DITINGKATKAN Permenkes RI No. 3 tahun 2014 tentang STBM



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

IRGSC Policy Brief. Menuju Pembangunan Sanitasi yang Berkelanjutan: Pembelajaran dari Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) ADVOKASI,ORIENTASI, PEMICUAN, DAN DEKLARASI STBM

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

SINERGITAS DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DENGAN STBM drg. Rarit Gempari, MARS Puspromkes

Disampaikan oleh: MENTERI KESEHATAN RI pada SEMINAR dan LAUNCHING INDONESIAN WOMEN for WATER, SANITATION and HYGIENE Jakarta, 18 Februari 2015


BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

URAIAN TUGAS PETUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN Diposkan oleh Nur salim, Amd.KL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

Profil Sanitasi Wilayah

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

Pemantauan atau juga dikenal sebagai monitoring bertujuan untuk:

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Transkripsi:

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ) pendekatan perubahan perilaku higiene sanitasi melalui kegiatan pemicuan Kepmenkes RI No. 852/tahun 2008 tentang strategi nasional STBM DITINGKATKAN Permenkes RI No. 3 tahun 2014 tentang STBM

Dasar Hukum STBM Kepmenkes 852 Tahun 2008 Keputusan yang sifatnya sementara Penyelengga raan STBM di desa (kabupaten) Permenkes no. 3 Tahun 2014 Peraturan sifatnya mengatur dan jangka waktu tidak mengikat Penyelenggar aan STBM di kabupaten dan Kota

Strategi STBM dengan 5 Pilar Outcome: Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dng sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi higiene melalui peningkatan demand & supply Pilar 1: Pilar 2: Stop CTPS BABS Pilar 3: PAMMRT Pilar 4: PSRT Pilar 5: PLCRT Komponen STBM: 1. Perubahan Perilaku 2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan 3. Dukungan institusi kepada masyarakat (enabling environment)

Sanitasi untuk Air Minum yg Aman RPAM Sumber STOP BABS RPAM Konsumen CTPS PSRT PAMMRT PLCRT STOP BABS = Stop Buang Air Besar Sembarangan CTPS = Cuci Tangan Pakai Sabun PAMMRT = Pengelolaan Minuman & Makanan Rumah Tangga PSRT = Pengelolaan Sampah Rumah Tangga PLCRT = Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga Dengan perubahan perilaku higiene sanitasi dan peningkatan akses sanitasi layak maka air minum yang layak akan terjamin

Peran Wanita dalam Perilaku Higiene Sanitasi Wanita masih memegang peran utama dalam peningkatan standar higienitas di rumah (Curtis et al, 2003) Perilaku CTPS pada waktu penting (setelah kontak dengan feses dan sebelum memegang/meyiapkan makanan) berdasarkan studi WHO 2003 dapat menurunkan kasus diare hingga 75% Diare masih menjadi jdipenyebab bbkematian balita utama di negara berkembang. Setiap tahun, Diare membunuh 2 ribu balita dan menyebabkan lebih dari 5 juta penyakit episodik (Curtis et al, 2003) Studi WSP Worldbank 2008 bahwa keputusan memiliki jamban sendiri terdapat pada pembuat keputusan di rumah tangga salah satunya wanita. Wanita lebih responsif pada pesan pesan perubahan perilaku sanitasi sedangkan pria lebih lebih tertarik pada aspek teknis dari fasilitas sanitasi. Informasi gender sangat penting dalam membantu sektor swasta dan pemerintah dalam berkomunikasi lebih efektif dan melakukan perubahan perilaku higiene sanitasi.

Perubahan Perilaku Higiene Sanitasi inisiasi Perempuan Kebiasaan memberikan ASI dan makanan anak sewaktu diare (71,30%) tapi sbgn besar (62,59%) ibu tdk mencuci (tangan dan puting) sebelum menyusui (survei 2010) Kebiasaan BAB di jamban 71% (2006) menjadi 82,8 (2010),kebiasaan buang tinja bayi sembarangan (52%) Kebiasaan Pengelolaan Air Minum utk keluarga dimasak (94,61%), proporsi sbr air dari SGL (55,84%) Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan air saja 23% (2007) meningkat 64,34% (2010) dan mencuci tangan setelah BAB dengan air mengalir dan sabun 12% (2007) menjadi 65,15% (2010)

Outcome Perilaku Higiene Sanitasi inisiasi Perempuan 42 juta penduduk d masih melakukan praktik BABS (2010), turun dari 71 juta (2007)Kebiasaan BAB di jamban 71% (2006) menjadi 82,8 (2010),kebiasaan buang tinja bayi sembarangan (52%) 45% penduduk Indonesia belum memiliki akses sanitasi yang baik (2010), menurun dari 50% (2007) Angka kesakitan diare 411/1000 (2010), turun dari 423/1000 (2007)Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan air saja 23% (2007) meningkat 64,34% (2010) dan mencuci tangan setelah BAB dengan air mengalir dan sabun 12% (2007) menjadi 65,15% (2010) KLB kolera TURUN dari 40 KLB,CFR 5,2% (2008) menjadi 16 kejadiancfr 0,33% (2011)

Kesimpulan : Peran Wanita dalam Air dan Sanitasi (Studi WSP 2010) Perempuan paling sering menjadi pengguna utama, penyedia dan pengelola air di rumah tangganya dan menjamin perilaku higiene sanitasi keluarga. Saat air tidak tersedia, perempuanlah yang paling berjalan jauh yg memakan waktu berjam jam j untuk memenuhi kebuuhan air di keluarganya Saat pelayanan air meningkat, perempuanlah yang paling banyak memperoleh keuntungan. Diperkirakan 40 Juta jam pertahun dihabiskan oleh perempuan di sub sahara Afrika untuk mengambil air sama dengan satu tahun jam kerja di Perancis (UNDP 2006) Sektor air dan sanitasi dapat berkontribusi dalam kesetaraan dan berdampak positif pada status sosial, politik dan ekonomi perempuan. Dengan meningkatnya kesehatan perempuan dan keluarganya, waktunya dapat digunakan untuk kegiatan produktif (world bank 2006) Pendekatan Gender mencipatakan kerangka kerja kerjasama antara perempuan dan laki laki sehingga sudut pandang dan kemampuan perempuan dan laki laki tercantum dalam kerangka kerja tersebut utk mempertajam program dan mencapai tujuan sektor air dan sanitasi i

1Semua 1.Semua stakeholder (kelembagaan dan masyarakat mempuyai kesadaran untk meningkatkan peran perempuan dan laki laki 2. Perempuan dan laki laki hadir pada setiap tahapan kegiatan pembangunan( perencanaan, palaksanaan, lk evaluasi) 3. Perempuan dan laki laki bersuara menyampaiakan pendapat p pada pertemuan, musyawarah desa. 4. Perempuandanlaki laki memilih alternatif alternatif ate at ate at untuk menjawab ab kebutuhab air bersih dan sanitasi

5.Perempuan dan laki laki mengambil keputusan terhadap pilihan pilihan pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi 6. Perempuan dan laki laki mempunyai kesempatan (akses & control ) yang sama dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi maupun capacity building 7. Perempuan dan laki lakiberaktualisasi diri dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi ( ex: menjadi pengurus kelembagaan pokmair) 8. Perempuan dan laki laki memperoleh nilai ekonomis dari pelaksanaan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi 9. Perempuan dan laki laki memperoleh manfaat terhadap proyek

GENDER DAN PENDIDIKAN = LEBIH BANYAK ANAK PEREMPUAN BERSEKOLAH KETIKA KETERSEDIAAN AIR MINUM MENINGKAT GENDER DAN KESEHATAN = PENINGKATAN KESEHATAN MENGUNTUNGKAN PEREMPUAN SECARA LANGSUNG (TERMASUK KESEHATAN MELAHIRKAN) DAN AKIBATNYA HIGINITAS RUMAH TANGGA MEMBAIK GENDER DAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA = PENINGKATAN KETERSEDIAAN AIR MENGURANGI BEBAN KERJA RUMAH TANGGA DAN MEMBERIKAN PEREMPUAN LEBIH BANYAK WAKTU BERSAMA ANAK ANAK DAN KEGIATAN EKONOMI GENDER DAN PENDAPATAN = PENINGKATAN KETERSEDIAAN AIR DAN MENGURANGI BEBAN PENYAKIT MENGAKIBATKAN LEBIH BANYAK WAKTU BAGI PEREMPUAN UNTUK BEKERJA GENDER DAN BUDAYA = PENINGKATAN KETERSEDIAAN AIR DAN FASILITAS SANITASI MEMPERBAIKI KEHORMATAN, STATUS DAN KESEMPATAN PEREMPUAN

Peran perempuan dalam pengambilan keputusan Akuntabilitas Proses Pembangunan