BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Nama Sekolah Peminatan Daya Tampung

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1

(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

REKAP JUMLAH KELAS GELOMBANG 5 ( 2 s/d 6 JULI 2014 ) PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Periode Pembayaran : 26 s.d 31 Mei 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

DATA ALOKASI RKAS BOS SMA NEGERI TAHUN PELAJARAN 2017 /2018 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

1. DASAR PEMBENTUKAN DINAS

GUBERNUR JAWA TENGAH

Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BERITA RESMI STATISTIK

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

Juang Akbardin. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi No.207 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang

PENEMPATAN TENAGA KERJA

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 2018

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Sebagai salah satu prasarana transportasi dalam kehidupan bangsa, kedudukan dan peranan jaringan jalan pada hakikatnya menyangkut hajat hidup orang banyak serta mengendalikan struktur pengembangan wilayah pada tingkat nasional, terutama yang menyangkut pewujudan perkembangan antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil-hasil pembangunan, serta peningkatan pertahanan dan keamanan negara, dalam rangka mewujudkan rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Peraturan Pemerintah 34, 2006). Pengenalan masalah pokok jalan memberi petunjuk bahwa penyelenggaraan jalan yang konsepsional dan menyeluruh perlu melihat jalan sebagai suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat kegiatan. Dalam hubungan ini dikenal sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Pada setiap sistem jaringan jalan diadakan pengelompokan jalan menurut fungsi, status, dan kelas jalan. Pengelompokan jalan berdasarkan status memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk menyelenggarakan jalan yang mempunyai layanan nasional dan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan jalan di wilayahnya sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah (Peraturan Pemerintah 34, 2006). Dengan gambaran tersebut, jelas jalan sebagai salah satu media (prasarana) perhubungan darat mengikat semua kota dalam hubungan hirarki dan membentuk sistem jaringan tertentu dalam suatu wilayah pengembangan. Jalan raya harus dapat menyelenggarakan lalu lintas dengan lancar, aman dan nyaman sehingga pengangkutan berjalan dengan aman, efisien dan ekonomis. Untuk itu jalan raya harus memenuhi syarat-syarat teknis dan ekonomis menurut fungsinya, volume dan sifat lalu lintasnya. I - 1

Kurang memadainya sarana dan prasarana transportasi yang ada seperti jaringan jalan dan pengadaan terminal dapat menurunkan tingkat pelayanan dari sistem jaringan jalan tersebut, yang selanjutnya dapat mengurangi arus pertumbuhan perekonomian. Hal ini harus segera diantisipasi terutama di kotakota besar dimana memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional serta pemerataan pembangunan di berbagai sektor. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu program sistem jaringan jalan yang memiliki standar kapasitas memadai, syarat teknis dan ekonomis menurut fungsinya dan sifat lalu lintasnya. Sehingga penyelenggaraan lalu lintas dapat lancar, aman dan nyaman. Manajemen dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan dengan tujuan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan guna meningkatkan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan, dengan ruang lingkup seluruh jaringan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa yang terintegrasi, dengan mengutamakan hirarki jalan yang lebih tinggi (Peraturan Menteri KM 14, 2006). Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingginya tingkat urbanisasi, bertambahnya kepemilikan kendaraan, sistem angkutan yang tidak efisien, terbatasnya sumber daya untuk jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang ada. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan prasarana transportasi yang tidak bisa mengejar tingginya tingkat pertumbuhan kebutuhan akan transportasi yang menjadi penyebab permasalahan transportasi di kota besar. Penyelenggara jalan umum wajib mengusahakan agar jalan dapat digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan mengusahakan agar biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya (Peraturan Pemerintah 34, 2006). I - 2

1.2 LATAR BELAKANG MASALAH Kota Ambarawa yang terletak diantara dua wilayah besar yaitu Semarang dan Jogjakarta, merupakan kota yang mempunyai potensi dalam pengembangan ekonomi kawasan. Karena letaknya tersebut, kota Ambarawa menjadi jalur transportasi lalu lintas antar kota dan lalu lintas dalam kota yang sangat padat. Kota Ambarawa yang dikelilingi oleh barisan pegunungan dan sebuah rawa mempunyai karakteristik alam yang potensial untuk menjadi daya tarik dalam wisata alam. Selain potensi tersebut, Kota Ambarawa juga telah menjadi kota wisata dengan adanya objek wisata sejarah Museum Kereta Api Ambarawa dan Museum Palagan Ambarawa. Maka Ambarawa dengan sendirinya berfungsi sebagai sentral kegiatan wisata bagi kawasan kawasan wisata yang ada di daerah tersebut. Aktivitas sebagai kota wisata dan juga kota yang dilalui jalur transportasi regional menyebabkan Kota Ambarawa mempunyai beban transportasi yang cukup berat dalam menanggung kegiatan yang ada. Sehingga diperlukan adanya jaringan jalan yang memadai dan mencukupi agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar, aman dan nyaman. Jalan utama Kota Ambarawa yang sering terjadi kemacetan adalah jalan Jendral Sudirman, tepatnya di depan Pasar Projo. Kemacetan tersebut menimbulkan berbagai dampak negatif bagi pengemudi sendiri maupun dari segi ekonomi dan lingkungan. Bagi pengemudi kendaraan kemacetan akan menimbulkan ketegangan atau stress. Dari segi ekonomi dampak negatifnya yaitu berupa kehilangan waktu, karena waktu perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasi kendaraan (bensin, perawatan mesin) karena seringnya kendaraan berhenti. Dan juga dampak negatif terhadap lingkungan berupa peningkatan polusi udara karena gas racun CO serta peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan). I - 3

Sistem pergerakan lalu lintas yang terjadi di Jalan Jendral Sudirman diantaranya sebagai berikut: Dari arah timur yaitu dari Semarang-Jogjakarta, Semarang-Purwokerto, Semarang-Ambarawa, Ungaran-Ambarawa, Bawen-Grabag, dan sebaliknya. Dari arah barat laut yaitu dari Bandungan-Ambarawa, Sumowono-Ambarawa, dan sebaliknya. Dari arah selatan yaitu dari Banyubiru-Ambarawa, Salatiga-Ambarawa, dan sebaliknya. Aktivitas jalan-jalan lokal dalam kota. Sistem pergerakan lalu lintas yang terjadi seperti di atas serta aktivitas pasar sendiri mengakibatkan kondisi lalu lintas pada ruas Jalan Jendral Sudirman, khususnya di depan Pasar Projo semakin padat, terutama pada jam-jam puncak yaitu pagi, siang, dan sore. Hal ini mengakibatkan tingkat pelayanan terhadap pergerakan lalu lintas jalur jalan tersebut menurun, dikarenakan kapasitas jalan sudah tidak mampu melayani, ditambah lagi dengan perilaku pedagang yang berjualan sampai tepi jalan serta angkutan umum maupun angkutan barang yang berhenti di sepanjang jalan, kendaraan yang berputar arah di ujung median dan tidak dipungkiri juga banyaknya orang yang menyeberang tidak pada tempatnya. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Tugas Akhir dengan judul Kajian Kelayakan Teknis Pembangunan Jalan Lingkar Ambarawa ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan lalu lintas yang ada dan mencoba mengurangi kemacetan dan tundaan yang terjadi di Jalan Jendral Sudirman khususnya di depan Pasar Projo dengan beberapa alternatif penyelesaian masalah, di mana alternatif yang ditinjau adalah kelayakan pembangunan jalan lingkar Ambarawa. Dilatarbelakangi permasalahan tersebut, maka tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui layak tidaknya dibangun jalan lingkar di Ambarawa untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di ruas jalan Jendral Sudirman Ambarawa khususnya di depan Pasar Projo Ambarawa, ataukah selain dibangun I - 4

jalan lingkar juga masih memerlukan pengaturan manajemen lalu lintas yang lain di jalan Jendral Sudirman Ambarawa, ataukah juga masih memerlukan pemindahan lokasi Pasar Projo ke lahan belakang Pasar Projo Ambarawa eksisting. Kajian kelayakan yang dianalisa di sini hanya ditinjau berdasarkan aspek teknis saja. Sehingga nantinya bisa diambil kesimpulan yang tepat, supaya dapat tercapai tujuan akhirnya yaitu memperlancar arus lalu lintas dan meningkatkan pelayanan jalan di Jalan Jendral Sudirman Ambarawa dengan seefektif dan seefisien mungkin 1.4 POKOK PERMASALAHAN Timbulnya kemacetan lalu lintas yang terjadi pada ruas jalan Jendral Sudirman disebabkan karena bertambahnya volume lalu lintas yang sangat tinggi, sistem pengaturan pergerakan lalu lintas yang belum sempurna, dan kondisi fisik jalan yang tidak memenuhi persyaratan secara struktur, baik bahu jalan, area parkir, trotoar, dan lain sebagainya. Pokok permasalahan kemacetan lalu lintas yang terjadi di ruas jalan Jendral Sudirman Ambarawa dari hasil pantauan penulis disebabkan karena adanya beberapa hal antara lain: Kondisi lalu lintas sekarang yang semakin sibuk terutama pada jam-jam puncak yaitu pagi, siang, dan sore. Tidak tersedianya lahan parkir dan bahu jalan yang memadai di sepanjang jalan Jendral Sudirman. Trotoar beralih fungsi menjadi tempat berjualan PKL. Kendaraan berbelok arah di ujung median yang menimbulkan panjang antrian. Jembatan penyeberangan yang tidak berfungsi maksimal. Kendaraan yang berhenti di daerah larangan berhenti, semisal di depan pasar. Lahan bongkar muat di depan pasar menjadi terminal bayangan angkutan kota. Penyempitan jalan di pintu masuk jembatan sebelah barat pasar. Perilaku pemakai jalan yang tidak disiplin dalam berlalu lintas. I - 5

1.5 RUANG LINGKUP STUDI Dalam Tugas Akhir ini, ruang lingkup studi meliputi identifikasi dan analisa kinerja ruas jalan Jendral Sudirman Ambarawa khususnya sepanjang median jalan depan Pasar Projo Ambarawa. 090 Tayu JAWA BARAT Rembang 094 Jepara Lasem 089 092 Dawe Juwana 111 093 142 LAUT JAWA 087 091 095 Pati 141 085 088 Kudus Blora 112 101 099 084 096 081 Semarang Demak Grobogan Wirosari Ngawen Pekalongan Kendal Godong 101 100 Cepu 008 009 102 082 Tegal Wiradesa Kaliwungu Gubug Purwodadi Batang Kuwu 098 Brebes 005 006 Weleri Tg. Wanu 001 007 010 Losari Sukorejo Boja Kapung 002 003 004 Pemalang 152 153 153 154 Ungaran 119 025 027 103 026 151 Bantarbolang Karanganyar 155 010 Bandungan 163 Slawi 011 Bawen Banaran 028 132 Randudongkal Tuwel Batur Ambarawa 012 129 Sragen 029 Moga Paninggaran Salatiga 164 Dieng Gemolong 115 Sirampog Kalibening Wanayasa Temanggung 015 Karanggede 165 031 Pringsurat 134 135 110 103 023 Salem Bumiayu Bobotsari Bantarkawung Wonosobo Krasak Suruh 015 Surakarta Palur Baturaden Boyolali 104 106 Paguyangan Purbalingga Cemorosewu Cilopadang Sawangan Magelang Kartosuro 022 Banjarnegara Karanganyar 075 016 Jatinom 106 Purwokerto Klampok Sukoharjo Majenang Sokaraja 146 017 Kroya Ajibarang Kepil Salaman 107 Muntilan Purwantoro Klaten Kebumen Wonogiri Wangon Gombong Banyumas Purworejo Yogyakarta Pembun Bulu 097 JAWA TIMUR Nusakambangan Cilacap Bantul Wonosari D.I.Y Duwet Sumber : Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah dan Direktorat Jendral P3JJ Jawa Tengah Gambar 1.1. Peta Lokasi Studi Sumber : Hasil Survey Gambar 1.2. Keadaan Lokasi Studi Depan Pasar Projo arah ke Semarang I - 6

Sumber : Hasil Survey Gambar 1.3. Keadaan Lokasi Studi Depan Pasar Projo arah ke Yogyakarta Sumber : Hasil Survey Gambar 1.4. Keadaan Lokasi Studi Lahan Bongkar-Muat menjadi Terminal Bayangan Angkutan Umum I - 7

Sumber : Hasil Survey Gambar 1.5. Keadaan Lokasi Studi Menyeberang tanpa lewat Jembatan Penyeberangan Sumber : Hasil Survey Gambar 1.6. Keadaan Lokasi Studi Kendaraan Berbelok Arah di ujung Pembatas Jalan 1.6 PEMBATASAN MASALAH Karena luasnya cakupan dan aspek yang ditinjau pada analisa kelayakan serta keterbatasan waktu, biaya dan pengetahuan yang dimiliki, maka ruang I - 8

lingkup yang dibahas pada kajian kelayakan teknis pembangunan jalan lingkar Ambarawa ini mencakup : 1. Analisa kecepatan arus bebas. 2. Analisa kapasitas ruas jalan. 3. Analisa derajat kejenuhan ruas jalan. 4. Analisa kecepatan dan waktu tempuh kendaraan ringan. 5. Analisa pembebanan distribusi lalu lintas. 6. Analisa struktur lapis perkerasan jalan. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penyusunan Tugas Akhir ini terdiri dari tujuh bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa pokok bahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjuan umum, latar belakang masalah, maksud dan tujuan, pokok permasalahan, ruang lingkup studi, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II : STUDI PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan mengenai dasar-dasar teori yang dapat digunakan untuk analisa kelayakan pembangunan jalan lingkar Ambarawa. BAB III : METODOLOGI Dalam bab ini diuraikan mengenai metode yang dipakai, yaitu meliputi garis besar langkah kerja yang digunakan dalam analisa kelayakan pembangunan jalan lingkar di Ambarawa. BAB IV : GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum wilayah studi dari data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder. I - 9

BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai analisis data-data yang diperoleh dan yang ditinjau, dengan cara/metode khusus sesuai dengan dasar teori yang ada, kemudian diuraikan juga mengenai kelayakan teknis dari pembangunan jalan lingkar di Ambarawa dan direncanakan sesuai dengan hasil analisa di atas. BAB VI : PENUTUP Dalam bab ini akan diberikan kesimpulan dari hasil analisa dan saran-saran yang berguna dalam penerapan solusi alternatif pada lokasi jalan tersebut. I - 10