PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 03 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 04 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA,

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 5 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara tahun Nomor 3839);

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 6 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, DAN/ATAU PENGANGKATAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA NOGOSARI KECAMATAN PACET, KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: 07 TAHUN 2002

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2010 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA Nomor Tahun Seri PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 22 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa, maka dipandang perlu mengatur Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa di Kabupaten Donggala; b. bahwa untuk memenuhi maksud sebagaimana tersebut pada huruf a di atas, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-

Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun1999 tetnang Pencabutan Beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Mengenai Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa; 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Penyesuaian Peristilahan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DONGGALA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Donggala; 2. Camat adalah Kepala Kecamatan; 3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa;

4. Badan Perwakilan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut BPD adalah Badan Perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan Desa. 5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten Donggala; B A B II PERSYARATAN CALON Pasal 2 1. Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa warga negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat: a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia kepada cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila sebagai Dasar Negara dan Undang-undang Dasar 1945; c. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang menkhianati Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, G30-S/PKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya; d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan atau berpengetahuan yang sederajat; e. Berumur serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun; f. Sehat jasmani dan rohani; g. Berkelakuan baik, jujur dan adil; h. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana; i. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; j. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat;

k. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa serta menyatakan kesanggupannya untuk bertempat tinggal di Desa bersangkutan selama menjabat sebagai Kepala Desa. 2. Bakal calon Kepala Desa yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan melengkapi persyaratan administrasi sebagai berikut: a. Surat Pernyataan Kesediaan menjadi calon Kepala Desa; b. Surat Keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian setempat; c. Surat Keterangan berbadan sehat dari Dokter setempat; d. Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang sederajat; e. Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Kepala Desa tentang alamat tempat tinggal yang tetap di Desa bersangkutan. Pasal 3 1. Bagi Pegawai Negeri yang mencalonkan diri atau dicalonkan oleh masyarakat sebagai Kepala Desa, selain harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, diwajibkan pula melengkapi Surat Keterangan tentang persetujuan dari atasannya. 2. Pegawai Negeri yagn telah diangkat menjadi Kepala Desa diberhentikan dari jabatan organiknya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B A B III MEKANISME PENCALONAN Bagian Pertama Pembentukan Panitia. Pasal 4 1. Untuk melaksanakan pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari para anggota BPD dan Perangkat Desa. 2. Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Seorang Ketua dari unsur BPD; b. Seorang Wakil Ketua dari unsur Perangkat Desa; c. Seorang Sekretaris dari unsur Perangkat Desa; d. Seorang Wakil Sekretaris dari unsur BPD;

e. Dua orang anggota dari unsur Perangkat Desa serta dari unsur BPD sekurangkurangnya tiga anggota dan sebanyak-banyaknya sebelas anggota. Pasal 5 Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) mempunyai tugas: 1. Menyusun rencana kegiatan dan tahapan-tahapan pemilihan; 2. Melaksanakan penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa; 3. Menerima dan meneliti berkas persyaratan bakal calon Kepala Desa berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1); 4. Mensahkan dan menetapkan calon Kepala Desa dalam Rapat Pleno dan menyusun dalam Daftar Calon Kepala Desa yang ditandatangani oleh Panitia Pemilihan; 5. Mengumumkan nama-nama calon Kepala Desa sesuai Daftar Calon yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan media pengumuman yang ada di Desa; 6. Mengumumkan kepada masyarakat Desa mengenai jadwal waktu dan tempat pemungutan suara untuk pemilihan Kepala Desa; 7. Melaksanakan pemungutan suara; 8. Melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD. Bagian Kedua Tata Cara Pendaftaran dan Persyaratan Pemilih Paragraf 1 Pembentukan Pantarlih Pasal 6 1. Untuk melaksanakan pendaftaran pemilih, Panitia Pemilih membentuk Panitia Pendaftar Pemilih pada setiap Dusun di Desa bersangkutan. 2. Panitia Pendaftar Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Seorang Ketua, yaitu Kepala Dusun; b. Seorang Sekretaris dan c. Tiga orang Anggota.

Pasal 7 Panitia Pendaftar Pemilih sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, mempunyai tugas: 1. Mengumumkan kepada masyarakat di wilayah Dusun masing-masing mengenai tempat dan waktu dilaksanakan pendaftaran pemilih untuk pemilihan Kepala Desa; 2. Melaksanakan pendaftaran pemilih; 3. Melaporkan hasil pendaftaran pemilih kepada Panitia Pemilihan sesuai jadwal waktu yang ditetapkan. Paragraf 2 Tata Cara Pendaftaran Pemilih Pasal 8 1. Pendaftaran pemilih ditempat yang ditentukan, dilakukan secara aktif oleh pemilih dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti diri lainnya yang sah. 2. Pendaftaran pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mencatat data pemilih dalam Daftar Pemilih. 3. Pemilih yang namanya telah dicatat dalam Daftar Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberi bukti pendaftaran yang berlaku sebagai surat panggilan. Pasal 9 1. Seorang pemilih hanya dapat di daftar dalam satu Daftar Pemilih. 2. Apabila kemungkinan ternyata ditemukan seorang pemilih dengan sengaja mendaftarkan diri dan tercatat dalam lebih dari satu Daftar Pemilih, maka pemilih yang bersangkutan kehilangan hak pilihnya. Paragraf 3 Persyaratan Pemilih Pasal 10 Setiap warga negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal di wilayah Desa bersangkutan pada waktu pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin, mempunyai hak memilih.

Pasal 11 1. Untuk dapat menggunakan hak memilih, seorang warga negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 10, harus di daftar sebagai pemilih. 2. Untuk dapat di daftar sebagai pemilih harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun bertempat tinggal di wilayah Desa bersangkutan dan terdaftar sebagai penduduk Desa; b. Nyata-nyatanya tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya; c. Tidak sedang menjalani pidana penjara atau pidana kurungan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; d. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Bagian Ketiga Penjaringan Dan Penyaringan Bakal Calon Paragraf 1 Penjaringan Bakal Calon Pasal 12 1. Setiap organisasi kemasyarakatan dan organisasi profesi yang ada di Desa bersangkutan dapat mengajukan usul nama-nama untuk menjadi bakal calon Kepala Desa. 2. Pengajuan usul nama-nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang dan disampaikan kepada Panitia Pemilihan secara tertulis serta ditandatangani oleh pengurus organisasi yang bersangkutan. Pasal 13 1. Selain usul yang diajukan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12, pengajuan usul bakal calon Kepala Desa dapat pula diajukan oleh kelompok masyarakat Desa.

2. Pengajuan usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebanyak-banyaknya 1 (satu) orang dan disampaikan kepada Panitia Pemilihan secara tertulis dan ditandatangani oleh sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) orang pemilih terdaftar. Paragraf 2 Penyaringan Bakal Calon Pasal 14 1. Penelitian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) khusus bagi bakal Calon dari Pegawai Negeri. 2. Bakal calon Kepala Desa menyampaikan visi, misi dan program kerjanya dihadapan Panitia Pemilihan dan masyarakat. 3. Pelaksanaan ujian tertulis dan wawancara. 4. Panitia Pemilihan menyampaikan laporan nama-nama bakal calon Kepala Desa hasil penyaringan kepada BPD untuk dapat ditetapkan sebagai calon Kepala Desa yang berhak dipilih. Pasal 15 Calon Kepala Desa yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 yang berhak untuk dipilih ditetapkan dengan Keputusan BPD, sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. B A B IV PELAKSANAAN PEMILIHAN Pasal 16 Panitia Pemilihan mengumumkan kepada masyarakat dengan memanfaatkan media pengumuman yang ada di Desa mengenai jadwal waktu dan tempat pemungutan suara untuk pemilihan Kepala Desa.

Pasal 17 1. Panitia Pemilihan menetapkan jumlah dan letak tempat pemungutan suara sedemikian rupa, sehingga pemungutan suara dapat dilaksanakan dengan mudah dan lancar. 2. Tempat pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan di tempattempat yang strategis dan dapat dijangkau dengan mudah serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya secara bebas. Pasal 18 1. Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan Kepala Desa dibuat kartu suara oleh Panitia Pemilihan. 2. Jumlah kartu suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sama dengan jumlah pemilih terdaftar ditambah 10% (sepuluh persen). 3. Jumlah kartu suara yang digunakan pada saat pemilihan Kepala Desa, dinyatakan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Panitia Pemilihan serta disaksikan oleh Anggota yang hadir. Pasal 19 Pemilihan calon Kepala Desa dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasal 20 1. Setiap pemilih memberikan suaranya kepada satu calon Kepala Desa yang telah ditetapkan dalam Keputusan BPD. 2. Pemilih harus dapat memperlihatkan tanda bukti terdaftar sebagai pemilih pada saat menerima kartu suara ditempat pemungutan suara. 3. Suara dinyatakan sah apabila menggunakan kartu suara yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris serta dibubuhi cap Panitia Pemilihan.

Pasal 21 1. Segera setelah pemungutan suara dinyatakan berakhir, diadakan penghitungan suara di tempat pemungutan suara oleh Panitia Pemilihan dengan disaksikan oleh 3 (tiga) orang saksi dari unsur masyarakat yang ditunjuk Panitia Pemilihan. 2. Hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Pemilihan yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Panitia Pemilihan serta 3 (tiga) orang saksi. Pasal 22 1. Dalam hal terjadi perolehan dukungan jumlah suara terbanyak yang sama terhadap 2 (dua) orang calon Kepala Desa atau lebih, maka pemungutan suara dilaksanakan ulang. 2. Pengulangan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya terhadap calon Kepala Desa yang memperoleh dukungan jumlah suara terbanyak yang sama dimaksud. 3. Jadwal waktu pelaksanaan pemungutan suara ulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh BPD. Pasal 23 1. Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak. 2. Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan dan disahkan oleh Bupati dengan menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengesahan Calon Kepala Desa Terpilih. 3. BPD melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa kepada Bupati dan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah laporan diterima segera diterbitkan Keputusan Bupati.

B A B V PELANTIKAN KEPALA DESA Pasal 24 Kepala Desa dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk. Sebelum memangku jabatannya Kepala Desa mengucapkan sumpah/janji. Susunan kata-kata sumpah/janji dimaksud, sebagai berikut: Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujurnya dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokras dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 25 1. Pelantikan Kepala Desa dilaksanakan di Desa bersangkutan dalam suatu upacara yang dihadiri oleh anggota BPD, tokoh-tokoh masyarakat Desa serta undangan lainnya. 2. Kepala Desa yang akan dilantik menggunakan pakaian dinas upacara sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 26 1. Dalam acara pelantikan Kepala Desa diikuti dengan serah terima jabatan antara Kepala Desa yang lama dengan Kepala Desa yang baru dilantik. 2. Serah terima jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan.

3. Pada saat serah terima jabatan Kepala Desa sekaligus dilakukan penyerahan dan penandatanganan Berita Acara Kekayaan Desa. Pasal 27 Masa jabatan Kepala Desa 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pelaksanaan pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Pasal 28 1. BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis enam bulan sebelum berakhir masa jabatan dan tembusannya disampaikan kepada Bupati. 2. Empat bulan sebelum berakhir masa jabatannya, Kepala Desa menyampaikan pertanggung jawaban akhir masa jabatan kepada BPD dalam Rapat Pleno BPD yang dihadiri sekurangkurangnya dua pertiga dari jumlah anggota BPD. 3. Selambat-lambatnya dua bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, BPD segera memproses pemilihan Kepala Desa yang baru. B A B IV PERTANGGUNG JAWABAN DAN LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DESA Pasal 29 1. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan kepada Camat. 2. Pertanggung jawaban dan laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun pada setiap akhir tahun anggaran.

Pasal 30 1. Pertanggung jawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1) disampaikan dalam Rapat Pleno BPD yang dihadiri sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota BPD. 2. Pertanggung jawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan juga tembusannya kepada Bupati. Pasal 31 1. Pertanggung jawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1), dinilai oleh BPD dan diambil keputusan untuk dapat diterima atau disetujui oleh sekurangkurangnya setengah ditambah satu dari jumlah anggota BPD yang hadir. 2. Pertanggung jawaban Kepala Desa dapat ditolak oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota BPD yang hadir. 3. Pertanggung jawaban Kepala Desa yang ditolak oleh BPD termasuk pertanggung jawaban keuangan, harus dilengkapi atau disempurnakan dan dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari disampaikan kembali kepada BPD. 4. Dalam hal pertanggung jawaban Kepala Desa yang telah dilengkapi atau disempurnakan ditolak untuk kedua kalinya, BPD dapat mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati. Pasal 32 Kepala Desa yang ditolak pertanggung jawabannya oleh BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (2), tidak dapat dicalonkan kembali sebagai Kepala Desa dalam masa jabatan berikutnya. Pasal 33 Laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1), dijadikan bahan dalam rangka pembinaan dan pemberian bimbingan terhadap Kepala Desa.

B A B VII LARANGAN BAGI KEPALA DESA Pasal 34 Kepala Desa dilarang : 1. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi dirinya, anggota keluarganya, golongan atau kelompok yang secara nyata merugikan kepentingan umum atau bersifat diskriminatif terhadap warga negara dan golongan masyarakat lainnya; 2. Melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan Desa yang bersangkutan yang dapat merugikan masyarakat; 3. Menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak yang patut diduga akan mempengaruhi keputusan atau tindakan yang dilakukannya. B A B VIII TINDAKAN PENYIDIKAN Pasal 35 1. Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Bupati. 2. Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih dan b. Dituduh telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman mati. 3. Setelah tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan, hal itu harus dilaporkan kepada Bupati selambat-lambatnya dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.

B A B IX PEJABAT YANG MEWAKILI KEPALA DESA Pasal 36 1. Apabila Kepala Desa berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, maka dapat ditunjuk Sekretaris Desa atau salah satu Kepala Urusan untuk mewakilinya. 2. Penunjukan pejabat yang mewakili Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sebagai berikut: a. Dengan Surat Penunjukan yang ditandatangani Kepala Desa, bila berhalangan kurang dari 7 (tujuh) hari kerja; b. Dengan Keputusan Camat atas pelimpahan wewenang dari Bupati, bila berhalangan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja. B A B X PEMBERHENTIAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA KEPALA DESA Pasal 37 1. Kepala Desa berhenti atau diberhentikan, karena: a. Meninggal dunia; b. Mengajukan berhenti atas permintaan sendiri; c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1); d. Melanggar sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (3); e. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik Kepala Desa yang baru; f. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku dan atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Desa. 2. Pemberhentian Kepala Desa karena alasan-alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usul BPD. 3. Usul pemberhentian yang disampaikan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dalam Rapat Pleno BPD yang dihadiri sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota BPD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota yang hadir.

Pasal 38 a. Kepala Desa yang diduga melakukan makar yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan dan atau perbuatan lain yang merugikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 29, diberhentikan untuk sementara dari jabatannya oleh Bupati tanpa melalui usul atau persetujuan BPD. b. Kepala Desa yang setelah melalui proses peradilan ternyata tidak terbukti atas dugaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaktifkan kembali dan direhabilitasi selaku Kepala Desa sampai akhir masa jabatannya. B A B XI PEMBIAYAAN Pasal 39 Biaya dalam rangka pencalonan, pemilihan dan pelantikan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta sumber lain yang sah. B A B XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 40 Kepala Desa yang belum habis masa jabatannya pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap menjalankan tugas, tanggung jawab dan wewenang selaku Kepala Desa sampai habis masa jabatannya. B A B XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 41 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 42 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Donggala. Disahkan di Donggala Pada tanggal 17 Juni 2000 BUPATI DONGGALA Ttd. NABI BIDJA Diundangkan di Donggala Pada tanggal 4 September 2000 Pth. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DONGGALA Ttd. ALI HANAFIE PONULELE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 18 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 13 Salinan sesuai dengan aslinya: SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN DONGGALA KEPALA BAGIAN HUKUM, Ttd DARLIN GO LAMATAYA, SH NIP: 507 006 220