LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 17, 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan, maka perlu diatur Pedoman Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan dengan Peraturan Daerah; b. bahwa kelurahan merupakan salah satu perangkat daerah, sehingga pembentukan, penghapusan dan penggabungannya perlu adanya pedoman sebagai acuan pelaksanaannya; c. bahwa berdasarkan petimbangan sebagaimana dimakud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pedoman Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik 1010
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 4 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Perintah Kabupaten Alor (Lemabaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah kabupaten Alor Nomor 436); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR dan BUPATI ALOR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Alor. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor. 3. Bupati adalah Bupati Alor. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Alor. 5. Perangkat Daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Alor. 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan. 8. Lurah adalah Kepala Kelurahan. 9. Perangkat Kelurahan adalah unsur pembantu Lurah. 10. Pembentukan Kelurahan adalah penggabungan beberapa Kelurahan, atau bagian Kelurahan yang bersanding, atau pemekaran dari satu Kelurahan menjadi dua Kelurahan atau lebih atau pembentukan Kelurahan di luar Kelurahan yang telah ada. 11. Musyawarah Masyarakat Kelurahan adalah musyawarah yang dihadiri oleh wakil-wakil dalam Kelurahan yang meliputi Lembaga Kemasyarakatan, tokoh agama/masyarakat/ pemuda dan perempuan serta unsur masyarakat lainnya. 12. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan meniadakan Kelurahan yang telah ada. 13. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disebut BPD adalah Lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaran Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Alor. BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 Kelurahan dibentuk untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. 1011
Pasal 3 (1) Kelurahan dibentuk di kawasan perkotaan dan/atau di ibu kota Kabupaten dan Kecamatan. (2) Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. perubahan status Desa menjadi Kelurahan; b. penggabungan beberapa Kelurahan/Desa atau bagian Kelurahan/Desa yang bersanding; c. pemekaran dari 1 (satu) Kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih. (3) Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan atas prakarsa Pemerintah dan/atau masyarakat dengan tetap berpedoman pada syarat-syarat pembentukan Kelurahan. BAB III SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN Pasal 4 Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan : a. jumlah penduduk; b. luas wilayah; c. bagian wilayah kerja; d. sarana dan prasarana pemerintahan. Pasal 5 (1) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, paling sedikit 900 jiwa dan/atau 180 Kepala Keluarga. (2) Luas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, paling sedikit 7 (tujuh) KM 2. (3) Bagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, adalah wilayah yang dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan pemerintahan dan pembinaan masyarakat. (4) Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, meliputi: a. memiliki kantor pemerintahan; b. memiliki jaringan perhubungan yang lancar; c. memiliki sarana komunikasi yang memadai; d. memiliki fasilitas umum yang memadai. BAB IV TATA CARA PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DAN PEMEKARAN Bagian Kesatu Penghapusan dan Penggabungan Pasal 6 (1) Kelurahan yang karena kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, dapat dihapus dan/atau digabung dengan Kelurahan yang berdampingan. (2) Penghapusan atau penggabungan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sedapat mungkin dimusyawarahkan dalam musyawarah Masyarakat Kelurahan yang bersangkutan. (3) Musyawarah Masyarakat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dihadiri sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) masyarakat Kelurahan yang berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin. (4) Hasil Musyawarah Masyarakat Kelurahan sebagimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh peserta musyawarah, mengetahui Lurah. (5) Hasil Musyawarah Masyarakat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selanjutnya diusulkan oleh Lurah kepada Bupati melalui Camat. (6) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilampiri dengan : a. daftar nama dan peta wilayah Kelurahan induk dan Kelurahan hasil penghapusan dan/atau penggabungan; b. data jumlah penduduk dan luas wilayah Kelurahan hasil penghapusan dan/atau penggabungan; c. data potensi perekonomian; d. ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. 1012
Pasal 7 (1) Penghapusan dan penggabungan Kelurahan dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian tim yang dibentuk oleh Bupati. (2) Hasil penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika telah memungkinkan untuk dihapus dan/atau digabung, maka Bupati wajib mensosialisasikan pengapusan dan/atau penggabungan Kelurahan kepada masyarakat Kelurahan dimaksud. (3) Penghapusan dan/atau penggabungan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 8 Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) sekurang-kurangnya memuat ketentuan : a. tujuan; b. syarat; c. mekanisme; d. pembiayaan. Pasal 9 Penempatan Lurah bersama staf yang Kelurahnnya dihapus atau digabung akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 10 Seluruh kekayaan milik Pemerintah Kelurahan yang mengalami penghapusan dan/ atau penggabungan menjadi milik dan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten. Bagian Kedua Pemekaran Pasal 11 (1) Kelurahan yang jumlah penduduknya melampaui jumlah penduduk maksimal dan dengan pertimbanganpertimbangan teknis pemerintahan dan pelayanan kemasyarakatan dapat dimekarkan. (2) Pemekaran Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (3) Pemekaran Kelurahan dilakukan atas prakarsa pemerintah dan/atau masyarakat melalui Musyawarah Mufakat Masyarakat Kelurahan yang bersangkutan. (4) Musyawarah Masyarakat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dihadiri sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) masyarakat Kelurahan yang berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin. (5) Hasil Musyawarah Masyarakat Kelurahan sebagimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh peserta musyawarah dan Lurah, mengetahui Camat, selanjutnya diusulkan oleh Lurah kepada Bupati melalui Camat. (6) Terhadap usulan Lurah, Bupati dapat membentuk tim untuk meneliti dan mengkaji usulan dimaksud. (7) Jika menurut hasil penelitian tim sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah memungkinkan Kelurahan yang bersangkutan untuk dimekarkan, maka Bupati wajib mensosialisasikan pemekaran Kelurahan dimaksud. (8) Pemekaran Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 12 Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (8) sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Pasal 13 Pemekaran Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) baru dapat dilakukan setelah mencapai paling kurang 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan. Bagian Ketiga Perubahan Desa Menjadi Kelurahan Pasal 14 (1) Desa dapat diubah statusnya menjadi Kelurahan atas prakarsa Pemerintah dan/atau masyarakat. (2) Perubahan Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. 1013
(3) Perubahan Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui Musyawarah Mufakat Masyarakat Desa yang bersangkutan. (4) Musyawarah Masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) masyarakat desa bersangkutan yang berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin. (5) Hasil Musyawarah Masyarakat Desa sebagimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh peserta musyawarah dan Kepala Desa bersama BPD mengetahui Camat, selanjutnya diusulkan oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD kepada Bupati melalui Camat. (6) Terhadap usulan Kepala Desa, Bupati dapat membentuk tim untuk meneliti dan mengkaji usulan dimaksud. (7) Jika menurut hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah memungkinkan Desa yang bersangkutan untuk dibentuk menjadi Kelurahan, maka selanjutnya Bupati wajib mensosialisasikan pembentukan Kelurahan dimaksud. (8) Perubahan status Desa menjadi Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 15 Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (8) sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Pasal 16 Dengan ditetapkannya status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (8), maka kewenangan Desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat berubah menjadi kewenangan wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah di bawah Kecamatan. Pasal 17 Kepala Desa dan Perangkat Desa serta anggota BPD dari Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, diberhentikan dari jabatannya dan diberikan penghargaan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Pasal 18 (1) Seluruh kekayaan dan sumber-sumber pendapatan yang menjadi milik Pemerintah Desa dengan berubahnya status Desa menjadi Kelurahan diserahkan dan menjadi milik Pemerintah Daerah. (2) Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola melalui APBD sesuai Peraturan Perundanga-undangan yang berlaku. (3) Pembiayaan sebagai akibat perubahan Desa menjadi Kelurahan dibebankan pada APBD. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. 1014
Pasal 20 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 1-8 Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor. Diundangkan di Kalabahi pada tanggal 17 Oktober 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ALOR, CAP TTD SEPRIANUS DATEMOLY Ditetapkan di Kalabahi pada tanggal 16 Oktober 2008 BUPATI ALOR, CAP TTD ANSGERIUS TAKALAPETA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2008 NOMOR 17 1015
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2008 1-8 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN I. UMUM Bahwa Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi ruang kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Seiring dengan pemberian kewenangan dimaksud telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota sebagai acuan. Untuk itu perlu adanya perangkat daerah yang dibentuk untuk melayani masyarakat sesuai urusan kewenangan yang diberikan. Bahwa Kelurahan adalah salah satu Perangkat Daerah yang sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, mengamanatkan bahwa Kelurahan dipimpin oleh Lurah dan dibantu oleh perangkat kelurahan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati. Selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 telah menetapkan beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh Lurah yakni pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Bahwa telah menjadi aksioma bahwa jumlah penduduk akan bertambah seiring dinamika jaman dengan beberapa akibat ikutan seperti mobilitas transportasi, komunikasi dan lain-lain. Dalam konteks yang demikian maka dipastikan kelurahan yang telah ada akan dimekarkan, di samping itu desa-desa yang telah ada akan diubah statusnya menjadi kelurahan. Bahwa Peraturan Daerah ini disusun untuk menjawab dinamika jaman sebagaimana disebutkan di atas sekaligus menghindari adanya keinginan sepihak dari masyarakat yang berlebihan untuk memekarkan Kelurahan ataupun mengubah status desa menjadi Kelurahan. Untuk itu Peraturan Daerah ini akan menjadi Pedoman dalam Pembentukan, Penggabungan dan Penghapusan Kelurahan. Bahwa pembentukan Kelurahan sesuai Peraturan Daerah ini meliputi 3 (tiga) bentuk: Pertama, pembentukan stautus desa menjadi kelurahan; Kedua, penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang bersandingan; ketiga, pemekaran dari 1 (satu) kelurahan menjadi 2 (dua) kelurahan atau lebih. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembentukan kelurahan, penghapusan dan penggabungan kelurahan, pemekaran serta perubahan status desa menjadi kelurahan, secara tegas dimuat dalam Peraturan Daerah ini. Di samping itu Peraturan Daerah ini memuat pula akibat ikutan dari adanya penghapusan dan penggabungan Kelurahan, pemekaran serta perubahan status Desa menjadi Kelurahan, khususnya menyangkut aset, personil serta teritori. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 1016
Pasal 6 1-8 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan jumlah penduduk maksimal adalah 2 (dua) kali jumlah penduduk atau jumlah kepala keluarga yang disyaratkan dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Daerah ini. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Ayat (8) Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 449 1017