PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN Mo TERHADAP STABILITAS FASA-FASA SENYAWA ANTAR LOGAM Ti-Al

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Pengaruh Perlakuan Panas Pada Anoda Korban Aluminium Galvalum Iii terhadap Laju Korosi Pelat Baja Karbon Astm A380 Grade C

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tersusun dalam prosentase yang sangat kecil. Dan unsur-unsur tersebut

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

PENGARUH PENAMBAHAN Mg DAN PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KOMPOSIT MATRIKS ALUMINIUM REMELTING PISTON BERPENGUAT SiO 2

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

KETAHANAN KOROSI BAJA ANTI KARAT PADA OPERASI SUHU TINGGI

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM TEMBAGA DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI NH4OH 1M

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

PENGARUH WAKTU PENGELASAN GMAW TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK SAMBUNGAN LAS LOGAM TAK SEJENIS ANTARA ALUMINIUM DAN BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

ANALISA KERUSAKAN PADA ATAP ZINCOATING DI LINGKUNGAN ATMOSFER INDUSTRI

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Tahap Persiapan. Hasil Nitridasi. Pengukuran Ketebalan

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISA KOROSI BAUT PENYANGGA OCEAN BOTTOM UNIT (OBU) RANGKAIAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI PADA PERAIRAN PELABUHAN RATU.

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PENENTUAN LAJU KOROSI PADA SUHU 150 ac UNTUK BAHAN STRUKTUR AIMg2 PASCA PERLAKUAN PANAS

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

Bab III Metodologi Penelitian

ANALISA KEGAGALAN OUTER DAN INNER TUBE CHLOROPAC DI PLTU PT. PJB UP GRESIK Oleh : Chafidh Ardiansyah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI Meilinda Nurbanasari, Djoko Hadi Prajitno*, dan Hendra Chany, ST Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri ITENAS Jl. PHH. Mustapa no.23, Bandung Email : meilinda@itenas.ac.id * Penelitian Tenaga Nuklir BATAN Jl. Tamansari Bandung Abstrak Paduan Ti6Al4V banyak digunakan sebagai komponen yang beroperasi pada temperatur tinggi, seperti pada sudu turbin pesawat terbang, komponen otomotif, dan industri pesawat luar angkasa. Temperatur kerja yang relatif tinggi (550-900 o C) dapat menyebabkan paduan ini teroksidasi. Pada kondisi tersebut, sifat fisik dan karakter paduan Ti6Al4V dapat berubah sehingga mempengaruhi kualitas sifat materialnya itu sendiri. Oleh karena itu perlu diamati pengaruh proses oksidasi pada temperatur tinggi terhadap morfologi lapisan oksida, perubahan struktur mikronya, oksida yang terbentuk serta komposisi kimia lapisan oksida pada permukaan paduan Ti6Al4V. Penelitian dilakukan dengan cara memanaskan spesimen paduan Ti6Al4V yang berukuran 1x1 cm 2 dan tebal 2 mm dalam tungku pada temperatur 950 C, I050 o C dan 1150 C dengan variasi waktu penahanan selama 1 jam. 4 jam, dan 9jam. Spesimen yang telah dioksidasi dilakukan karakterisasi dengan menggunakan difraksi sinar X, mikroskop optik, dan Scanning Electron Microscope (SEM)- EDAX. Pada spesimen juga dilakukan penimbangan untuk mengetahui perubahan berat yang terjadi. Hasil karakterisasi menunjukkan adanya lapisan oksida TiO, TiO 2, Al 2 O 3, V 2 O 5, dan V 3 O 5 pada permukaan paduan Ti6Al4V yang telah teroksidasi. Pengaruh dari variasi temperatur oksidasi dan waktu penahanan teramati bahwa temperatur yang tinggi dan lamanya waktu oksidasi akan membentuk lapisan oksida semakin tebal, penambahan berat dan ukuran butir semakin besar. dan mencapai kondisi maksimum pada temperatur 1150 C dengan waktu oksidasi 9 jam. Kata kunci: Titanium, Oksidasi, Lapisan Oksida V - 143

I. PENDAHULUAN Secara umum paduan titanium memiliki keunggulan antara lain titik lebur lebih tinggi, sifat ketahanan korosi lebih baik, dan massa jenis lebih rendah jika dibandingkan dengan baja tahan karat. Paduan titanium banyak diaplikasikan pada komponen yang memiliki temperatur ketja tinggi, seperti pada sudu turbin pesawat terbang. Temperatur tinggi tersebut akan menyebabkan proses oksidasi sehingga menyebabkan kerusakan meterial, diantaranya meliputi: (3) kerusakan Internal yaitu terjadi perubahan sifat mekanik khususnya kekerasan (hardness) dan keuletan (ductility), dan kerusakan Eksternal yaitu mengakibatkan perubahan dimensi dan berat material serta terjadinya kerak di permukaan material. Penelitian bertujuan untuk melihat dampak kerusakan eksternal akibat proses oksidasi, seperti perubahan berat spesimen, kandungan unsur dan fasa yang terbentuk, perubahan morfologi lapisan oksida pada paduan permukaan, struktur mikro, dan oksida-oksida yang terbentuk pada paduan Ti6Al4V. Informasi tersebut diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri yang menggunakan paduan Ti6Al4V sebagai bahan struktur yang beroperasi pada temperatur kerja tinggi. II. Dasar Teori Paduan Ti6Al4V Ti6A14V tersusun oleh 90% atom titanium, 6% atom aluminium, dan 4% atom vanadium dan termasuk dalam klasifikasi paduan titanium yang mempunyai fasa alpha-beta. Paduan ini dapat ditingkatkan kekuatannya dengan cara solution heat treatment dan penuaan. Diagram kesetimbangan fasa biner Ti6Al-4V dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1: Diagram fasa kesetimbangan biner Ti6Al-4V. (7) Mekanisme Oksidasi Oksidasi merupakan salah satu jenis proses korosi pada temperatur tinggi. Korosi temperatur tinggi berperan penting dalam setiap pemilihan bahan yang digunakan untuk konstruksi, mulai dari turbin gas sampai tungku pemanas. Jenis-jenis korosi temperatur tinggi yang biasanya menimbulkan masalah pada peralatan industri tersebut, di antaranya ialah (3). oksidasi, sulfidasi, karburasi, nitridisasi, korosi serangan halogen, korosi lelehan garam. Reaksi oksidasi pada temperatur tinggi memiliki kesamaan mekanisme dengan korosi yang terjadi pada lingkungan basah (wet corrosion), di mana kedua proses tersebut dipengaruhi oleh proses elektrokimia. Namun proses tersebut tidak sesederhana kombinasi kimiawi antara logam dan oksigen pada setiap molekul kerak. Gambar 2 menunjukkan pembentukan oksida yang mantap dan tidak mudah menguap, dapat menyebabkan pertambahan berat linier, parabolik, atau logaritmik, sedangkan pertumbuhan oksida yang mudah menguap menyebabkan kehilangan berat yang linier terhadap waktu. V - 144

Gambar 2: Empat kaidah laju oksidasi (3) III. Diagram Alir Metoda Penelitian Metoda penelitian oksidasi paduan Ti6Al4V pada temperatur tinggi dapat dilihat pada gambar 3.1. 10 buah spesimen Ti6Al4V dengan dimensi l x l cm 2 dan tebal 2 mm dilakukan grinding untuk menghaluskan permukaan, dan ultrasonic cleaning untuk membersihkan kotoran pada spesimen dan selanjutnya dilakukan penimbangan berat spesimen. Setelah preparasi spesimen dan karakterisasi awal selesai, dilakukan proses oksidasi yaitu pemanasan pada variasi temperatur 950 C, 1050 C, 1150 C dan waktu tahan masing-masing 1,4, dan 9 jam. Pengujian dilakukan melalui difraksi sinar X untuk menidentifikasi oksida yang terbentuk, analisa optik dan struktur mikro untuk mengetahui morfologi lapisan oksida pada permukaan, tebal lapisan oksida yang terbentuk dan SEM-EDAX untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas dari penampang lintang dan komposisi kimia pada daerah tertentu. IV. HASIL PENELITIAN - Data X-Ray Diffraction (X-RD) Gambar 3 memperlihatkan hasil pengujian x-ray diffraction paduan Ti6AI4V. Enam buah puncak yang muncul pada pola difraksinya ditempati oleh TiO 2 (puncak 1), Al 2 O 3 - (puncak 2), V 3 O 5 (puncak 3). V 2 O 5,- (puncak 4), TiO 2 (puncak 5), Al 2 O 3 - (puncak 6). V - 145

Gambar 3.PoIa difraksi sinar X spesimcn Ti6AI4V dan identifikasi puncak Morfologi Permukaan Pada gambar 4 dan 5 terlihat dua lapisan dan salah satunya menyerupai kerak (lebih gelap) dan pada permukaan lapisan bagian dasar terdapat lubang-lubang. Gambar 4: Morfologi specimen T=950 o C T=9jam. 75x Gambar 5: Morfologi spesimen T=750 oc; t=9jam 15x Gambar 4 memperlihatkan tiga kontur berbeda, pertama bentuk pegunungan, kedua bagian lembah, dan ketiga bagian dasar yang paling dalam. Sedangkan gambar 5 tampak dua lapisan permukaan yang berbeda, salah satunya adalah kerak dan lainnya adalah bagian matriks (bagian kerak yang telah terkelupas). Analisa Struktur Mikro (ASM) Gambar 6 dan 7 memperlihatkan struktur mikro penampang lintang paduan Ti6A14V yang telah mengalami proses oksidasi. Bagian berwarna gelap pada bagian atas merupakan lapisan oksida. Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa naiknya waktu pengoksidasian paduan Ti6A14V akan memperbesar ukuran butir-butirnya. Gambar 6: Struktur mikro spesimen Ti6Al4V teroksidasi (T=950 o C, t=1jam). 300x Gambar 7: Struktur mikro spesimen Ti6Al4V teroksidasi (T=1150 o C, t=1 jam), 300x Struktur mikro spesimen yang teroksidasi dalam jangka waktu lebih lama, memiliki lapisan oksida lebih tebal dan ukuran butir lebih besar dibandingkan dengan spesimen yang teroksidasi dengan jangka waktu lebih singkat. Pembesaran ukuran butir tersebut sesuai dengan persamaan Hall-Petch. Sedangkan terbentuknya lapisan oksida yang lebih tebal disebabkan oleh rendahnya kemampuan lapisan oksida.untuk mencegah masuknya oksigen yang dapat bereaksi dengan logam dasar membentuk lapisan oksida baru. V - 146

Scanning Electron Microscopy (SEM)-EDAX Gambar 8 dan 9 hasil foto SEM paduan Ti6Al4V yang telah teroksidasi pada temperatur tinggi, dengan hasil analisa komposisinya pada tabel 1 dan 2. Gambar 8: Morfologi permukaan spesimen (T=950 o C; T=9jam. (pembesaran 51x) Tabel 1 : Komposisi Berat Unsur pada Permukaan Ti6AI4V yang Teroksidasi Unsur (%) 1 2 3 Ti 20.91 37.47 48.26 A1 34.86 23.61 11.11 V 3.38 2.99 3.37 O 40.85 35.94 37.26 Gambar 9: Morfologi permukaan spesimen T-950 o C; t=9jam. (pembesaran 102x). Tabel 2: Komposisi Berat Unsur pada Permukaan Ti6Al4V yang teroksidasi Unsur (%) 1 2 - Ti 47.18 A1 60.12 7.43 - V 2.25 0 39.88 43.13 Gambar 8 menunjukkan daerah satu kaya akan Al. Sedangkan daerah dua dan tiga kaya akan Ti. Daerah tiga memiliki kandungan Ti lebih tinggi daripada daerah dua. Daerah tiga menunjukkan matriks Ti yang telah teroksidasi membentuk TiO. Pada daerah satu gambar 9 terlihat bahwa persentase Al dan O adalah 3:2. Analisa komposisi kimia dengan ED AX menunjukkan bahwa daerah satu merupakan daerah kaya akan A1 2 0 3 Dugaan ini dapat diperkuat dari hasil pola difraksi (gambar 3) yang menunjukkan terbentuknya senyawa AI 2 O 3. Pada daerah dua, komposisi unsumya kaya akan Ti, hal ini berarti oksida yang terbentuk lebih dominan sebagai TiO. Kinetika Data perubahan berat spesimen dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4.26 dan 4.27. Gambar 10: Penambahan berat vs waktu oksidasi Gambar 11: Penambahan berat vs temp oksidasi V - 147

Gambar 10 memperlihatkan terjadi pertambahan berat spesimen seiring dengan lamanya oksidasi. Terlihat pula pengaruh temperatur semakin tinggi menyebabkan perolehan berat semakin besar. Terdapat kesamaan karakteristik antara garis kurva temperatur 950 C dengan garis kurva 1050 C namun berbeda dengan garis temperatur 1150 C yang memiliki bentuk parabolik. Gambar 11 menunjukkan semakin lama waktu oksidasi, semakin besar pertambahan berat. Pada Ti6Al4V yang telah dioksidasi pada temperatur tinggi, terdapat kerak menyelubungi seluruh permukaannya. Jenis kerak yang terbentuk dipengaruhi oleh temperatur dan lamanya waktu oksidasi. Semakin tinggi temperatur dan semakin lama waktu oksidasi, semakin tebal kerak yang terbentuk. Kerak berlapislapis terbentuk akibat mengelupasnya kerak paling luar, kemudian permukaan dibawahnya akan membentuk lapisan oksida barn. Bila proses ini terus berjalan seiring dengan bertambahnya waktu pengoksidasian maka semakin banyak pula lapisan kerak terbentuk. Faktor yang mempengaruhi mengelupasnya kerak, antara lain rendahnya daya rekat kerak pada logam dasamya dan harga koefisien ekspansi termal (CET), bila harga CET kerak lebih tinggi daripada harga CET logam dasar maka lapisan kerak cenderung membengkak dan kemudian pecah. Gambar 10 dan 11 menunjukkan peningkatan temperatur dan lamanya waktu pengoksidasian menyebabkan semakin besamya pertambahan berat spesimen. Hal ini disebabkan lapisan oksida yang terbentuk tidak mampu merintangi masuknya oksigen ke permukaan logam, sehingga terbentuk lapisan oksida baru pada permukaan logam akibatnya lapisan oksida akan semakin tebal dan terjadi pertambahan berat pada paduan Ti6A14V yang teroksidasi. Temperatur juga berpengaruh terhadap laju masuknya oksigen untuk menembus lapisan oksida. Temperatur yang tinggi akan memperbesar ukuran butir sehingga oksigen akan lebih mudah menyusup di antara batas butir. Analisa ini didukung oleh hasil pengamatan struktur mikro yang memperlihatkan bahwa terdapat lapisan oksida baru di atas permukaan logam dan bertambahnya tebal lapisan oksida. KESIMPULAN 1. Oksidasi paduan Ti6Al4V pada temperatur tinggi menghasilkan lapisan oksida TiO, TiO 2, Al 2 O 3, V 2 O 5, dan V 3 O 5 2. Lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan paduan Ti6Al4V yang dioksidasi pada temperatur tinggi dengan waktu lama cenderung terkelupas dan retak. 3. Semakin tinggi temperatur oksidasi, semakin besar pertambahan berat. Pertambahan berat maksimum adalah 2277 x 10-4 gram pada temperatur 1150 C dengan waktu oksidasi 9 jam. 4. Temperatur yang tinggi dan lamanya waktu oksidasi akan memperbesar ukuran butir paduan Ti6Al4V. 5. Temperatur yang tinggi dan lamanya waktu oksidasi akan membentuk lapisan oksida semakin tebal dan ukuran butir semakin besar. Kondisi maksimum tercapai pada temperatur 1150 C dengan waktu 9 jam. DAFTAR PUSTAKA 1. American Society for Metal, 1972 Metal Handbook volume 2, Metals Park, Ohio. 2. Durban, L., Ardjo, Ir, MSc., Rizal Cahaya Astrawinata, Ir., 1977, Thermodinamika Metallurgi, Departemen Tambang lnstitut Teknologi Bandung,. 3. Fontana, M.g., Green, M D, 1978 Corrosion Engineering, New York, McGrawHill. 4. George, Y., Lai, 1990, High Temperature Corrosion of Engineering Alloys, ASM International Metals, Park Ohio,. 5. James, D, Destefani, Introduction to Titanium and Titanium Alloys, Bayley Controls Company. 6. Kestner-Weykamp, H.T, 1989 Microstructures and phase Relationship in the Ti 3 Al + Nb System, Scripta Metallurgica, Vol 23. 7. Matthew, J., Donachie, Jr., 1982, The Hartford Graduate Center, American Society for Metals, Titanium and Titanium Alloys, Metal Park, Ohio. V - 148