SISTEM PENGENDALIAN LALU LINTAS PADA PERTEMUAN JALAN SEBIDANG. Ir. JONI HARIYANTO. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN PERSIMPANGAN TIDAK SEBIDANG PADA JALAN RAYA. Ir. JONI HARIANTO. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abubakar, I. dkk, (1995), yang dimaksud pertemuan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA LALU LINTAS PERSIMPANGAN LENGAN EMPAT BERSIGNAL (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN JALAN WALANDA MARAMIS MANADO)

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jaringan Jalan. B. Simpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: SIMPANG PADA RUAS JL. BASUKI RAHMAT KOTA MALANG)

TEKNIK LALU LINTAS MATERI PERKULIAHAN. Simpang ber-apill (Alat Pengatur Isyarat Lalu Lintas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

Gambar 2.1 Rambu yield

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rekayasa Lalu Lintas

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

ANALISIS KINERJA JALINAN JALAN IMAM BONJOL-YOS SOEDARSO PADA BUNDARAN BESAR DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II LANDASAN TEORI. bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masingmasing

PERBANDINGAN PENGUKURAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN PROGRAM aasidra 2.0 dan MKJI 1997 (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN PAAL 2 MANADO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan yang sebenarnya, atau merupakan suatu penjabaran yang sudah dikaji.

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasar AASHTO 2001 dalam Khisty and Kent, persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

PENGANTAR TRANSPORTASI

Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi Dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV Vissim 6

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membantu kelancaran pergerakan lalulintas di lokasi tersebut.

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dampak Pertumbuhan Pariwisata terhadap Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS INSTRUKSIONAL MATA KULIAH : REKAYASA LALU LINTAS SKS : 2

BAB III LANDASAN TEORI. A. Simpang Jalan Tak Bersinyal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI JALAN JEMURSARI DAN RAYA KENDANGSARI

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

2. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada persimpangan jalan.

ANALISIS BUNDARAN PADA SIMPANG EMPAT JALAN A. YANI KM 36 DI BANJARBARU. Rosehan Anwar 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting

ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO BITUNG JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memancar meninggalkan persimpangan (Hobbs F. D., 1995).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Transportasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari, namun masih mengalami berbagai

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

Ekivalen Mobil Penumpang Kendaraan Berat Dan Motor Belok Kanan Pada Simpang Bersinyal. Adi Subandi 1 M. Gugun Gunawan 2

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. (Suryadharma, H. & Susanto, B.,1999)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan pengaturan menggunakan lampu lalulintas. Pengaturan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

PENGENDALIAN LALU LINTAS 4 LENGAN PADA PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. JERANDING DAN PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. HARUNA KOTA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pilot Survey (Survey Pendahuluan) Reduksi dan Kompilasi Data Lalu lintas

penting dalam mempelajari aliran lalu-lintas. Setiap persimpangan mencakup

Transkripsi:

SISTEM PENGENDALIAN LALU LINTAS PADA PERTEMUAN JALAN SEBIDANG Ir. JONI HARIYANTO Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum Masalah-masalah yang ada dipersimpangan jalan seperti terjadinya kemacatan dapat diatasi dengan cara meningkatkan kapasitas persimpangan, mengurangi volume arus lalu lintasnya atau melakukan pengendalian/pengaturan arus lalu lintas yang ada. Untuk meningkatkan kapasitas simpang umumnya dilakukan perubahan rancangan simpang seperti pelebaran jalan, betook geometric, teapot dengan cara ini akan membutuhkan biaya yang besar serta terbentur pada masalah pembebasan tanah. Pengurangan arus lalu lintas yang memasuki persimpangan ini dapat dilakukan dengan mengalihakan arus lalu lintas kerute-rute lain teapot cara ini akan meningkatkan jarak perjalanan. Alternatif lain didalam memecahkan masalah kemacatan dipersimpangan adalah dengan melakukan pengaturan/pengendalian arus lalu lintas yang melewati persimpangan tersebut. Cara ini dipandang lebih mudah dan ekonomis teapot juga tergantung dari besamya volume lalu lintas yang ada. I.2. Latar Belakang Melihat kenyataan bahwa masih banyak kemacatan-kemacatan lalu lintas yang terjadi dipersimpangan khususnya didaerah perkotaan, dimana kemacatan ini disebabkan karena belum adanya pengaturan/pengendalian pada persimpangan tersebut. Sistim pengendalian/pengaturan memang belum dilakukan pada sebagian persimpangan yang ada karena pada waktu lalu pengaturan tersebut memang belum perlu dilakukan tetapi berhubung jumlah kenderaan bermotor yang semakin meningkat pesat pada akhir -akhir ini dan ini dapat dilihat dari angka pertumbuhan lalu lintas yang semakin tinggi dari tahun ketahun maka pada persimpanganpersimpangan yang tadinya belum memerlukan penanganan, pada saat ini harus sudah dilakukan mengingat kemacatan-kemacatan telah terjadi pada persimpangan tersebut. Salah satu penanganan yang diperlukan untuk mengatasi kemacatan tersebut adalah dengan dilakukannya pengaturan/pengendalian pada persimpangan tersebut. Cara pengaturan/pengendalian persimpangan adalah suatu upaya yang dipandang paling mudah dan paling ekonomis untuk mengatasi permasalahan tersebut. 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengupas masalah sistim pengendalian/pengaturan arus lalu lintas dipersimpangan khususnya pada persimpangan sebidang dimana cara tersebut adalah salah satu alternatif untuk mengatasi kemacatan-kemacatan yang terjadi pada persimpangan yang ada. 2004 Digitized by USU digital library 1

I.4. Permasalahan dan Pembatasan Masalah sistim Pengaturan/pengendalian lalu lintas pada persimpangan mempunyai cakupan luas antara lain masalah perhitungan besarnya kapasitas persimpangan yang ada, volume lalu lintas, pola pergerakan, jenis kenderaan yang lewat, faktor manusia, perhitungan-perhitungan waktu siklus pada simpang dengan lampu lalu lintas dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan hal tersebut, sehingga untuk membahas hal tersebut lingkup permasalahannya terlalu luas untuk itu penulis membatasinya yaitu hanya mengupas secara garis besarnya saja mengenai cara-cara pengendalian lalu lintas dipersimpangan seperti pengendalian tanpa lampu lalu lintas ataupun dengan lampu lalu lintas. I.5.Metodologi Metode yang dipergunakan didalam penulisan ini adalah metode studi literatur, yaitu mencari bahan-bahan masukan dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah pengendalian/pengaturan lalu lintas dipersimpangan khususnya persimpangan jalan sebidang. BAB II PERTEMUAN I PERSIMPANGAN JALAN ( INTERSECTION) 2.1. Uraian Umum Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas jalan (link) saling bertemu I berpotongan yang mencakup fasilitas jalur jalan (roadway) dan tepi jalan (road side), dimana lalu lintas dapat bergerak didalamnya. Persimpangan ini adalah merupakan bagian yang terpenting dari jalan raya sebab sebagian besar dari efisiensi, Kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi, waktu perjalanan, keamanan dan kenyamanan akan tergantung pada perencanaan persimpangan tersebut. Setiap persimpangan mencakup pergerakan lalu lintas menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki persimpangan dan mencakup juga pergerakan perputaran. Pergerakan lalu lintas ini dikendalikan berbagai cara, bergantung pada jenis persimpangannya. 2.2. Macam-macam bentuk pertemuan sebidang Dilihat dari bentuknya ada beberapa macam jenis persimpangan sebidang yaitu antara lain: - Pertemuan/persimpangan sebidang bercabang 3 - Pertemuan/persimpangan sebidang bercabang 4 - Pertemuan/persimpangan sebidang bercabang banyak - Bundaran ( Rotary Intersection ) Bentuk dari bermacam-macam persimpangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut 2004 Digitized by USU digital library 2

2004 Digitized by USU digital library 3

2.2. Alih Gerak ( Manuver ) Lalu lintas pada Persimpangan Jalan Dari sifat dan tujuan gerakan didaerah persimpangan, dikenal beberapa bentuk alih gerak yaitu: a. Diverging (memisah) b. Merging ( menggabung ) c. Crossing (memotong) d. Weaving (menyilang) 2.2.a. Diverging ( memisah ) Diverging adalah peristiwa memisahnya kenderaan dari suatu arus yang sama kejalur yang lain 2.2.b. Merging ( Menggabungkan) Merging adalah peristiwa menggabungnya kenderaan dari satu jalur kejalur yang lain 2.2.c. Crossing ( memotong ) Crossing adalah peristiwa perpotongan antara arus kenderaan dari satu jalur kejalur yang lain pada persimpangan dimana Keadaan yang demikian akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut. 2004 Digitized by USU digital library 4

2.2.d. Weaving (Menyilang) Weaving adalah pertemuan dua arus tatu tintas atau lebih yang berjalan menurut arah yang sarna sepanjang suatu lintasan dijalan raya tanpa bantuan rambu lalu lintas. Gerakan ini sering terjadi pada suatu kenderaan yang berpindah dari suatu jalur kejalur lain misalnya pada saat kenderaan masuk kesuatu jalan raya dari jalan masuk, kemudian bergerak kejalur lainnya untuk mengambil jalan keluar dari jalan raya tersebut keadaan ini juga akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut. 2.3. Titik Konflik pada Persimpangan Jalan Keberadaan persimpangan pada suatu jaringan jalan, ditujukan agar kenderaan bermotor, pejalan kaki (pedestrian), dan kenderaan tidak bermotor dapat bergerak dalam arah yang berbeda dan pada waktu yang bersamaan. Dengan demikian pada persimpangan akan terjadi suatu keadaan yang menjadi karakteristik yang unik dari persimpangan yaitu munculnya konflik yang berulang sebagai akibat dari pergerakan ( manuver ) tersebut. Berdasarkan sifatnya konflik yang ditimbulkan oleh manuver kenderaan dan pedestrian dibedakan 2 type yaitu : 2004 Digitized by USU digital library 5

1. Konflik primer, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas yang saling memotong 2. Konflik Sekunder, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan dengan arus lalu lintas arah lainnya dan atau lalu lintas belok kiri dengan pejalan kaki Adapun titik konflik yang terjadi disuatu persimpangan dapat dilihat pada gambar berikut : Pada dasarnya jumlah titik konflik yang terjadi dipersimpangan tergantung beberapa faktor antara lain : 1. Jumlah kaki persimpangan yang ada 2. Jumlah lajur pada setiap kaki persimpangan 3. Jumlah arah pergerakan yang ada 3. Sistem pengaturan yang ada 2004 Digitized by USU digital library 6

BAB III FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERENCANAAN PERSIMPANGAN JALAN Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam perencanaan suatu persimpangan, faktor tersebut antara lain : 1. Faktor lalu lintas 2. Faktor Geometrik 3. Faktor manusia 3.1 Faktor Lalu Lintas 3.1.a. Volume Volume adalah jumlah kenderaan yang melalui suatu titik dalam satuan waktu (hari, jam, menit). Pada suatu jalan, volume yang terjadi dapt berubah ubah menurut suatu pola yang dikatakan tetap. Beberapa hal yang berhubungan erat dengan variasi volume tersebut antara lain : - Waktu, seperti musim dalam satu tahun, hari dalam satu minggu, dst - Komposisi lalu lintas, pembagian jurusan, dan susunan jalur jalan. - Jenis tata guna lahan - Kalsifikasi jalan Volume biasanya diukur dengan cara mekanik dan manual. Perhitungan dapat dilakukan terhadap kenderaan- kenderaan pada satu atau beberapa jalur gerak yang sejajar, misalnya semua kenderaan yang memasuki perpotongan jalan dari suatu jalan tertentu ataupun semua kenderaan yang memasuki perpotongan dari arah mana aja. n Q = ----- T Dimana : q = Volume lalu lintas, Kenderaan/ satuan waktu n = Jumlah kenderaan yang melewati satu titik pengamatan T = Interval waktu pengamatan 3. 1.b. Kecepatan Ada beberapa definisi yang dipakai untuk menjelaskan kecepatan dalam hubungannya dengan gerakan kenderaan pada jalur gerak yaitu : - Kecepatan rata-rata ruang ( Space Mean Speed) Kecepatan rata-rata ruang ( Space Mean Speed) adalah kecepatan rata-rata kenderaan yang didapat dengan membagi jumlah jarak yang ditempuh dengan jumlah waktu yang dibutuhkan 2004 Digitized by USU digital library 7

Dimana : V = Kecepatan rata- rata Si = Jarak yang ditempuh kenderaan pada suatu ruang jalan Mi = Waktu tempuh yang dipergunakan kenderaan I I = 1, 2, 3, dst n - Kecepatan rata- rata waktu (time mean speed) Kecepatan rata- rata waktu (time mean speed) adlah kecepatan rata- rata kenderaan yang melalui satu titik tertentu pada ruang jalan untuk suatu interval waktu tertentu. Dimana : V = Kecepatan rata-rata waktu Vi = Kecepatan kenderaan i pada satu titik potongan jalan n = Jumlah kenderaan yang ditinjau - Kecepatan Gerak ( Running speed) Kecepatan Gerak ( Running speed) adalah kecepatan yang diukur dengan mengabaikan hambatan-hambatan waktu henti, seperti hambatan persimpangan dan penyeberangan pejalan kaki. Jadi kecepatan gerak merupakan perbandingan jarak tempuh pejalanan dengan waktu tempuh dikurangi waktu berhenti. 3.1.c. Satuan Mobil Penumpang ( SMP ) Untuk menghilangkan klasifikasi kenderaan pada perhitungan arus lalu lintas dapat dilakukan dengan menyatakan arus lalu lintas kedalam satuan mobil penumpang dalam satu satuan waktu. Jenis dan pengaruh suatu kenderaan yang melintasi suatu ruas jalan dan persimpangan berbeda satu sarna lainnya menurut katagorinya. Nilai ekivalen setiap kenderaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis kenderaan, lokasi jalan, keadaan topografi, serta kelandaian jalan. Ekivalen satuan mobil penumpang dapat dilihat pada tabel berikut ini : 2004 Digitized by USU digital library 8

Keterangan : Truk tunggal dan kenderaan rekreasi Jika komposisi kenderaan tidak diketahui, harga ini bisa sebagai suatu aproksimasi 3.2 Faktor Geometrik Elemen-elemen geometrik suatu persimpangan secara umum memberikan pengaruh terhadap operasional lalu lintas. Elemen-elemen tersebut diantaranya adalah alinyemen dan profil, lebar dan jumlah lajur serta elemen-elemen lainnya yang berpengaruh terhadap perencanaan suatu persimpangan. 3.3 Faktor Manusia Faktor manusia da!am lalu lintas umumnya bervariasi dan sulit ditentukan karena interaksinya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, keterampilan dan pengaruh sosial. Adapun faktor-faktor manusia ini mencakup antara lain: 3.3.a. Pengemudi Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat manusia sebagai pengemudi diantaranya adalah : - Tujuan perjalanan Berdasarkan tujuan perjalanan sifat-sifat manusia sebagai pengemudi akan berbeda sehubungan dengan interaksinya dalam karakteristik lalu lintas. - Kondisi cuaca Pengemudi akan lebih berhati-hati dalam mengemudikan kenderaannya pada kondisi cuaca buruk dan cenderung untuk menurunkan kecepatannya. - Umur dan jenis kelamin Pada umumnya pengemudi yang berumur tua atau wanita akan lebih berhati - hati dalam mengemudi kenderaannya dibandingkan dengan pengemudi yang berusia muda atau laki-laki. 2004 Digitized by USU digital library 9

- Kondisi kenderaan Sifat-sifat pengemudi dipengaruhi oleh jenis I model serta kekuatan mesin kenderaan - Keadaan lingkungan Sifat pengemudi pada jalan yang dikenalnya tidak akan sama dengan apabila berada pada jalan yang belum dikenalnya, dalam hat ini pengemudi cenderung untuk mengikuti kelakuan pengemudi lain dan akan lebih berhati hati. 3.3.b. Pejalan kaki Pejalan kaki cenderung tidak mengenal batasan umur ataupun persyaratan lainnya sehingga perilakunya akan sulit diramalkan. Sebagian darinya mungkin belum pernah menjadi pengemudi ataupun tidak mengenal peraturan lalulintas akibatnya berjalan dan menyeberang tidak pada tempatnya merupakan hal yang sering dijumpai pada persimpangan. BAB IV PERENCANAAN PENGENDALIAN/PENGATURAN ARUS LALU LlNTAS DIPERSIMPANGAN Operasi pada setiap persimpangan selalu menjadi faktor penting didalam menentukan kinerja (performance) dan kapasitas keseluruhan jaringan jalan. Untuk itu masalah pengendalian arus lalu lintas dipersimpangan menjadi amat vital. Suatu solusi yang baik akan dapat memperbaiki kinerja jaringan jalan secara keseluruhan. Setiap persimpangan memiliki karakteristik yang unik, misalnya dalam bentuk fisik, tingkat arus kenderaan, gerakan belok kenderaan, serta gerakan pejalan kaki, hal ini akan menimbulkan semakin kompleksnya masalah pengendalian persimpangan. Oleh karenanya pada daerah persimpangan perlu diupayakan suatu pengatuaran dan pengendalian yang baik dimana tujuannya adalah sbb: 1. Meminimalkan jumlah titik-titik konflik yang mungkin ada sehingga mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan. 2. Optimasi operasional persimpangan sehingga kapasitas persimpangan dapat tetap terjaga sesuai dengan yang direncanakan. 3. Kemudahan memahami bagi pelaku lalu lintas yang menggunakan persimpangan terhadap pengaturan arus dipersimpangan. Untuk itu petunjuk atas rambu harus jelas, pasti dan sederhana. 4.1. Jenis-Jenis Pengendalian Menurut jenis pengendaliannya, persimpangan sebidang dibedakan atas : a. Persimpangan tanpa sinyal ( lampu lalu lintas ) b. Persimpangan dengan sinyal ( lampu lalu lintas ) a. Persimpangan tanpa sinyal a. Persimpangan tanpa sinyal ( lampu lalu lintas ) Walaupun penggunaan lampu lalu lintas adalah merupakan alat pengontrol pengendalian lalu lintas yang terbaik dipersimpangan, tetapi adakalanya dengan 2004 Digitized by USU digital library 10

faktor pertimbangan lain hal ini tidak digunakan, Seperti halnya penggunaan lampu lalu lintas, prinsip perencanaan sarna yaitu menghilangkan atau mengurangi sebanyak mungkin titik titik konflik pada persimpangan tersebut. Persimpangan tanpa sinyal ini masih dapat dibagi lagi atas: 1. Persimpangan tanpa pengendali ( Uncontrolled Intersection) 2. Persimpangan dengan pengendali ruang (Space Sharin Intersection) 3. Persimpangan dengan sistem prioritas ( Priority Intersection) 1. Persimpangan tanpa pengendali ( Uncontrolled Intersection) Pada persimpangan jenis ini, jalan-jalan yang berpotongan memiliki tingkatan fungsi yang sejajar dan volumenya cukup rendah. Dengan demikian tidak diperlukan bentuk pengendalian maupun disain ulang selain general priority yang berlaku. Pada umumnya karakteristik kinerja persimpangan ini ditentukan oleh tingkat kedatangan ( Arrival Rates) dan sifat indifidu pengemudi. Syarat yang paling sederhana adalah bagaimana suatu aliran kenderaan mencari gap pada arus kenderaan yang berpotongan. Jika arus kenderaan cukup rendah akan didapat jarak yang memadai untuk menghindari konflik. Apabila konflik terjadi, prioritas hak untuk lewat diberikan kepada salah satu arus menurut perjanjian yang umum yaitu lalu lintas yang datang dari jalur kiri. Tundaan ( delay) yang terjadi pada persimpangan tergantung pada pola fisik persimpangan yang mempengaruhi jarak pandang pengemudi, dan juga kondisi arus pada tiap lengan persimpangan. Apabila arus pada salah satu lengan lebih besar dibandingkan dengan lengan lainnya sudah tentu arus tersebut akan lebih agresif dan cenderung untuk menguasai operasi persimpangan. Dengan adanya fenomena umum bahwa volume lalu lintas mempunyai kecenderungan untuk meningkat dari tahun ketahun dengan pertumbuhan yang bersifat normal (linear, eksponensial ), Generated traffic ( lalu lintas bangkitan ) serta development traffic, sementara persimpangan tetap tanpa pengendali hal ini akan memberikan kontribusi terhadap gangguan operasi persimpangan, khususnya pada kaki jalan minor yang artinya tundaan total akan meningkat. 2. Persimpangan dengan Pengendali Ruang Persimpangan jenis ini dapat diterapkan dengan penambahan suatu konstruksi pada persimpangan. Bentuk fisiknya dapat berupa marka jalan dan pulau pulau lalu lintas. Dengan pengaturan ini arah pergerakan lalu lintas dapat dipertegas sehingga kenderaan dapat dengan mudah dan aman memasuki persimpangan menurut lajur masing-masing. 3. Persimpangan dengan Prioritas Persimpangan dengan sistem prioritas dapat diterapkan dengan memberikan prioritas pada lengan-lengan tertentu dari persimpangan seperti dalam gambar berikut 2004 Digitized by USU digital library 11

Adapun prinsip-prinsip yang digunakan didalam pengendalian persimpangan dengan sistem prioritas adalah sbb : a. Arus kenderaan dari jalan dengan kelas fungsi yang lebih tinggi (jalan Major ) akan mendapat prioritas untuk melintas lebih dahulu. b. Prioritas harus terbagi dengan baik sehingga setiap kenderaan mempunyai kesempatan yang sarna untuk melintas. c. Aturan - aturan yang berkaitan dengan prioritas harus dapat dipahami dengan jelas oleh semua pengemudi. d. Pemberian prioritas harus terorganisir dengan baik sehingga jumlah titik - titik konflik dapat diusahakan seminimal mungkin. e. Keputusan - keputusan yang harus diambil oleh pengemudi harus sesederhana mungkin. f. Jumlah hambatan total terhadap lalu lintas harus diupayakan sekecil mungkin. Aspek yang terpenting dari kinerja persimpangan ini adalah pengaruh arus lalu lintas dari jalan minor. Kenderaan dari jalan, minor secara normal datang pada suatu tanda stop atou mengalah sebelum memasuki persimpangan, lalu harus menunggu suatu jarak antara kenderaan yang layak dari arus jalan mayor. Tundaan yang dialami kenderaan pada jalan minor secara langsung dihubungkan dengan ukuran waktu antara kenderaan yang akan melewaati arus jalan major. Tundaan yang dialami kenderaan pada jalan minor secara langsung dihubungkan dengan ukuran waktu antara kenderaan yang kan melewati arus jalan major. Waktu yang antara dapat diterima dihubungkan dengan volume lalu lintas 2004 Digitized by USU digital library 12

jalan major. Apabila volume bertambah, tundaan dan antrian pada jalan minor akan semakin besar. b. Simpang Dengan Lampu Lalu Lintas Pada simpang dengan lampu lalu lintas (Traffic Light) dilakukan pengaturan lampu lalu lintas sebagai fungsi dari waktu dengan membagi pergerakan dalam beberapa fase dengan menggunakan lampu lalu lintas akan efektif jika arus pergerakan yang membelok kecil dan jumlah fase kecil. Penggunaan lampu lalu lintas pada simpang biasanya lebih ekonomis dalam hal pemakaian ruang yang dibutuhkan dibandingkan dengan penggunaan bundaran untuk suatu kapasitas simpang tertentu, selain itu menurut suatu studi dapat ditunjukkan bahwa sistim prioritas mengakibatkan tundaan rata-rata dari seluruh pergerakan yang lebih besar dibandingkan pengendalian simpang dengan sistim lampu lalu lintas untuk suatu volume kenderaan tertentu yang cukup besar. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh sistim pengendalian simpang dengan lampu lalu lintas ini adalah meningkatnya tundaan dan biaya operasi kenderaan pada suatu kondisi jalan tidak macet. Pada kondisi seperti ini lampu lalu lintas akan mengakibatkan kerugian seperti tundaan dan biaya operasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungannya dalam memecahkan masalah konflik pada simpang. 4.2. Pemilihan Jenis Pengendalian Pemilihan jenis pengendalian pada persimpangan tanpa lampu lalu lintas merupakan hal yang sangat penting. Pertimbangan akan faktor-faktor yang berpengaruh dianalisa untuk pencapaian kinerja yang optimal. Dalam hal pemilihan ini pada umumnya rasio volume lalu lintas yang terdapat pada masing-masing kaki persimpangan baik pada jalan minor maupun pad a jalan major menjadi pertimbangan utama. Sebagai pedoman untuk pemilihan sistem pengendalian simpang dapat dilihat pada gambar berikut : BABV KESIMPULAN 2004 Digitized by USU digital library 13

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sbb: 1. Dilihat dari bentuknya persimpangan sebidang terdiri dari persimpangan sebidang bercabang tiga, em pat, bercabang banyak dan bundaran 2. Karena adanya keinginan secara bersamaan untuk melewati suatu persimpangan maka pada persimpangan tersebut akan terjadi kemacatan sebagai akibat adanya konflik kenderaan dari masing-masing kaki persimpangan. 3. terjadinya kemacatan dapat diatasi dengan cara meningkatkan kapasitas persimpangan, mengurangi volume arus lalu lintasnya atau melakukan pengendalian/pengaturan arus lalu lintas yang ada 4. Cara pengendalian/pengaturan lalu lintas dipandang lebih mudah dan ekonomis tetapi juga tergantung dari besarnya volume lalu lintas yang ada. DAFTAR PUSTAKA 1. Kadiyali, L. R, " Traffic Engineering and Transportation Planning"Khanna Publishers, 1978 2. "Indonesia Highway Capacity Manual" Directorate General Of Highways. Ministry Of Public Work, Jakarta 1993. 3. Direktorat Jenderal Bina Marga, " Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya ", No 13 /1970. 4. Clarkson H. Oglesby, " Highway Engineering" I Fourth Edition 5. Suwarjoko Warpani, " Rekayasa Lalu Lintas", Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta 1985. 6 AASHTO," A Policy On Geometric Design Of Highway And Streets", New York, 1984 2004 Digitized by USU digital library 14