MENDEFINISIKAN KONSTRAK DAN MENYUSUN ITEM By. Samian

dokumen-dokumen yang mirip
Measurement Definisi Pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: : Stereotip daya tarik fisik dan kesepian

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Konstruksi Tes 06 Penulisan Aitem. Tugas On-line 09

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

CONTENT VALIDITY (Validitas Isi)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan menurut

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

SKALA PSIKOLOGI. Wahyu Widhiarso

Artikel untuk Critical Appraisal:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten

BAB III METODE PENULISAN

TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Setelah menelaah dan didasari teori yang telah ada dipaparkan pada bab B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEGIATAN BELAJAR 1 PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Pengukuran merupakan proses pembuatan definisi-definisi operasional sedemikian rupa sehingga ukuran-ukuran tersebut reliabel dan valid

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan korelasional,

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

Panduan Dasar Menulis Esai. latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai.

BAB III METODE PENELITIAN

4) Judul Penelitian. 1) Latar Belakang Masalah. 2) Indikasi Masalah. 3) Batasan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Dewi Gayatri, M.Kes.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gagne (1974): (A) kemampuan merencanakan materi dan

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Psikometri Validitas 1

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PENELITIAN SOSIAL. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Ketua LPM UNS/ Korwil I DRD Jateng

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

Format Aitem. Pernyataan dengan Pilihan Pertanyaan. Gambar-gambar atau figur-figur sebagai stimulusnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang didesain untuk menjawab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB 6 SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN. Teknik pengukuran merupakan aturan dan prosedur yang digunakan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dinyatakan dalam bentuk jumlah atau angka yang dihitung secara matematik,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian

PROPOSAL PENELITIAN PENGEMBANGAN

Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Akselerasi dan Non Akselerasi Dwi Deasyana S

BAB III METODE PENELITIAN. pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian keterbacaan soal ulangan akhir semester ini timbul karena adanya

Pengumpulan Data Penelitian

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR BAGAN... xi. DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

MENDEFINISIKAN KONSTRAK DAN MENYUSUN ITEM By. Samian Bab ini akan membahas tahap awal dalam menyusun suatu alat ukur dalam ilmu psikologi. Tahap pertama adalah menentukan tujuan dan konsep yang akan diukur. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa atribut yang diukur dalam ilmu psikologi adalah bersifat laten atau abstrak sehingga langkah-langkah penyusunan alat ukurnya sedikit berbeda dengan pengukuran pada atribut fisik. Apabila tujuan dan konsep yang akan diukur telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya dalam proses penyusunan alat ukur adalah proses konseptualisasi dan operasionalisasi dari konsep. Berdasarkan konseptualisasi dan operasionalisasi dari konsep seorang yang akan menyusun alat ukur baru bisa menyusun item-item pengukuran. Pendefinisian Konstrak dan Mengidentifikasi Dimensi Konstrak Sebelum melakukan penyusunan alat ukur, terlebih dahulu kita harus memahami definisi konsep, konstrak dan dimensi. Keterkaitan antara konsep, konstrak dan dimensi dengan tahapan penyusunan alat ukur terletak pada proses konseptualisasi dalam tahap penyusunan alat ukur. Penjelasan mengenai konsep, konstrak dan dimensi merupakan pemahaman awal sebelum kita melangkah lebih jauh dalam proses penyusunan alat ukur. Kostruk merupakan sebuah konsep yang telah mendapatkan sentuhan imajinasi dari ilmuan. Sementara konsep merupakan abstraksi atau ide yang diperoleh dari hasil rangkuman dan pengorganisasian pengetahuan atau pengamatan atas suatu fakta/realitas yang dinyatakan dalam term/kata. Isi dari konsep sendiri disebut sebagai dimensi. Pada satu konsep bisa terdiri dari dimensi tunggal atau kumpulan dari beberapa dimensi, sehingga konsep dapat dibedakan menjadi cluster concept dan multidimension concept. Sebagai ilustrasi, istilah urbanisasi adalah contoh dari cluster concept, karena urbanisasi merupakan kumpulan dari beberapa konsep tunggal seperti mobilitas massa, pertumbuhan ekonomi, sub-urban, minoritas sosial, dan sebagainya. Sedangkan istilah

demokrasi merupakan contoh dari multidimension concepts yang terdiri dari one dimension concepts seperti pemilihan umum, kontrol legislatif terhadap eksekutif, kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat dan sebagainya. Seperti halnya konsep, konstrak juga terdiri dari dimensi-dimensi, sehingga ketika kita akan melakukan pengukuran terhadap suatu konstrak maka kita terlebih dahulu harus mengidentifikasi dimensi-dimensi yang terkandung dalam sebuah konstrak tersebut. Proses pendefinisian konstrak dan penspesifikasian secara jelas arti dari konstrak yang akan diukur disebut sebagai tahap konseptualisasi dalam pengukuran. Proses konseptualisasi juga mencakup identifikasi terhadap indikator-indikator yang observable dari setiap dimensi dalam konstrak. Good measurement depend on good conceptualization. Ungkapan tersebut merupakan gambaran betapa pentingnya proses konseptualisasi dalam pengukuran. Proses konseptualisasi dalam pengukuran menjadi sebuah titik krusial, karena apabila terjadi kesalahan dalam proses konseptualisasi maka alat ukur yang tersusun nantinya juga akan terjadi kesalahan. Dengan kata lain, proses konseptualisasi ini sangat terkait dengan validitas konstrak suatu pengukuran. Pendefinisian konstrak harus dilakukan secara hati-hati, hal ini karena tidak ada definisi tunggal dari konstrak psikologi. Suatu konstrak bisa jadi memiliki lebih dari satu definisi yang berbeda dari beberapa teori yang ada, sehingga harus dilakukan pemilihan teori yang nantinya akan mendasari penyusunan alat ukur. Sebagai contoh definisi tentang inteligensi, tidak ada definisi tunggal tentang inteligensi. Ada beberapa teori inteligensi yang memiliki makna yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga apabila akan melakukan pengukuran terhadap konstrak inteligensi maka harus ditentukan terlebih dahulu dasar teori inteligensi mana yang akan dipergunakan. Pemilihan teori sebaiknya didasarkan atas tujuan dari pengukuran serta kelengkapan teori. Kelengkapan teori yang dimaksud disini adalah kejelasan definisi konstrak secara spesifik dan adanya dimensi-dimensi dalam konstrak tersebut. Suatu konstrak yang telah didefinisikan secara konseptual tidak secara langsung bisa diukur, namun terlebih dahulu harus dilakukan operasionalisasi dari

konstrak yang hendak diukur. Proses operasionalisasi konstrak merupakan proses penerjemahan dari definisi konseptual menjadi definisi kerja yang lebih konkrit atau yang observable. Pada proses operasionalisasi, seseorang yang akan menyusun suatu alat ukur harus menyusun indikator-indikator yang observable dari masing-masing dimensi. Karena dalam proses operasionalisasi ini memungkinkan terjadinya kesalahan dan tidak mungkin bisa tepat 100% dalam menerjemahkan konsep, maka seringkali digunakan banyak indikator. Selain itu, yang dapat membantu dalam proses operasionalisasi adalah melakukan review secara mendalam terhadap teori yang relevan, membuat judgement yang tepat, dan creative insights. Guna memperjelas paparan tentang proses konseptualisasi, kita dapat melihat diagram alur di bawah ini. THEORITICAL FRAMEWORK THEORIES IN TOPICS Konseptualisasi Operasionalisasi SPECIFIC THEORY Item Pada proses penyusunan alat ukur, semakin banyak indikator maka pengukuran akan menunjukkan hasil yang lebih baik. Namun perlu hati-hati dalam menyusun indikator untuk masing-masing dimensi, karena satu indikator bisa jadi tumpang tindih dengan indikator dari konstrak yang lain. Sebagai contoh ketika kita akan mengukur skala kecemasan, kita bisa menggunakan indikator detak jantung. Namun indikator detak jantung ini bisa jadi bukan hanya indikator kecemasan saja, tetapi bisa menjadi indikator konstrak lain seperti kemarahan.

Oleh karena itu, dalam satu pengukuran semakin banyak indikator akan semakin bagus untuk menggambarkan konstrak yang diukur. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan operasionalisasi terhadap konsep: 1. Selalu mengingat dan mengacu pada definisi konseptual 2. Membuka pikiran dan mencoba untuk berpikir kreatif. 3. Mempelajari studi-studi yang pernah dilakukan dan bila memungkinkan untuk melakukan modifikasi berdasarkan pengukuran yang telah ada. 4. Melakukan antisipasi terhadap hal-hal yang menyulitkan. Termasuk beberapa problem dalam pengukuran psikologis yaitu: a. Tidak ada definisi tunggal dalam konsep psikologi b. Indikator perilaku suatu konsep seringkali tumpang tindih dengan indikator konsep lain 5. Perlu untuk selalu mengingat unit analisis dari skala pengukuran yang hendak disusun. Proses konseptualisasi dan operasionalisasi seperti yang telah dipaparkan secara panjang lebar di atas, akan lebih jelasnya apabila kita coba untuk mencermati dari contoh aplikasi dari proses tersebut. Semisal kita akan mengukur religiusitas seseorang, maka kita harus mendefinisikan religiusitas berdasarkan salah satu teori dan mengidentifikasi dimensi-dimensinya. Konstrak : Religiusitas Konseptual : Definisi religiusitas adalah. (berdasarkan salah satu teori) Dimensi : - Pandangan terhadap agama. - Aktivitas keagamaan. - Religious belief Opreasionalisasi : Pentingnya religiusitas dalam kehidupan seseorang Indikator masing-masing dimensinya adalah: 1. Pandangan terhadap agama. a. Agama baik bagi masyarakat. b. Agama menghindarkan masalah-masalah dalam masyarakat. c. Agama membantu membahagiakan kehidupan individu

d. Semua orang sebaiknya memiliki agama. 2. Aktivitas keagamaan. a. Rajin menghadiri upacara keagamaan. b. Aktif terlibat dalam organisasi keagamaan. c. Aktif berdoa. d. Beramal untuk kegiatan agama. e. Rajin membaca buku-buku agama 3. Religious belief a. Percaya pada Allah/Tuhan. b. Percaya pada kitab dan mukjizat. c. Percaya pada kehidupan setelah mati d. Percaya pada doa. e. Percaya pada malaikat Penyusunan Item Pengukuran Proses selanjutnya setelah melakukan konseptualisasi dan operasionalisasi dalam penyusunan alat ukur adalah menentukan format item dan format respon dari alat ukur yang disusun. Ada dua macam format item dalam pengukuran psikologis, yaitu: a. Bentuk pernyataan dengan pilihan: yaitu format item yang berupa penyataan-pernyataan singkat yang disertai alternatif respon untuk dipilih oleh subyek yang kita ukur b. Bentuk pertanyaan: yaitu format item yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh subyek yang kita ukur. Format item dengan bentuk pertanyaan ini dapat disertai alternatif jawaban atau tidak disertai sehingga berupa pertanyaan terbuka. Sedangkan untuk format respon, dapat berupa bentuk perilaku seperti menggambar, menjawab, memilih gambar, atau memilih jawaban. Dalam menentukan format respon, harus disesuaikan dengan tujuan pengukuran dan format item yang dipergunakan. Namun format respon yang paling popular dan sering dipergunakan dalam skala psikologi adalah memilih jawaban.

Dalam format respon, ada beberapa jenis anchor atau rentang penilaian subyektif yang dapat dipergunakan sebagai perkiraan posisi individu yang kita ukur dengan sebuah item. Beberapa jenis anchor tersebut adalah sebagai berikut: a. Persetujuan : Setuju Tidak Setuju b. Kata sifat : Kaku Longgar, Pemarah Tenang c. Evaluatif : Baik Buruk d. Frekuensi : Jarang Selalu Selain empat anchor di atas, bisa juga membuat anchor perilaku sesuai dengan tujuan pengukuran. Dalam membuat anchor perilaku harus didasarkan pada hasil observasi perilaku nyata yang mungkin muncul dari suatu item. Sementara itu jenjang rating dalam skala cukup bervariasi, mulai hanya dua jenjang sampai dengan sebelas jenjang. Jumlah jenjang bisa genap atau ganjil sehingga respon netral bisa diberikan atau tidak. Setelah format item dan format respon ditentukan maka langkah selanjutnya dalam penyusunan alat ukur adalah melakukan penyusunan item. Penyusunan item merupakan proses menterjemahkan indikator-indikator dari setiap dimensi kedalam item-item alat ukur. Pada proses penyusunan item harus selalu mengacu pada indikator-indikator yang ada agar item yang tersusun benarbenar dapat dipergunakan untuk mengukur konstrak yang hendak diukur (content validity). Item-item pengukuran yang bagus adalah item yang memiliki content validity yang tinggi. Agar item-item yang kita susun memiliki content validity yang tinggi, menurut Edwards ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dan beberapa hal yang sebaiknya dihindari dalam penulisan item, yaitu: a. Hindari membuat pernyataan yang berhubungan dengan masa lalu b. Hindari membuat pernyataan tentang fakta atau yang dapat diinterpretasikan sebagai fakta c. Hindari membuat pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu d. Hindari membuat pernyataan yang tidak relevan dengan perilaku yg diukur e. Hindari membuat pernyataan yang disetujui atau tidak disetujui oleh banyak pihak (Social Desirability)

f. Hindari kata-kata: semua, selalu, tidak satupun, tidak pernah, sering g. Hindari Penggunaan kalimat majemuk h. Hindari dua kata negatif dalam satu kalimat i. Gunakan secara hati-hati kata-kata: hanya, hampir, atau kata lain yg sama artinya j. Jangan menulis item yang langsung menanyakan atribut yang hendak diungkap. k. Buatlah pernyataan yang memungkinkan orang untuk memberikan respon dari rentang anchor yang disediakan l. Buatlah pernyataan dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti dengan bahasa baku m. Buatlah pernyataan yang sederhana (kurang dari 20 kata) n. Buatlah pernyataan yang memiliki satu pokok pikiran utama Setelah proses penyusunan item dilakukan, untuk menjaga validitas alat ukur yang kita susun sebaiknya dilakukan justifikasi terhadap content validity dan face validity masing-masing item. Justifikasi item sebaiknya dilakukan dengan cara inter-rater dan melibatkan orang-orang yang berkompeten dalam bidang konstrak yang akan kita ukur dengan item-item tersebut. Dengan demikian, kita akan tahu item-item mana yang baik dan item mana yang jelek dan harus diperbaiki. Tahap selanjutnya dalam penyusunan alat ukur adalah melakukan uji coba alat ukur terhadap beberapa sample. Hasil uji coba tersebut dapat dipergunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur yang telah tersusun. Selain itu, berdasarkan hasil uji coba juga bisa dipergunakan untuk memilih item-item yang layak untuk dipergunakan yang nantinya akan disusun menjadi satu set alat ukur. Banyaknya item yang ideal dalam suatu alat ukur bersifat relatif, karena beberapa ahli memiliki pendapat yang berbeda. Ada dua hal yang bisa dipertimbangkan dalam menentukan jumlah item dalam suatu alat ukur. Pertama persoalan reliabilitas, alat ukur yang memiliki item lebih banyak pasti akan memiliki koefisien reliabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan koefisien

reliabilitas alat ukur yang itemnya lebih sedikit. Kedua, disatu sisi alat ukur yang memiliki jumlah item yang banyak memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi, namun apabila item terlalu banyak justru kita akan sulit mendapatkan respon yang sebenarnya dari subyek yang kita ukur. Subyek akan merasa jenuh ketika harus menjawab item dalam jumlah besar, sehingga kemungkinan subyek untuk menjawab secara asal-asalan lebih tinggi.