BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK AIR WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM FANNY KUSUMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN KAOLIN PADA FORMULA SEDIAAN MASKER WAJAH EKSTRAK AIR KERING WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) BENTUK CLAY

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

FORMULASI TABIR SURYA ZINK OKSIDA DALAM SEDIAAN KRIM DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK ANGGUR HITAM (Vitis vinivera L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi. Namun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

ABSTRAK. FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK AIR BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum M.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

B. Cara Penelitian Formula Skema Jalannya Penelitian Determinasi Pengumpulan Bahan Penyiapan Bahan...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

FORMULASI GEL ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK UMBI WORTEL (Daucus carota L.) DENGAN MENGGUNAKAN AQUPEC HV- 505

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

BAB I PENDAHULUAN I.1

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bahan alam banyak digunakan dalam bidang kosmetika. Bahan alam dapat digunakan sebagai bahan tabir surya yang diperlukan oleh manusia karena kulit manusia yang terpapar sinar ultraviolet (UV) dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kanker kulit karena disebabkan terbatasnya produksi pigmen melanin untuk mengabsorpsi sinar UV yang berfungsi untuk melindungi sel kulit dari efek paparan sinar UV (Afag and Mukhtar, 2001; Goihman-Yahr M, 1996; Elmets and Young, 1996). Sinar UV ada 3 macam yaitu UVA, UVB dan UVC. Ultraviolet (UV) A memiliki panjang gelombang 320 400 nm dapat menyebabkan efek tanning (kulit berwarna gelap) yang disebabkan oleh produksi melanin yang berlebihan dalam epidermis. Ultraviolet (UV) B memiliki panjang gelombang 290 320 nm yang dapat menyebabkan kulit terbakar matahari. Lapisan ozon dapat menahan sekitar 90% UVB, tetapi terjadinya penipisan lapisan ozon oleh chlorofluorocarbons (CFC) yang dapat menyebabkan UVB menembus lapisan ozon menuju ke bumi. Ultraviolet (UV) C memiliki panjang gelombang 220 290 nm yang telah disaring oleh lapisan ozon pada atmosfer (Mishra, Mishra and Chattopadhyay, 2011; Departemen Kesehatan RI, 1985; Zeman, 2007). Sinar UVA dan UVB dalam kondisi yang tidak berlebihan sangat berguna bagi tubuh untuk pembentukan vitamin D dan dapat membantu mengaktifkan vitamin, hormon dan enzim (Departemen Kesehatan RI, 1985; Jellinek and Stephan, 1970). Sinar UVB yang berlebihan dapat menyebabkan keriput, kusam, melasma, kanker kulit, katarak, dan penekanan sistem imun (Departemen Kesehatan RI, 1985; 1

Zeman, 2007). Perlindungan terhadap sinar UVB yang berlebihan sangat diperlukan untuk pencegahan efek efek negatif yang ditimbulkan. Bahan bahan yang berfungsi sebagai tabir surya memiliki 2 macam mekanisme kerja yaitu mekanisme fisik dan mekanisme kimia. Tabir surya fisik bekerja dengan cara memantulkan dan menghamburkan sinar UV, contoh bahan tabir surya fisik seperti titanium dioksida, zink oksida, kalsium karbonat dan kaolin. Tabir surya kimia bekerja dengan mengabsorbsi sinar UV dan mengubahnya menjadi energi panas, contoh bahan tabir surya kimia seperti senyawa turunan para amino benzoic acid (PABA), turunan sinamat, turunan benzofenon, dan turunan salisilat (Harry and Ralph, 1982). Bahan bahan alami yang dapat digunakan sebagai tabir surya antara lain lidah buaya, pepaya, stroberi, semangka, kelapa dan mentimun. Penelitian ini menggunakan wortel untuk bahan yang berfungsi sebagai tabir surya. Penggunaan bahan alami sebagai bahan tabir surya karena bahan alami memiliki efek yang dapat mengurangi iritasi bagi kulit hyperallergic (Malsawmtluangi et al., 2013; Vender, 2008). Wortel (Daucus carota) merupakan tanaman yang dapat bermanfaat sebagai bahan kosmetik untuk merawat kecantikan wajah dan kulit (Cahyono, 2002). Wortel memiliki β carotene yang merupakan golongan karotenoid yang dapat melindungi kulit manusia terhadap radiasi UV yang dapat merusak sel kulit. Beta karoten yang dimiliki oleh wortel dapat menangkal radikal bebas dari sinar UV sehingga memiliki mekanisme kerja tabir surya secara fisika (Ravi et al., 2010; Hendrikson, 2009; Sies and Stahl, 2004). Carotene dapat mencapai konsentrasi maksimum pada saat wortel berumur sekitar 90 120 hari dan selanjutnya akan berkurang secara perlahan - lahan (Rubatzky and Yamaguchi, 1997). Bentuk sediaan tabir surya di pasaran yang mengandung bahan ekstrak wortel tersedia dalam bentuk sediaan gel dan krim. Secara umum, 2

kelemahan bentuk gel adalah mudah terjadinya kontaminasi mikrobial karena gel kandungan tertingginya adalah air, gel mudah kering pada penyimpanan yang kurang baik, kandungan surfaktan yang sangat tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal serta mudah hilang ketika berkeringat sehingga daya pendukung proteksi untuk bahan aktifnya masih kurang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan dari aspek formulasi menjadi bentuk sediaan krim antara lain nilai estetika yang baik, bersifat stabil, dan nyaman saat digunakan (Schmitt, 1996; Herdiana, 2007). Salah satu sediaan krim tabir surya dengan ekstrak wortel yang telah beredar di pasaran adalah sediaan tabir surya merek, Biotique Botanical Bio Carrot dengan nilai SPF sebesar 40 yang digunakan pada pagi hari sebelum beraktivitas. Sediaan ini mengandung ekstrak total wortel sebanyak 2,5%. Krim tersebut mengandung bahan tabir surya kombinasi sintetik (talk) dan alam (ekstrak Daucus carota, Nyctanthes arbortristis dan Symplocos racemosa). Ada 4 macam jenis ekstrak yaitu ekstrak encer, ekstrak kental, ekstrak cair dan ekstrak kering. Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kering. Ekstrak kering memiliki banyak keuntungan yaitu lebih praktis dan lebih akurat dalam penentuan dosis untuk formulasi (Sembiring, 2009). Krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim memiliki dua macam tipe yaitu krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Krim yang akan dibuat adalah krim tipe emulsi minyak dalam air karena krim nyaman digunakan, memberikan efek dingin dan dapat tercucikan air dibandingkan dengan krim tipe emulsi air dalam minyak (Anwar, 2012; Departemen Kesehatan RI, 1995; Voight, 1994; Schmitt, 1996; Harry and Ralph, 1982). 3

Ekstrak kering wortel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Natura Laboratoria Prima dengan menggunakan umbi akar wortel. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode perasan menggunakan alat juicer dan dikeringkan dengan metode pengeringan berupa spray dry. Spray dry merupakan metode pengeringan dengan prinsip kerja memaparkan partikel cairan (droplet) dengan semburan gas panas dengan suhu lebih tinggi dari suhu droplet. Keuntungan metode spray dry adalah digunakan untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap proses pemanasan, dapat langsung menghasilkan serbuk dari larutan sehingga mengurangi proses kristalisasi, presipitasi, pengeringan dan pengurangan ukuran partikel untuk mengurangi terjadinya kontaminasi serta dapat mengurangi tingkat kerusakan perubahan warna, bau dan rasa (Kurniawan dan Sulaiman, 2009). Malsawmtluangi et al (2013) telah melakukan penelitian uji efektivitas tabir surya dari β-carotene dengan menggunakan ekstrak perasan air wortel dengan konsentrasi 10% yang menghasilkan nilai SPF yaitu 1,34±0,13. Konsentrasi ekstrak wortel sebesar 10% mendasari dari penelitian ini untuk dilakukan modifikasi dari variasi konsentrasi ekstrak wortel sebesar 5%, 10% dan 20% yang kemudian akan dilakukan pemilihan konsentrasi ekstrak wortel yang memiliki nilai SPF tertinggi sehingga memenuhi kriteria sebagai bahan tabir surya yaitu memiliki nilai SPF sekitar 2 untuk dilakukan formulasi krim tabir surya (Balakrishnan and Narayanaswamy, 2011). Pengujian konsentrasi ekstrak wortel sebesar 5% dilakukan untuk mengetahui apakah konsentrasi ekstrak wortel dibawah 10% dapat memberikan efek proteksi terhadap tabir surya dan dilakukan peningkatan konsentrasi ekstrak wortel dari 10% menjadi 20% yang diharapkan dapat meningkatkan efek proteksi terhadap tabir surya yang sesuai dengan parameter SPF. Konsentrasi ekstrak wortel yang terpilih akan 4

diformulasikan menjadi sediaan krim tabir surya dan selanjutnya akan diuji efektivitasnya secara in vitro. Pengukuran nilai SPF dilakukan dengan menggunakan metode Mansur et al (1986) yang diukur pada panjang gelombang 290 320 nm (Mishra, Mishra and Chattopadhyay, 2011). Basis krim yang digunakan mengacu pada penelitian Maulina (2011) yang berjudul Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim yang Mengandung Ekstrak Umbi Wortel (Daucus carota L.) karena basis krim ini memiliki hasil uji mutu fisik yang baik, bersifat stabil (tidak ada pemisahan antara fase minyak dan air), tidak terjadi perubahan derajat keasaman (ph) yang signifikan, perubahan viskositas yang tidak signifikan setelah penyimpanan selama 8 minggu. Pada penelitian Maulina, ekstrak wortel yang digunakan adalah ekstrak kental. Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi yaitu ekstrak kering. Basis yang digunakan antara lain asam stearat, setil alkohol, parafin cair, isopropil miristat, metil paraben, propil paraben, trietanolamin, gliseril monostearat, gliserin, natrium metabisulfit dan aquades. Tabir surya memiliki karakterisik dan persyaratan harus efektif dalam menyerap radiasi eritomogenik di kisaran 290 320 nm tanpa menimbulkan kerusakan yang akan mengurangi efisiensi atau menimbulkan iritasi, tidak mudah menguap, tahan terhadap keringat dan air, tidak terlalu harum atau setidaknya cukup ringan untuk dapat diterima oleh pengguna, dan mampu mempertahankan kapasitas pelindung untuk beberapa jam (Harry and Ralph, 1982). Tabir surya memiliki salah satu syarat yaitu harus mengandung bahan yang bersifat water resistant sehingga sediaan tabir surya tahan terhadap air dan keringat sehingga dapat memberikan efek proteksi yang lebih lama pada kulit. Formula dari acuan Maulina (2011) belum terdapat bahan yang berperan sebagai water resistant agent sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap basis krim dengan penambahan water 5

resistant agent berupa dimetikon. Dimetikon dapat digunakan sebagai peningkat efektivitas krim dengan memberikan proteksi lebih lama, bagus untuk menahan air yang dapat menghapus krim pada kulit, memberikan rasa lembut dan halus serta mudah menyebar dan mengurangi kelengketan (Starch et al., 2007). Konsentrasi dimetikon yang digunakan sebagai water resistant agent pada tipe emulsi minyak dalam air adalah 0,5 5% (Rowe, Sheskey and Owen, 2006). Variasi konsentrasi dimetikon yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,5%, 2,5% dan 5% karena ingin mengetahui seberapa besar kekuatan dimetikon sebagai daya water resistant agent dalam mempertahankan daya lekatnya pada kulit selama 40 menit di dalam air. Sediaan krim wortel memiliki parameter parameter yang menyatakan sediaan tersebut dapat terjamin kualitasnya. Parameter parameter uji krim antara lain uji mutu fisik, uji keamanan, uji aseptabilitas dan uji efektifitas. Uji mutu fisik terdiri dari uji organoleptik, uji ph, uji viskositas, uji daya sebar, uji homogenitas, uji daya lekat dan uji tercucikan air. Uji keamanan terdiri dari uji iritasi. Uji aseptabilitas terdiri dari uji kesukaan (hedonic test). Uji efektifitas yang dilakukan meliputi uji nilai SPF dan uji daya water resistant. Uji SPF dilakukan dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode spektrofotometri dan uji daya water resistant yang berfungsi untuk mengetahui ketahanan krim tabir surya dalam air dengan metode water resistant test (Caswell, 2001). Metode analisis data statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan antar formula dan bets yang bersifat parametrik adalah metode Analysis of Variance (anova) one way (α = 0,05), dan independent sample t-test untuk hasil perolehan data dari uji ph, penentuan nilai SPF dan uji viskositas. Data yang bersifat nonparametrik menggunakan metode friedman test yang meliputi uji kesukaan panelis yang meliputi uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji 6

tercucikan air, uji kesukaan, uji keamanan (uji iritasi) dan uji daya water resistant (Jones, 2010). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1. Pada konsentrasi berapakah ekstrak kering wortel dapat memberikan efek proteksi terhadap sinar UV dengan parameter SPF? 1.2.2. Bagaimana pengaruh konsentrasi dimetikon sebagai water resistant agent pada sediaan tabir surya ekstrak kering wortel yang memberikan nilai SPF terbaik dalam bentuk krim terhadap uji mutu fisik, efektivitas, keamanan dan aseptabilitas? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Menentukan konsentrasi ekstrak kering wortel dapat memberikan efek proteksi terhadap sinar UV dengan parameter SPF. 1.3.2. Menentukan pengaruh konsentrasi dimetikon sebagai water resistant agent pada sediaan tabir surya ekstrak kering wortel yang memberikan nilai SPF terbaik dalam bentuk krim terhadap uji mutu fisik, efektivitas, keamanan dan aseptabilitas. 1.4 Hipotesis Penelitian Konsentrasi ekstrak kering wortel yang terpilih dapat memberikan efek proteksi terhadap sinar UV dengan parameter SPF sebagai krim tabir surya dan dimetikon dapat menghasilkan krim tabir surya ekstrak kering wortel yang memberikan nilai SPF terbaik yang memiliki daya water resistant serta memenuhi parameter uji mutu fisik, uji efektifitas, uji keamanan dan uji aseptabilitas sediaan krim tabir surya yang baik. 7

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan krim tabir surya yang memiliki nilai SPF yang efektif dari konsentrasi wortel terpilih dan dapat menghasilkan krim tabir surya ekstrak kering wortel yang memberikan nilai SPF terbaik yang memiliki daya water resistant serta memenuhi persyaratan parameter parameter uji mutu fisik, efektivitas, keamanan dan aseptabilitas. 8