9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

Penyebab dan Akar Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Deklarasi Dhaka tentang

ASK Laporan Analisis Kebijakan

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

POLICY BRIEF. Analisis Ketimpangan Kebijakan dalam Pendidikan karena Barier Kesehatan Reproduksi; Perlukah Siswa Hamil dikeluarkan dari Sekolah?

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK. OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Diskusi dan Konsultasi Nasional Masyarakat Sipil Untuk Pengembangan Strategi Global Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja Wisma PKBI, 13 Maret 2015

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

Australia Awards Indonesia

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

PENGKAJIAN KESEHATAN REMAJA

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

Tantangan Pendidikan Indonesia dalam SDGs. Oleh M. firdaus

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSES & HASIL UNGA BAGI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

Disampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

Terjemahan Lepas Komisi Kependudukan dan Pembangunan (Commission on Population and Development) Sesi Ke-47

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

Health for All NOW! Aditya Wardhana Indonesia AIDS Coalition Alumni IPHU

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

Situasi Global dan Nasional

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

2012, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA NASIONAL PENG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

Transkripsi:

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA Yayasan Aliansi Remaja Independen (ARI), sebuah lembaga non-profit yang dibentuk dan dijalankan oleh orang muda di berbagai wilayah di Indonesia telah berhasil memetakan kebutuhan orang muda yang telah disarikan dari berbagai pertemuan, konsultasi, dan konferensi nasional dan internasional terkait isu pembangunan dan kependudukan, khususnya terkait orang muda 1, berikut ini merupakan daftar rekomendasi dengan melihat situasi dan urgensi kebutuhan orang muda terkait isu-isu orang muda yang relevan dengan Rencana Aksi (PoA) International Conference on Population and Development. 1 Masukkan ini berdasarkan input dan analisis 15 advokat muda yang terlibat menghadiri dan mengawal hasil/rekomendasi dari konferensi: Commission on Population and Development ke- 45 bertema Adolescent and Youth (2012), Global Youth Forum (2012), UNFPA Global Survey and National Youth Consultation (2012), High-Level Panel on Eminent Persons (HLPEP), The 6th Asia- Pacific Population Conference (2013), The 7th Asia-Pacific Conference on Reproductive and Sexual Health and Rights (APCRSHR), ASEAN Youth Forum (2014), serta pertemuan nasional Youth Forum (2013) yang dilaksanakan oleh Aliansi Satu Visi, Indonesia. 1. PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI YANG KOMPREHENSIF 1.1 Orang muda (baik yang berada didalam maupun diluar sekolah) memiliki kebutuhan atas pendidikan yang komprehensif dan tepat berdasarkan jenjang usia, dengan mengacu pada indikator pembelajaran terkait anatomi dan fisiologi seksual dan reproduksi, penyakit atau infeksi terkait, gender, relasi dengan pasangan, perencanaan pernikahan/keluarga berencana, kontrasepsi, serta keterampilan sosial untuk mendukung mereka memiliki keputusan yang aman dan sehat terkait kehidupan seksual dan reproduksinya. 1.2 Merekomendasikan Pemerintah untuk bekerjasama dengan antar instansi pemerintah yang memiliki mandat/tupoksi tekait pembangunan orang muda, kelompok masyarakat sipil (LSM), organisasi/kelompok/komunitas orang muda dengan karakteristik yang beragam, mitra pembangunan, serta akademisi dalam menyusun program dan kurikulum terkait pemberian pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif kepada orang muda di sekolah maupun diluar sekolah. 1.3 Merekomendasikan pemerintah untuk menciptakan lingkungan dan kebijakan yang mendukung orang muda untuk mendapatkan pendidikan

yang komprehensif, dengan menghilangkan hambatan-hambatan (khususnya hambatan legal dan sosial) baik di level nasional maupun daerah serta mengalokasikan sumber dana yang memadai untuk program terkait pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi untuk orang muda. 2. LAYANAN KESEHATAN YANG RAMAH REMAJA 2.1 Orang muda membutuhkan akses yang setara terhadap layanan kesehatan baik layanan kesehatan publik maupun swasta yang aman, dapat diakses dengan mudah, terjangkau secara biaya, tidak mendiskriminasi orang muda (bagaimanapun latar belakang atau identitasnya), serta dapat menjaga kerahasiaan orang muda yang mengakses layanan tersebut. 2.2 Layanan kesehatan yang diberikan kepada orang muda harus sesuai dengan prosedur pelayanan yang ramah remaja (khususnya terkait waktu operasional layanan, fasilitas hingga biaya), dengan melibatkan orang muda secara bermakna dalam proses penyusunan, pengembangan, serta evaluasi prosedur layanan kesehatan. 2.3 Merekomendasikan pemerintah untuk mendorong akses orang muda terhadap layanan kesehatan (demand creation) dengan mengintegrasikan secara efektif pemberian pendidikan yang komprehensif di sekolah dengan layanan kesehatan. 2.4 Merekomendasikan pemerintah untuk memastikan penjangkauan program Pemerintah terkait pelayanan kesehatan kepada orang muda tidak fokus pada kuantitas fasilitas/jangkauan, namun juga memperhatikan kualitas dari pelayanan kesehatan yang diberikan. 2.5 Orang muda membutuhkan akses terhadap komoditas kesehatan seksual dan reproduksi yang modern, dapat diakses dengan mudah, serta terjangkau. 2.6 Merekomendasikan pemerintah untuk menciptakan lingkungan dan kebijakan yang mendukung orang muda untuk mendapatkan layanan kesehatan ramah remaja yang berkualitas dengan menghilangkan hambatan-hambatan (khususnya hambatan legal dan sosial) baik di level nasional maupun daerah serta mengalokasikan sumber dana untuk program terkait pemberian layanan kesehatan untuk orang muda. 3. MENYOSIALISASIKAN SECARA MASIF BAHAYA TERKAIT PRAKTIK TRADISIONAL YANG MENGANCAM KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI, KHUSUSNYA PEREMPUAN MUDA 3.1 Merekomendasikan pemerintah untuk melakukan promosi secara masif kepada publik terhadap bahaya praktik-praktik tradisional yang mengancam kesehatan seksual dan

reproduksi orang muda, khususnya praktik sunat perempuan. 3.2 Merekomendasikan pemerintah untuk melakukan pendekatan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam upaya menyosialisasikan bahaya Sunat Perempuan kepada publik, sesuai dengan yang tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pencabutan Permenkes No. 1636/Menkes/PER/XI/2010 tentang Sunat Perempuan. 3.3 Merekomendasikan pemerintah untuk bekerjasama dengan antar instansi pemerintah yang memiliki mandat/tupoksi tekait promosi kesehatan, kelompok masyarakat sipil (LSM), organisasi/kelompok/komunitas orang muda dengan karakteristik yang beragam, mitra pembangunan, serta akademisi dalam upaya menyosialisasikan bahaya Sunat Perempuan kepada publik. 4. MEREVISI USIA LEGAL MINIMUM MENIKAH BAGI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI 4.1 Merekomendasikan pemerintah untuk menaikkan usia minimum menikah menjadi usia 20 tahun baik bagi perempuan dan laki-laki, dengan pertimbangan status dan kondisi kesiapan organ seksual dan reproduksi, psikologis, kemapanan ekonomi, serta hak atas pendidikan baik bagi perempuan dan laki-laki. 5. PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS SEBAGAI HAK 1.1 Merekomendasikan pemerintah untuk melakukan pemerataan akses terhadap pendidikan, khususnya pendidikan formal (jenjang pendidikan dasar hingga menengah atas) baik di wilayah perkotaan, perdesaan, hingga pedalaman. 1.2 Merekomendasikan pemerintah untuk menghilangkan hambatan legal dan sosial yang menghambat perempuan muda untuk tetap berada di sekolah serta membuat kebijakan dan/atau program pendidikan yang memastikan perempuan muda tetap mendapatkan hak atas pendidikan yang setara dan berkualitas. 1.3 Merekomendasikan pemerintah untuk menciptakan dan mengimplementasikan sistem pendidikan yang inklusif dan nondiskriminatif bagi orang muda, apapun kondisinya. 1.4 Merekomendasikan pemerintah untuk melakukan peningkatan kualitas terkait infrastruktur, kurikulum, hingga tenaga pendidik dengan melibatkan orang muda secara bermakna dalam proses pengembangan hingga evaluasi dari upaya peningkatan kualitas tersebut. 1.5 Merekomendasikan pemerintah untuk menciptakan dan mengembangkan ruang publik, khususnya institusi pendidikan yang bebas dari

diskriminasi dan kekerasan terhadap orang muda. 1.6 Merekomendasikan pemerintah untuk mengembangkan kebijakan, sistem dan/atau program yang memastikan orang muda melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga pendidikan menengah atas maupun perguruan tinggi (school transition). 6. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BAGI 2.1 Merekomendasikan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan kecakapan hidup (life-skills) dengan penguatan terhadap kegiatan ekstrakurikuler, kewirausahaan, serta hobi dan bakat orang muda. 2.2 Merekomendasikan pemerintah untuk membuat kebijakan dan/atau program pendidikan terkait keahlian bekerja dan kewirausahaan bagi orang muda yang fokus pada pengelolaan potensi/kekayaan lokal serta bakat dan minat orang muda. 2.2 Merekomendasikan pemerintah untuk membuat kebijakan dan/atau program pendidikan yang berpegang pada prinsip mempromosikan toleransi, perdamaian, menghormati keberagaman, dan anti-kekerasan kepada orang muda. 7. PEKERJAAN YANG LAYAK DAN NON-DISKRIMINATIF BAGI 1.1 Merekomendasikan pemerintah untuk memastikan orang muda mendapatkan hak atas pekerjaan yang layak melalui kebijakan dan program ketenagakerjaan yang efektif yang mendukung lapangan pekerjaan dengan sistem yang stabil, aman, non-diskriminatif, dan menyediakan perlindungan dari risiko kerja serta upah yang layak bagi orang muda. 1.2 Merekomendasikan pemerintah untuk memprioritaskan pembuatan lapangan pekerjaan serta penciptaan tenaga kerja yang terampil melalui program-program yang mendukung kewirausahaan serta pengembangan kapasitas orang muda melalui pelatihan kerja (job training), mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dengan kurikulum pendidikan, sistem magang dengan upah yang cukup, serta memastikan pekerja muda mendapatkan jaminan sosial yang memadai. 1.3 Merekomendasikan pemerintah untuk bekerjasama dengan sektor privat dalam mendukung kepemimpinan perempuan dalam lapangan pekerjaan. Pemerintah perlu memastikan tidak adanya kesenjangan gender dalam lapangan pekerjaan dengan menghilangkan diskriminasi dan hambatan legal bagi perempuan untuk tergabung dalam lapangan pekerjaan.

1.4 Merekomendasikan pemerintah untuk menciptakan dan mengembangkan lapangan pekerjaan dan sistem ketenagakerjaan yang layak dan non-diskriminatif bagi orang muda, khususnya orang muda dengan kebutuhan khusus (difabel), hingga orang muda dalam kelompok yang termarjinalisasi. 1.5 Merekomendasikan pemerintah untuk menghilangkan syarat pemeriksaan kesehatan (mandatory medical check up) dalam proses rekrutmen kerja, seperti tes kehamilan, HIV dan AIDS, hingga tes keperawanan yang bersifat diskriminatif. 8. PARTISIPASI SECARA BERMAKNA DALAM PROGRAM DAN/ATAU PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT ORANG MUDA 1.1 Merekomendasikan pemerintah untuk melibatkan orang muda secara bermakna dalam pembuatan keputusan terkait kebijakan dan/atau program terkait orang muda, dalam tingkatan perencanaan, implementasi, pengembangan, dan monitoring dan evaluasi, untuk menciptakan dan menguatkan kesempatan orang muda dalam memahami hak asasi dan tanggung jawab mereka sebagai warga negara, serta menghilangkan hambatan (legal dan sosial) yang membatasi kontribusi nyata mereka kepada masyarakat, serta mendukung inisiatif, kegiatan, hingga organisasi/kelompok orang muda agar dapat berkembang dan berkontribusi secara efektif dalam pembangunan. 9. KETERSEDIAAN, KETERBUKAAN, DAN PENGGUNAAN DATA TERPILAH 1.1 Merekomendasikan pemerintah untuk menyediakan data terpilah khususnya terkait pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan orang muda yang dipilah berdasarkan rentang usia (10-24, 10-14, 15-19, dan 20-24 tahun), gender, serta lokasi, yang selanjutnya dapat diakses oleh publik dan dapat digunakan dalam upaya analisis situasi serta pengembangan program kesehatan orang muda secara efektif dan berbasis bukti (evidence-based). Kontak: Ryan (Koordinator Divisi Riset dan Pengembangan) Aliansi Remaja Independen (ARI) +628 1295999122 ryan@aliansiremajaindependen.org