SEKTOR POTENSIAL PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Potential Sectors Of Regional Economic Development) Wardihan Sabar 1 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

ANALISIS POLA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

ANALISIS DAYA SAING SEKTOR EKONOMI KABUPATEN MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Oleh: Hamzah Hafied (Dosen FE UMI Makassar) Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB V PENUTUP. di Kabupaten Alor, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

ANALISIS SEKTOR BASIS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN POTENSI SEKTORAL PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN GRESIK ( ) JURNAL ILMIAH. Disusun oleh :

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN TIMUR TENGAH SELATAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Listrik, Gas & Air Bersih. Dengan demikiansektor tersebut perlu mendapat perhatian

IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KABUPATEN ANGGOTA LEMBAGA REGIONAL BARLINGMASCAKEB

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

Keywords : transformation economic structure,base sectors,shift share,lq,mrp, Overlay

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

PEMETAAN POTENSI EKONOMI SEKTORAL PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

Transkripsi:

48 SEKTOR POTENSIAL PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Potential Sectors Of Regional Economic Development) Wardihan Sabar 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor-sektor potensial yang perlu prioritaskan dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Soppeng. Penelitian ini bersifat deskptif Kuantiatatif. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series) tahun 2008-2012. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Location Quotient (LQ), Analisis Overlay. Hasil penelitian ini menunjukkan sektor ekonomi yang prospektif dikembangkan sebagai sektor potensial di Kabupaten Soppeng selama periode tahun 2008-2012 yaitu sektor jasa-jasa. Sementara Sektor pertanian, dan sektor bangunan, termasuk kriteria sektor dengan kotribusi tinggi namun pertumbuhannya rendah. Perkembangan sektor jasajasa perlu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Daerah, karena sektor tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Soppeng. Kata kunci: Sektor Potensial, Spesialisasi Ekonomi, Model Rasio Pertumbuhan, LQ, Overlay. A. PENDAHULUAN Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumberdaya yang dimiliki, serta kemampan daerah tersebut untuk megembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam rangka pengembangan potensi yang dimiliki suatu daerah, maka Pemerintah Daerah menyusun berbagai langkah strategis, kebijakan dan upaya untuk lebih meningkatkan perekonomian daerahnya. Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat strategi pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk bangun ekonomi daerah yang dicita-citakan. Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan yang keliru. 1 Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar Email : wardihan.sabar@gmail.com

49 Pemerintah daerah perlu berusaha mengidentifikasi kawasan-kawasan mana yang dapat ditumbuhkan menjadi pusat-pusat perekonomian wilayah. Kawasan-kawasan yang strategis dan cepat tumbuh ini dapat berupa kawasan yang sudah menunjukkan tanda-tanda aglomerasi, seperti sentra-sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan klaster industri. Kawasan cepat tumbuh juga dapat berupa kawasan yang sengaja dibangun untuk memanfaatkan potensi SDA yang belum diolah. Kawasan-kawasan ini perlu dikenali dan selanjutnya ditumbuhkan dengan berbagai upaya pengembangan kegiatan ekonomi. Salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah. Pengembangan potensi ekonomi sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemajuan ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, informasi mengenai potensi yang dimiliki daerah sangat penting diperlukan untuk mendukung kebijakan pembangunan ekonomi daerah. Menurut Samuelson (dalam Tarigan, 2005:55), setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditi yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor tersebut memiliki competitive adventage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar dan memberikan sumbangan yang besar untuk perekonomian. Agar pasarnya dapat terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan dapat bertumbuh.

50 Kabupaten Soppeng Masih terdapat kesenjangan informasi (Gap Information) tentang potensi yang bisa digali dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan ekonomi daerah, sehingga analisis pola pertumbuhan ekonomi dan sektor potensial Kabupaten Soppeng perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng di masa mendatang. B. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kuznets (dalam Jhingan, 1994:72), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan serta ideologis yang diperlukannya. Definisi tersebut memiliki tiga komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajad pertumbuhan ekonomi dalam penyediaan beraneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Dalam pemahaman ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang berarti peningkatan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2000). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan

51 Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of the Nations mengemukakan faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Menurut Smith (dalam Suryana, 2000:53), penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan mendorong tingkat spesialisasi. Spesialisasi akan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pertumbuhan ekonomi, karena spesialisasi akan mendorong produktifitas tenaga kerja dan mendorong tingkat perkembangan teknologi. Jadi, menurut teori klasik, pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya perpacuan antara perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi. Mengenai corak dan proses pertumbuhan ekonomi, Smith mengemukakan bahwa apabila pertumbuhan telah terjadi, maka proses tersebut akan terus menerus berlangsung secara kumulatif. Apabila terdapat permodalan awal dan kemungkinan-kemungkinan pasar, pembagian kerja akan terjadi, sehingga timbul kenaikan produktifitas dan pendapatan nasional. Adanya kenaikan pendapatan nasional akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Selain itu, spesialisasi dan perluasan pasar akan menciptakan perangsang yang lebih besar bagi para pengusaha, pengembangan teknologi dan inovasi, sehingga pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara terus menerus. Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumberdaya manusia, modal, usaha, teknologi dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Di dalam pertumbuhan ekonomi, lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik dan kelembagaan merupakan faktor non ekonomi. Faktor-faktor non-ekonomi bersama-sama faktor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan perekonomian. Faktor non ekonomi juga memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor non ekonomi yang

52 mempengaruhi pertumbuhan adalah: Faktor Sosial, faktor sumber daya manusia, dan faktor politik serta administratif. Para ahli ekonomi berpendapat bahwa Laju pertumbuhan ekonomi, jatuh atau bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi dalam faktor produksi. Beberapa faktor ekonomi yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain dari sumber daya alam (Natural resources) yang ada di daerah tersebut, juga dipengaruhi oleh, sumberdaya manusia (human resources), angkatan kerja, akumulasi modal dan kemampuan teknologi. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kuantitatif yang melibatkan data runtun waktu (time series) tahun 2008 2012 yang ditunjang dengan studi kepustakaan. Untuk memenuhi tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka dilakukan langkah analisis sebagai berikut : 1. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dilakukan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi, terutama struktur ekonomi Kabupaten Soppeng. yang lebih menekankan pada kriteria pertumbuhan. Rumus untuk menghitung MRP (Buhana dan Masyuri,2006) adalah. 1) = 2) = Keterangan : Y in = Y in (t+1) - Y in(t) adalah perubahan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan disektor i. Y in (t) = PDRB Provinsi Sulawesi Selatan di sektor i awal periode penelitian. Y n = Y n(t+1) - Y n(t) Perubahan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Y n(t) Y ij = PDRB Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun awal periode penelitian. = Y ij(t+1) - Y ij(t) adalah perubahan PDRB Kab. Soppeng di sektor i

53 Y ij(t) Y j Y j(t) = PDRB Kabupaten Soppeng di sektor i tahun awal periode penelitian. = Y j(t+1) Y j(t) perubahan PDRB Kabupaten Soppeng. = PDRB Kabupaten Soppeng pada tahun awal periode penelitian Jika RPs lebih besar dari 1 maka RPs dikatakan (+) yang berarti pertumbuhan suatu sektor produksi tertentu di tingkat kabupaten atau kota lebih tinggi dari pertumbuhan sektor produksi tertentu provinsi dan jika RPs lebih kecil dari 1 dikatakan (-) yang berarti bahwa pertumbuhan suatu sektor produksi tertentu di tingkat kabupaten atau kota lebih rendah dari pertumbuhan sektor provinsi. Dari hasil analisis MRP akan diperoleh nilai riil dan nilai nominal kemudian hasil kombinasi keduanya dapat diperoleh deskripsi sektor ekonomi yang potensial dikembangkan di daerah kabupaten/kota di provinsi yang dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian (Yusuf,1999), yaitu : a. Klasifikasi 1, yaitu nilai RPr (+) dan RPs (+) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang menonjol baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. sektor ini disebut sebagai dominan pertumbuhan. b. Klasifikasi 2, yaitu nilai RPr (+) dan RPs (-) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang menonjol di tingkat provinsi, namun belum menonjol di tingkat kabupaten/ kota. c. Klasifikasi 3, yaitu nilai RPr (-) dan RPs (+) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak menonjol di tingkat provinsi sementar pada tingkat kabupaten/kota termasuk menonjol. d. Klasifikasi 4, yaitu nilai RPr (-) dan RPs (-) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah baik di tingkat kabupaten/kota maupun di tingkat provinsi. 2. Location Quotient (LQ) Dalam penelitian ini menggunakan Analisis Location Quotient (LQ) sebagai referensi komparatif dan pelengkap untuk keperluan Analisis Overlay. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki daerah tersebut yaitu sektor basis dan sektor non basis. Rumus LQ (Arsyad, 2010) dapat ditulis sebagai berikut : LQ = Keterangan :

54 LQ : Location Quotients dari sektor i di wilayah Kabupaten Soppeng. v i v t V i V t : Pendapatan dari sektor i di wilayah Kabupaten Soppeng. : Pendapatan total dari wilayah Kabupaten Soppeng. : Pendapatan dari sektor i di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. : Pendapatan total dari wilayah Sulawesi Selatan. Kriteria pengukuran LQ yaitu : a. LQ > 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat wilayah studi lebih besar dari sektor yang sama di tingkat wilayah referensi, sektor tersebut merupakan sektor basis di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai pendorong perekonomian daerah b. LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat wilayah studi lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat wilayah referensi, sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. 3. Analisis Overlay Analisis Overlay digunakan untuk menentukan sektor unggulan dengan menggabungkan alat analisis dengan tujuan untuk menyaring hasil analisis yang paling baik. Metode ini memberikan penilaian kepada sektor sektor ekonomi dengan melihat nilai positif (+) dan negatif (-). Sektor yang jumlah nilai positif (+) paling banyak berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan begitu juga sebaliknya jika suatu sektor tidak mempunyai nilai positif berarti sektor tersebut bukan sektor unggulan. Notasi positif berarti koefisien komponen lebih dari satu dan negatif kurang dari satu. RPr bernotasi positif berarti pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan total di wilayah referensi. RPs bernotasi positif berarti pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibanding pertumbuhan sektor yang sama di wilayah referensi. Sementara untuk metode LQ nilai positif diberikan pada sektor ekonomi yang nilai koefisien LQ lebih dari 1 (LQ>1). Terdapat tiga kriteria dalam analisis overlay yaitu : a. RPr, RPs, dan LQ ketiganya bernilai positif (+), berarti sektor tersebut mempunyai potensi daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul dibanding kegiatan yang sama di tingkat provinsi.

55 b. RPr bernilai negatif (-), sedangkan RPs dan LQ bernilai positif (+), berarti sektor tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di kabupaten/kota. c. RPr, RPs, dan LQ ketiganya bernilai negatif (-), berarti sektor tersebut kurang memiliki daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul dibandingkan kegiatan yang sama pada tingkat provinsi. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Berdasarkan Hasil olah data, maka diperoleh rasio pertumbuhan sektoral pada perekonomian Kabupaten Soppeng pada tabel 1 di bawah. Berdasarkan hasil olah data pada Tabel 1 di atas, diperoleh hasil yang disesuaikan dalam Kriteria I, merupakan kriteria dominan pertumbuhan dengan nilai RPr (+) dan RPs (-), msaing-masing sektor tersebut yakni sektor Listrik, gas dan air bersih, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor Angkutan dan komunikasi, dan sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini memiliki pertumbuhan yang menonjol baik di provinsi Sulawesi Selatan maupun di kabupaten Soppeng. Kriteria II yaitu nilai RPr 1.04 notasi positif, dan RPs 0.99 notasi negatif, yakni sektor bangunan, hal ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang menonjol di Provinsi Sulawesi Selatan, namun belum menonjol di kabupaten Soppeng. No Tabel 1. Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten Soppeng Tahun 2008-2012. Lapangan Usaha RPr RPs Nilai Notasi Nilai Notasi 1 Pertanian 0.97-0.97-2 Pertambangan dan penggalian 0.94-1.01 + 3 Industri pengolahan 0.99-1.01 + 4 Listrik,gas dan air bersih 1.02 + 1.02 + 5 Bangunan 1.04 + 0.99-6 Perdagangan,hotel dan restoran 1.03 + 1.08 + 7 Angkutan dan komunikasi 1.05 + 1.05 + 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1.07 + 1.05 + 9 Jasa-jasa 0.98-1.01 + Sumber : Soppeng Dalam Angka. Tahun 2015 (Data di olah) Kriteria III, yakni sektor dengan nilai RPr (-) dan RPs (+), masing-masing

56 sektor tersebut adalah sektor Pertambangan dan penggalian, sektor Industri pengolahan, dan sektor Jasa-jasa. Hal ini berarti bahwa ketiga sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak menonjol di Provinsi Sulawesi Selatan sementara di Kabupaten Soppeng termasuk menonjol. Kriteria IV, yakni sektor pertanian dengan nilai RPr 0,97 notasi negatif dan RPs 0,97 notasi negatif, hal ini berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah baik di Provinsi Sulawesi Selatan sementara di Kabupaten Soppeng selama periode penelitian. 2. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Berdasarkan Hasil Olah data, dapat diketahui bahwa ada tiga sektor yang nilai Location Quotient (LQ) nya lebih besar dari satu, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kabupaten soppeng selama periode pengamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 2. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Soppeng Tahun 2008-2012. No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 Rerata LQ 1 Pertanian 1.65 1.64 1.63 1.64 1.61 1.63 + 2 Pertambangan dan penggalian 0.06 0.07 0.07 0.08 0.08 0.07-3 Industri pengolahan 0.52 0.54 0.55 0.56 0.56 0.54-4 Listrik,gas dan air bersih 0.81 0.77 0.78 0.79 0.83 0.80-5 Bangunan 1.37 1.17 1.15 1.18 1.13 1.20 + 6 Perdagangan,hotel dan restoran 0.61 0.61 0.65 0.66 0.72 0.65-7 Angkutan dan komunikasi 0.66 0.65 0.65 0.64 0.65 0.65-8 Keuangan,persewaan dan jasa perusahaan 0.87 0.84 0.80 0.80 0.81 0.82-9 Jasa-jasa 1.41 1.47 1.60 1.56 1.59 1.53 + Sumber : Soppeng Dalam Angka, Tahun 2014 (Data di olah) Notasi Nilai LQ sektor pertanian sebesar 1,63 bermakna bahwa sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi terbesar selama ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Soppeng. Sektor berikutnya yang memegang peranan strategis dalam perekonomian Kabupaten Soppeng dengan LQ sebesar 1,53 adalah sektor Jasa-jasa. Kemudian disusul oleh sektor Bangunan dengan nilai LQ sebesar 1,20. Meskipun sektor pertanian, sektor jasa-jasa, dan sektor bangunan merupakan sektor basis yang sangat baik untuk dikembangkan dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi Kabuaten Soppeng, akan tetapi peran sektor non basis tidak

57 dapat diabaikan begitu saja. Karena dengan adanya sektor basis akan dapat membantu pengembangan sektor non basis menjadi sektor basis baru. 3. Hasil Analisis Overlay Dalam analisis ini kriteria kontribusi yang dipergunakan adalah nilai LQ ratarata selama periode 2008-2012, sedangkan untuk kriteria pertumbuhan dalam analisis MRP digunakan nilai RPs rata-rata selama periode 2008-2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : No Tabel 3. Hasil Analisis Overlay Kabupaten Soppeng Tahun 2008-2012. Lapangan Usaha RPr RPs LQ Nilai Notasi Nilai Notasi Nilai Notasi Overlay 1 Pertanian 0.97-0.97-1.63 + - - + 2 Pertambangan dan penggalian 0.94-1.01 + 0.07 - - + - 3 Industri pengolahan 0.99-1.01 + 0.54 - - + - 4 Listrik,gas dan air bersih 1.02 + 1.02 + 0.80 - + + - 5 Bangunan 1.04 + 0.99-1.20 + + - + 6 Perdagangan,hotel dan restoran 1.03 + 1.08 + 0.65 - + + - 7 Angkutan dan komunikasi 1.05 + 1.05 + 0.65 - + + - 8 Keuangan,persewaan dan jasa perusahaan 1.07 + 1.05 + 0.82 - + + - 9 Jasa-jasa 0.98-1.01 + 1.53 + - + + Sumber : Soppeng Dalam Angka, Tahun 2015 (Data di olah) Hasil analisis overlay pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak satupun sektor memenuhi kriteria I yang ketiganya (RPr, RPs, dan LQ) bernotasi positif (+), yang menunjukkan bahwa sektor tersebut mempunyai potensi daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul dibanding kegiatan yang sama di provinsi Sulawesi Selatan. Sementara Kriteria II sektor ekonomi yang prospektif dikembangkan sebagai sektor potensial di Kabupaten Soppeng dengan LQ dan nilai RPs positif selama periode tahun 2008-2012 yaitu sektor jasa-jasa. Sektor tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di kabupaten Soppeng. Sementara Sektor pertanian, dan sektor Bangunan, termasuk kriteria sektor dengan kotribusi tinggi namun pertumbuhannya rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak satupun sektor ekonomi di Kabupaten Soppeng yang memiliki daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul dibanding kegiatan yang sama di Provinsi Sulawesi Selatan selama

58 periode 2008-2012. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sektor yang memiliki spesialisasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Soppeng adalah sektor Jasajasa. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyasa (2009) sektor ekonomi unggulan, baik dilihat dari pertumbuhan maupun kontribusinya yang dapat ditetapkan sebagai prioritas pembangunan di Kabupaten Gianyar adalah sektor jasa-jasa. Hasil temuan dalam penelitian ini juga konsiten dengan penelitian yang dilakukan oleh Erawati (2012) Sektor ekonomi yang potensial dikembangkan di Kabupaten Klungkung, salah satunya adalah jasa-jasa. Dari sektor-sektor tersebut muncul beberapa sub sektor yang potensial, yaitu sub sektor jasa swasta. Sektor jasa-jasa dalam perekonomian Kabupaten Soppeng memberikan kontribusi yang cukup tinggi dan dengan rasio pertumbuhan yang positif selama periode 2008-20012. Hal ini dikarenakan oleh sumbangan subsektor-subsektor Jasa Pemerintahan Umum dan Jasa Swasta. Sub sektor jasa pemerintahan umum, masih memberikan kontribusi yang terbesar dalam penciptaan output sektor jasa-jasa artinya meningkatnya sektor jasa-jasa ini lebih disebabkan oleh peran pemerintah bukan peran masyarakat secara umum. Oleh karena itu, subsektor swasta baik sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi dan perorangan serta rumah tangga yang sebenarnya cukup potensial untuk dikembangkan sehingga kontribusinya bagi perekonomian Kabupaten Soppeng bisa semakin ditingkatkan di masa akan datang. Kabupaten soppeng juga kental dengan nuasa wisata ekologi. Dalam hal ini subsektor wisata ekologi memfokuskan pada pemanfaatan lingkungan. Kawasan wisata ekologi merupakan wilayah luas dengan habitat yang masih asli yang dapat memberikan landasan bagi terbentuknya wisata ekologi. Hal ini merupakan peluang unik untuk menarik pasar wisata ekologi. Membangun tempat ini dengan berbagai aktivitas akan dapat membantu perluasan pariwisata serta mengurangi kesenjangan akibat pengganguran. Meskipun demikian ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu. Keanekaragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan dan untuk menstabilkan ekonomi wilayah. Ekonomi yang beragam lebih mampu bertahan terhadap konjungtur ekonomi. Secara umum perencana pembangunan seharusnya dapat memprediksikan

59 arah pembangunan yang akan berlangsung sehingga dapat dibuat sarana umum yang baru untuk menunjang kegiatan masyarakat pada wilayah tersebut. Penyediaan sarana dapat juga dilakukan dengan memberikan potongan pajak dan ongkos kompensasi berupa pengelolaan sarana umum kepada sektor swasta yang bersedia membangun fasilitas umum. Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah daerah, mempunyai kelebihan dalam satu hal, dan tentu saja keterbatasan dalam hal lain, demikian juga pengusaha. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi daerah akan diarahkan perlu menjadi pemahaman bersama. Pemerintah daerah mempunyai kesempatan membuat berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan peluang, serta membentuk wawasan orang banyak. Tetapi pemerintah daerah tidak mengetahui banyak bagaimana proses kegiatan ekonomi sebenarnya berlangsung. Pengusaha mempunyai kemampuan mengenali kebutuhan orang banyak dan dengan berbagai insiatifnya, memenuhi kebutuhan itu. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan gaji dan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Dengan pajak, pemerintah daerah berkesempatan membentuk kondisi agar perekonomian daerah berkembang lebih lanjut. Pemerintah daerah dalam mempertahankan keberlanjutan pembangunan ekonomi daerahnya agar membawa dampak yang menguntungkan bagi penduduk daerah perlu memahami bahwa perencanaan pembangunan daerah dapat memberikan pengaruh yang baik guna mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang diharapkan. Bila kebijakan perencanaan pembangunan tidak tepat sasaran maka akan mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Maka perencanaan pembangunan daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi serta menciptakan peluang peluang bisnis diberbagai sektor yang menguntungkan dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah. E. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak satupun sektor ekonomi di Kabupaten Soppeng yang memiliki daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul dibanding kegiatan yang sama di Provinsi Sulawesi Selatan selama

60 periode 2008-2012. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sektor yang memiliki spesialisasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Soppeng adalah sektor Jasajasa. Prioritas pengembangan ekonomi Kabupaten Soppeng harus diupayakan melalui strategi pembangunan yang tepat dengan memperhatikan potensi wilayah yang merupakan dasar pembangunan ekonomi berkelanjutan. Sektor-sektor ekonomi potensial hendaknya dikembangkan sehingga dimasa-masa akan datang sektor tersebut dapat diandalkan menjadi sektor-sektor ekonomi yang unggul. Pengembangan membangun infrastruktur fisik yang dapat menunjang pengembangan masingmasing sektor. F. DAFTAR PUSTAKA sektor-sektor ekonomi potensial dapat dilakukan dengan cara Adisasmita, R, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta. Ambardi, U.M dan Socia, P. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah, Jakarta. Ariyasa, I.B.W. 2009. Identifikasi Sektor/Subsektor Potensial Untuk Menentukan Prioritas Pembangunan di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali (Tesis). Universitas Udayana. Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta Badan Pusat Statistik Kabupaten Soppeng, 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Soppeng 2012. Pemerintah Kabupaten Soppeng. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Soppeng 2012. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta Buhana,E., dan Masyuri. 2006. Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Brebes. Agrosains 19(1):85. Erawati 2012. Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor Potensial Kabupaten Klungkung. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. Glasson John (1990). Pengenalan Perancangan Wilayah Konsep dan Amalan (alih bahasa Ahris Yaakup). Dewan bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia Kualalumpur. Jhingan, ML, 2002. Ekonomi Pembangunan. Rajawali, Jakarta. Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.

61 Razak, Rahman. 2009. Esensi Pembangunan Ekonomi Daerah. Penerbit Nala Cipta Litera. Riachardson Harry.,W. (1977). Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. (terjemahan: Paul Sitohang). LPFE-UI. Jakarta. Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Badouse Media, Cetakan Pertama, Padang. Suryana, 2000. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta. Tarigan, Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT Bumi Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta. Todaro, Michael P, 2000. Ekonomi Untuk Negara Berkembang Suatu Pengantar Tentang Prinsip-prinsip Masalah dan Kebijakan Pembangunan. Bumi Aksara, Jakarta.