BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 akhirnya resmi diterapkan meskipun belum dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan. Tingkat Satuan Pendidikan 2006.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis PBL (problem based learning)

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kemajuan suatu negara berbeda antara negara yang satu dengan

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Fungsi pendidikan yang disampaikan dalam undang-undang tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang Undang tersebut, pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjawab tantangan untuk mewujudkan dan mengintegrasikan sebuah pembelajaran yang dapat membentuk karakter, watak, peradaban bangsa, serta mengembangkan potensi peserta didik melalui proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut sejalan dengan amanat kurikulum 2013 dalam Permendikbud No.59 Tahun 2014 Lampiran 10.C yang menekankan terselenggaranya proses pembelajaran pada satuan pendidikan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut adalah terciptanya insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Oleh karena itu proses belajar yang dilakukan menggunakan pendekatan saintifik dan penilaian otentik yang menggunakan prinsip penilaian bagian dari pembelajaran. 1

2 Faktanya proses pendidikan di indonesia belum berjalan begitu baik sehingga negara kita masih digolongkan memiliki kualitas pendidikan yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari data yang dikeluarkan oleh The United Nations Development Programs (UNDP) tahun 2011 yang melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara, dan pada 14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan ke-121 dari 185 negara, sedangkan Juli 2014 Indonesia berada pada peringkat 108 dari 187 negara. Laporan OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) yang dirilis oleh Majalah BBC dan Financial Times 13 mei 2015 menempatkan pendidikan indonesia dalam peringkat 69 dari 76 negara. Laporan yang diluncurkan oleh OECD dan dirangkum oleh Eric Hanushek dari Universitas Standford dan Ludger Woessmann dari Universitas Muenchen ini menyatakan bahwa standar pendidikan merupakan alat prediksi bagi kesejahteraan jangka panjang suatu Negara. Berdasakan data diatas maka sangatlah perlu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di Indonesia demi kesejahteraan masyarakat Indonesia mendatang yang lebih baik. Kreativitas telah menjadi bagian penting dalam wacana peningkatan kualitas/ mutu pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi yang melekat pada proses dan hasil belajar. Inti kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang baru (De Graff & Khaterine, 2002). Baru bisa bermakna sebagai hasil menyempurnakan, menambahkan, mengubah, mereposisi dari sesuatu yang ada sebelumnya sehingga sesuatu berubah menjadi lebih baik atau tampil beda. Apabila guru menggunakan konsep tersebut sebagai dasar pengembangan pembelajaran, maka kualitas sumber daya manusianya pasti semakin baik. Pendapat De Graff & Katherine itu diperkuat oleh hasil penelitian Mukayatun, dkk (2013) dan Novitayani (2015: 98) mengenai pentingnya kreativitas dalam pembelajaran bahwa, kreativitas yang tinggi mempengaruhi suasana dan hasil belajar siswa sehingga kreativitas dipandang sangat perlu ditingkatkan dalam sebuah proses pembelajaran demi tercapainya kualitas pembelajaran yang lebih baik.

3 Salah satu upaya mengembangkan kreativitas belajar adalah dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning (PjBL)). Basis pendidikan yang menekankan pada proyek menurut Sampurno (2009) dapat memaksimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, dapat meningkatkan kreatifitas, kemampuan berfikir kritis, dan kinerja ilmiah siswa sekaligus membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan belajar jangka panjang. pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk siswa serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator. Studi kasus yang dilakukan oleh Tamim & Grant (2013: 5) juga menyimpulkan bahwa PjBL dapat mendukung, memfasilitasi, dan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran, dan sekaligus juga dapat memperkaya kreativitas belajar siswa. Keuntungan-keuntungan pembelajaran berbasis proyek yang lain menurut hasil investigasi Yalcin et al (2010: 2) yaitu dapat (1) menciptakan suasana belajar yang bervareasi, (2)menghindarkan dari atmosfer kebosanan yang biasa di dapat di sekolah, dan (3)membuat lingkungan belajar lebih menarik, menyenangkan, menggairahkan, dan membanggakan bagi siswa. Sungkono (2010: 1) juga menambahkan bahwa pembelajaran menggunakan PjBL dapat meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok. Atas alasan tersebut maka pembelajaran berbasis proyek layak untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran diperlukan bahan ajar dalam bentuk modul agar peserta didik dapat belajar secara mandiri. Selain itu, modul juga dapat berfungsi sebagai bahan rujukan dan alat evaluasi untuk peserta didik. Hasil penelitian Alias dan Siraj (2010: 4) menyimpulkan bahwa modul sangat efektif dalam memfasilitasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual, aktif, dan reflektif. Pendapat senada juga diutarakan oleh Tze Kiong (2011: 1) dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa dengan menggunakan modul dapat menjadi alternatif pendekatan siswa dalam pemecahan permasalahan belajar siswa. Selan hal tersebut, Novitayani (2015: 97) juga menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa penggunaan modul dapat membantu proses pembelajaran

4 dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa. Oleh karena itu, pengemasan modul yang baik dan sesuai perlu disusun agar dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai pembelajaran yang lebih baik. Materi yang dibahas dalam modul ini adalah materi Fluida Statis. Pemilihan materi ini berdasarkan hasil analisis evauasi hasil belajar pada Ujian Nasional yang mengkategorikan materi fluida termasuk materi yang sulit dipahami. Materi ini memerlukan penemuan konsep, pemahaman, dan aplikasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Fluida Statis menjadi materi yang sulit untuk dipahami karena penyampaian materi ini belum banyak dilakukan dengan cara langsung dan kontekstual seperti membuat proyek. Hal ini sesuai dengan kerucut pengalaman Edgar Dale dalam Susilana & Riyana (2007: 7) yang menyatakan bahwa belajar dengan pengalaman langsung atau kontekstual merupakan tingkatan belajar yang paling konkrit, karena siswa dihadapkan langsung dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, semua materi harus dapat disampaikan dengan metode dan bahan ajar yang sesuai dengan isi materinya agar siswa dapat dengan mudah menerima materi tersebut. Sesuai dengan karakteristik materinya dalam lampiran 3c permendikbud no.59 tahun 2014 halaman 928, kompetensi dalam materi fluida statis ini sangat cocok diterapkan menggunakan model pembelajaran PjBL. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 2 Karanganyar melalui analisis kebutuhan siswa didapatkan data bahwa hanya 20% siswa yang memiliki sumber belajar (buku teks) selain yang diberikan oleh sekolahnya. sebanyak 80% siswa mengaku mengalami kesulitan belajar karena keterbatasan sumber belajarnya. Maka dari itu diperlukan solusi alternatif untuk mengatasi masalah belajar anak-anak tersebut, salah satunya melalui pembuatan modul. Dalam analisis tersebut juga didapatkan data bahwa 90% peserta didik menyatakan butuh bahan ajar yang juga dapat membantu kreativitasnya misalnya modul berbasis PjBL dan 80 % peserta didik setuju apabila dikembangkan modul pembelajaran fisika yang berbasis PjBL. Sedangkan hasil analisis kebutuhan guru menyebutkan bahwa lebih dari 50% siswa mengalami kesulitan belajar. Guru juga masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang

5 efektif, inovatif, kreatif dan efektif dan menyenangkan dalam mengimplementasikan pendidikan di kurikulum 2013 yang ideal. Maka dari itulah perlunya kesinambungan akan pentingnya kerjasama antar semua elemen masyarakat dalam bidang pendidikan, agar terselanggaranya pendidikan yang berkualitas dan maju. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik khusus modul pembelajaran fisika berbasis Project Based Learning (PjBL) pada materi fluida statis untuk kelas X SMA/MA yang dikembangkan peneliti? 2. Apakah modul pembelajaran fisika berbasis Project Based Learning (PjBL) pada materi fluida statis untuk kelas X SMA/ MA ini memenuhi kriteria layak? 3. Apakah penggunaan modul pembelajaran fisika berbasis Project Based Learning (PjBL) mampu meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas X- MIPA.1 SMAN 2 Karanganyar? C. Tujuan Pengembangan Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan karakteristik khusus pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis Project Based Learning (PjBL) pada materi fluida statis untuk kelas X SMA/MA. 2. Mendapatkan modul pembelajaran fisika berbasis Project Based Learning (PjBL) pada materi fluida statis untuk kelas X SMA/MA yang telah memenuhi kriteria layak.

6 3. Mengetahui peningkatan kreativitas belajar siswa kelas X-MIPA.1 SMAN 2 Karanganyar setelah melakukan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis Project Based Learning (PjBL). D. Pentingnya Pengembangan Adapun tinjauan pentingnya penelitian pengembangan ini adalah: 1. Kepentingan Teoritis a) Dapat menghasilkan suatu pola pembelajaran yang sistematis berbasis Project Based Learning (PjBL). b) Dapat menghasilkan modul pembelajaran yang menambah khasanah keilmuan dalam pembelajaran fisika c) Dapat mengetahui secara optimal pencapaian kreativitas belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis Project Based Learning (PjBL) d) Dapat memberikan wawasan bagi guru tentang perlunya peningkatan mutu pembelajaran e) Dapat membuat siswa lebih mudah dalam menerima atau menyerap materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran fisika dapat tercapai secara optimal. 2. Kepentingan Praktis Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran pada bidang studi fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA). Bagi guru a) Sebagai masukan bagi guru untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. b) Memberikan kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.

7 c) Sebagai referensi bagi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bervareasi di sekolah Bagi Siswa a) Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. b) Melatih siswa mengorganisasikan team dan disiplin mengatur waktu. c) Meningkatkan kerjasama antar teman dalam satu kelompok. d) Melatih siswa membuat proyek dengan menerapkan konsep-konsep Fisika. E. Spesifikasi Produk yang dikembangkan Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi : 1. Berupa modul cetak berukuran A4 (21 x 29,7) cm, desain full colour, sampul depan bergambar eksavator dengan warna dominan kuning. 2. Modul cetak ini disusun berdasarkan kurikulum 2013 untuk kelas X-MIPA SMA/ MA dengan topik bahasan fluida statis. 3. Modul cetak ini disusun berdasarkan pendekatan saintifik dengan sintaks pembelajaran berbasis Project Based Learning (PjBL) dengan urutan penentuan pertanyaan mendasar, perancangan perencanaan proyek, penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, pengawasan kemajuan proyek, pengujian proyek dan pengevaluasian pengalaman belajar. 4. Modul yang dihasilkan dilengkapi dengan halaman identitas modul, kompetensi inti dan kompetensi dasar pada kurikulum 2013, sajian isi modul, komponen keterkaitan pada modul, petunjuk penggunaan modul, daftar isi, kegiatan belajar sesuai sintaks PjBL, uraian materi, contoh soal, soal evakuasi, rubrik sekilas fisika, rangkuman materi, daftar pustaka, glosarium dan kunci jawaban.

8 F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsi dalam penelitian pengembangan ini antara lain; 1) guru sudah mengetahui sintaks pembelajaran fisika berbasis Project Based Learning (PjBL) dengan benar sehingga keberhasilan proses pembelajaran semata-mata dihasilkan dari modul yang disusun peneliti. 2) Alat dan bahan pembuatan proyek sudah tersedia/ mudah didapatkan di daerah tersebut sehingga pembuatan proyek dalam arahan modul dapat terlaksana dengan baik. 3) Guru sudah paham mengenai prosedur pembuatan proyek yang dijalankan sehingga dapat memoitor perkembangan proyek dengan baik. Keterbatasan pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis Project Based Learning (PjBL) dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa pada materi fluida statis ini antara lain; 1) ketersediaan laboratorium sebagai tempat yang ideal dalam pelaksanaan proyek dalam pembelajaran berbasis PjBL ini tidak bisa dipergunakan karena sedang tahap renovasi sehingga pelaksanaan pembelajaran berbasis PjBL ini dilaksanakan dikelas dengan mengkondisikan dan menyusun ulang tempat duduk dan meja sesuai dengan yang diinginkan. 2) Terdapat beberapa alat dan bahan di laboratorium yang tidak bisa didapatkan karena seluruh alat dan bahan disatukan dalam gudang saat ruang lab direnovasi, untuk mengatasi maslah tersebut peneliti membawa alat yang tidak ada tersebut dari laboratorium kampus. G. Definisi Istilah Penelitian Pengembangan (Research and Development) atau yang biasa disebut penelitian R & D adalah Penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan mengetahui keefektifan produk tertentu. Langkah penelitian pengembangan yang dilakukan mengacu pada model pengembangan 4-D yakni terdiri dari tahap define, design, development dan disseminate (pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran). Modul yaitu salah satu bahan atau sumber belajar yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan (materi, metode dan evaluasi pembelajaran) yang dapat digunakan siswa secara mandiri guna memudahkan siswa untuk mencapai tujuan

9 pembelajaran. Modul yang dikembangkan adalah modul pembelajaran fisika pada materi fluida statis. Modul yang disusun akan diuji kelayakannya berdasarkan standar penilaian bahan ajar pada empat aspek yaitu; kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian dan kelayakan kegrafikaan. Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) atau yang biasanya disebut PjBL adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan pengetahuan baru dan kemudian diintegrasikan melalui pembuatan proyek di dalam proses pembelajarannya. PjBL memiliki 6 (enam) tahap pelaksanaan yaitu; 1) penentuan pertanyaan mendasar, 2)perancangan proyek, 3) penyusunan jadwal, 4) pengawasan kemajuan proyek, 5) pengujian hasil, dan 6) pengevaluasian pengalaman. Kreativitas belajar adalah sesuatu yang muncul akibat kegiatan manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan kemampuan rasional, kemampuan emosional atau perasaan, bakat khusus, kemampuan imajinasi, intuisi, dan fantasi. Terdapat 10 indikator kreativitas yang dijadikan fokus penelitian ini yaitu; rasa ingin tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan, memberi banyak gagasan terhadap suatu masalah, mempunyai rasa keindahan, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai daya imajinasi, dan orisinal dalam mengungkapkan gagasan terhadap suatu permasalahan.