BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Magnoliophyta. : Magnoliopsida. : Dilleniidae. : Theales. : Dipterocarpaceae

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Asal populasi mempengaruhi kemampuan bertunas meranti tembaga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Meranti Tembaga ( Shorea leprosula Miq.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

TINJAUAN PUSTAKA Botani

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

II. TINJAUAN PUSTAKA

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

II. TINJAUAN PUSTAKA

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penurunan mencapai 0,4 juta hektar per tahun pada daripada itu, sekitar 0,84 hektar per tahun pada 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam

2. KERANGKA TEORITIS Tinjauan Pustaka Tanaman Leek Botani Tanaman leek mempunyai taksonomi sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. dengan jenis yang dimanfaatkan antara lain kemenyan toba (Styrax sumatrana),

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan

TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Meranti Tembaga a. Klasifikasi Kingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Dilleniidae : Theales : Dipterocarpaceae : Shorea Spesies (www.plantamor.com). : S. leprosula Miq. Gambar 1. Bibit Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.) (dokumentasi penelitian) b. Penyebaran dan Habitat Shorea leprosula Miq. menyebar secara alami mulai Semenanjung Thailand dan Malaysia, Sumatera sampai Kalimantan Utara. Biasanya dijumpai di hutan dipterokarpa dataran rendah di bawah 700 m menempati ruang terbuka di hutan yang mengalami gangguan. Tumbuh pada berbagai 9

jenis tanah tetapi tidak toleran terhadap genangan. Curah hujan 1500-3500 mm/tahun, dan musim kemarau pendek perlu untuk pertumbuhan dan regenerasi. Jarang ditemukan di punggung bukit, dari percobaan penanaman menunjukkan pertumbuhan di kaki bukit lebih baik dibanding puncak bukit. Meranti tembaga merupakan jenis meranti yang tercepat pertumbuhannya sampai umur 20 tahun tetapi selanjutnya terkejar oleh meranti lain. Jenis ini mengalami penurunan populasi yang disebabkan penebangan, dan menurut daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN) tergolong langka (Jǿker. 2002). c. Deskripsi Botani Di hutan alam pohon meranti tembaga dapat mencapai tinggi 60 m. Batangnya lurus dan silindris dengan diameter mencapai 100 cm dengan tinggi batang bebas cabang 30 m. Tajuknya lebar, berbentuk payung dengan ciri berwarna coklat kekuning-kuningan seperti tembaga. Banir mencapai tinggi 2 m. Kulit coklat keabu-abuan dengan alur dangkal (Jǿker, 2002). 10

Gambar 2. Pohon Shorea leprosula Miq. (Rudjiman dan Dwi T. Adriyanti, 2002) Daun lonjong sampai bulat telur, panjang 8-14 cm, lebar 3,5-4,5 cm. Permukaan daun bagian bawah bersisik seperti krim, tangkai utama urat daun dikelilingi domatia terutama pada pohon muda, sedang urat daun tersier rapat seperti tangga (Jǿker, 2002). a b Gambar 3. Daun Shorea leprosula Miq. (Rudjiman dan Dwi T. Adriyanti, 2002). Permukaan atas daun (a) dan permukaan bawah daun (b). 11

d. Deskripsi Buah dan Benih Buah seperti kacang yang terbungkus kelopak bunga yang membesar. Kelopak ini berbulu jarang dengan 3 cuping memanjang sampai 10 cm dan melebar 2 cm berbentuk sendok, 2 cuping lainnya berukuran panjang 5,5 cm dan lebar 0,3 cm. Panjang benih 2 cm, diameter 1,3 cm, bulat telur, berbulu halus dan lancip di bagian ujungnya (Jǿker. 2002). a b Gambar 4. Benih (a) dan Bunga (b) S. leprosula Miq. (Rudjiman dan Dwi T. Adriyanti, 2002; www.nies.go.jp) e. Pembungaan dan Pembuahan Pembungaan terjadi setiap 3 hingga 5 tahun. Pada tahun ketika berbunga, hampir seluruh pohon berbunga lebat secara serempak. Bunga merekah malam hari. Mengeluarkan bau menyengat, diserbuki oleh ngengat bunga. Buah masak 14 minggu setelah pembungaan. Jika terjadi kekeringan selama periode ini, gugur buah tertunda dan buah tidak berkembang sempurna. Pada sebaran alami, pengumpulan benih dilakukan pada bulan 12

Maret Juli, terutama beberapa bulan setelah musim kemarau panjang (Jǿker. 2002). f. Tempat Tumbuh Meranti tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.750 m dpl. Sebagian besar jenis ini terdapat pada ketinggian di bawah 500 m dpl. Pada umumnya tumbuh pada daerah-daerah dengan curah hujan di atas 2.000 mm per tahun dan musim kemarau yang pendek. Kartawinata et al. (1980) menjelaskan bahwa meranti tembaga merupakan jenis meranti yang rentan terhadap moisture stress yang tinggi yaitu pada kondisi curah hujan yang rendah, musim kemarau yang panjang dan temperatur udara yang tinggi. Cahaya yang diperlukan anakan meranti untuk pertumbuhannya berkisar 50-75% dari cahaya total (Eulis Retnowati, 2001). g. Kegunaan Kayu meranti tembaga dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti kayu lapis (plywood), kayu gergajian (sawntimber) dan bahan bangunan (Rudjiman dan Dwi T. Adriyanti, 2002). Kayunya ringan, kerapatan 0,3-0,55 gr/cm 3, dan sangat baik untuk joinery meubel, panel, lantai, langit-langit dan juga untuk kayu lapis. Selain itu, dapat menghasilkan resin yang dikenal dengan nama damar daging, yang dapat digunakan obat. Kulitnya dipakai untuk produksi tannin (Jǿker. 2002). 13

2. Keragaman Meranti Tembaga Proporsi keragaman genetik dalam populasi jenis S. leprosula lebih besar dibanding keragaman genetik antar populasinya, yaitu masing-masing sebesar 96% dan 4%. Hasil penelitian Cao dkk. (2006) menunjukkan bahwa proporsi keragaman genetik dalam populasi jenis S. leprosula di Indonesia sebesar 70,2%. Zobel dan Talbert (1984) menyatakan bahwa keragaman genetik yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya perkawinan silang (outcrossing), polinasi yang terjadi dengan bantuan serangga dan juga luasnya distribusi S. leprosula (Anto Rimbawanto dan Isoda, 2001), daur hidup yang panjang, kejadiankejadian selama tahapan suksesi, belum adanya perlakuan dari manusia, serta perkawinan antarinduk yang telah teridentifikasi dengan induk yang belum teridentifikasi (half-sib mating) (Ima Lestyaningsih dkk., 2005). Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman meranti di berbagai tempat menunjukkan adanya variasi pertumbuhan baik tinggi maupun diameter. Di Samboja tanaman Shorea leprosula umur 10 tahun mempunyai rataan diameter 23,8 cm dengan diameter terbesar mencapai 26,7 cm. Selanjutnya di Malinau tanaman umur 30 tahun rataan diameternya adalah 35,6 cm dengan diameter terbesar mencapai 54,1 cm (Rudjiman dan Dwi T. Adriyanti, 2002). Pertumbuhan tanaman uji keturunan S. leprosula umur 4 tahun di PT. Sari Bumi Kusuma, Kalbar menunjukkan bahwa populasi Bukit Baka, Kalteng lebih baik dari populasi Gunung Bunga, Kalbar. Dalam uji tersebut rata-rata tinggi dan diameter batang tanaman dari populasi Bukit Baka 14

masing-masing sebesar 5,9 m dan 5,29 cm sedangkan untuk populasi Gunung Bunga masing-masing sebesar 3,53 m dan 5,29 cm (Soekotjo, 2009). 3. Perbanyakan Meranti a. Perbanyakan Generatif Secara teknik silvikultur, perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman dari bahan yang berasal dari biji. Biji meranti termasuk tipe biji rekalsitran, yaitu bijinya berkulit lunak, kandungan air tinggi, serta tidak dapat disimpan dalam jangka panjang karena viabilitasnya mudah menurun. Pengecambahan biji meranti dapat dilakukan dengan menanam bijinya langsung dalam wadah penyemaian tanpa perlakuan khusus sebelumnya (Atok Subiakto, 2009). b. Perbanyakan Vegetatif Melalui Stek Stek merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila ditanam pada kondisi yang menguntungkan akan beregenerasi dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna (Soerianegara dan Djamhuri, 1979). Perbanyakan vegetatif secara stek umumnya digunakan untuk memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak dengan biji, melestarikan klon tanaman unggul dan untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman (Rochiman dan Harjadi, 1973). Pertumbuhan stek dipengaruhi oleh interaksi faktor bahan tanaman dan faktor lingkungan (Hartmann et al., 1997). Faktor bahan tanaman 15

terutaman meliputi genetik, kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk), hormon endogen dalam jaringan stek, tingkat juvenilitas bahan stek, dan jenis stek. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan antara lain media perakaran, kelembaban udara, suhu, intensitas cahaya dan teknik penyetekan. Pembiakan vegetatif yang telah berhasil dikembangkan pada jenis Shorea adalah sistem stek pucuk (Yasman dan Smits, 1988). Pengembangan teknik stek pucuk tersebut dapat dilakukan dengan syarat utama yaitu harus berasal dari tunas vertikal (orthotrop) dan tunas muda secara fisiologis yang dikenal dengan tunas juvenil. Untuk menghasilkan tunas juvenil dapat dilakukan dengan teknik peremajaan atau teknik rejuvenasi (Leppe, 1998). Menurut Evers, et al. (1991) teknik rejuvenasi dapat dilakukan secara mekanik dengan pemangkasan pohon atau cabang dan cara kimiawi menggunakan pupuk atau zat perangsang tumbuh maupun gabungan antara mekanik dengan kimiawi. Tingkat juvenilitas bahan stek tanaman sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan akar stek. Fase juvenil merupakan fase pertumbuhan vegetatif sebelum fase pembungaan (generatif). Bahan stek yang memiliki tingkat juvenilitas tinggi umumnya terdapat pada tanaman yang berumur muda. Selain itu bahan tanaman juvenil lainnya dapat diperoleh dari tunas yang muncul dari akar atau batang maupun tunas pada kebun pangkas (Hartmann et al., 1997). Bahan stek pada fase juvenil 16

memiliki kemampuan untuk menumbuhkan akar adventif yang lebih mudah, dan kemampuan ini semakin dewasa semakin menurun (Salisbury dan Ross 1995). Tingkat juvenilitas tanaman dapat dipertahankan melalui perbanyakan berseri, pemangkasan, subkultur beberapa kali dan penyimpanan jaringan (Talbert et al., 1993; Bonga dan Aderkas 1993; Haapala et al., 2004) (Danu, 2009). Menurut Leppe dan Smits (1988), pembangunan kebun pangkas dapat menyediakan tunas-tunas ortothrop (tunas tumbuh secara vertikal) dan selalu muda (juvenil) sebagai bahan stek yang berkualitas. Kebun pangkas dalam bentuk bedengan merupakan kelas kebun pangkas yang paling umum dikembangkan. 4. Pemangkasan Pemangkasan ditujukan untuk merangsang pembentukan tunastunas baru yang muda (juvenil) secara fisiologis dan kronologis sebagai bahan stek yang berkualitas. Pemangkasan pada bagian atas tanaman akan menstimulasi tumbuhnya tunas-tunas baru pada bagian aksiler batang (Dwijoseputro, 1983). Jumlah tunas yang tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur pohon, ukuran pohon, tinggi pangkasan, kondisi lingkungan, jarak tanam, waktu dan stimulasi hormon (Zobel dan Talbert, 1984; Kijkar, 1991). Semakin tua umur tanaman maka kemampuan untuk menghasilkan tunas berkurang. Selain itu, kondisi 17

lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan tunas antara lain kelembaban, status unsur hara/kesuburan media dan penyinaran cahaya matahari (Loveless, 1991). Marini (2003) menyatakan bahwa pemangkasan batang utama akan merangsang pembentukan cabang yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan tanpa pangkas. Menurut Salisbury dan Ross (1995) penambahan jumlah cabang ini dapat terjadi karena hilangnya dominansi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk batang utama. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya membentuk cabang tanaman. Pemangkasan kuncup apikal dan daun-daun muda sering dilakukan untuk meningkatkan percabangan. Teknik ini juga memungkinkan cabang tumbuh lebih tegak, terutama cabang teratas. Pada banyak spesies, pemangkasan daun-daun muda secara terus-menerus sama efektifnya dengan pemangkasan keseluruhan apeks tajuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu faktor dominansi, yaitu zat penghambat, terdapat di apeks tajuk maupun daun muda. Jika auksin ditambahkan pada sisa batang yang apeks tajuknya dipangkas, maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan terhambat lagi. Penggantian kuncup atau daun muda oleh auksin menunjukkan bahwa zat penghambat yang dihasilkan adalah auksin. Namun pemberian auksin untuk mencegah perkembangan kuncup samping ini diperlukan dalam dosis yang sangat 18

tinggi hingga 1000 kali lipat kandungan auksin kuncup apikal itu sendiri (Salisbury dan Ross, 1995). Auksin merupakan salah satu hormon yang tergolong dalam zat pengatur tumbuh pada tumbuhan. Umumnya auksin terdapat dalam jumlah yang banyak pada bagian tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan berkembang, antara lain pada ujung tunas, ujung akar, kambium, dan daun-daun muda. Auksin ini memacu pertumbuhan dengan mengakibatkan pengenduran dinding sel (Suwasono Heddy, 1989). Selain pengaruh auksin, nisbah auksin-sitokinin juga berperan dalam dominansi apikal. Nisbah auksin-sitokinin yang tinggi mendukung dominansi apikal, sedangkan nisbah auksin-sitokinin yang rendah mendukung pertumbuhan tajuk maupun tunas lateral (Salisbury dan Ross, 1995). B. Kerangka Berpikir Teoritis Shorea leprosula Miq. (meranti tembaga) yang berasal dari daerah berbeda mempunyai karakteristik genetik yang berbeda satu sama lain. Adanya variasi genetik tersebut memungkinkan adanya perbedaan dalam pembentukan tunas pada masing-masing meranti tembaga dari beberapa daerah. Pembentukan tunas juga dapat dirangsang dengan pemangkasan batang utama. Pemangkasan batang utama akan menghilangkan dominansi apikal dan merangsang pembentukan tunas-tunas ortotrop. 19

C. Hipotesis 1. Asal populasi berpengaruh terhadap kemampuan bertunas meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.). 2. Tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan bertunas meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.). 3. Interaksi asal populasi dengan tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan bertunas meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.). 20