Fauzan Murdapa. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Peta Tunggal BPN Untuk Peningkatan Kualitas Sistem Pendaftaran Tanah (Permasalahan, Peluang dan Alternatif Solusinya)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

GPS vs Terestris (1)

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

PEMETAAN JARINGAN JALAN KAWASAN PERKOTAAN TONDANO

G U B E R N U R L A M P U N G

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta

PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS WILAYAH DESA KAUMAN KECAMATAN KARANGREJO PROPINSI JAWA TIMUR

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Proyek I.3. Manfaat Proyek I.4. Cakupan Proyek...

SIDANG TUGAS AKHIR RG

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Jurnal Geodesi Undip April 2013

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1996 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

BAB I PENDAHULUAN I-1

Beberapa Contoh Studi Kasus Penggunaan RaTA

I. PENDAHULUAN. Kerusakan hutan dapat menurunkan produktivitas sumber daya hutan, sehingga hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal.

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN DI JAWA BARAT

2016, No Indonesia Nomor 2514); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tamba

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, menyebabkan permasalahan

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah

Bab III KAJIAN TEKNIS

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI. PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si


RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) KERANGKA DASAR PEMETAAN

PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMBANGUNAN TURAP DI KECAMATAN BENGKALIS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: P.50/Menhut-II/2011 P. /Menhut II/2011 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

RENCANA UMUM PENGADAAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2014

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

Total Tahun

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Bab IV Analisis dan Pembahasan

SIFAT DAN FORMAT DATA TITIK GEOARKINDO 2016

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

III. METODE PENELITIAN

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

Oleh : Muslihatul Ummah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.62/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN

Pemodelan Perubahan Jaring Titik Kontrol Nasional Wilayah Provinsi Aceh Akibat Efek Coseismic Gempa Aceh Andaman 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

ANALISIS TRANSFORMASI KOORDINAT LOKAL KE KOORDINAT NASIONAL TM-3 O PETA PENDAFTARAN TANAH (Studi kasus : Proyek Ajudikasi Swadaya Tanah Eks.HPK di Prop.Lampung) Fauzan Murdapa Abstrak Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.254/KPS-III)/2.000 tentang penunjukan kawasan hutan dan perairan di wilayah Propinsi Lampung. Maka, Badan Pertanahan Nasional (BPN) melaksanakan program Ajudikasi dengan tujuan untuk pensertipikatan tanah tersebut. Permasalahannya adalah sampai saat ini persebaran Titik Dasar Teknik baik Orde 0, Orde 1, Orde 2, Orde 3 maupun Orde 4 belum tersebar merata di seluruh Propinsi Lampung dan masih terkonsentrasi di daerah perkotaan. Akibatnya sangat menyulitkan dalam proses penyatuan system peta pendaftaran dalam proyeksi TM-3 o. Maka dalam pelaksanaan pengukurannya dilakukan dengan system koordinat local, sehingga system penomorannya tidak mengacu kepada peraturan yang berlaku. Hal ini diperbolehkan menurut pasal 3 PMNA No.2. Tahun 1996, namun harus sesegera mungkin dilakukan penyempurnaan, yaitu dengan dilakukan transformasi koordinat lokal ke dalam sistem proyeksi TM-3 o Pelaksanaan penelitian mengambil data Peta Pendaftaran Tanah Desa Sinar Jati dan Desa Trimulyo, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran (dulu Kabupaten Lampung Selatan). Jumlah titik sekutu pada masing-masing desa adalah 8 titik dengan pertimbangan persebaran titiknya harus merata. Untuk penentuan posisi titik-titik sekutu digunakan pesawat Global Positioning System (GPS) tipe navigasi dengan ketelitian 3.5 m. Sedangkan penggambarannya dengan menggunakan perangkat lunak AutoCadMap 2.000. Dari hasil penelitian ini bisa diterangkan bahwa setelah dilakukan penyatuan peta dan pemberian nomor sesuai dengan sistem koordinat TM 3 o, maka terjadi perubahan nomor peta pendaftaran lama menjadi nomor pendaftaran yang baru. Dengan demikian harus diikuti dengan perubahan nomor peta pendaftaran pada sertipikat yang sudah dimasyarakat. Apabila ini dilakukan, maka merupakan pekerjaan yang sangat berat dengan waktu yang lama dan biaya yang sangat mahal. Belum lagi kerugian sosial yang ditimbulkan, yaitu keraguan masyarakat terhadap kredibilitas institusi BPN. Kata kunci: Titik Dasar Teknik, Peta Pendaftaran, TM 3 o. PENDAHULUAN Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Pulau Sumatera dengan perkembangan pembangunan yang cukup pesat. Seiring dengan perkembangan ini mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal, perkantoran, tempat usaha dan sebagainya juga semakin tinggi. Akibatnya sebagian penduduk melakukan perambahan di daerah yang merupakan kawasan hutan. Daerah tersebut, semakin lama semakin ramai dan berkembang dengan pesat, sehingga banyak fasilitas-fasilitas yang dibangun, seperti sekolahan, puskesmas, perkantoran desa dan kecamatan, fasilitas listrik, pasar dan sebagainya. Pada tahun 2000 Menteri Kehutanan dan Perkebunan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) No.254/KPS-III)/2.000 tentang penunjukan kawasan hutan dan perairan di wilayah Propinsi Lampung. Isi dari surat keputusan ini adalah penunjukan sebagian areal hutan dialih fungsikan menjadi hak milik atau penggunaan lain.

C-159 Menindaklanjuti SK ini, maka Badan Pertanahan Nasional (BPN) melaksanaan pengukuran dengan tujuan untuk pensertipikatan tanah secara masal. Sehingga, selain untuk ketertiban dibidang pertanahan seperti yang diamanatkan undang-undang juga dimaksudkan sebagai alat bukti yang sah, yang pada akhirnya akan timbul ketentraman bagi para pemilik sehingga akan lebih tenang dalam berusaha. Namun mengingat dana pemerintah terbatas (tidak ada), maka pelaksanaan pembiayaan harus ditanggung masyarakat sendiri melalui proyek Ajudikasi Swadaya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang pengukuran dan pemetaan untuk penyelenggaraan pendaftaran tanah (PMNA/Kepala BPN No.2 Tahun 1996) yaitu pasal 2 dan pasal 3 disebutkan bahwa Jaring Kerangka Geodesi Nasional (JKGN) Orde 0 dan Orde 1 harus dirapatkan menjadi titik dasar teknik Orde 2, Orde 3 dan Orde 4. Titik dasar teknik tersebut berfungsi sebagai titik kontrol atau titik ikat pengukuran untuk pemetaan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah serta untuk keperluan rekonstruki batas. Titik dasar teknik Orde 2 dilaksanakan dengan kerapatan +/- 10 kilometer dengan mengikatkan ke titik dasar teknik Orde 0 dan Orde 1. Selanjutnya Titik Dasar Teknik Orde 2 dirapatkan lagi menjadi Titik Dasar Orde 3 dengan kerapatan titik 1 2 km. Tititk Dasar Orde 3 akan dirapatkan lagi menjadi Titik Dasar Orde 4 dengan kerapatan 150 meter. Permasalahannya adalah sampai dengan saat ini persebaran Titik Dasar Teknik baik Orde 0, Orde 1, Orde 2, Orde 3 maupun Orde 4 belum merata diseluruh Propinsi Lampung, masih terkonsentrasi di daerah perkotaan. Sementara itu untuk daerah-daerah yang jauh dari kota, sangat jarang ditemukan titik dasar teknik khususnya orde 3 maupun orde 4. Padahal titik dasar teknik inilah yang digunakan sebagai referensi (acuan) dalam pengukuran. Pada umumnya daerah yang terkena proyek ajudikasi terletak di daerah-daerah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Sebagai akibat dari belum meratanya persebaran titik dasar teknik ini dan daerah yang terkena proyek berlokasi di daerah-daerah, maka sangat menyulitkan dalam proses penyatuan system peta pendaftaran dalam proyeksi TM-3 o. Untuk memenuhi target waktu proyek selama lima tahun, maka dalam pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan system koordinat local, sehingga system penomorannya tidak mengacu kepada peraturan yang berlaku. Meskipun hal ini diperbolehkan menurut pasal 3 PMNA No.2. Tahun 1996, namun harus sesegera mungkin dilakukan penyempurnaan, yaitu dengan dilakukan transformasi koordinat ke dalam sistem proyeksi TM-3 o, sehingga akan menjadi satu sistem dengan peta pendaftaran di seluruh wilayah Indonesia. Dalam rangka untuk menyatukan seluruh peta pendaftaran ini akan timbul berbagai persoalan, antara lain akan bergesernya nomor peta pendaftaran. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini mengambil data peta pendaftaran Desa Sinar Jati dan Desa Trimulyo, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran (dulu Kabupaten Lampung Selatan). Peralatan penentu posisi yang digunakan yaitu Global Positioning System (GPS) tipe navigasi dengan ketelitian 3.5 m. Sedangkan perangkat lunak menggunakan AutoCadMap 2.000. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Koordinat Titik Sekutu Pada tahap ini dilakukan penentuan titik-titik sekutu. Dalam penentuan koordinat titik sekutu harus dengan pertimbangan bahwa titik-titik tersebut tersebar merata dengan jumlah yang cukup. Pada pelaksanaannya, masing-masing desa diukur titik sekutunya berjumlah 8 titik.. 2. Pengukuran Posisi Geodetis Titik Sekutu.. Pengukuran posisi geodetis titik-titik sekutu dengan menggunakan alat penentu posisi yaitu Global Positioning System (GPS). Titik sekutu yang diukur berjumlah 8 titik pada masingmasing desa.

C-160 3. Transformasi Koordinat Geodetis Ke Koordinat TM 3 o. Setelah pengukuran posisi geodetis diukur, dilanjutkan dengan perhitungan (transformasi) koordinat tersebut ke dalam TM 3 o. Pada tahap ini harus dipastikan bahwa proses dan hasil perhitungan sudah benar. 4. Editing Peta Pendaftaran Peta Pendaftaran Tanah dalam bentuk digital baik Desa Sinarjati maupun Desa Trimulyo didapatkan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). Namun demikian peta ini masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu harus dilakukan editing terlebih dahulu. 5. Trasnformasi Koordinat Lokal Ke Koordinat TM 3o. Peta Pendaftaran Tanah yang didapatkan dari BPN tersebut menggunakan system koordinat local. Oleh karena itu, setelah selesai dilakukan editing dilanjutkan dengan transformasi koordinat tersebut ke dalam system koordinat TM 3o. 6. Penggabungan Peta-Peta Pendaftaran Tanah. Setelah peta pendaftaran tersebut ditransformasikan ke dalam koordinat TM 3o., maka dilakukan penggabungan peta antara Peta Sinarjati dengan Peta Srimulyo. 7. Penomoran Lembar Peta Pendaftaran. Setelah kedua peta tersebut digabung, dilanjutkan dengan pembagian dan penomoran lembar peta pendaftaran pada skala 1 : 10.000, 1 : 2.500 dan 1: 1.000. 8. Analisis Terhadap Hasil Penggabungan. Setelah peta-peta pendaftaran digabung menjadi satu system, diberi nomor lembar peta, maka dilakukan analisis terhadap hasil penggabungan dan penomoran.. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persebaran Titik Sekutu Untuk mendapatkan hasil yang baik (teliti), maka titik sekutu diusakan tersebar mengelilingi batas peta. Persebaran titik sekutu pada Peta Pendaftaran Desa Sinarjati dan Trimulyo diperlihatkna pada gambar 1. U D3 6 P47 H1 8 A55 P64 J25 A1 P1 P88 R35 R21 A71 A2 6 A81 P108 Gambar 1. Persebaran titik sekutu Desa Sinarjati dan Desa Trimulyo N40

C-161 2. Hasil Perhitungan Transformasi Koordinat. Hasil hitungan transformasi koordinat terhadap 16 buah titik sekutu Desa Sinarjati dan Trimulyo dari sistem koordinat geodetik ke koordinat TM-3 adalah sebagai berikut: Transformasi koordinat geodetik ke koordinat TM-3. Jumlah titik sekutu Desa Sinarjati dan Desa Trimulyo adalah masing-masing 8 titik. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : Tabel.1 Hasil transformasi koordinat Geodetik ke koordinat TM-3 Desa Sinarjati KOORDINAT GEODETIC ( Pengukuran ) KOORDINAT TM-3 (Hitungan) TITIK φ λ X Y " " meter P47 5 10 41 105 4 54 42798,27006 927476,0943 P64 5 11 8 105 4 44 42492,18871 926646,1069 P88 5 11 56 105 4 30 42064,39752 925170,8274 P108 5 12 17 105 4 59 42958,83864 924527,8573 P11 5 11 41 105 5 17 43510,63402 925634,7945 R21 5 11 4 105 6 4 44958,84975 925208,0068 A1 5 11 25 105 5 35 44063,81469 926127,4627 R35 5 11 27 105 6 2 44895,36340 926067,8761 Tabel 2. Hasil hitungan transformasi koordinat geodetik ke koordinat TM-3 untuk Desa Trimulyo KOORDINAT GEODETIC Hasil Pengukuran Lapangan KOORDINAT TM-3 Hasil Perhitungan TITIK φ λ X Y " " meter meter N40 5 11 13 105 7 48 48158,47017 926505,0121 J25 5 10 47 105 7 24 47417,70803 927301,9792 H18 5 10 29 105 6 48 46307,94196 927852,423 D36 5 10 13 105 6 24 45567,81611 928342,2359 A55 5 10 32 105 5 23 43690,67667 927754,5158 A26 5 10 56 105 5 56 44708,49890 927019,6173 A71 5 10 54 105 5 18 43538,20923 927078,4517 A81 5 11 8 105 5 25 43754,72057 926648,9264 Penentuan Koordinat Titik Sekutu Untuk dapat melakukan transformasi peta harus terdapat titik yang mempunyai koordinat dalam dua sistem (titik sekutu). Titik sekutu pada Desa Sinarjati dan Desa Trimulyo terdiri dari dua sistem koordinat yaitu sistem koordinat lokal (x,y) dan sistem koordinat TM-3 (X,Y). Tabel 3. Data koordinat titik sekutu Desa Sinarjati No. TITIK Hasil Perhitungan Poligon Dalam Koordinat Lokal KOORDINAT TM-3 x (meter) y (meter) X (meter) Y (meter) 1 P47 18723,1838 21343,6867 42798,27006 927476,0943 2 P64 18423,3684 20524,2579 42492,18871 926646,1069

C-162 3 P88 18011,5043 19039,4965 42064,39752 925170,8274 4 P108 18896,1102 18412,5614 42958,83864 924527,8573 5 P11 19429,0687 19498,1039 43510,63402 925634,7945 6 R21 20900,4636 19120,8492 44958,84975 925208,0068 7 A1 20000 20000 44063,81469 926127,4627 8 R35 20746,7378 19785,0544 44895,3634 926067,8761 Tabel 4. Data koordinat titik sekutu Desa Trimulyo Hasil Perhitungan Poligon No. TITIK Dalam Koordinat Lokal KOORDINAT TM-3 x (meter) y (meter) X (meter) Y (meter) 1 N40 24176 20467 48158,47017 926505,0121 2 J25 23336 21228 47417,70803 927301,9792 3 H18 22198 21763 46307,94196 927852,423 4 D36 21411 22236 45567,81611 928342,2359 5 A55 19601 21612 43690,67667 927754,5158 6 A26 20611 20900 44708,4989 927019,6173 7 A71 19449 20964 43538,20923 927078,4517 8 A81 19665 20535 43754,72057 926648,9264 3. Hasil Penggambaran Peta Pendaftaran Tanah Peta pendaftaran tanah dalam sistem koordinat lokal Peta Pendaftaran Tanah Desa Sinarjati dan Desa Trimulyo pada koordinat lokal diperlihatkan pada Gambar 2 seperti di bawah ini : Gambar 2. Peta Pendaftaran dengan koordinat lokal Desa Sinar Jati dan Desa Trimulyo Peta pendaftaran tanah dalam sistem koordinat TM-3 Setelah diketahui koordinat titik sekutu peta pendaftaran tanah dalam sistem koordinat lokal (x,y) dan dalam sistem koordinat TM-3 (X,Y), maka dilakukan transformasi koordinat peta dari sistem koordinat lokal (x,y) ke sistem koordinat TM-3 (X,Y). Dari hasil tarnsformasi ini, maka dilakukan penggambaran.

C-163 Gambar 3.Peta pendaftaran tanah Desa Sinarjati pada sistem koordinat TM-3 Gambar.3 merupakan peta hasil penggabungan Peta Pendaftaran Desa Sinar Jati dan Desa Trimulyo, yang telah melalui proses transformasi koordinat dari sistem koordinat lokal (x,y) ke sistem koordinat TM-3 (X,Y). Penomoran Peta pendaftaran tanah dalam sistem koordinat TM-3 Penomoran Peta Pendaftaran dibedakan dalam tiga skala, yaitu Peta Pendaftaran skala 1 : 10.000, skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 1.000. Pada pembagian Peta Pendaftaran Desa Sinarjati dan Trimulyo dalam skala 1 : 10.000 terbagi menjadi empat (4) lembar peta dengan nomor seperti pada gambar 4. Gambar 4. Penomoran peta pendaftaran tanah Desa Sinarjati dan Trimulyo pada sistem koordinat TM-3 dengan skala 1 : 10.000 Dari empat lembar peta ini pada skala 1 : 10.000 akan dibagi lagi pada masing-masing skala 1 : 2.500. Hasil yang didapatkan adalah Peta Pendaftaran dalam skala 1: 2.500 dengan jumlah 11 lembar peta.

C-164 Gambar 5. Pembagian Peta pendaftaran tanah skala 1 : 10.000 menjadi 1 : 2.500 Gambar 6. Peta pendaftaran tanah skala 1 : 2.500 No.48.2-02.151-15 Desa Sinarjati dan Trimulyo Dari satu lembar peta pendaftaran skala 1 : 2.500 dibagi menjadi sembilan lembar peta pada skala 1:1.000.

C-165 Gambar 7. Pembagian lembar Peta pendaftaran tanah skala 1 : 2.500 menjadi 1 : 1.000 Gambar 8. Pembagian Peta pendaftaran tanah skala 1 : 10.000 menjadi 1 : 2.500 dan terakhir menjadi 1 : 1.000 Dari empat lembar peta pada skala 1 : 10.000 dibagi menjadi 11 lembar peta pada skala 1 : 2.500. Dari 11 lembar peta tersebut dibagi lagi menjadi 61 lembar peta pada skala 1 : 1.000.

C-166 Gambar 9. Peta pendaftaran tanah skala 1 : 1.000 No.48.2-02.151-15 -5 Dari gambar 4, gambar 5, gambar 6, gambar 7, gambar 8 dan gambar 9 bisa diterangkan bahwa telah dilakukan penyatuan peta dan pemberian nomor sesuai dengan sistem koordinat TM 3 o. Dari penomoran ini telah merubah nomor peta pendaftaran lama menjadi nomor pendaftaran yang baru. Dengan demikian seharusnya diikuti dengan perubahan keterangan nomor peta pendaftaran pada sertipikat yang sudah dimasyarakat. Apabila ini dilakukan, maka merupakan pekerjaan yang sangat berat dengan waktu yang lama dan biaya yang sangat mahal. Belum lagi kerugian sosial yang ditimbulkan, yaitu keraguan masyarakat terhadap kredibilitas institusi BPN. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari penelitian ini bisa diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Untuk melakukan pengukuran titik sekutu kedua peta pendaftaran dalam satu sistem koordinat bisa dilakukan dengan menggunakan pesawat GPS Navigasi. Hasil penelitian ini bisa dikembangkan untuk menyatukan peta-peta pendaftaran hasil dari ajudikasi yang lain. Akibat dari penyatuan ini telah merubah nomor peta pendaftaran dari sistem koordinat lokal menjadi sistem koordinat TM 3 o. Saran Untuk menghasilkan ketelitian pengukuran titik sekutu yang lebih baik harus menggunakan pesawat GPS tipe geodetik. Untuk memudahkan dalam penentuan titik sekutu dan pengukurannya dalam sistem koordinat geodetic maka dianjurkan untuk selalu memasang Titik Dasar Teknik (TDT) pada setiap pekerjaan pembuatatan peta pendaftaran. Dilakukan penarikan sertipikat yang sudah beredar di masyarakat untuk direvisi keterangan nomor peta pendaftarannya.

C-167 DAFTAR PUSTAKA Indradi, 1997, Kartografi, Badan Pertanahan Nasional STPN, Yogyakarta. Murdapa, Fauzan., 2005, Evaluasi Kritis Terhadap Pelaksanaan Proyek Ajudikasi Swadaya Tanah Eks.Hutan Produksi Konversi di Propinsi Lampung, Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Lampung. Murdapa, Fauzan., 2005, Konsep Peta Tunggal Untuk Mengatasi Masalah Pertanahan Pasca Bencana Gempa dan Tsunami, Prosiding Seminar Nasional On Aset 05, Universitas Lampung. Prihandito, Aryono, 1999, Proyeksi Tranverse Mercator 3 o Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. (TM 3 o ), Jurusan teknik Geodesi, Purworaharjo, Umaryono, dkk, 1997, Penggunaan Proyesi TM-3 o Dalam Pengukuran dan Pemetaan Kadastal, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Teknologi Bandung. Bandung. Riyanto, Agus, 2002, Pengukuran dan Pendaftaran Tanah Secara Ajudikasi Swadaya Tanah Eks HPK di Desa Puji Rahayu, Kecamatan Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan, Laporan Kerja Praktek, Universitas Lampung., 2004, Sertifikasi Seluruh Tanah Tuntas 2019, Harian Republika 14 Pebruari 2004., 1996, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Negara Nomor 2 tahun 1996., 1996, Surat Keputusan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) No: HK.02.04/II/KA/1996 tanggal 12-2-1996., 2.000, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.254/KPS-III)/2.000., 2001, Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2001.

C-168 LAMPIRAN Berikut ini diberikan gambar alur penelitian yang dilakukan : Mulai Persiapan Pengumpulan peta pendaftaran pada koordinat lokal dan penentuan titik sekutu Dihasilkan peta pendaftaran tanah dan Titik sekutu Desa Sinarjati Dihasilkan peta pendaftaran tanah dan Titik Sekutu Desa Trimulyo Pengukuran Titik Sekutu Menggunakan GPS Navigasi (φ,λ) Pengukuran Titik Sekutu Menggunakan GPS Navigasi (φ,λ) Dihasilkan data koordinat geodetik (φ,λ) Dihasilkan data koordinat geodetik (φ,λ) Ditransformasi Koordinat Geodetic ke ke koordinat TM- 3º (X,Y) DitransformasibKoordinat Geodetic ke koordinat TM-3º (X,Y) tidak Check Hasil Hitungan Check Hasil Hitungan tidak memenuhi memenuhi Editing Peta Sinarjati Editing Peta Trimulyo Mentransformasi peta dari koordinat lokal ke koordinat TM-3 º Mentransformasi peta dari koordinat lokal ke koordinat TM-3 º A

C-169 A Penggabungan Peta Penomoran Peta Pendaftaran Skala 1 : 10.0000 Penyajian Hasil Penomoran Peta Pendaftaran Skala 1 : 2.500 Penyajian Hasil Penomoran Peta Pendaftaran Skala 1 : 1.000 Penyajian Hasil Analisis Hasil Penomoran Peta Pendaftaran Selesai Gambar. Tata Alur Penelitian