Oleh: Achmad Dardiri. (Dosen FIP IKIP YOGYAKARTA) A. Pendahuluan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendidikan adalah fenomena universal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

PANCASILA Sebagai Etika Politik

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. ukuran apakah suatu bangsa dikatakan maju atau sebaliknya. Indonesia sebagai

Urgensi Memahami Hakekat Manusia

URGENSI MEMAHAMI HAKEKAT MANUSIA Oleh: Achmad Dardiri (FIP UNY)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

Abstrak. Kata kunci : Tujuan Pendidikan

NOVIA KENCANA, S.IP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAK BOLA

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI

Sisca Rahmadonna, M.Pd Isniatun Munawaroh,M.Pd. (diadopsi dari berbagai sumber) Jurusan KTP FIP Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KETRAMPILAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAKBOLA BAGI PARA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 GROGOL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. serta keharusan bagi manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

PEMBELAJARAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

SILABUS PERKULIAHAN. : Dra. Hj. Ani Hendriani MPd NIP : Identitas Mata Kuliah

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Bab I Pendahuluan A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

BAB I PENDAHULUAN. di bidang pendidikan dan pengajaran. Pemerintah dewasa ini khususnya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: WAHYUSIH WARDANI A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari suatu keadaan

LAPORAN BACA MANUSIA DAN PENDIDIKAN. Dosen Pengampu : Dr. Hj. Pupun Nuryani, M. Pd

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia Sebagai animal educandum

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 3 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah

ditingkatkan sehingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besamya

Tiga macam nilai menurut Noto Negoro, antara lain: 1) Nilai Kebenaran, yang bersumber pada akal manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

SKRIPSI. Oleh : NPM : PROGAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. dan integritas yang tinggi. Suatu bangsa akan maju apabila memiliki insan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENYULUHAN DENGAN TEMA: MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR: ANALISIS FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS SUB TEMA: MANUSIA DAN PENDIDIKAN: SEBUAH TINJAUAN FILOSOFIS Oleh: Achmad Dardiri (Dosen FIP IKIP YOGYAKARTA) A. Pendahuluan Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendidikan adalah fenomena universal. Di mana ada manusia di situ ada pendidikan, termasuk dalam masyarakat primitif sekalipun. Itulah mengapa berbicara tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang manusia. Dengan dan melalui pendidikan, manusia dapat berkembang kemampuan dan seluruh potensi kemanusiaannya. Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakan tidak lain adalah dalam upaya menjadikan manusia supaya lebih berkembang kemampuannya dan seluruh potensi kemanusiaannya ke arah yang relatif lebih sempurna, lebih berbudaya dan lebih manusiawi. Dalam kaitan ini, Drijarkara menyatakan bahwa eidos atau intisari pendidikan adalah pemanusia-an manusia muda (1980: 78). Apa yang dikatakan oleh Drijarkara tersebut menunjukkan bahwa sasaran pendidikan tidak lain adalah manusia muda yakni peserta didik/anak didik itu sendiri. Karena sasaran pendidikan adalah manusia muda (peserta didik), maka para pendidik termasuk para guru sudah seharusnya memahami peserta didiknya sendiri dengan baik. Kekurangpahaman terhadap peserta didiknya akan berakibat kegagalan dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu, pemahaman pendidik terhadap peserta didik/anak didiknya merupakan suatu keharusan agar kegiatan pendidikan dapat berhasil dengan baik. Meskipun demikian, pemahaman pendidik terhadap 1

peserta didiknya bukanlah satu-satunya faktor yang diperlukan dalam proses pendidikan, karena masih banyak faktor lain yang dapat menunjang keberhasilan proses pendidikan. Faktor-faktor yang dimaksud adalah pendidik, tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan. B. Hakekat Manusia Sudah banyak dipikirkan oleh para filsuf atau pemikir mengenai apa, bagaimana, dan siapa manusia itu? Banyaknya definisi tentang manusia membuktikan bahwa manusia adalah makhluk multidimensional (banyak wajah). Dalam tulisan ini ada dua sumber bacaan yang kami ambil untuk menggambarkan manusia, yang nampaknya jika dilihat dari segi isinya tidak terlalu jauh berbeda. Sumber pertama berasal dari pandangan Notonagoro, yang menggambarkan hakekat kodrat manusia sebagai makhluk monopluralis atau majemuk-tunggal, yang artinya manusia terdiri dari banyak unsur tetapi unsur yang banyak itu tidaklah terpisah antara satu dengan lainnya, melainkan merupakan satu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur hakekat kodrat manusia yang dimaksud adalah sebagai berikut: dilihat dari kedudukan kodratnya, manusia terdiri atas dua unsur yakni sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri, manusia dalam batas-batas tertentu memiliki kemauan bebas (free-will) yang menjadikan manusia memiliki kemandirian dan kebebasan. Sebagai makhluk Tuhan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Tuhan (takdir-nya). Dilihat dari susunan kodratnya, manusia terdiri atas unsur raga dan jiwa. Unsur ragawi manusia meliputi unsur: anorganik, vegetatif dan animal. Unsur anorganik yakni unsur yang berupa benda yang tidak hidup layaknya benda-benda tidak hidup lainnya, seperti: batu, tanah 2

dsb. Unsur vegetatif yakni unsur pertumbuhan layaknya tumbuh-tumbuhan pada umumnya mengalami proses tumbuh dan berkembang; dan unsur animal yakni unsur kebinatangan yang memiliki insting. Sementara unsur jiwaninya meliputi unsur: akal, rasa dan kehendak, yang dalam ungkapan popular sering disebut cipta-rasa-karsa. Unsur akal untuk memperoleh kenyataan/kebenaran. Unsur rasa untuk memperoleh keindahan; dan unsur kehendak untuk memperoleh kebaikan. Dilihat dari sifat kodratnya, manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Artinya, manusia memiliki sifat kodratnya itu bukan saja mementingkan dirinya sendiri, tetapi juga memiliki sifat sosial. Kesepuluh unsur kodrati manusia tersebut digambarkan sebagai berikut: Makhluk pribadi <--------- Kedududkan ------- Makhluk Tuhan berdiri sendiri Anorganik Akal Vegetatif Raga <------- Susunan ------ Jiwa Rasa Animal Kehendak Individu <----- Sifat -------- Sosial Oleh karena hakekat kodrat manusia memiliki banyak unsur yakni sepuluh unsur, maka Notonagoro menyebutnya monopluralis, artinya: manusia terdiri dari banyak unsur, tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh. Dilihat dari kedudukan kodratnya bersifat monodualis 3

artinya: kedudukan kodrat manusia terdiri atas dua unsur tetapi merupakan satu kesatuan. Dilihat dari susunan kodratnya juga bersifat monodualis, artinya susunan kodrat manusia itu terdiri atas dua unsur jiwa dan raga, tetapi keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Akhirnya, dilihat dari sifat kodratnya juga bersifat monodualis, artinya sifat kodrat manusia terdiri atas dua unsur yakni unsur individu dan unsur sosial. Dan keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Kesepuluh unsur hakekat kodrat manusia itu merupakan potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia. Peserta didik sebagai manusia dengan demikian juga memiliki sepuluh potensi kemanusiaan tersebut. Dari sumber lain disebutkan bahwa manusia adalah makhluk multidimensional (banyak wajah/dimensi) yakni: dimensi individualitas (keindividualan), dimensi sosialitas (kesosialan), dimensi moralitas (kesusilaan), dimensi religiusitas (keberagamaan) (Tirtarardja dan la Sulo, 1994: 16) dan dimensi historisitas atau kesejarahan (Sastrapratedja, 1982: 101). Dimensi individualitas sering disandingkan dengan dimensi sosialitas, karena memang manusia adalah sebaai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Di samping dua dimensi tersebut, manusia juga perlu dikembangkan dimensi moralitasnya (karena manusia sebagai makhluk susila); dimensi religiusitasnya (karena manusia adalah makhluk religius); dan dimensi historisitasnya (karena manusia adalah makhluk yang menyejarah dalam arti manusia mampu menghayati hidup di masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang). Kesepuluh unsur kodrati atau kelima dimensi kemanusiaan tersebut dapat berkembang melalui dan dengan pendidikan. Di sinilah peran strategis dari pendidikan itu, sebagaimana akan kita lihat pada uraian selanjutnya. 4

C. Hakekat Pendidikan Dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada pasal 3 memuat fungsi atau misi pendidikan, yakni: mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Idonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Sedangkan pada pasal 4 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasioanl adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Anonim, 1995: 2-4). Berdasarkan pengertian pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakekat pendidikan adalah bantuan dari pihak pendidik terhadap peserta didiknya dalam rangka mengembangkan potensi atau kemampuan yang ada pada peserta didik tersebut secara simultan dan utuh menuju ke keadaan yang relatif lebih sempurna. Dengan kata lain, pendidikan tidak lain adalah upaya pengembangan hakekat kemanusiaan yang multidimensional secara utuh dan berkelanjutan. Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakekat manusia ditentukan oleh dua faktor yaitu bagaimana kualitas dimensi hakekat manusia itu sendiri secara potensial ; dan yang kedua, bagaimana kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangan dimensi hakekat manusia tersebut. Meskipun demikian, kualitas hasil akhir pendidikan sebenarnya harus dipulangkan kembali kepada peserta didik itu sendiri sebagai subyek sasaran pendidikan. (Tirtarahardja da La Sulo, 1994: 23). 5

Dari penjelasan di atas kita dihantarkan pada satu pandangan yang jelas bahwa agar kegiatan pendidikan dapat berhasil, pendidik harus memiliki wawasan dan pemahaman yang jelas dan utuh tentang peserta didiknya sebagai manusia yang memiliki banyak potensi (monopluralis) atau dimensi (makhluk multidimensional), sehingga tugas pendidik bukan sekedar menginformasikan berbagai hal, melainkan juga mengembangkan potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh peserta didiknya menuju ke taraf insani dan manusiawi. Untuk mewujudkan tugas tersebut sudah barang tentu banyak kendala yang dihadapi, di antaranya adalah faktor pendidiknya, peserta didiknya, lingkungannya, termasuk fasilitasnya, dan masih banyak lagi. Untuk mengatasi kendala yang disebabkan oleh factor pendidik antara lain dengan memperbaiki pola rekrutmennya sehingga yang menjadi guru adalah mereka yang memenuhi persyaratan tertentu. Alternatif lain, dengan mengirimkan para guru untuk mengikuti penataran, seminarlokakarya dan pelatihan-pelatihan lain yang dapat meningkatkan kualitas keilmuan dan menambah wawasan. Untuk mengatasi kendala yang disebabkan oleh kualitas peserta didiknya, antara lain dengan memperkekat seleksi masuk, dan dengan selalu diberikan tugas dan latihanlatihan baik secara terstruktur ataupun mandiri. Dan untuk mengatasi kendala yang disebabkan oleh sarana-prasarana tidak lain dengan melengkapi sarana-prasarana pendidikan atau memperbaikinya secara terus menerus. 6

Daftar Bacaan Sastrapratedja M. 1982. Manusia Multidimensional: Sebuah Renungan Filsafat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Umar Tirtarahardja dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tingi Depdikbud. Dirto Hadisusanto dkk. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. 7