ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT BPR MASARAN MITRA ANDA KABUPATEN SRAGEN Oleh: JUNI TRISNOWATI (Dosen FE-UNSA) ABSTRACT Financial performance of a bank, or often referred to as the health of banks is important for Bank Perkreditan Rakyat (BPR) as an institution of public funds in the form of savings and deposits and distribute it in the form of credit. The purpose of this study was to determine whether PT BPR Masaran Mitraanda seen in a healthy condition of the liquidity factor, capital and profitability. The hypothesis proposed is suspected the health of banks in PT BPR Masaran Mitraanda the healthy category. The analytical tool used is the Cash Ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Assets (ROA) and BOPO.. Based on the analysis of data, soundness PT BPR Masaran Mitraanda seen from the factors of liquidity, capital and earnings are expressed in the healthy category. Keywords: health of banks, liquidity, capitalization and profitability. PENDAHULUAN Keberadaan bank dalam perekonomian modern sudah menjadi kebutuhan yang sulit dihindari, karena bank telah menyentuh setiap orang dan seluruh lapisan masyarakat. Kalau dahulu masyarakat masih dapat menyimpan uang di bawah bantal atau dalam sebuah celengan, saat ini masyarakat akan lebih senang menyimpan uang di bank, karena uang tersebut dapat menghasilkan bunga dan lebih aman. Sementara itu, masyarakat yang membutuhkan dana akan lebih mudah datang ke bank dari pada mencari orang yang mau meminjamkan dana. Dengan menyimpan dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, bank telah menjembatani pihak-pihak yang kelebihan dan membutuhkan dana. Sehubungan dengan apa yang dilakukan tersebut, bank disebut sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi. Dalam perkembangan selanjutnya, bank tidak hanya menjalankan fungsi intermediasi tetapi juga memberikan jasa dan pelayanan lain kepada masyarakat, misalnya dalam lalu lintas pembayaran maupun jasa keuangan lainnya. BPR sebagai lembaga intermediasi di daerah sangat berperan sebagai sumber modal bagi pengusaha kecil dan diharapkan mampu mengatasi masalah kekurangan modal. 1
Keberadaan BPR berperan besar dalam mengembangkan usaha kecil. Persyaratan yang mudah, prosedur yang sederhana, proses yang cepat dan lokasi yang dekat merupakan pilihan bagi para pengusaha kecil. Pelaksanaan kegiatan bank setiap periode tertentu senantiasa dievaluasi, dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut telah berjalan secara efektif dan efisien sehingga bank berada dalam keadaan sehat.dari beberapa indikator yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian diatas, suatu analisa terhadap laporan keuangan sangat penting guna mengukur tingkat kesehatan bank. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Analisis Rasio Keuangan untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Bank pada PT BPR Masaran Mitraanda Kabupaten Sragen. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor likuiditas PT BPR Masaran Mitraanda berada dalam kondisi sehat? 2. Apakah faktor perodalan PT BPR Masaran Mitraanda berada dalam kondisi sehat? 3. Apakah faktor rentabilitas PT. BPR Masaran Mitraanda berada dalam kondisi sehat? TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui apakah tingkat kesehatan PT BPR Masaran Mitraanda dilihat dari faktor likuiditas termasuk dalam kategori sehat. 2. Untuk mengetahui apakah tingkat kesehatan PT BPR Masaran Mitraanda dilihat dari faktor permodalan termasuk dalam kategori sehat. 3. Untuk mengetahui apakah tingkat kesehatan PT BPR Masaran Mitraanda dilihat dari faktor rentabilitas termasuk dalam kategori sehat. 2
LANDASAN TEORI 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. 2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning dan Liquidity). Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar. Dengan demikian faktor-faktor yang diperhitungkan dalam system baru ini nantinya adalah CAMEL. Kelima faktor tersebut memang merupakan faktor yang 3
menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan factor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan sebagai berikut : Tabel Bobot CAMEL Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR. Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. 4
a. Faktor Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Penilaian faktor likuiditas ini didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Cash Ratio Cash Ratio = (Alat likuid/ Hutang Lancar) x 100 %. Kriteria kesehatan cash ratio: a) Sehat = Cash Ratio 4,05 %. b) Cukup Sehat = 3,30 % Cash Ratio < 4,05 %. c) Kurang Sehat = 2,55 % Cash Ratio < 3,30 % d) Tidak Sehat = Cash Ratio < 2,55 %. 2) Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR = (Kredit yang diberikan / Dana yang diterima) x 100 %. Kriteria kesehatan LDR: a) Sehat = LDR 94,75 %. b) Cukup Sehat = 94,75 % < LDR 98,50 %. c) Kurang Sehat = 98,50 % < LDR 102,25 % d) Tidak Sehat = LDR 102,25 %. b. Faktor Permodalan Fungsi utama dari modal bank adalah melindungi para penyimpan uang (deposan) dari kerugian yang timbul. Modal bank digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat peminjam. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya dana giro, deposito dan tabungan yang melebihi jumlah setoran modal dari pemegang saham. Penilaian kesehatan terhadap faktor permodalan didasarkan pada Capital Adequacy Ratio (CAR). 5
CAR = (Modal/ Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) x 100 %. Kriteria kesehatan CAR: 1) Sehat = CAR 8,0 %. 2) Kurang Sehat = 6,5 % CAR < 8,0 % 3) Tidak Sehat = CAR < 6,5 %. c. Faktor Rentabilitas Rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Return on Assets (ROA) ROA = (Laba/Rugi 12 Bulan Terakhir / rata-rata Volume Usaha) x 100 %. Kriteria kesehatan ROA: a) Sehat = ROA 1,215 %. b) Cukup Sehat = 0,99 % ROA < 1,215 %. c) Kurang Sehat = 0,765 % ROA < 0,99 % d) Tidak Sehat = ROA < 0,765 %. 2) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO = ( Biaya Operasional 12 Bulan Terakhir / Pendapatan Operasional 12 Bulan Terakhir ) x 100 %. Kriteria kesehatan BOPO: a) Sehat = BOPO 93,52 %. b) Cukup Sehat = 93,52 % < BOPO 94,72 %. c) Kurang Sehat = 94,72 % < BOPO 95,92 % d) Tidak Sehat = BOPO 95,92 %. 6
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat disajikan seperti berikut. Laporan Keuangan Penilaian Likuiditas Penilaian Permodalan Penilaian Rentabilitas Keterangan: PT. BPR Masaran Mitraanda tiap akhir periode kerja membuat laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dibuat dengan salah satu tujuannya adalah sebagai alat pertanggungjawaban manajemen terhadap kinerja keuangan selama periode tersebut. Interpretasi atas data laporan keuangan dan dengan menggunakan analisis rasio keuangan maka dapat diketahui sehat tidaknya kondisi keuangan PT BPR Masaran Mitraanda. Tolok ukur kesehatan yang dilihat dari faktor likuiditas, permodalan dan rentabilitas didasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/3/UPPB Tahun 1997 Tanggal 30 April 1997. HIPOTESIS 1. Diduga faktor likuiditas PT BPR Masaran Mitraanda berada dalam kondisi sehat. 2. Diduga faktor permodalan PT BPR Masaran Mitraanda berada dalam kondisi sehat. 3. Diduga faktor rentabilitas PT. BPR Masaran Mitraanda berada dalam kondisi sehat. JENIS DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori data sekunder, yang terdiri dari: 1. Data laporan keuangan PT. BPR Masaran Mitraanda, meliputi laporan neraca dan laporan rugi laba. 7
2. Data lain yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini, seperti sejarah berdirinya BPR, gambaran operasional bank, dan sebagainya. METODE PENGUMPULAN DATA Untuk memperoleh data digunakan metode pengumpulan data: wawancara, observasi dan studi pustaka. METODE ANALISIS DATA Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk faktor likuiditas dilihat dari Cash Ratio (CR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2. Untuk faktor permodalan dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR). 3. Untuk faktor rentabilitas dilihat dari Return on Assets (ROA) dan Biaya Operasional- Pendapatan Operasional (BOPO) HASIL ANALISIS DATA Hasil analisis data dalam penelitian ini dirangkum dalam tabel berikut ini: Keterangan Cash Ratio LDR CAR ROA BOPO Perhitungan 35,85 71,26 13,86 1,53 94,21 Tolok Ukur 4,05 94,75 8,00 1,215 93,52 Predikat Sehat Sehat Sehat Sehat Cukup Sehat Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dilihat dari faktor likuiditas, dalam hal ini cash ratio sebesar 35,85 lebih tinggi dari tolok ukurnya sebesar 4,05 %., dan LDR nya sebesar 71,26 % yang lebih kecil dari tolok ukur sebesar 94,75 %. Dengan demikian tingkat kesehatan bank PT BPR Masaran Mitraanda berdasarkan faktor likuiditas termasuk dalam kategori sehat. 8
2. Dilihat dari faktor permodalan, rasio CAR sebesar 13,86 % melebihi tolok ukur minimal permodalan sehat sebesar 8 %. Dengan demikian tingkat kesehatan bank PT BPR Masaran Mitraanda berdasarkan faktor permodalan termasuk dalam kategori sehat. 3. Dilihat dari faktor rentabilitas, dalam hal ini ROA sebesar 1,52 %lebih tinggi dari batas minimalnya sebesar 1,215 %., dan BOPO nya sebesar 94,21 %. Dengan demikian tingkat kesehatan bank PT BPR Masaran Mitraanda berdasarkan faktor rentabilitas termasuk dalam kategori sehat. KESIMPULAN 1. Dilihat dari faktor likuiditas, PT BPR masaran Mitraanda untuk Cash Ratio dan LDR tergolong sehat. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kondisi Cash ratio lebih besar dari ketentuan batas minimal likuiditas yang harus dimiliki, yaitu 4,05 %. Sedangkan untuk rasio LDR lebih kecil dari ketentuan batas maksimal likuiditas yaitu 94,75 %. Dengan demikian hipotesis pertama terbukti kebenarannya. 2. Dilihat dari faktor permodalan, PT. BPR Masaran Mitraanda tergolong sehat karena rasio CAR lebih besar dari batas minimal permodalan sehat sebesar 8 %. Dengan demikian hipotesis kedua terbukti kebenarannya. 3. Dilihat dari faktor rentabilitas, PT. BPR Masaran Mitraanda untuk rasio ROA tergolong sehat karena diatas ketentuan minimal 1,215 %. Sedangkan untuk rasio BOPO termasuk dalam kategori cukup sehat SARAN 1. Untuk mempertahankan posisi likuiditas bank sebaiknya menempatkan dana pada bank lain. Disamping aman, penempatan dana tersebut akan menghasilkan pendapatan bunga. 9
Disamping itu, untuk mencegah terjadinya pengambilan dana besar-besaran, bank harus selalu meningkatkan pelayanan dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. 2. Dari segi permodalan, apabila CAR mendekati limit 8 %, manajemen hendaknya segera mengajukan penambahan modal kepada pemilik dan mengelola peningkatan ATMR. Disamping itu, bank harus melakukan pemupukan modal intern melalui peningkatan laba bank, karena sebagian laba tersebut akan dialokasikan dalam cadangan umum/ tujuan. 3. Untuk meningkatkan rentabilitas bank dengan cara meningkatkan pendapatan bank, baik berupa bunga kredit, bunga penempatan dana maupun fee base income. Disamping itu harus dilakukan efisisensi pada seluruh pos biaya, baik berupa biaya bunga dana, biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan, biaya barang dan jasa pihak ketiga dan biaya lainnya. REFERENSI Agnes Sawir, 2001, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. Bambang Riyanto, 1997, dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta, BPFE UGM. Bank Indonesia, 1997, Tingkat Kesehatan untuk BPR, Jakarta. Lukman Dendawijaya, 2001, Manajemen Perbankan, Jakarta, Ghalia Indonesia. Muchdarsyah Sinungan, 2000, Manajemen Dana Bank, Jakarta, Bumi Aksara. Munawir, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Liberty. Soediyono Reksoprayitno, Prinsip-prinsip Dasar manajemen Bank Umum, Yogyakarta, BPFE- UGM. Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/3/UPPB Tahun 1997 Tanggal 30 April 1997. Teguh Pudjo Muljono, 1995, Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan, Jakarta, Djambatan. 10