GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI PEGAWAI DINAS KESEHATAN SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PEGAWAI DINAS KESEHATAN SULAWESI SELATAN

Sukmawati 1), Sri Dara Ayu 1) 1) Jurusan Gizi Poltekes Makassar ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia. Sihadi. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OBESITAS PADA ORANG DEWASA ANGGOTA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN PINRANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Gizi lebih mulai menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

Transkripsi:

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI PEGAWAI DINAS KESEHATAN SULAWESI SELATAN Nadimin 1) 1) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar ABSTRACT Background : Number of degenerative disease events like heart disease, stroke, diabetes mellitus were increasing in Indonesia, including in South Sulawesi that require attention. Diseases were closely linked to nutritional status and lifestyle such as diet and physical activity. Objective : to know the description of diet and physical activity and its relation to nutritional status of health workers in South Sulawesi Provincial Health Office. Methods : This research was done with descriptive method using samples randomly selected health workers purposive in South Sulawesi Health Office. Measurement of diet using a food frequency Questionnaire (FFQ), activity was measured with a questionnaire, and nutritional status using BMI (Body Mass Index). Results : Most health workers had a poor diet (%), especially diet of vegetables and fruits. However, they had to avoid excessive consumption of fatty foods. Physical activity levels of health workers were generally classified as medium level (44%) and mild (%). This causes the majority of health workers were obese (56%). Conclusion : Health workers generally have a poor diet and activity level were classified as medium and low levels, causing high rates of obesity in South Sulawesi Provincial Health Office. Keywords: Lifestyle, nutritional status, health workers. PENDAHULUAN Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota besar membawa perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa pula pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup sesorang. Kondisi tersebut mengubah banyaknya kasus-kasus penyakit infeksi yang pada awalnya menempati urutan pertama, namun sekarang bergeser pada penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan teratas (Ramadha, 2009). Prevalensi penyakit degeneratif saat ini semakin meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur tahun keatas di Indonesia adalah sebesar 31,7%, prevalensi stroke di Indonesia sebesar 8,3%, prevalensi penyakit jantung di Indnesia adalah 7,2% dan prevalensi DM di Indonesia adalah 1,1%. Prevalesnsi penyakit degeneratif tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden (Riskesdas, 2007). Upaya paling baik untuk mengurangi kasus penyakit degeneratif adalah melalui upaya pencegahan. Pencegahan yang paling baik

adalah dengan merubah faktor risiko utama penyebab penyakit degeneratif, yaitu dengan memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik. Faktor risiko ini meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup seperti kebiasaan makan masyarakat kearah konsumsi makanan tinggi lemak dan gula dan jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga (sedentary) (Depkes, 2010). Secara nasional hampir separuh penduduk (48,2%) kurang melakukan aktifitas fisik. Kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat di provinsi Kalimantan Timur (61,7%) dan provinsi Riau (60,2%). Prevalensi kurang aktifitas fisik dibawah rata-rata nasional terdapat di Nusa Tenggara Timur (27,3%), Sulawesi Tengah (39,4%), dan Bengkulu (40,1%) (Riskesdas, 2007). Menurut kelompok umur, kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun keatas (76%) dan umur 10 40 tahun (66,9%), dan perempuan (54,5%) lebih tinggi dibanding laki-laki (41,4%). Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi prevalensi kurang aktifitas fisik. Prevalensi kurang aktifitas fisik penduduk perkotaan (57,6%) lebih tinggi dibanding pedesaan (42,4%) (Depkes, 2008). Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Gaya hidup berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang dalam merespon kasehatan fisik dan psikis, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Gaya hidup sehat dilakukan dengan tujuan agar hidup lebih panjang dan menghindari berbagai macam penyakit. Gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya pemeliharaan kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, pola makan, pengendalian berat badan, tidak merokok dan minum-minuman beralkohol, aktifitas fisik/berolahraga secara teratur serta terampil dalam mengolola stres yang dialami (Ramadha, 2009). Gaya hidup sekarang ini merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesehatan, penyakit ataupun masalah kesehatan lainnya dapat ditimbulkan oleh gaya hidup yang salah. Gaya hidup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya faktor sosial. Faktor sosial yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan adalah tingkat pendapatan, pengeluaran pangan, pendidikan dan pengetahuan (Tawali A, 2002). Tenaga kesehatan merupakan agent of change (agen pembaharuan) bagi masyarakat. Oleh karena itu, setiap tenaga kesehatan harus mempunyai pengetahuan, sikap dan tindakan yang memadai. Mengenai kesehatan, tenaga kesehatan harus bisa bersikap dan bertindak dengan membiasakan diri berperilaku hidup sehat dan dapat memberikan contoh hidup sehat yang baik bagi anggota keluarganya maupun bagi lingkungannya (Wildayani, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan, gaya hidup dan status gizi tenaga kesehatan di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. METODE PENELITIAN Jenis, waktu dan tempat penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Populasi dan sampel Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan berjumlah orang yang dipilih secara purposive sampling terhadap semua tenaga kesehatan dengan kriteria : a. Bersedia menjadi sampel b. berlatar belakang pendidikannya dibidang kesehatan. c. Tenaga kesehatan di tiga bagian yaitu Bina Kesehatan Masyarakat, Bina Pelayanan Kesehatan dan P2PL. d. Jumlah sampel sebanyak (lima puluh) orang. Teknik pengumpulan data Data primer yang dikumpulkan meliputi gaya hidup dan status gizi. Gaya hidup dilihat dari pola makan dan aktivitas fisik. Data pola makan diperoleh dengan menggunakan format 27

food frequency quesionary (FFQ), sedangkan data aktifitas fisik dikumpulkan dengan cara kuesioner, menggunakan kuesioner aktivitas fisik dari WHO. Data status gizi ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh). Berat badan diukur menggunakan timbangan injak dan tinggi badan diukur manggunakan mikrotois. Pengolahan dan penyajian data Data yang dikumpulkan melalui kuesioner diolah menggunakan komputerisasi program excel dan SPSS. Data Food Frequency Quesionary (FFQ) diolah berdasarkan skor frekwensi setiap jenis bahan makanan, kemudian dihitung total skor FFQ setiap sampel. Selanjutnya skor FFQ setiap sampel dijumlah dan dihitung skor rata-rata, kemudian dikategorikan pola makan sebagai berikut; baik jika skor FFQ setiap sampel lebih besar atau sama dengan nilai rata-rata FFQ total, kurang jika skor FFQ lebih kecil dari nilai rata-rata FFQ total. Tingkat aktivitas fisik ditentukan dengan menjumlahkan skor pada setiap kuesioner, kemudian dikategorikan sebagai berikut; aktivitas tinggi jika nilai aktifitas fisik 3 hari dengan nilai MET/minggu 10 menit atau nilai aktifitas fisik 7 hari dengan nilai MET/minggu 3000 menit, aktivitas sedang jika aktifitas fisik 3 hari dengan nilai MET/minggu 60 menit/minggu atau aktifitas fisik 5 hari dengan nilai MET/minggu 1 menit/minggu, dan aktivitas rendah jika aktifitas fisik <5 hari dengan nilai MET/minggu <600 menit/minggu. Status gizi ditentukan menggunakan IMT yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m), dengan kategori sebagai berikut: kurus jika IMT <,5, normal jika IMT antara.5.9 gemuk jika IMT 23-.9, dan obesitas jika IMT > 25. HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Tabel 1 Karakteristik Sampel Penelitian Variabel n % Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan Umur (tahun): 23-30 31-40 41- > Status pernikahan: Sudah menikah Belum menikah 28 8 15 9 82 16 30 36 41 82 Jumlah 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai Dinkes Provinsi Sulsel yang menjadi sampel pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki (82%). Dilihat dari kelompok umur, kebanyakan sampel berumur 31-40 tahun (30%) dan umur 41- tahun (36%). Berdasarkan status perkawinan, kebanyakan sampel berstatus sudah menikah (82%). 28

Pola Makan Tabel 2 Pola Makan Pegawai Dinkes Sulawesi Selatan, 2010 Pola makan n % Baik Kurang baik 31 Jumlah 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa kebanyakan tenaga kesehatan di kantor Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan secara umum memiliki pola makan yang kurang baik (%). Pola makan setiap kelompok bahan makanan disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Pola Makan Setiap Bahan Makanan pada Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2010. Jenis makanan Makanan pokok Lauk hewani Lauk nabati Sayuran Buah Minyak n Pola makan Baik Kurang n % n % 52 48 48 52 21 42 29 58 100 0 0 Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umumnya pola makan pegawai Dinkes Provinsi Sulsel tergolong kurang baik. Sebagian besar pola konsumsi mereka terhadap makanan golongan sayuran dan buah masih kurang. Namun demikian, pegawai yang menjedai responden sudah menghindari konsumsi makanan yang berminyak atau yang menggunakan minyak. Aktifitas fisik Tabel 4 Tingkat Aktifitas Fisik Pegawai Dinkes Sulawesi Selatan, 2010 Aktifitas Fisik n % Tinggi Sedang Rendah 12 16 44 Jumlah 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa kabanyakan tenaga kesehatan yang menjadi sampel penelitian mempunyai tingkat aktivitas sedang (44%), dan aktivitas ringan (%). 29

Status Gizi Tabel 5 Status Gizi Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010. Status Gizi n % Kurus Normal Gizi lebih Obesitas 3 15 13 6 30 Jumlah 100 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa status gizi sampel yang tertinggi yaitu normal sebanyak orang (%), sedangkan yang terrendah yaitu berstatus gizi kurus sebanyak 3 orang (6%). Jika didistribusi menurut tingkat aktivitas, terlihat bahwa tenaga kesehatan yang gemuk kebanyakan memiliki tingkat aktivitas sedang dan aktivitas rendah. Demikian juga dilihat dari pola makan, tenaga kesehatan yang gemuk sebagian besar (%) mempunyai pola makan yang kurang baik, sebagaimana disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Status Gizi Menurut Tingkat Aktivitas dan Pola Makan Status Gizi Total Gaya Normal Gemuk hidup n % n % n % Aktivitas fisik Tinggi Sedang Rendah 6 11 5 27 23 6 11 11 39 39 12 16 44 Pola makan Baik Kurang baik 5 17,7 77,3 14 14 31 Total 44 28 56 100 PEMBAHASAN Pola Makan dan Status Gizi Secara umum tampak bahwa pola makan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar masih kurang baik. Secara spesifik tampak bahwa konsumsi makanan terutama golongan sayur dan buah kebanyakan tergolong kurang. Sayur dan buah merupakan golongan bahan makanan sebagai sumber vitamin dan mineral, yang sangat penting bagi kesehatan terutama bagi orang dewasa dan usia lanjut. Vitamin dan mineral diperlukan oleh tubuh untuk mengatur metabolisme dan pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan memelihara jaringan tubuh. Sayur dan buah juga adalah sumber serat yang sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan lemak dan kadar gula darah, disamping untuk memperlancar pembuangan sisa-sisa makanan di usus, serta mencegah kanker. Frekwensi konsumsi responden terhadap bahan makanan pokok dan lauk juga kurang baik. Hal ini dapat disebabkan mobilitas pegawai yang cukup tinggi, sebagian besar waktu mereka banyak dihabiskan di tempat kerja. Pada kondisi seperti ini mereka cenderung mengkonsumsi makanan-makanan siap saji, yang cenderung banyak mengandung karbohidrat dan lemak atau tinggi kalori, dan umumnya rendah serat. Keadaan tersebut menyebabkan seseorang berpotensi untuk mengalami gizi lebih atau obesitas. 30

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa % responden yang mengalami obesitas mempunyai pola makan yang kurang baik. Dalam arti, umumnya mereka mengkonsumsi makanan sumber energy yang berlebihan dan kurang kandungan serat seperti dari sayur dan buah. Selain faktor pola makan yang kurang baik, status gizi pegawai Dinkes Provinsi Sulsel ini juga disebabkan oleh faktor usia, jenis kelamin dan pola aktivitas. Menurut Santoso, 2008 Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh didalam hidangan dan perbandingannya yang satu dengan yang lain. Kuantitas menunjukkan jumlah masingmasing zat gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kuantitas maupun kualitasnya, maka akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang baik. Kalau konsumsi baik kualitas, namun jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi lebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Aktifitas Fisik dan status gizi Aktifitas fisik tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yang tertinggi adalah sedang yaitu sebanyak orang (44%). Hal ini dapat disebabkan oleh jenis pekerjaan sampel, dimana sampel adalah pagawai kantoran yang kebanyakan duduk bekerja seharian, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin tinggi prevalensi kurang aktifitas fisik (Riskesdas, 2007). Menurut Dharmawati, 2007 Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktifitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang, hal ini dapat pula dipengaruhi oleh kehidupan yang semakin modern dan hidup menjadi serba mudah. Selain itu meningkatnya kesibukan menyebabkan seseorang tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk berolahraga. Aktifitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Aktifitas fisik dan berolahraga memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori akan terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya, sehingga energi yang masuk sebagian akan disimpan sebagai cadangan energi. Apabila hal ini berlangsung secara terusmenerus maka akan mengalami penumpukan dalam tubuh sehingga terjadi obesitas yang dapat memicu terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Aktivitas yang teratur akan mempengaruhi status gizi seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi menurut aktifitas fisik diketahui bahwa sampel dengan status gizi normal sebagian besar mempunyai aktivitas fisik tinggi dan sedang. Sebaliknya, pada responden yang gemuk mempunyai aktivitas fisik yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas fisik mempengaruhi status gizi. Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energi tubuh. Pengeluaran energi tubuh ditentukan oleh dua faktor yaitu tingkat aktifitas/olah raga dan angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Pada orang yang mengalami kegemukan aktifitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Ketika berolahraga kalori terbakar, maka semakin sering berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Apabila asupan melebihi kebutuhan dan tidak diimbangi dengan aktifitas fisik yang cukup maka kalori yang masuk akan menumpuk di dalam tubuh dan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak sehingga dapat mengakibatkan kegemukan. 31

KESIMPULAN 1. Sebagian besar tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mempunyai pola makan yang kurang baik. 2. Tingkat aktivitas tanaga kesehatan di Dinkes Sulsel kebanyakan tergolong sedang dan rendah. 3. Status gizi kebanyakan tergolong gizi lebih dan obesitas. 4. Tenaga kesehatan yang gizi lebih dan gemuk kebanyakan mempunyai pola makan yang kurang baik dan aktivitas fisik yang rendah. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Irianto K dan Waluyo K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung; CV Yrama Widya. Kusumawati Yuli. 2009. Konsultasi Gizi Untuk Menerapkan Terapi Diet Bagi Penderita Penyakit Degeneratif pada Kelompok Ibu-ibu PKK Dusun Prayan Gumpang Kecamatan Kartasura. Dikutip dari http://venimahyar.wordpress.com. Diakses tanggal 6 Januari 2010. Ramadha W. 2009. Gaya Hidup pada Mahasiswa Penderita Hipertensi. Dikutip dari, http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal 23 Januari 2010. Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Derpartemen Pendidikan Nasional. Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC. Tawali Abubakar, dkk. 2002. Pangan dan Gizi, Masalah Program Intervensi dan Tekhnologi Tepat Guna.. Makassar; Dpp Gizi Pangan Indonesia. Wildayani, 2008. Gambaran Kebiasaan Sarapan Pagi dan Status Gizi pada Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang. Karya Tulis. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar.