TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR.

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR TAHUN 2010 T E N T A N G

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2014 PROPINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR 1 TAHUN 2014

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAMBI

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PENUTUP. penulis akan menyimpulkan penelitian ini sebagai berikut :

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

PROVINSI ACEH PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KATA PENGANTAR. Sekian dan terima kasih. Padang, 14 Januari 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Wakil Ketua,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DPRD KABUPATEN KARO NOMOR : 22 TAHUN 2015 T E N T A N G TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

- 4 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengunakan istilah control sebagaimana yang dikutip Muchsan dalam

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

II. PASAL DEMI PASAL - 2 -

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang :

"'U'''''N U...L1~ INCON...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN. MPR,DPR, DPD, dan DPRD

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945 Tujuan pokok dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah : 1 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Fungsi dan peranan Undang-Undang Dasar 1945 secara konsepsional tercermin dalam berfungsinya Pancasila sebagai landasan filosofi bangsa, berfungsinya sistem presidensil secara konstitusional sebagai landasan struktural yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar dan berfungsinya tujuan nasional yang terimplementir dalam kebijaksanaan politik bangsa yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. 2 Fungsi dan peranan Undang-Undang Dasar 1945 secara operasional artinya apa yang telah tercermin dalam peranan Undang-Undang Dasar 1945 secara konsepsional benar-benar dapat terealisir secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan 1 Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen Undang- Undang Dasar 1945 secara lengkap, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.3. 2 Dahlan Thaib, Teori dan Hukum Konstitusi, Edisi Revisi, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h.105. 35

bernegara. 3 Sampai saat ini, Undang-Undang Dasar diakui sebagai hukum yang tertinggi. 4 B. Teori Perundang-Undangan Pengertian perundang-undangan dalam hukum positif Indonesia disebutkan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Pengaturan mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, selengkapnya berbunyi sebagai berikut: 5 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; 3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 4. Peraturan Pemerintah; 5. Peraturan Presiden; 6. Peraturan Daerah Provinsi; dan 7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Di samping jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang disebutkan diatas, terdapat juga mengatur jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang lain, selengkapnya berbunyi sebagai berikut: 6 3 Ibid., h.105. 4 Ellydar Chaidir, Hukum dan Teori Konstitusi, ( Yogyakarta: Total Media, 2007), h.96. 5 Pasal 7 ayat (1) Undang -Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 6 Ibid., Pasal 8. 36

1. Jenis Peraturan Perundang-undangan mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank IndonesiaI, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang Undang atau Pemerintah atas perintah dibentuk dengan Undang- Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kades atau yang setingkat; 2. Peraturan Perundang-undangan diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. C. Penyelenggara Pemerintahan Tingkat Daerah Penyelenggara pemerintahan tingkat daerah adalah kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kepala daerah adalah pemegang kekuasaan eksekutif daerah. Hal ini sejalan dengan prinsip susunan pemerintah pusat, yaitu presiden adalah pemegang kekuasaan tertinggi penyelenggaraan pemerintahan. 7 Menurut Undang-Undang Dasar 1945, diantara kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif tidak ada pemisahan yang kaku, melainkan ada hubungan kerjasama. 8 7 Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), h.113. 8 S.F.Marbun,Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,(Yogyakarta:Liberty,2009),h. 49. 37

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah efektifitas, legimitas, yuridikitas, legalitas, moralitas, efisiensi, teknik dan teknologi. 9 Pola yang berlaku saat ini di Indonesia dalam penyelesaian dan pemutusan sengketa antara rakyat dengan pemerintah adalah penyelesaian melalui jalur intern administratif, penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh badan-badan peradilan smeu dan penyelesaian oleh badan peradilan. 10 Lembaga legislatif berkewajiban mempertahankan, mengamalkan dan mengamankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen Garis-Garis Besar Haluan Negara, bersama-sama pihak eksekutif menyusun anggaran pendapatan dan belanja serta memperhatikan aspirasi dan memajukan kehidupan rakyat/publik. 11 Kebijakan berbeda dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat oleh person pejabat yang berwenang. Publik adalah masyarakat umum itu sendiri yang selayaknya diurus, diatur dan dilayani oleh pemerintahan sebagai administrator. 12 D. Susunan dan Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 9 Ridwan,HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.99. 10 Paulus Effendi Lotulung, Beberapa tentang Kontrol Segi Hukum terhadap Pemerintah ( Edisi Ke-II dengan Revisi), ( Bandung:Citra Aditya Bhakti, 1993), h.106. 11 Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, ( Bandung; Refika Aditama, 2009), h.119. 12 Inu Kencana Syafiie,dkk, Ilmu Administrasi Publik, ( Jakarta; Rineka Cipta, 199 9), h.105. 38

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik peserta Pemilu yang dipilih melalui Pemilu. 13 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemda kabupaten/kota. 14 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai fungsi Legislasi; Anggaran; dan Pengawasan. 15 Ketiga fungsi dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai tugas dan wewenang: 16 1. Membentuk Peraturan Daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota; 2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/walikota; 3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah kabupaten/kota; 4. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian; 5. Memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan 13 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pasal 341, Susunan dan Kedudukan, Bagian Kesatu, DPRD Kabupaten/Kota, Bab VI. 14 Ibid.,Pasal 342 15 Ibid.,Pasal 343 ayat (1) 16 Ibid.,Pasal 344 ayat (1) 39

wakil bupati/wakil walikota; 6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; 7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota; 8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah kabupaten/kota; 9. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain/dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; 10. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 11. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota berjumlah paling sedikit 20 orang dan paling banyak 50 orang. Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota diresmikan dengan keputusan gubernur. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota berdomisili di ibu kota kabupaten/kota yang bersangkutan. Masa jabatan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota adalah 5 tahun dan berakhir pada saat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang baru mengucapkan sumpah/janji. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua 40

Pengadilan Negeri dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. 17 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama-sama mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Sumpah/janji sebagai berikut: Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan; bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 18 Dalam hal dilakukan pembentukan kabupaten/kota setelah pemilihan umum, pengisian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota di kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilu dilakukan dengan cara: 19 1. Menetapkan jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilu berdasarkan jumlah penduduk sesuai Undang-Undang Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan 17 Ibid.,Pasal 346 ayat (1) 18 Ibid.,Pasal 347 19 Ibid.,Pasal 348 ayat (1) 41

Perwakilan Rakyat Daerah; 2. Menetapkan perolehan suara Parpol dan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota berdasarkan hasil Pemilihan Umum didaerah pemilihan kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota setelah Pemilihan Umum ; 3. Menentukan bilangan pembagi pemilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum di daerah pemilihan kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilihan Umum ; 4. Menentukan perolehan kursi Partai Politik peserta Pemilihan Umum berdasarkan hasil Pemilihan Umum di daerah pemilihan kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilihan Umum; 5. Menetapkan calon terpilih dari Daftar Calon Tetap untuk mengisi kursi berdasarkan suara terbanyak. Pengisian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum kabupaten/kota induk. Pengisian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi tidak dilakukan bagi kabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilihan Umum yang dibentuk 12 bulan sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum. Masa jabatan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota berakhir saat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota hasil Pemilihan Umum berikutnya mengucapkan sumpah/janji. E. Hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota 42

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai hak interpelasi; angket; dan menyatakan pendapat. 20 Hak interpelasi adalah hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota meminta keterangan bupati/walikota mengenai kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hak angket adalah hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak menyatakan pendapat adalah hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota menyatakan pendapat terhadap kebijakan bupati/walikota atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya/sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai hak mengajukan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota; mengajukan pertanyaan; menyampaikan usul dan pendapat; memilih dan dipilih; membela diri; imunitas; mengikuti orientasi dan pendalaman tugas; protokoler; dan keuangan dan administratif. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai kewajiban: 21 1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; 2. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan menaati peraturan 20 Ibid.,Pasal 349 ayat (1) 21 Ibid.,Pasal 351 43

perundang-undangan; 3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; 5. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; 6. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan Pemda; 7. Menaati tata tertib dan kode etik; 8. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah kabupaten/kota; 9. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; 10. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; 11. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi serta tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota serta hak dan kewajiban anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. 22 Setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota harus menjadi anggota salah satu fraksi. Setiap fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota beranggotakan paling 22 Ibid.,Pasal 352 ayat (1) 44

sedikit sama dengan jumlah komisi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Partai politik yang jumlah anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mencapai ketentuan atau lebih dapat membentuk 1 fraksi. Dalam hal Partai politik yang jumlah anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota tidak memenuhi ketentuan, anggotanya dapat bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan. Dalam hal tidak ada 1 partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi, maka dibentuk fraksi gabungan. Jumlah fraksi gabungan paling banyak 2 fraksi. Partai harus mendudukkan anggotanya dalam 1 fraksi. Fraksi mempunyai sekretariat. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota terdiri atas pimpinan; badan musyawarah;komisi; badan legislasi daerah; badan anggaran; badan kehormatan; dan alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. 23 Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh sekretariat. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota terdiri atas: 24 1. 1 orang ketua dan 3 orang wakil ketua untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan 45 sampai dengan 50 orang; 2. 1 orang ketua dan 2 orang wakil ketua untuk Dewan Perwakilan Rakyat 23 Ibid.,Pasal 353 ayat (1) 24 Ibid.,Pasal 354 ayat (1) 45

Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan 20 sampai dengan 44 orang. Pimpinan berasal dari Partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota ialah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berasal dari Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Dalam hal terdapat lebih dari 1 Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak, ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota ialah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berasal dari Partai politik yang memperoleh suara terbanyak. Dalam hal terdapat lebih dari 1 Partai politik yang memperoleh suara terbanyak sama, penentuan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara Partai politik yang lebih luas secara berjenjang. Dalam hal terdapat lebih dari 1 Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama, wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota ialah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berasal dari Parpol yang memperoleh suara terbanyak kedua, ketiga, dan/atau keempat. Apabila masih terdapat kursi wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang belum terisi, maka kursi wakil ketua diisi oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berasal dari Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua. 46

Dalam hal terdapat lebih dari 1 Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua sama, wakil ketua ditentukan berdasarkan urutan hasil perolehan suara terbanyak. Dalam hal terdapat lebih dari 1 Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua, penentuan wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara Partai politik yang lebih luas secara berjenjang. Dalam hal pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota belum terbentuk, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh pimpinan sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. 25 Pimpinan sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota terdiri atas 1 orang ketua dan 1 orang wakil ketua yang berasal dari 2 Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Dalam hal terdapat lebih dari 1 Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota ditentukan secara musyawarah oleh wakil Partai politik bersangkutan yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Ketua dan wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota diresmikan dengan keputusan gubernur. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji yang teksnya yang dipandu oleh ketua Pengadilan Negeri. Komisi dibentuk dengan ketentuan: 25 Ibid.,Pasal 355 ayat (1) 47

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan 20 sampai dengan 35 orang membentuk 3 komisi; 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan lebih dari 35 orang membentuk 4 komisi. Hak interpelasi diusulkan oleh: 1. Paling sedikit 5 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan lebih dari 1 fraksi untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan 20 sampai dengan 35 orang; 2. Paling sedikit 7 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan lebih dari 1 fraksi untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan di atas 35 orang. Usul diajukan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Usul menjadi hak interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang dihadiri lebih dari 1/2 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang hadir. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak interpelasi diatur dengan peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota tentang tata tertib. 26 Hak angket diusulkan oleh: 27 26 Ibid.,Pasal 358 27 Ibid.,Pasal 359 48

1. Paling sedikit 5 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan lebih dari 1 fraksi untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan 20-35 orang; 2. Paling sedikit 7 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan lebih dari 1 fraksi untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan di atas 35 orang. Usul diajukan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Usul menjadi hak angket Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang hadir. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota memutuskan menerima atau menolak usul hak angket. 28 Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota menerima usul hak angket, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota membentuk panitia angket yang terdiri atas unsur fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota menolak usul hak angket, usul tersebut tidak dapat diajukan kembali. Panitia angket, dalam melakukan penyelidikan, dapat memanggil pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum atau warga 28 Ibid.,Pasal 360 ayat (1) 49

masyarakat di kabupaten/kota yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan dan untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki. 29 Pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga masyarakat di kabupaten/kota yang dipanggil wajib memenuhi panggilan Dewan Perwakilan Rakyat Daerahkabupaten/kota kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundang-undangan. Dalam hal pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga masyarakat di kabupaten/kota telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya panitia angket. 30 Hak menyatakan pendapat diusulkan oleh: 1. Paling sedikit 8 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan lebih dari 1 fraksi untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan 20-35 orang; 2. Paling sedikit 10 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan lebih dari 1 fraksi untuk Dewan Perwakilan Rakyat 29 Ibid.,Pasal 361 ayat (1) 30 Ibid.,Pasal 362 50

Daerah kabupaten/kota yang beranggotakan di atas 35 orang. Usul diajukan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Usul menjadi hak menyatakan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan putusan diambil dengan persetujuan sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang hadir. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai hak imunitas. 31 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota ataupun di luar rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota maupun di luar rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Ketentuan dimaksud tidak berlaku dalam hal anggota yang 31 Ibid.,Pasal 366 ayat (1) 51

bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai hak protokoler. Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota mempunyai hak keuangan dan administratif. 32 32 Ibid.,Pasal 368 52