 20.784.116 181.349.178 18 2028 3.849.578 210.764.386 20.784.116 189.980.270 19 2029 4.013.955 219.764.025 20.784.116 198.979.909 20 2030 4.185.351 229.147.949 28.668.116 200.479.833 21 2031 4.364.065 238.932.567 28.668.116 210.264.451 22 2032 4.550.411 249.134.987 28.668.116 220.466.871 23 2033 4.744.713 259.773.051 28.668.116 231.104.935 24 2034 4.947.313 270.865.361 28.668.116 242.197.245 25 2035 4.947.313 270.865.361 28.668.116 242.197.245 26 2036 5.158.563 2824.31.312 28.668.116 253.763.196 27 2037 5.378.833 294.491.129 28.668.116 265.823.013 28 2038 5.608.510 307.065.900 28.668.116 278.397.784 29 2039 5.847.993 320.177.614 28.668.116 291.509.498 30 2040 6.097.702 33.3849.198 36.552.116 297.297.082 31 2041 6.358.074 348.104.558 36.552.116 311.552.442 30

Air limpasan tersebut mengalir ke sungai sungai yang mengalir di wilayah Depok serta tertampung di beberapa situ yang ada diwilayah Depok. Sebagian besar air tersebut belum dimanfaatkan untuk keperluan air bersih karena memerlukan proses pengolahan dan masih digunakan untuk keperluan pertanian dan perikanan. Gambar 3.2 : Perkiraan kebutuhan Air bersih, Perkiraan Pemakaian Air PDAM dan perkiraan Pemkaian Air Tanah di Kota Depok sampai tahun 2041. Potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah (2011) = (1-0,65) x 200,29 km 2 x 1.000.000 m 2 /km 2 x 3.332 m/tahun = 200.290.001 m 3 /tahun. Koefisien Runoff diwilayah Depok pada tahun 2041 diasumsikan naik menjadi 0,8 akibat perubahan tata guna lahan serta pertumbuhan kota 31

dan pemukiman yang semakin meluas. Dengan demikian potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi lebih kecil. Potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah (2041) = (1-0,80) x 200,29 km 2 x 1.000.000 m 2 /km 2 x 3.332 m/tahun = 133.473.256 m 3 /tahun. Air tanah merupakan sumber daya air yang sangat penting karena saat ini untuk keperluan air bersih masyarakat menggunakan air yang dipasok oleh PDAM atau menggunakan air tanah yang berasal dari sumur dangkal atau sumur dalam. Air tanah adalah merupakan sumber air bersih yang paling murah bagi masyarakat dengan kualitas yang cukup baik. Di lain pihak prosentase pelayanan air bersih oleh PDAM masih relatif Kecil yakni sekitar 15 %. Sehingga sebagian besar kebutuhan air masih menggunakan air tanah. Jika diasumsikan masyarakat yang belum terlayani oleh PDAM menggunakan air tanahserta koefisien runoff untuk wilayah Depok dianggap tetap sebesar 0,65, maka jumlah pemakaian air tanah akan sama dengan pontensi air hujan yang meresap ke dalam tanah (titik impas) akan terjadi pada tahun 2030, seperti terlihat pada Gambar 3.3 (skenario 1). Jika diasumsikan koefisien runoff 0,65 pada tahun 2011 dan pada tahun 2041 koefisen runoff naik menjadi 0,8 akibat pertumbuhan kota serta perbuahan tata guna lahan, maka perkiraan titik impas (breakpoint) antara potensi air yang meresap ke dalam tanah dan pemakaian air tanah di Kota Depok akan terjadi pada tahun 2026 seperti terlihat pada Gambar 3.4 (skenario 2). Jika pengguanan air tanah lebih besar dari potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah, maka akan terjadi defisit cadangan air tanah yang mengakibatkan penurunan muka air tanah serta menyebabkan penurunan tanah ( land subsidance). Untuk menjaga kelestarian air tanah di wilayah Depok perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangan baik untuk jangka pendek maupun untuk program jangka panjang. Hai ini mengingat wialyah Depok juga merupakan daerah resapan untuk wilayah DKI Jakarta, sehingga keseimbangan potensi dan pemakaian air tanah di wilayah Depok juga akan berpengaruh untuk wilayah DKI Jakarta. 32

53 Gambar 3.3 : Perkiraan Titik Impas (Breakpoint) Antara Potensi Air Yang Meresap Ke Dalam Tanah Dan Pemakaian Air Tanah Di Kota Depok. (Skenario 1 : Koefsisen Runoff tahun 2011 sampai dengan Tahun 2041 dipertahankan tetap 0,65. Titik Impas Diperkiraakan Terjadi Pada Tahun 2030) 33

Gambar 3.4 : Perkiraan Titik Impas (Breakpoint) Antara Potensi Air Yang Meresap Ke Dalam Tanah Dan Pemakaian Air Tanah Di Kota Depok. (Skenario 2 : Koefsisen runoff tahun 2011 adalah 0,65 dan koefsisen runoff tahun 2041 naik menjadi 0,80 akibat perubahan tata guna lahan. Titik impas diperkiraakan terjadi pada Tahun 2026). 34

Beberapa alternatif yang dapat dilakukan antara lain : Dalam jangka pendek perlu adanya pengendalian yang ketat ataupun pembatasan pemakaian air tanah dalam jumlah yang besar atau berlebihan. Mempercepat pengembangan sumber-sumber air untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Melakukan kontrol terhadap penggunaan tata guna lahan agar koefisien runoff dapat dijaga agar tidak bertambah besar. Memperbesar kapasitas dari PDAM dan memperbesar jaringan air minum dengan menggunakan sumber air permukaan, sehingga kebutuhan air bersih masyarakat dapat terpenuhi. Dengan demikian jumlah pemakaian air tanah dapat dikurangi atau dibatasi. Mengembangkan dan memasyarakatkan teknologi peresapan atau pengisian air tanah buatan (artificial recharge of ground water), yaitu teknik meresapkan air permukaan (misalnya air hujan) kedalam tanah agar jumlah air tanah menjadi bertambah serta mengembangkan dan memasyarakatkan teknologi pemanenan air hujan. 35