PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.2257/AJ.003/DRJD/2006. Tentang

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR :SK.967/AJ.202/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1187/HK.402/DRJD/2002

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA BATU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI NOMOR : SK.57/AJ.206/BPTJ-2017

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1858/ HK.402/ DRJD/ 2003

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

GUBERNUR SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 32 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PENGUSAHAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.4285/AJ.402/DRJD/2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambaha

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2008 IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04.A TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.3315/AJ.405/DRJD/ /HM.101/DRJD/2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN KERJA (SIK) DI TERMINAL BUS KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

DEPARTEMEN PERBUHUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

CONTOH : TANDA BUKTI PEMBAYARAN KARCIS ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : KM 73 Tahun 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN.

BENTUK, WARNA DAN UKURAN SURAT PERSETUJUAN PENGANGKUTAN ALAT BERAT DAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

INVESTASI/USAHA BIDANG PERHUBUNGAN DARAT

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.2257/AJ.003/DRJD/2006 Tentang UJICOBA PENERAPAN PEMBERIAN IZIN TRAYEK ANGKUTAN PEMADU MODA DENGAN PENDEKATAN IZIN BERDASARKAN KUALITAS (QUALITY LICENSING ) PADA TRAYEK BANDUNG SUPER MALL (BSM) BANDARA SOEKARNO HATTA Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 27, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, telah diatur mengenai pemberian izin trayek bagi penyelenggaraan angkutan Pemadu Moda; b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan angkutan pemadu moda yang aman, nyaman dan berjadwal dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan, perlu ada pendekatan pemberian izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) dalam pemberian izin trayek; c. bahwa trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta dianggap cukup tepat untuk dijadikan sebagai uji coba penerapan pemberian izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing); d. bahwa dengan mempertimbangkan huruf a, huruf b dan huruf c, perlu ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Ujicoba Penerapan Pemberian Izin Trayek Angkutan Pemadu Moda dengan Pendekatan pemberian izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada Trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta. Mengingat : 1. Undang- undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527); 3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 15 Tahun 1998 tentang Pengoperasian Pelayanan Jasa Angkutan Orang di Jalan dari Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta; 1

5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 88 Tahun 1990 tentang Usaha Penunjang Kegiatan Bandar Udara; Memperhatikan : Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1839/HK.601/DRJD/2006 tanggal 18 April 2006 tentang Pembentukan Tim Penataan Penyelenggaraan Angkutan Jalan di Wilayah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG UJICOBA PENERAPAN PEMBERIAN IZIN TRAYEK ANGKUTAN PEMADU MODA DENGAN PENDEKATAN IZIN BERDASARKAN KUALITAS (QUALITY LICENSING) PADA TRAYEK BANDUNG SUPER MALL (BSM) BANDARA SOEKARNO HATTA B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Angkutan pemadu moda adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain yang memadukan dua simpul transportasi dengan menggunakan bus umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur sebagai wujud keterpaduan antar moda transportasi; 2. Perusahaan angkutan adalah perusahaan angkutan yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan umum di jalan; 3. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal; 4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat; 5. Direktur adalah Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 6. Panitia seleksi adalah pegawai Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal untuk menyelenggarakan proses seleksi; B A B II 2

SELEKSI PERUSAHAAN ANGKUTAN Pasal 2 Ujicoba penerapan pemberian izin trayek angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada Trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta dilakukan oleh Direktur dan Panitia Seleksi yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal. Pasal 3 Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertugas: a. menandatangani Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) pekerjaan seleksi trayek angkutan pemadu moda Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta; b. menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pengoperasian angkutan pemadu moda Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta dengan perusahaan angkutan; c. menandatangani Kartu Pengawasan (KPS) Kendaraan yang akan beroperasi pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta. Pasal 4 Panitia seleksi sebagaimana dimaksud Pasal 2 bertugas : a. menyusun Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) seleksi pemberian izin trayek angkutan pemadu moda Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta; b. menyiapkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan seleksi pemberian izin trayek angkutan pemadu moda Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta; c. menyelenggarakan seleksi pemberian izin trayek angkutan pemadu moda Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta. Pasal 5 Direktur dan Panitia seleksi wajib melaporkan pelaksanaan pekerjaan seleksi pemberian izin trayek angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta kepada Direktur Jenderal. BAB III PROSES SELEKSI PERUSAHAAN ANGKUTAN 3

Pasal 6 Perusahaan angkutan yang masih terdaftar memiliki izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat berhak mengikuti seleksi pemberian izin trayek angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta. Pasal 7 (1) Penilaian dalam proses seleksi pemberian izin trayek angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta, dilakukan terhadap persyaratan : a. administrasi; b. teknis; c. tarif. (2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi: a. surat penawaran; b. surat pernyatan kesanggupan; c. akte notaris; d. foto kopy KTP pengurus; e. domisili perusahaan; f. nama pengurus/susunan pengurus perusahaan yang ditandatangani oleh Pemimpin/Direktur Utama atau penerima Kuasa dari pemimpin/direktur Utama yang namanya tercantum dalam akte pendirian ; g. surat pernyataan tidak terkena sanksi administratif; h. memenuhi persyaratan laporan; i. melunasi iuran wajib jasa raharja; j. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ; k. neraca perusahaan terakhir; l. surat dukungan bank; dan m. tanda bukti pembayaran pajak 3 bulan terkhir dan pajak tahunan terakhir. (3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi: a. manajemen Perusahaan; b. metodologi pelaksanaan; c. Kendaraan; d. Pelayanan yang diberikan; dan e. pengemudi. (4) Persyaratan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, adalah tarif yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Pasal 8 4

(1) Evaluasi terhadap pelaksanaan seleksi akan menggunakan sistem nilai, yaitu sistem penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap persyaratan yang dinilai. (2) Penentuan pemenang akan ditentukan berdasarkan akumulasi nilai total yang tertinggi. (3) Bilamana terdapat 2 (dua) peserta atau lebih memiliki nilai total yang sama, Panitia Seleksi wajib melakukan pemeriksaan langsung di lapangan. Pasal 9 (1) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud Pasal 8, Direktur menetapkan perusahaan angkutan yang memenuhi persyaratan untuk melayani angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta. (2) Berdasarkan penetapan perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1), Direktur Jenderal menerbitkan izin trayek yang sekurang-kurangnya memuat: a. nama trayek; b. nama perusahaan; c. jumlah kendaraan yang akan dioperasikan. (3) Berdasarkan penerbitan izin trayek sebagaimana dimaksud ayat (2), Direktur menerbitkan kartu pengawasan untuk tiap kendaraan yang sekurang-kurangnya memuat: a. surat keputusan pelaksanaan izin trayek; b. lampiran keputusan izin trayek berupa daftar kendaraaan; c. kartu pengawasan yang berisi identitas kendaran; e. kartu pengawasan yang berisi jadwal waktu perjalanan. Pasal 10 (1) Perusahaan angkutan yang ditetapkan sebagai pemenang wajib menandatangani surat perjanjian kerjasama (SPK) sebelum mengoperasikan kendaraannya. (2) Perusahaan angkutan yang ditetapkan sebagai pemenang wajib memenuhi semua peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta. BAB IV KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN TRAYEK 5

Pasal 11 (1) Perusahaan angkutan yang telah memperoleh izin trayek angkutan pemadu moda pada trayek Bandung Super Mall (BSM) - Bandara Soekarno Hatta, diwajibkan untuk : a. mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK), antara lain : 1. mengoperasikan kendaraan sesuai dengan ketentuan; 2. mematuhi ketentuan tarif serta sistem ticketing; 3. mempekerjakan pengemudi sesuai dengan ketentuan; 4. mengoperasikan kendaraan dilengkapi dokumen perjalanan yang syah yang terdiri dari kartu pengawasan, jadwal waktu perjalanan, surat tanda nomor kendaraan, buku uji dan tanda uji kendaraan bermotor; 5. mengoperasikan kendaraan sesuai dengan sistem operasi yang telah ditentukan serta memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan; 6. mengoperasikan kendaraan sesuai dengan jadwal perjalanan yang telah ditentukan; b. mematuhi ketentuan-ketentuan lainnya sebagai pemegang izin trayek, antara lain : 1. melaporkan apabila terjadi perubahan domisili perusahaan; 2. melunasi iuran wajib asuransi pertanggungan kecelakaan; 3. mengembalikan dokumen izin trayek setelah terjadi perubahan; 4. mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang ditetapkan; 5. mengoperasikan kendaraan sesuai izin trayek yang dimiliki;. 6. mengutamakan keselamatan dalam mengoperasikan kendaraan sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa; 7. mematuhi waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi; 8. menyelenggarakan peningkatan kemampuan dan ketrampilan pengemudi secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali oleh perusahaan; 9. menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang telah ditentukan; 10. mematuhi ketentuan pelayanan angkutan. (2) Untuk terlaksananya kewajiban perusahaan angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf pemberi izin trayek memberikan izin trayek berupa : a. surat keputusan izin trayek; b. lampiran keputusan izin trayek berupa daftar kendaraaan yang dioperasikan; c. kartu pengawasan yang berisi identitas kendaran; e. kartu pengawasan yang berisi jadwal waktu perjalanan. BAB V 6

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 12 (1) Perusahaan angkutan yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 akan dikenakan sanksi administratif. (2) Besar point sanksi yang akan dikenakan terhadap setiap pelanggaran dibagi menjadi: a. pelanggaran ringan dengan nilai point sanksi sebesar 1; b. pelanggaran sedang dengan nilai point sanksi sebesar 2; c. pelanggaran berat dengan nilai point sanksi sebesar 5. (3) Pelanggaran ringan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a, terdiri dari : a. menurunkan tarif lebih rendah dari besaran tarif yang telah disepakati; b. pengurangan/penambahan/penyimpangan terhadap ketentuan identitas kendaraan; c. memperkerjakan awak kendaraan tanpa dilengkapi dengan pakaian seragam dan/atau tanda pengenal perusahaan; d. melakukan kecerobohan dalam pengoperasian kendaraan sehingga menimbulkan kerugian materi bagi penumpang; e. tidak memelihara kebersihan dan kenyamanan kendaraan yang dioperasikan. (4) Pelanggaran sedang sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, terdiri dari : a. mengoperasikan kendaraan tidak sesuai dengan waktu perjalanan yang telah ditetapkan; b. tidak memelihara dan menjaga kualitas pelayanan; c. tidak memenuhi kewajiban melunasi iuran wajib pertanggungan kecelakaan; d. tidak menyerahkan laporan secara berkala setiap bulan; e. menaikkan penumpang tidak pada halte/lokasi yang telah ditentukan; f. menaikan tarif melebih besaran tarif yang telah disepakati; g. tidak mematuhi ketentuan sistem ticketing yang telah disepakati; h. mengangkut penumpang melebihi kapasitas; i. memperkerjaan awak kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. 7

(5) Pelanggaran berat sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c, terdiri dari : a. Mengoperasikan kendaraan yang tidak terdaftar sebagai pelayanan angkutan pemadu moda Bandung Super Mall Bandara Soekarno Hatta; b. Tidak melaporkan pemindah tanganan kepemilikan perusahaan; c. Mengoperasikan kendaraan dengan tidak dilengkapi dengan dokumen perjalanan yang syah yang terdiri dari Kartu Pengawasan (KPS), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Uji Kendaraan; d. Melakukan kecerobohan pengoperasian kendaraan sehingga menimbulkan kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa. (6) Setiap pemberian nilai pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan angkutan akan diberitahukan secara resmi kepada perusahaan angkutan yang bersangkutan sebagai bahan evaluasi dan sebagai peringatan tertulis. Pasal 13 (1) Proses pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud Pasal 12 dihitung berdasarkan akumulasi pelanggaran yang menggunakan sanksi dengan nilai point (demerit point system ). (2) Setiap pelanggaran yang dilakukan, dinyatakan sebagai point atau nilai pelanggaran setiap 1 (satu) tahun masa berlaku izin trayek. (3) Tingkatan nilai point pelanggaran diatur sebagai berikut: a. nilai point sanksi (demerit point system) sebesar - 25 s/d 49 maka akan dikenakan sanksi berupa kehilangan hak ekslusif terhadap rute angkutan pemadu moda Bandung Super Mall Bandara Soekarno Hatta selama 3 (tiga) bulan; b. nilai point sanksi (demerit point system) sebesar - 50 s/d 74 maka akan dikenakan sanksi berupa kehilangan hak ekslusif terhadap rute angkutan pemadu moda Bandung Super Mall Bandara Soekarno Hatta selama 6 (enam) bulan; c. nilai point sanksi (demerit point system) sebesar - 75 s/d 99 maka akan dikenakan sanksi berupa kehilangan hak ekslusif terhadap rute angkutan pemadu moda Bandung Super Mall Bandara Soekarno Hatta selama 9 (sembilan) bulan; d. nilai point sanksi (demerit point system) sebesar - 100 s/d 124 maka akan dikenakan sanksi berupa kehilangan hak ekslusif terhadap rute angkutan pemadu moda Bandung Super Mall Bandara Soekarno Hatta selama 12 (dua belas) bulan; 8

e. nilai point sanksi (demerit point system) lebih dari - 125 maka izin trayek akan dicabut dan dilakukan seleksi baru untuk melayani angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta. (4) Kehilangan hak eksklusif sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dijadikan dasar pengurangan berlakunya izin trayek perusahaan angkutan. (5) 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlakunya izin trayek karena pengurangan masa berlakunya izin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) akan diadakan seleksi pemberian izin trayek angkutan sampai habis masa uji coba. Pasal 14 (1) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dapat diketahui melalui laporan atau informasi dari : a. hasil pengawasan petugas di lapangan; b. laporan dari masyarakat; c. laporan dari instansi terkait. (2) Laporan atau informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak hari kejadian dengan memuat hal-hal sebagai berikut : a. waktu dan tempat kejadian; b. jenis pelanggaran; c. identitas kendaraan dan/atau awak; d. jumlah korban dalam hal terjadi pelanggaran; e. identitas pelapor. (3) Laporan atau informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. (4) Berdasarkan laporan atau informasi sebagaimana dimaksud ayat (3) diberikan analisis dan evaluasi dalam rangka memberikan nilai poin sanksi atau menjatuhkan sanksi. Pasal 15 (1) Pengusaha angkutan yang dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 bila merasa keberatan dapat melakukan pembelaan atau sanggahan kepada pemberi izin. (2) Masa sanggah dan/atau pembelaan pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 14 (empat belas) hari sejak dijatuhkan saksi. 9

(3) Apabila pengusaha tidak menyampaikan sanggahan sampai habis masa sanggah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka sanksi mempunyai kekuatan hukum tetap. BAB VI PENGAWASAN Pasal 16 (1) Direktur melakukan pengawasan terhadap pengoperasian angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta oleh Pengusaha Angkutan. (2) Hasil pengawasan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Direktur Jenderal. Pasal 17 (1) Perusahaan angkutan wajib menyampaikan laporan rekapitulasi pengoperasian angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta setiap 1 (satu) bulan dan disampaikan selambat-lambatnya pada tanggal 10, bulan berikutnya. (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. realisasi jumlah penumpang; b. realisasi kendaraan ; c. permasalahan yang menonjol. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Dalam hal perusahaan angkutan tidak melayani angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada 10

trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta dalam waktu 7 (tujuh) hari dihitung sejak pemberian izin trayek, maka pelayanan akan diambil alih oleh pemerintah. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Uji coba ini hanya berlaku untuk penyelenggaraan angkutan pemadu moda dengan pendekatan izin berdasarkan kualitas (Quality Licensing) pada trayek Bandung Super Mall (BSM) Bandara Soekarno Hatta dan mulai berlaku pada tanggal 15 Juni 2006 sampai dengan tanggal 31 Desember 2011. Pasal 20 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 15 Juni 2006 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, M.Sc NIP. 120 092 889 Salinan Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan; 3. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan; 4. Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Banten; 5. Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat; 6. Administrator Bandara Soekarno-Hatta 7. Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II; 8. Kepala Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandara Soekarno-Hatta. 11