Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana eselon II kecuali Unit Pengelola Teknis mandiri dan Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategorikategori output yang secara garis besar dapat dirangkum sebagai berikut : 1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, peraturan, regulasi, metodologi, konsep, dan kajian; 2) Pelayanan publik (perijinan, pengaduan, penyelesaian kasus, pengembangan dan pelayanan informasi); 3) Pembinaan (pengawasan, pembinaan, insentif/disinsentif, asistensi terhadap pemerintah daerah atau masyarakat) dan monitoring-evaluasi (monev). Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan Unit Pengelola Teknis mandiri dan Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategori output yang secara garis besar dapat dirangkum sebagai berikut : 1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, inventarisasi data (dilakukan melalui monev), konsep, dan kajian; 2) Pelayanan publik; 3) Pembinaan dan peningkatan kapasitas; 4) Layanan perkantoran. 2.4.2. Program Generik : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KLH Program ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pelaksanaan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup. Sasaran Strategis (Outcomes) Program Generik ini adalah : 1) Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP); 2) Percepatan implementasi reformasi birokrasi (RB). Berdasarkan sasaran strategis program generik ini, fungsi Eselon 1 KLH dikelompokkan sebagai berikut : 22
Tabel 2.2. Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik berdasarkan Sasaran Strategis Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik berdasarkan Sasaran Strategis Kelompok Kegiatan Program Sasaran Strategis Eselon I Pelaksana Menurut Fungsi Program Dukungan Pengelolaan keuangan Pemberian dukungan Sekretariat Kementerian Manajemen kementerian manajemen dan penyediaan LH Percepatan implementasi reformasi birokrasi sarana dan prasarana DNPI Indikator capaian sasaran strategis dari program generik ini adalah : 1) Pelaksanaan RB merupakan komponen dari sistem penilaian kinerja unit kerja, maupun kinerja para pejabat/pimpinan unit kerja, pegawai; 2) Peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan minimal; 3) Pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara akuntabel dengan menaati perundangan : Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP), Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah; 4) Peningkatan efektivitas perencanaan dan pelaksanaan program, pendanaan dan akuntabilitas kinerja. Kegiatan yang termasuk dalam program ini adalah sebagai berikut : 1) Pengembangan perencanaan dan kerjasama luar negeri; 2) Peningkatan kinerja Dewan Nasional Perubahan Iklim; 3) Pengendalian internal; 4) Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum, rumah tangga, keuangan dan kepegawaian; 5) Pengembangan telaahan kebijakan; 6) Pengembangan perundang-undangan dan hubungan masyarakat. 2.5. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014 Dalam menyusun rencana kinerja tahunan, KLH membagi kinerja teknis para eselon 1 ke dalam klaster yang dikaitkan dengan prioritas nasional yang merupakan kontrak kinerja Menteri dengan Presiden. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi para eselon I diterjemahkan dalam berbagai rangkaian kegiatan, sehingga pengukuran 23
kinerja para eselon I menggunakan indikator-indikator pengukuran pada tingkat kegiatan. Penjumlahan dan sinergi hasil kegiatan menurut klaster tersebut secara keseluruhan menggambarkan pencapaian setiap sasaran strategis. Penurunan tingkat pencemaran LH Peningkatan Upaya Pengendalian Kerusakan LH Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH pengawasan industri dan jasa kebijakan pengelolaan gambut rehabilitasi hutan dan lahan penghentian kerusakan DAS penurunan jumlah hotspot (titik panas) kebakaran hutan peningkatan kapasitas SDM dan aparatur peningkatan kapasitas sarana dan prasarana INDIKATOR pengawasan industri dan jasa penurunan beban pencemaran air, udara, sampah dan limbah B3 pemetaan gambut pengawasan dan evaluasi pemanfaatan ruang penetapan kelas air penyediaan data hotspot rehabilitasi hutan dan konservasi kehati tersedianya kebijakan perlindungan atmosfir INDIKATOR KINERJA peningkatan kapasitas SDM dan aparatur peningkatan kapasitas kelembagaan harmonisnya kerangka regulasi penyelesaian konflik dan kepastian hukum tersedianya data & informasi indikator kegiatan terkait indikator kegiatan terkait indikator kegiatan terkait INDIKATOR INDIKATOR Gambar 2.4. Keterkaitan Indikator dalam Berbagai Tingkatan Implementasi Rencana kinerja KLH pada tahun 2014 kemudian disusun dengan mengacu pada sasaran strategis yang ingin dicapai dikaitkan dengan prioritas nasional dan indikator-indikator kinerja pada tingkat eselon I. Gambaran rencana kinerja tersebut disajikan pada tabel di bawah ini : 24
Tabel 2.3. Rencana Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2014 dikaitkan dengan Prioritas Nasional SASARAN STRATEGIS PRIORITAS NASIONAL INDIKATOR KINERJA ESSELON I PENANGGUNGJAWAB Menurunnya Penurunan beban Prosentase penurunan 1. Deputi Bidang tingkat pencemaran pencemaran lingkungan pencemar yang dibuang ke Pengendalian lingkungan melalui pengawasan di lingkungan oleh industri Pencemaran 680 kegiatan industri Lingkungan Prosentase industry yang taat dan jasa pada 2010 dan terhadap peraturan terus berlanjut 2. Deputi Bidang perundangan di bidang Pengelolaan B3, pengendalian pencemaran Limbah B3 dan lingkungan Sampah Prosentase peningkatan kinerja industry dari tidak taat ke taat Penurunan tingkat polusi keseluruhan sebesar 50% pada 2014 Jumlah kota metropolitan dan kota besar dengan kualitas udara membaik Prosentase jumlah penurunan timbulan sampah Jumlah timbulan limbah B3 terkelola dari industry yang terinventarisir Jumlah limbah B3 di media yang terkelola dari kegiatan pemulihan lahan terkontaminasi yang terinventarisir Meningkatnya Penurunan jumlah usaha pengendalian hotspot kebakaran Jumlah kabupaten yang meningkatkan dan atau 1. Deputi Bidang Tata Lingkungan perusakan hutan sebesar 20% mempertahankan tutupan lingkungan pertahun vegetasi di wilayahnya (profil 2. Deputi Bidang kabupaten hijau) Pengendalian Peningkatan Jumlah provinsi yang Kerusakan keberdayaan menerapkan pengelolaan Lingkungan dan pengelolaan gambut, gambut berkelanjutan Perubahan Iklim peningkatan hasil rehabilitasi 500.000 ha per tahun, dan penekanan laju deforestasi Penghentian kerusakan lingkungan di 11 DAS Jumlah sungai prioritas yang disepakati kelas airnya dengan yang rawan bencana pendekatan ekoregion mulai 2010 dan seterusnya Jumlah danau prioritas yang telah dilakukan penyusunan rencana aksi penyelamatan danau (Germadan) 25
SASARAN STRATEGIS PRIORITAS NASIONAL INDIKATOR KINERJA ESSELON I PENANGGUNGJAWAB Meningkatnya kapasitas PSDA dan Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Jumlah kasus lingkungan yang tertangani 1. Deputi Bidang Penaatan Hukum LH dan masyarakat dalam Jumlah kelompok masyarakat Lingkungan pengurangan resiko, yang berpartisipasi/berperan mitigasi dan aktif dalam perlindungan dan 2. Deputi Bidang penanganan bencana pengelolaan lingkungan Komunikasi dan bahaya kebakaran Lingkungan dan hutan di 33 propinsi Pemberdayaan Prosentase laboratorium pengujian parameter kualitas Masyarakat lingkungan yang dipersiapkan untuk proses akreditasi 3. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Prosentase peningkatan Teknis Lingkungan kapasitas pejabat fungsional dan Peningkatan pedal Kapasitas Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan kementerian, hingga Pengelolaan keuangan kementerian, hingga Sekretaris Menteri Kementerian memperoleh opini Wajar Tanpa memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Pengecualian (WTP) Percepatan Percepatan Peningkatan kinerja KLH Implementasi Reformasi Birokrasi Implementasi Reformasi berdasarkan nilai LAKIP Birokrasi (RB) (RB) 2.6 Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014 Setelah menetapkan RKT 2014 dan menerima DIPA 2014, Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan Penetapan Kinerja (PK) tahun 2014, yang mengemukakan program utama, sasaran strategis, indikator kinerja keluaran (output), indikator kinerja hasil (outcome) beserta targetnya. Dokumen penetapan kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja (PK) selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down, juga djadikan sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi. Penyusunan dan pemanfaatan dokumen penetapan kinerja atau perjanjian kinerja atau kontrak kinerja merupakan salah satu cara dan mekanisme dalam menerapkan manajemen kinerja secara baik. Dengan menggunakan penetapan atau 26
perjanjian kinerja diharapkan KLH secara berjenjang dapat mengerahkan sumber daya yang dimiliki guna mencapai target kinerja yang telah disepakati. KLH telah menyusun penetapan kinerja Tahun 2014 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang diembannya. Penetapan Kinerja (PK) ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2014. Penetapan Kinerja KLH tahun 2014, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.4. Penetapan Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2014 Lembaga : Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Tahun Anggaran : 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) Menurunnya Prosentase penurunan 10% tingkat pencemar yang dibuang ke pencemaran lingkungan oleh industri lingkungan Prosentase industri yang taat terhadap peraturan 65% perundangan di bidang pengendalian pencemaran lingkungan Prosentase peningkatan kinerja industri dari "tidak 30% taat" ke "taat" Jumlah kota metropolitan dan kota besar dengan 45 Kota kualitas udara membaik Prosentase jumlah 20% penurunan timbulan Pengeloaan sampah SDA dan LH Jumlah limbah B3 terkelola 10.005.500 Ton dari industri yang Rp. 676.565.559.000 terinventarisir Jumlah limbah B3 di media yang terkelola dari kegiatan 62.400 Ton pemulihan lahan terkontaminasi yang terinventarisir Meningkatnya Jumlah kabupaten usaha meningkatkan dan atau 200 Kabupaten pengendalian mempertahankan tutupan perusakan vegetasi di wilayahnya lingkungan (profil kabupaten hijau) hidup Jumlah provinsi yang menerapkan pengelolaan 3 Provinsi gambut berkelanjutan 27
Jumlah sungai prioritas yang disepakati kelas airnya 13 sungai dengan pendekatan ekoregion Jumlah danau prioritas yang telah dilakukan penyusunan 5 Danau Prioritas rencana aksi penyelamatan danau (Germadan) Meningkatnya Jumlah kasus lingkungan kapasitas hidup yang tertangani 47 Kasus pengelolaan Jumlah Kelompok 2.340 komunitas SDA dan LH Masyarakat yang pendidikan dan berpartisipasi/berperan 1.018 organisasi aktif dalam perlindungan Kemasyarakatan dan pengelolaan LH yang berpartisipasi Prosentase laboratorium pengujian parameter 29% kualitas lingkungan yang dipersiapkan untuk proses akreditasi Prosentase peningkatan kapasitas pejabat fungsional 20% pedal Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan kementerian, hingga Opini WTP Dukungan Kementerian memperoleh opini Wajar Managemen Tanpa Pengecualian (WTP) dan Percepatan Implementasi Peningkatan kinerja KLH berdasarkan nilai LAKIP LAKIP B Pelaksanaan Tugas Tenis Reformasi Lainnya KLH Birokrasi (RB) Rp. 372.772.551.000 Jumlah Total Anggaran KLH : Rp.1.040.338.110.000,- Jakarta, Januari 2014 Menteri Lingkungan Hidup, ttd Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA 28
Bab III Akuntabilitas Kinerja 3.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program yang ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini dilakukan dengan menilai pencapaian setiap target kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan KLH dalam pencapaian tujuan. Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja financial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut: Prosentase Capaian = Realisasi x 100% Kinerja Target Dengan membandingkan antara realisasi dan target kegiatan, maka dapat dilihat jumlah prosentase capaian pada masing-masing indikator kinerja kegiatan. Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi dan target kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk meningkatkan kinerja di masa yang akan datang. 3.2. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Lingkungan Hidup merupakan tolok ukur capaian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang menjadi tanggungjawabnya. Indikator-indikator ini ditetapkan agar memudahkan para 29
pemangku kepentingan mengukur dan menganalisa keberhasilan kinerja Kementerian Lingkungan Hidup. Pemilihan indikator yang ditetapkan untuk mencapai sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka dan berpedoman pada kriteria SMART (specific, Measurable, Achievable, Relevant and Time-Bond). Adapun indikator-indikator tersebut adalah : a. Prosentase penurunan pencemar yang dibuang ke lingkungan oleh industri b. Prosentase industri yang taat terhadap peraturan perundangan di bidang pengendalian pencemaran lingkungan c. Prosentase peningkatan kinerja industri dari "tidak taat" ke "taat" d. Jumlah kota metropolitan dan kota besar dengan kualitas udara membaik e. Prosentase jumlah penurunan timbulan sampah f. Jumlah limbah B3 terkelola dari industri yang terinventarisir g. Jumlah limbah B3 di media yang terkelola dari kegiatan pemulihan lahan terkontaminasi yang terinventarisir h. Jumlah kabupaten meningkatkan dan atau mempertahankan tutupan vegetasi di wilayahnya (profil kabupaten hijau) i. Jumlah provinsi yang menerapkan pengelolaan gambut berkelanjutan j. Jumlah sungai prioritas yang disepakati kelas airnya dengan pendekatan ekoregion k. Jumlah danau prioritas yang telah dilakukan penyusunan rencana aksi penyelamatan danau (Germadan) l. Jumlah kasus lingkungan hidup yang tertangani m. Jumlah Kelompok Masyarakat yang berpartisipasi/berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan LH n. Prosentase laboratorium pengujian parameter kualitas lingkungan yang dipersiapkan untuk proses akreditasi o. Prosentase peningkatan kapasitas pejabat fungsional pedal p. Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) q. Peningkatan kinerja KLH berdasarkan nilai LAKIP 30
Dari masing-masing indikator kinerja di atas telah ditetapkan target-target yang hendak dicapai pada tahun 2014 (tertuang dalam penetapan kinerja) dan realisasi pencapaiannya seperti yang tertuang pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama KLH Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) Menurunnya Prosentase penurunan tingkat pencemar yang dibuang Prosentase 10 80,56 805,6 pencemaran ke lingkungan oleh lingkungan industri hidup Prosentase industri yang taat terhadap peraturan perundangan di bidang Prosentase 65 72 110,7 pengendalian pencemaran lingkungan Prosentase peningkatan kinerja industri dari Prosentase 30 41 136,7 "tidak taat" ke "taat" Jumlah kota metropolitan dan kota besar dengan kualitas Kota 45 45 100 udara membaik Prosentase jumlah penurunan timbulan Prosentase 20 20 100 sampah Jumlah limbah B3 terkelola dari industri Ton 10.005.500 19.089.566,53 190,8 yang terinventarisir Jumlah limbah B3 di media yang terkelola dari kegiatan pemulihan Ton 62.400 1.088.411,3 1.744,2 lahan terkontaminasi yang terinventarisir Meningkatnya usaha Jumlah kabupaten meningkatkan dan atau pengendalian mempertahankan perusakan lingkungan tutupan vegetasi di wilayahnya (profil Kabupaten 200 316 158 hidup kabupaten hijau) Jumlah provinsi yang menerapkan pengelolaan gambut Provinsi 3 3 100 berkelanjutan Jumlah sungai prioritas yang disepakati kelas airnya dengan Sungai 13 13 100 pendekatan ekoregion Jumlah danau prioritas yang telah dilakukan penyusunan rencana aksi penyelamatan danau Danau Prioritas 5 5 100 31
Meningkatnya kapasitas Jumlah kasus lingkungan hidup yang tertangani Kasus 47 201 438,3 pengelolaan SDA dan LH Jumlah Kelompok Masyarakat yang komunitas pendidikan dan berpartisipasi/berperan organisasi 2.340 dan 2.905 dan 124 dan aktif dalam perlindungan Kemasyarakatan 1.018 1.018 100 dan pengelolaan LH yang berpartisipasi Prosentase laboratorium pengujian parameter kualitas lingkungan yang Prosentase 29 29 100 dipersiapkan untuk proses akreditasi Prosentase peningkatan kapasitas pejabat Prosentase 20 4 25 fungsional pedal Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan kementerian, hingga Kementerian memperoleh opini Wajar Opini WTP WTP Tanpa Pengecualian (WTP) Percepatan Peningkatan kinerja KLH Implementasi berdasarkan nilai LAKIP LAKIP B CC Reformasi Birokrasi (RB) 3.3 Analisis Capaian Kinerja Secara lebih detil dari masing-masing sasaran telah ditetapkan indikator kinerja utama yang hendak dicapai. Capaian indikator kinerja dijelaskan dalam analisis capaian kinerja sebagai berikut: Menurunnya Tingkat Pencemaran Lingkungan Hidup Perbaikan kualitas lingkungan dalam beberapa tahun kedepan masih akan menghadapi permasalahan yang cukup kompleks meskipun mulai dirasakan adanya peningkatan kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap buruknya kualitas lingkungan. Oleh karena itu, untuk memastikan terjadinya penurunan beban pencemaran melalui pengendalian pencemaran lingkungan harus dilakukan secara terintegrasi dan terukur dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan kualitas lingkungan yang lebih baik. Sasaran KLH dalam menurunkan tingkat pencemaran lingkungan hidup dicapai melalui indikator kinerja yang mencerminkan membaiknya kualitas air dan 32
udara, pengelolaan sampah serta limbah B3, serta terkendalinya pencemaran lingkungan melalui pemantauan industri. Indikator kinerja, target dan realisasinya pada tahun 2014 digambarkan pada Tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1: Menurunnya Tingkat Pencemaran Lingkungan NO. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 2 3 4 a. Prosentase penurunan pencemar yang ddibuang ke 10 % 80,56 % 805,6 % lingkungan oleh industri b. Prosentase industri yang taat terhadap peraturan % perundangan di bidang 65 % 72 % 110,7 pengendalian pencemaran lingkungan c. Prosentase peningkatan kinerja industry dari tidak 30 % 41 % 136,7 % taat ke taat d. Jumlah kota metropolitan dan kota besar dengan 45 Kota 45 Kota 100 % e. Prosentase jumlah 20 penurunan timbulan sampah kualitas udara membaik % 20 % 100 % f. Jumlah limbah B3 terkelola dari industry yang 10.005.500 Ton 19.089.566,53 Ton 190,8 % terinventarisir g. Jumlah Limbah B3 di media yang terkelola dari kegiatan pemulihan lahan terkontaminasi yang 62.400 Ton 1.088.411,3 Ton 1.744,2 % terinventarisir a. Penurunan pencemar yang dibuang ke lingkungan oleh industri Beban pencemar merupakan variabel yang mempengaruhi kualitas lingkungan baik untuk kualitas air maupun udara. Dengan kondisi media penerima yang sama maka semakin kecil beban pencemar yang dibuang ke lingkungan, maka kualitas lingkungan akan semakin baik. Patut diperhatikan bahwa untuk menghasilkan kualitas lingkungan yang baik, selain penurunan beban pencemaran maka perlu juga dilakukan upaya-upaya lainnya agar variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas lingkungan juga 33
mendukung, dapat menetralkan polutan yang masuk sehingga tetap memenuhi baku mutu lingkungan. Beban pencemar air untuk industri dihitung dari peserta penilaian mandiri PROPER. Nilai beban pencemar air yang dibuang ke sumber air, dalam hal ini sungai, dipengaruhi oleh efisiensi instalasi pengolah air limbah (IPAL). Semakin baik kinerja IPAL maka beban pencemaran air yang dibuang ke sumber air akan semakin kecil. Dengan demikian diasumsikan bahwa penurunan beban pencemar air diperoleh dari selisih antara besaran/nilai beban pencemar air sebelum masuk ke IPAL (inlet) serta nilai beban pencemaran air setelah diolah di IPAL (outlet). Data penghitungan beban pencemaran air limbah industri didasarkan data dari 598 industri peserta PROPER yang dievaluasi melalui penilaian mandiri. Pada penilaian mandiri, perusahaan tidak diawasi secara langsung oleh pengawas, namun diberikan kesempatan untuk menyampaikan seluruh data penaatan dalam pengelolaan lingkungan yang dilakukan. Target penurunan beban pencemar dari kegiatan industri adalah 10%. Realisasi penurunan beban pencemar air limbah adalah 80,56% sehingga capaian kinerja untuk penurunan beban pencemar air adalah 805,6% (lihat Tabel 3.3). Sementara capaian untuk beban pencemar air bervariasi tergantung parameter, mulai 21,72% untuk NO2 sampai 58,91% untuk partikulat. Tabel. 3.3 Data Beban Pencemar Air Limbah Industri Tahun 2014 (ton) Parameter Inlet Outlet Reduksi % Reduksi Organik 1.316.354.957,00 367.402.874,34 948.927.581,43 72,09% Anorganik 8.290.180.255,87 1.498.356.336,33 6.790.125.386,76 81,91% Total 9.606.535.212,87 1.865.759.210,67 7.739.052.968,19 80,56% Beban pencemar yang direduksi adalah selisih antara beban pencemar air limbah sebelum diolah dengan air limbah setelah diolah. Parameter-parameter 34
pencemar dikelompokan dalam dua kelompok besar, yaitu organik dan anorganik. Berdasarkan pendekatan tersebut, data kumulatif yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Reduksi Beban Pencemaran Air dari Setiap Sektor No Sektor Inlet (ton/tahun) Outlet (ton/tahun) Reduksi (ton/tahun) Organik Anorganik Organik Anorganik Organik Anorganik Manufaktur, 1 Prasarana dan 15.282.165,08 5.541.883,69 1.215.500,66 1.240.001,89 14.066.664,42 4.301.881,80 Jasa Pertambanga, 2 Energi, dan 10.823.595,00 4.466.074.529,00 34.605,00 1.484.992.813,00 10.788.990,00 2.981.081.716,00 Migas 3 Agroindustri 1.290.249.196,92 3.818.563.843,18 366.152.768,68 12.123.521,44 924.096.428,24 3.804.717.287,74 Jumlah 1.316.354.957,00 8.290.180.255,87 367.402.874,34 1.498.356.336,33 948.927.581,43 6.790.125.386,76 Pencemaran terjadi akibat tingginya beban pencemar dalam suatu media lingkungan sehingga proses asimilasi atau pemurnian yang dilakukan oleh media lingkungan tersebut tidak dapat berjalan. Oleh karena itu, penurunan beban pencemar merupakan variabel yang dapat mendorong perbaikan kualitas lingkungan. Penurunan beban pencemar hanya dapat diharapkan dapat terjadi atau dilakukan oleh kegiatan-kegiatan yang mampu memenuhi ketentuan peraturan. Namun demikian, perlu dipastikan bahwa ketentuan yang diberlakukan sudah dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang dapat mempengaruhi kualitas suatu media lingkungan. Penurunan beban pencemar dapat terjadi apabila sumber pencemar mampu mereduksi kuantitas pencemar yang dihasilkan menjadi lebih rendah ketika harus dibuang ke lingkungan, melalui suatu sistem pengolahan air limbah atau pengendalian emisi. Untuk mengetahui besaran pencemar yang direduksi, maka perlu dilakukan penghitungan atau pengukuran beban pencemar awal dan beban pencemar setelah proses pengendalian. 35
b. Industri yang taat terhadap peraturan perundangan di bidang pengendalian pencemaran lingkungan Ketaatan industri terhadap peraturan pengelolaan lingkungan hidup merupakan aspek dasar dalam penilain PROPER. Sifat pembinaan PROPER, selain bentuk pengawasan, memberi peluang bagi perusahaan untuk dapat memahami dan menjalankan peraturan lingkungan yang berkaitan atau menjadi kewajibannya. Persentase ketaatan dalam PROPER merupakan hal yang krusial karena ditargetkan maksimal, namun rentan karena setiap tahun jumlah industri peserta PROPER selalu bertambah. Pertambahan industri baru tentunya akan mempengaruhi keseluruhan peringkat ketaatan PROPER. Selama periode 2010-2014 target tahunan prosentase jumlah ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan adalah 65%. Hasil penilaian PROPER 2014 menunjukkan bahwa prosentase industri yang mampu taat terhadap peraturan mencapai 72%. Dengan demikian capaian ketaatan industry PROPER pada kegiatan tahun 2014 mencapai 110,7%. Hasil pemeringkatan PROPER 2014 menunjukkan bahwa proses pra-proper atau persiapan PROPER lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase penaatan industri PROPER yang lebih tinggi dibanding pencapaian tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 65% dari total 1.812 industri yang diawasi. Bahkan persentase pencapaian 2013 tersebut juga masih lebih rendah dibanding pencapaian 2012 yang mencapai 69% dari 1311 industri, atau 2011 yang mencapai 66% dari 1.005 industri. Prosentase Tingkat Ketaatan Industri yang diawasi dan memenuhi baku mutu dari tahun 2010 s/d 2014 dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini: 36 Tabel 3.5. Prosentase Tingkat Ketaatan Industri yang Diawasi dan Memenuhi Baku Mutu Tahun Target Pencapaian Realisasi Jumlah Industri 2013-2014 65% 72% 110,7% 1.914 2012-2013 65% 65% 100% 1.812 2011-2012 65% 69% 106,2% 1.311 2010-2011 65% 66% 101,54% 1.005