Program Pengembangan Berkelanjutan Tangguh

dokumen-dokumen yang mirip
TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

Deklarasi Dhaka tentang

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

Kinerja Lingkungan dan Sosial (ESP)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

GLossary. Badan Pembangunan Perancis (French Development Agency) Penilaian Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment)

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

Asesmen Gender Indonesia

Inisiatif Accountability Framework

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100.

Brief Note. Edisi 20, Mengembangkan Cost Effective CSR

PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Brief Note. Edisi 24, Krisis Sosial: Sebuah Pengantar

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

1. Mengelola penyampaian bantuan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN. Hak cipta 2005 South-Western. Semua hak dilindungi undangundang.

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

INDONESIA NEW URBAN ACTION

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

Transkripsi:

Program Pengembangan Berkelanjutan Tangguh 2015-2019 Maju Bersama: Kesinambungan Operasi LNG Dengan Tangguh Sebagai Katalisator Untuk Pembangunan Lokal Berkelanjutan

Daftar Singkatan... v Penjelasan Istilah Penting...vii Rangkuman Eksekutif... viii 1. Pendahuluan...1 1.1 Hubungan antara AMDAL dan TSDP...2 2. Konteks Internal dan Eksternal...4 2.1 Standar Eksternal yang Relevan dan Praktik Terbaik...4 2.2 Konteks TSDP...4 2.2.1 Konteks Sosial dan Lingkungan...4 2.2.2 Konteks Ekonomi dan Pembangunan...7 2.2.3 Kontek Proyek...8 2.3 Kemajuan dan Pencapaian...11 2.4 Konsultasi dan Saran untuk TSDP...12 3. Kerangka dan Tujuan Umum dari TSDP...15 3.1 Peran Tangguh...16 3.2 Prinsip-prinsip Dasar TSDP...17 3.3 Pemangku Kepentingan dan Penerima Manfaat Utama...17 3.4 Program-program Utama...18 3.5 Gambaran Isu Lintas Sektor...20 4. Gambaran Program...23 4.1 Deskripsi Program...28 4.1.1 Program Pendidikan dan Pelatihan...28 4.1.2 Program Kesehatan Masyarakat...30 4.1.3 Program Pengembangan Ekonomi Lokal...32 4.1.4 Program Komunikasi dan Hubungan Eksternal...34 4.1.5 Program Keamanan Berbasis Masyarakat (ICBS)...36 4.1.6 Program Pengelolaan Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengembangan SDM Tenaga Kerja Papua...39 4.1.7 Tangguh Sustainability Projects (TSP)...42 4.1.8 Program Kesadaran dan Pelestarian Lingkungan Hidup...44 4.1.9 Program Tata Kelola Pemerintah...46 5. Panduan Implementasi TSDP...50 5.1 Pendekatan Strategi dari Implementasi TSDP...50 5.1.1 Pendekatan Strategis 1: Perubahan menjadi Pembangunan oleh Masyarakat dan Pemerintah...50 5.1.2 Pendekatan Strategi ke-2: Penguatan Kapasitas...52 i

5.1.3 Pendekatan Strategis ke-3: Tingkat Intervensi...54 5.1.4 Pendekatan Strategis ke-4: Mempromosikan Pembangunan Masyarakat Berdasarkan Aset yang dimilikinya...56 5.2 Panduan Terhadap Wilayah Implementasi TSDP...56 5.3 Panduan Program-program Berbasis Masyarakat...56 5.4 Panduan Implementasi DGS dalam TSDP...58 5.5 Panduan Implementasi Fokus Masyarakat Asli dalam TSDP...60 5.6 Pedoman Komunikasi dan Penyelesaian Masalah...62 6. Dukungan Pelaksanaan...65 6.1 Proses dan Sarana...65 6.2 Struktur Organisasi dan Interaksi Utama...65 6.3 Kompetensi...66 6.4 Mitra...67 6.5 Anggaran...68 7. Pemantauan dan Evaluasi...70 7.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi TSDP...70 7.2 Indikator Evaluasi...73 7.2.1 Pemantauan dan Indikator Program...74 7.2.2 Mekanisme Internal...75 7.2.3 Mekanisme Eksternal...75 Daftar Tabel Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Ringkasan Pendekatan Strategis dan Tema Lintas Program dalam TSDP... ix Rangkuman Dampak terhadap Masyarakat Asli...6 Dana Bagi Hasil Ditransfer ke Papua Barat, Teluk Bintuni dan Fakfak...7 Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Provinsi Papua Barat...7 Tabel 5 Contoh kemajuan dan pencapaian dari ISP dan CIP Tangguh hingga tahun 2014...11 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Peran Tangguh dan pihak lain dalam menciptakan pembangunan daerah yang berkelanjutan...16 Panduan prinsip-prinsip untuk TSDP dan program-programnya...17 Ringkasan dukungan utama yang diperlukan dari pemangku kepentingan eksternal untuk masing-masing program...23 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Gambaran Program Pendidikan dan Pelatihan...29 Isu Lintas Sektor dalam Program Pendidikan dan Pelatihan...30 Gambaran Program Kesehatan Masyarakat...31 Isu Lintas Sektor dalam Program Kesehatan Masyarakat...32 ii

Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Gambaran Program Pengembangan Ekonomi Lokal...33 Isu Lintas Sektor dalam Program Pengembangan Ekonomi Lokal...34 Gambaran Program Hubungan Eksternal dan Kemasyarakatan...35 Isu Lintas Sektor dalam Program Hubungan Eksternal dan Kemasyarakatan...36 Gambaran Program ICBS...37 Isu Lintas Sektor dalam Program ICBS...38 Gambaran Program Pengelolaan Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengembangan SDM Tenaga Kerja Papua...40 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Target Persentase Jumlah Tenaga Kerja pada Tahap Konstruksi...41 Target Tenaga Kerja pada Tahap Operasi...41 Isu Lintas Sektor dalam Program Pengelolaan Hubungan Ketenagakerajaan dan Pengembangan SDM Tenaga Kerja Papua...42 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Gambaran Program TSP...43 Isu Lintas Sektor dalam Program TSP...44 Gambaran Program Kesadaran dan Pelestarian Lingkungan...45 Isu Lintas Sektor dalam Program Kesadaran dan Pelestarian Lingkungan...46 Gambaran Program Tata Kelola...47 Isu Lintas Sektor dalam Program Tata Kelola...48 Target Intervensi masing-masing program...55 Aspek-aspek Praktis dari Implementasi DGS...59 Manfaat Praktis bagi Masyarakat Asli dan penerima manfaat lain...61 Gambaran Personil dan Informasi mengenai Tangguh LNG berdasarkan kategori pemangu kepentingan...63 Tabel 33 Tabel 34 Tabel 35 Gambaran Pemantauan dan Evaluasi dalam TSDP...72 Fokus Evaluasi dalam Program TSDP...73 Indikator Program Spesifik...74 Daftar Gambar Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Kerangka TSDP...viii Hubungan antara TSDP, AMDAL, isu dan aspirasi...2 Lokasi Tangguh LNG di Teluk Bintuni...4 Prakiraan Perubahan Struktur Populasi di sekitar Tangguh LNG...5 Lapagan gas...9 Fasilitas di dalam wilayah Tangguh LNG site...9 Ringkasan Kegiatan dan Dampak Penting Operasi dan Konstruksi Pengembangan...10 iii

Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Proses Konsultasi dan Isu Utama yang Diidentifikasi...13 Kerangka TSDP...15 Prioritas Penerima Manfaat Program TSDP...18 Lingkup dari TSDP serta isu-isu lintas program...19 Gambaran tujuan, sasaran dan hasil akhir TSDP...26 Peta Indikatif dari Wilayah Implementasi Kegiatan Tertentu dari Program TSDP...28 Intervensi Pembangunan dalam menurunkun peran Tangguh LNG secara bertahap...51 Konsep Penguatan Kapasitas dalam TSDP...53 Tangguh mendukung pelibatan masyarakat dalam pembanguna lokal...57 Wilayah Strategis Dukungan Tangguh untuk Tujuan DGS...59 Gambar 18 Anggaran indikatif untuk pelaksanaan TSDP (2015)...68 Gambar 19 Gambar 20 Peran dan Proses dari Pemantauan dan Evaluasi dalam Siklus Program...71 Pemantauan dan Evaluasi Program menggunakan Kerangka Berpikir (Logframe)...71 Annexes Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Marjinalisasi - definisi dan pembahasan Ringkasan dari Potensi Dampak Akumulatif di kawasan Teluk Bintuni Gambaran Perubahan Lingkup ISP, CIP dan TSDP Pendekatan ABCD yang dalam TSDP dan program ISP sebelumnya Informasi pendukung pendekatan Tangguh dalam mencapai tujuan DGS melalui Program Tata Kelola Pemerintah iv

DAFTAR SINGKATAN Singkatan ADB ABCD ADK AMDAL API BKKBN BPS BUMD CAP CEPPS CIP CONCAWE DAV DBH DGS DPRD EBRD ESIA FPIC GDP GRP HAM HDI HIV/AIDS ICBS IFC IPDF IPIECA ISP KPAD LNG LSM MDG Musrenbang NGO OGP Asian Development Bank Terjemahan Asset-Based Community Development (Pembangunan Masyarakat Berdasarkan Aset yang dimilikinya) Alokasi Dana Kampung, Village Funding Allocation Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, Social and Environmental Impact Analysis American Petroleum Institute (Lembaga Petroleum Amerika) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, National Family Planning Coordination Agency Badan Pusat Statistik, Statistics Agency Badan Usahan Milik Daerah Community Action Planning (Perencanaan Kegiatan Masyarakat) Consultation, Empowerment, Partnership, Participation, and Sustainability (Konsultasi, Pemberdayaan, Kemitraan, Partisipasi dan Keberlanjutan) Community Investment Plan (Rencana Investasi pada Masayarakat) Conservation of Clean Air and Water in Europe Directly Affected Villages (Kampung terkena dampak secara langsung) Dana Bagi Hasil, Revenue Sharing Fund Diversified Growth Strategy (Strategi Pemerataan dan Penyebaran Pertumbuhan Ekonomi) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Lokal Peoples Representative Assembly European Bank for Reconstruction and Development Environmental and Social Impact Assessment (sama dengan AMDAL) Free, Prior and Informed Consent (Kesepakatan berdasarkan keterangan dini tanpa paksaan) Group Defined Practices Group Recommended Practices Hak Asasi Manusia Human Development Index (Indeks pengembangan manusia) Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome Integrated Community Based Security (Keamanan Berbasis Masyarakat) International Finance Corporation Indigenous People Development Framework (Kerangka pengembangan masyarakat asli) International Petroleum Industry Environmental Conservation Association Integrated Social Program (program sosial terpadu) Komisi Penanggulan AIDS Daerah, Lokal HIV/AIDS Commission Liquefied Natural Gas (Gas Alam Cair) Lembaga Swadaya Masyarakat Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Millenium) Musyawarah Perencanaan Pembangunan, Development Planning Meeting Non Governmental Organisations (Lembaga Swadaya Masyarakat) International Association of Oil and Gas Producers v

Singkatan OMS PEME PKK PNPM Posbumil Posyandu PRA Puskesmas Respek SKKMIGAS TB TEP TSDP UGM VPSHR WPdanB YPTB YSA SK SKK Migas SKPD SLTA SMA SME SMK SMP STI TB TEP TIAP TLO TMB TNI TSDP TSP VIP VPSHR WFM Terjemahan Operating Management System (system manajemen operasi) Plan, Execute, Monitor, Evaluate (perencanaan, pelaksanaaan, pemantauan, evaluasi) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Family Welfare and Empowerment Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, National Program for Community Empowerment Pos Pelayanan Ibu Hamil, pregnant women service post Pos Pelayanan Terpadu, children under five integrated service post Participatory Rural Appraisal Pusat Kesehatan Masyarakat, community health centre Rencana Strategis Pengembangan Kampung, Village Development Strategic Plan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas, Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities Tuberkulosis Tangguh Expansion Project (proyek pengembangan Tangguh) Tangguh Sustainable Development Program (Program Pengembangan Berkelanjutan Tangguh) Universitas Gajah Mada, Gajah Mada University Voluntary Principles on Security and Hak Asasi Manusia (Prinisp-prinsip relawan terhadap HAM dan Keamanan) Working Program dan Budget (Rencana kerja dan anggaran) Yayasan Pengembangan Teluk Bintuni, Bintuni Bay Development Foundation Yayasan Santo Augstinus, Saint Augustine Foundation Surat Keputusan, government Decree Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas, Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities Satuan Kerja Pemerintah Daerah, Lokal Government unit Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Senior High School Sekolah Menengah Atas, Senior High School Small and medium-sized enterprises Sekolah Menengah Kejuruan, Technical Junior School Sekolah Menengah Pertama, Junior High School Sexually Transmitted Infection Tuberculosis Tangguh Expansion Project Tangguh Independent Advisory Panel Tangguh Liaison Officer Tanah Merah Baru Tentara Nasional Indonesia, Indonesian Armed Forces Tangguh Sustainable Development Program Tangguh Sustainability Projects Very Important Person Voluntary Principles on Security and Hak Asasi Manusia Workforce Management vi

Penjelasan Istilah Penting TSDP mendefinisikan kualitas hidup sebagai dua aspek yang saling menguatkan, yaitu antara penataan kesejahteraan masyarakat lokal, dan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat lokal untuk mengejar proses perkembangan mereka. Keberlanjutan operasional didefinisikan sebagai operasi Tangguh LNG yang aman dan berkelanjutan yang dibina dengan hubungan yang baik, kerjasama konstruktif dan ikatan dengan pemangku kepentingan utama, khususnya masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Praktik pengembangan lokal secara partisipatif dan bertanggung jawab adalah pembangunan daerah berdasarkan pastisipasi masyarakat lokal dan tanggung jawab mereka untuk mencapai apa yang diinginkan. Praktik pengembangan lokal secara partisipatif membutuhkan mekanisme yang efektif bagi masyarakat, khususnya Masyarakat Asli di Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Teluk Bintuni, yang mempengaruhi keputusan, kebijakan, program dan sumber daya yang berdampak kepada mereka. Program mengacu kepada serangkaian intervensi yang dikelompokkan dalam tema yang bersifat umum (sebagai contoh pendidikan), yang dikaitkan dan terbagi dalam beberapa tujuan umum (tujuan program). Dalam TSDP, berbagai program terdiri dari beberapa komponen program, yang memberikan sebuah keterpaduan logika dari berbagai sub-sub kegiatan dari program tersebut. Pemangku Kepentingan merujuk pada berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap Tangguh LNG dan terhadap pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Teluk Bintuni dan Berau. Pihak-pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda, baik dalam topik maupun tujuan misalnya ada yang punya kepentingan secara langsung, tidak langsung, besar, sedang, atau rendah/kecil. Pengelompokan utama dari berbagai pemangku kepentingan adalah: masyarakat setempat, pemerintah, lembaga sipil, perguruan tinggi, media, serta pihak swasta lain, lembaga profesional, badan pengatur (regulators) dan peminjam modal. Istilah Masyarakat Asli atau Indigenous People digunakan secara umum untuk menggambarkan sebuah kelompok sosial atau budaya yang jelas dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut dalam skala yang berbeda-beda: Mengidentifkasikan diri sebagai kelompok asli yang tersendiri dan dikenal demikian oleh pihak lain (atau diakui sebagai anggota kelompok oleh anggota lain); Keterikatan kolektif terkait wilayah geografis atau wilayah leluhur di sekitar area proyek maupun sumberdaya alam disekitar habitat dan wilayah tersebut. Lembaga adat, budaya, ekonomi, sosial dan politik yang berbeda dari sosial dan budaya umumnya; atau Sebuah bahasa atau dialek yang berbeda, dengan bahasa resmi atau bahasa negara/wilayah dimana mereka tinggal (Sumber: Performa Standar 7- IFC) Bila diterapkan pada konteks Tangguh LNG, yang dimaksud sebagai Masyarakat Asli yang menerima manfaat dan prioritas utama dalam lingkaran pertama adalah: Masyarakat Asli yang tinggal di kawasan pesisir Teluk Bintuni, yang terdiri dari marga-marga asli yang berasal dari suku-suku Sebyar, Irarutu, Simuri, serta Petuanan Arguni, Wertuwar, dan SekarPikpik yang mendiami wilayah hukum adat tertentu, serta masyarakat lainnya yang berdiam di wilayah hukum adat tersebut yang diakui oleh Masyarakat Asli tersebut sebagai bagian dari Masyarakat Asli, dan telah mendiami wilayah adat tersebut sebelum kehadiran Tangguh LNG pada tahun 2002. Pengertian tersebut dan penggunaan istilah Masyarakat Asli oleh Tangguh LNG telah dijelaskan dan diterima dalam Melalui konsultasi publik tahun 2012 dan sidang AMDAL pada tahun Desember 2013 dan Februari 2014 dan tidak diperbedatkan. vii

Program Tangguh Sustainable Pengembangan Development Berkelanjutan Program Tangguh 2015-2019 2015-2019 Rangkuman Eksekutif Tangguh Sustainable Development Program (Program Pengembangan Berkelanjutan Tangguh) adalah pendekatan Tangguh LNG dalam mencapai tujuan strategis pengembangan sosial, untuk menjadi katalisator dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan di kawasan Teluk Bintuni dan Berau di Provinsi Papua Barat, Indonesia. TDSP dibangun atas pencapaian dan pembelajaran dari Program Sosial Terpadu (ISP 2005-2010) dan Program Investasi Komunitas (ISP atau CIP, 2011-2015). TSDP merangkai program-program yang akan melakukan kegiatan-kegiatan nyata untuk mengatasi dampak-dampak sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi akibat aktivitas Tangguh LNG, serta memenuhi persyaratan dokumen AMDAL dan ketentuan dari lembaga pemberi pinjaman (lender safeguard requirements). TSDP juga mencakup Pengembangan tenaga kerja Papua, keamanan dan inisiatif sukarela mengenai lingkungan untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Dokumen TSDP ini dikembangkan terutama sebagai informasi untuk pemangku kepentingan Tangguh LNG, termasuk masyarakat, pemerintah, lembaga sipil, perguruan tinggi, media, serta pihak-pihak swasta lainnya, lembaga-lembaga profesional, badan-badan pengatur dan peminjam modal, dimana semua pihak tersebut berkepentingan dalam pengelolaan dampak dari Tangguh LNG, termasuk dalam pemanfaatan sumber daya yang dihasilkannya demi pembangunan lokal secara berkelanjutan. Tema tanggung jawab bersama menjadi warna dari TSDP, dimana Tangguh dan pemangku kepentingan lokal terus mencari dan berusaha, serta berkolaborasi dalam mengatasi berbagai kepentingan-kepentingan bersama di wilayah kegiatan operasi Tangguh LNG, maupun wilayah yang lebih luas lainnya. Beberapa pemangku kepentingan berbagi tanggung jawab atas pembangunan yang berkelanjutan di kawasan Teluk Bintuni dan Berau karena intervensi sosial Tangguh LNG saja tidak dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat. Keseluruhan kerangka TSDP ditampilkan di bawah ini. Gambar 1: Kerangka TSDP TUJUAN: mendukung upaya lokal dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal melalui praktik-praktik pengembangan masyarakat yang partisipatif dan bertanggung jawab, serta berkontribusi terhadap keberlanjutan operational Tangngguh LNG Prinsip-prinsip Konsultasi Pemberdayaan Kemitraan Partisipasi Keberlanjutan Masyarakat asli dan keberlanjutan budaya lokal Pemnagku kepentingan utama Di tangguh: LNG Tangguh, SKK Migas, Dinas Ketenagakerjaan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kontraktor. Diluar Tangguh: Pemda masrakat Lokal, DPRD, LSM, Media, Perguruan Tinggi Isu-isu lintas program DGS, Masyarakat asli, Gender, Kepemudaan, Lingkungan Alam, Hak Asasi Manusia Program Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Masyarakat Pengembangan Ekonomi Lokal Hubungan Eksternal dan Kemasyarakatan Keamanan Berbasis Masyarakat (ICBS) Pengelola SDM dan Pengembangan Tenaga Kerja Papua Proyek-proyek Keberlanjutan (TSP) Kesadaran dan Pelestarian Lingkungan Tata Kelola Peran : Tangguh sebagai fasilitator (katalisator) dalam pembangunan berkelanjutan Penerima Manfaat Masyarakat dan Masyarakat asli, Pemda, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lokal Indikator Umum Peningkatan kualitas hidup Penguatan kelembagaan Peningkatan aksesibilitas pada sumber daya Peningkatan keterampilan Tumbuhnya pelaku usaha IP Serapan tenaga kerja IP meningkat Tata kelola pemerintahan meningkat Operasi LNG yang andal Metode dan Alat Kerja Proses: PEME, LFA, FGD, mobilisasi sumber daya lokal Sumber Daya dan Kompetensi Kompetensi: kemampuan fasilitator, Koordinasi, Komunikasi, Pemahaman Budaya, Berpikir secara kritis, Analisa, Pengumpulan informasi, dan membuat jaringan viii

Program Tangguh Pengembangan Sustainable Berkelanjutan Development Program Tangguh 2015-2019 Program-program yang dijelaskan dalam TSDP menjadi kendaraan utama untuk mencapai komitmen-komitmen dalam AMDAL, persyaratan pemberi pinjaman dan tujuan lainnya antara tahun 2015-2019; dokumen TSDP juga menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran dari program tersebut dicapai, serta dipantau dan dievaluasi. Dokumen ini disediakan juga sebagai rencana baru Pengembangan Masyarakat Asli (Indigenous People Development Plan) dari Tangguh LNG untuk kebutuhan peminjam dana (lenders), dan sebagai referensi utama untuk rencana keterbukaan dan konsultasi dan kepada masyarakat (Public Consultation and Disclosure Plan PCDP) yang perlu dimutakhirkan sehubungan dengan proyek pengembangan Tangguh. Sementara dokumen ini menjelaskan program dan pendekatan pelaksanaan program, sedangkan rencana pelaksanaan akan disiapkan secara rinci setiap tahun. TSDP memberikan panduan bagaimana cara program dan kegiatan akan dilaksanakan, dengan menekankan kepada 4 strategi pendekatan, 5 tema lintas sektoral yang perlu ditangani, seperti dijelaskan di bawah ini. Partisipasi masyarakat, yang sebelumnya difasilitasi melalui Perencanaan Bersama Masyarakat dan rencana kegiatan masyarakat (PBM/CAPS), akan ditingkatkan dalam program-program yang dilaksanakan pada tingkat masyarakat, seperti program kesehatan, pendidikan, pengembangan ekonomi lokal, serta kesadaran dan perlindungan lingkungan alam. Tabel 1: Ringkasan Pendekatan Strategis dan Tema Lintas Program dalam TSDP Pendekatan Strategis Perubahan dengan fokus kepada upaya Pengembangan oleh Masyarakat dan Pemerintah Penguatan Kapasitas Intervensi yang terfokus Mempromosikan Pembangunan berbasis aset lokal Tema Lintas Program Strategi Pertumbuhan Diversifikasi yang dimodifikasi Masyarakat Asli Pemuda Lingkungan Hak Asasi Manusia Perubahan utama antara program-program sosial Tangguh sebelumnya dengan TSDP adalah meningkatkan fokus pada Masyarakat Asli sebagai peserta dan penerima manfaat dari program. Berdasarkan analisis dan konsultasi, dan sesuai dengan berbagai definisi internasional termasuk dari Performance Standard 7 dari lembaga IFC, Tangguh LNG mendefinisikan fokus atau prioritas Masyarakat Asli di ring 1 sebagai: Masyarakat Asli yang tinggal di kawasan pesisir Teluk Bintuni, yang terdiri dari marga-marga asli yang berasal dari suku-suku Sebyar, Irarutu, Simuri, serta Petuanan Arguni, Wertuwar, dan SekarPikpik yang mendiami wilayah hukum adat tertentu, serta masyarakat lainnya yang berdiam di wilayah hukum adat tersebut yang diakui oleh Masyarakat Asli tersebut sebagai bagian dari Masyarakat Asli, dan telah mendiami wilayah adat tersebut sebelum kehadiran Tangguh LNG pada tahun 2002. Prioritas ring selanjutnya adalah bukan Masyakarakat Asli menurut pengertian di atas, melainkan masyarakat Papua lainnya yang tinggal di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni dan Fakfak, diikuti dengan masyarakat Papua di provinsi atau wilayah lainnya. Kebijakan ini telah diadopsi dalam rangka meningkatkan manfaat bagi masyarakat tersebut di atas, untuk mengurangi risiko marjinalisasi dan menciptakan dampak yang lebih adil dan berkelanjutan atas kehadiran Tangguh LNG. Dengan demikian, TSDP juga dirancang sebagai Kerangka untuk Pengembangan Masyarakat Asli, atau Indigenous People Development Framework (IPDF), untuk secara khusus menghargai perhatian dari pihak peminjam modal (lenders) terhadap pengembangan Masyarakat Asli berkaitan dengan Tangguh LNG. Dokumen TSDP periode 2015-2019 meliputi perencanaan Proyek Pengembangan Tangguh LNG, yang ke depannya jika berhasil dilaksanakan akan membawa manfaat untuk daerah setempat, sekaligus juga memastikan operasi yang aman dan terpercaya. Maka dari itu, elemen yang penting adalah komitmen bersama untuk memperkuat dialog dan kerjasama antara Tangguh LNG dan pemangku kepentingan dari masyarakat setempat dan Pemerintah. TSDP adalah dokumen yang dapat direvisi, disesuaikan dan dimodifikasi apabila ada perubahan yang dibuat pada dokumen AMDAL. Selain itu, TDSP dan pembiayaannya juga akan dipertimbangkan mengalami penyesuaian, antara lain karena perubahan situasi, adanya umpan balik dari para pemangku kepentingan serta adanya pembelajaran. Apabila terdapat ketidaksetaraan atau kontradiksi antara dokumen AMDAL dengan dokumen TSDP, maka dokumen AMDAL akan menjadi rujukan utama. ix

10

1. Pendahuluan Proyek Pengembangan Tangguh LNG mulai memproduksi dan menjual LNG pada tahun 2009 serta mengelola program sosial terpadu dan program investasi komunitas yang komprehensif sejak tahun 2002. Sejalan dengan pengembangan bisnis Tangguh LNG, demikian juga pendekatan tanggung jawab sosial perlu ditinjau dan ditingkatkan. Mulai tahun 2015-2019, perusahaan berkomitmen untuk melaksanakan Program Pembangunan Keberlanjutan Tangguh (TSDP), sebagai kendaraan untuk mengelola dampak dan memenuhi kebutuhan serta aspirasi masyarakat dalam hubungannya dengan para pemangku kepentingan lokal lainnya. TSDP 2015-2019 telah dikembangkan sebagai sebuah dokumen kerangka kerja (framework), yang menjelaskan ruang lingkup program, panduan mengenai prinsip-prinsip dan standar pendekatan, program-program serta indikator-indikator kunci. Buku TSDP ini menjelaskan batasan tersebut, dimana didalamnya tim Tangguh LNG akan bekerja untuk mengimplementasikan programnya untuk pengembangan berkelanjutan. Memenuhi komitmen-komitmen AMDAL untuk mengelola dampak dari Tangguh adalah tanggung jawab utama dari Tangguh LNG, dimana pada perspektif yang lebih luas terhadap pengembangan lokal berkelanjutan, Tangguh dan pemangku kepentingan juga mencari dan mencoba berbagai upaya untuk berkolaborasi mengantisipasi berbagai tantangan pembangunan disekitar wilayah kegiatan operasi Tangguh dan daerah yang lebih luas. Tangguh dan pemangku kepentingan lokal terus mencari dan berusaha serta berkolaborasi dalam mengatasi berbagai macam masalah di wilayah operasi Tangguh LNG ataupun wilayah yang lebih luas. Beberapa pemangku kepentingan berbagi tanggung jawab atas pembangunan yang berkelanjutan dari kawasan Teluk Bintuni dan Berau. Intervensi sosial Tangguh saja tidak dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi daerah. Atas alasan tersebut, tema tanggung jawab bersama mewarnai dokumen TSDP, dan gagasan maju bersama sangat disorot. TSDP adalah pendekatan Tangguh LNG untuk mencapai komitmen AMDAL, dengan mendasarkan pada tujuan strategis pengembangan sosial, untuk menjadi katalisator dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan di kawasan Teluk Bintuni dan Berau di Provinsi Papua Barat, Indonesia. TDSP dibangun atas capaian dan pembelajaran dari Program Sosial Terpadu (ISP 2005-2010) dan Program Investasi Komunitas (ISP atau CIP, 2011-2015). TSDP merangkai program-program yang nantinya akan melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata untuk mengatasi dampak-dampak sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi akibat aktivitas Tangguh LNG, serta memenuhi persayaratan dokumen AMDAL baru (2014) dan ketentuan dari lembaga pemberi pinjaman (lender safeguards). TSDP juga mencakup Pengembangan tenaga kerja Papua, keamanan dan inisiatif lingkungan secara sukarela untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Tangguh LNG telah berkomitmen untuk fokus pada Masyarakat Asli, yang akan mempengaruhi sebagian besar aspek bisnis, mulai dari perekrutan, pelatihan, pengembangan, serta proses produksi dan distribusi (pembelian) dan kegiatan investasi masyarakat di bidang kesehatan, beasiswa pendidikan dan mata pencaharian. Sebagai wujud dari komitmen ini, TSDP juga dirancang sebagai Rencana untuk Pengembangan Masysarakat Asli, atau Indigenous Peoples Development Plan (IPDP), untuk memenuhi ketentuan dari lembaga peminjam modal (lenders) tentang pengembangan Masyarakat Asli berkaitan dengan Tangguh LNG. Definisi Tangguh mengenai Masyarakat Asli dinyatakan di bagian Istilah (halaman viii) dan dibahas lebih lanjut dalam Bagian 2.2 dan 5.6. ISP dan CIP sebelumnya juga menyasar kepada Masyarakat Asli, sebagai mayoritas penduduk di kampung-kampung yang terkena dampak langsung. Pemantauan program yang dilakukan secara rutin dan kajian terbaru menunjukkan bahwa proporsi Masyarakat Asli sebagai bagian dari populasi penduduk lokal semakin menurun dan akan terjadi terus-menerus (lihat Bagian 2). Masyarakat Asli secara umum tertinggal dalam berbagai indikator-indikator pengembangan, misalnya partisipasi dalam bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Kesempatan-kesempatan baru bermunculan sebagai akibat dari kehadiran Tangguh LNG dan pembangunan secara luas, perlahan menarik perhatian para pendatang dimana masyarakat asli menjadi sangat sulit bersaing. Ada beberapa bukti mengenai marjinalisasi masyarakat asli dibeberapa tempat di Papua dan Papua Barat, dan potensinya meningkat di sekitar Teluk Bintuni dan Berau. Oleh karenanya, menjadi sangat rasional bagi Tangguh LNG untuk meningkatkan fokusnya kepada masyarakat asli, untuk secara lebih eksplisit memperioritaskan mereka sebagai target utama dari TSDP. Dokumen TSDP ini dikembangkan sejak bulan Desember 2013 hingga Oktober 2014, seiring dengan finalisasi proses AMDAL untuk proyek pengembangan Tangguh (TEP). Hal ini mencerminkan proses konsultasi yang dilakukan secara resmi untuk proses AMDAL, yang meliputi kegiatan formal maupun informal, termasuk studi, diskusi kelompok terarah (FGD), mini workshop, pertemuan publik, 'sidang' multi-stakeholder, serta sesi "pembahasan mendalam" dengan pemerintah dan para ahli. Proses konsultasi ini berlangsung antara Februari 2013 dan April 2014, dengan isu-isu kunci diringkas dalam Bagian 2.4. 1

Perluasan ruang lingkup TSDP dibandingkan dengan ISP dan CIP merupakan hasil dari tinjauan dan proses konsultasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, digabungkan dengan analisis dan rekomendasi pakar. TSDP memberikan panduan yang jelas bagi pemangku kepentingan internal maupun eksternal dan acuan akan harapan-harapan realistis terhadap Tangguh LNG. Buku TSDP ini juga akan menjadi sumber untuk pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan program atau kegiatan yang sama atau berbagi kepentingan tujuandan kepentingan. Secara khusus, pemerintah, LSM dan perusahaan lain, khususnya yang memiliki fasilitas atau kegiatan penunjang yang berhubungan dengan Tangguh LNG, dapat merujuk ke buku TSDP ini berkaitan dengan informasi dan wawasan tentang bagaimana mereka bisa saling melengkapi dan bekerjasama dengan Tangguh LNG dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan di Teluk Bintuni dan Berau, Papua Barat, Indonesia. 1.1. Hubungan antara AMDAL dan TSDP TSDP adalah kerangka yang menjelaskan semua komitmen Tangguh dalam AMDAL, RKL dan RPL, kecuali yang berkaitan dengan deskripsi teknis proyek dan lingkungan (biologi, kimia dan fisik). Oleh karena itu, TSDP merupakan bagian dari bagaimana AMDAL akan dilaksanakan, untuk persyaratan non-lingkungan. TSDP juga mencakup komitmen lingkungan yang tidak termasuk dalam AMDAL, yaitu komitmen terhadap lingkungan sebagai bagian dari konsep pembangunan berkelanjutan-tambahan untuk, dan tidak terkait dengan, rencana pengelolaan dampak lingkungan di RKL. TSDP juga mencakup aspirasi masyarakat dan beberapa dampak kumulatif dan masalah-masalah yang secara keseluruhan baik tidak langsung maupun langsung menjadi tanggung jawab Tangguh. Ringkasan aspirasi dan tanggapan muncul dalam konsultasi publik dengan pemangku kepentingan setempat pada tahun 2013-2014 yang dijelaskan pada Bagian 2.4. TSDP menjabarkan kerangka pelaksanaan lima tahunan dari komitmen AMDAL dan TSDP adalah dokumen yang dapat direvisi, disesuaikan dan dimodifikasi apabila ada perubahan yang dibuat pada dokumen AMDAL. Selain itu, TDSP dan pembiayaannya juga akan dipertimbangkan mengalami penyesuaian, Antara lain karena perubahan situasi, adanya umpan balik dari para pemangku kepentingan serta adanya pembelajaran. Apabila terdapat ketidaksetaraan atau kontradiksi antara dokumen AMDAL dengan dokumen TSDP, maka dokumen AMDAL akan menjadi rujukan utama. Sehubungan dengan dampak Tangguh LNG, pemangku kepentingan memiliki ekspektasi dan kepentingan khusus terhadap perusahaan terkait dalam perubahan kualitas hidup, pekerjaan dan peningkatan pelayanan pemerintah. Gambar 2 menjelaskan TSDP berada di persimpangan atau tumpang tindih antara Tangguh, masyarakat dan dampak, kebutuhan serta aspirasi pemangku kepentingan lainnya. Lingkup TSDP dijelaskan pada bagian selanjutnya. Gambar 2: Hubungan antara TSDP, AMDAL, Isu dan Aspirasi Dampak proyek Tangguh LNG: Lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan komitmen tenaga kerja Pelaksanaan AMDAL Tanggung jawab utama Tangguh LNG Aspirasi dan kebutuhan: Meningkatkan taraf hidup Meningkatkan layanan pemerintah TSDP Dampak Kumulatif dan isu: Perubahan demografis Kegiatan dan basis ekonomi yang berubah Menurunnya lingkungan Marjinalisasi masyarakat asli Perubahan profil penyakit Meningkatkan ketegangan sosial Meningkatkan kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM Meningkatnya dinamika Kompleksitas masyarakat Tanggung jawab utama masyarakat dan pemerintah 2

3

2. Konteks Internal dan Eksternal 2.1. Standar Eksternal yang Relevan dan Praktik Terbaik Penyusunan TSDP Tangguh LNG berpedoman pada standar global maupun praktik terbaik meliputi persyaratan dan peraturan nasional, termasuk Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial (AMDAL) Tangguh LNG. Hal ini menanggapi "Praktik yang Ditetapkan (GDP) 3.6-0001: Persyaratan Lingkungan dan Sosial untuk Akses Proyek Baru, Proyek Utama, Proyek di Area yang dilindungi secara Internasional dan Negosiasi Akuisisi", dan "Praktik Rekomendasi (GRP) 3.6-0001: Rekomendasi Lingkungan dan Sosial untuk Proyek", yang mempertimbangkan standar dan praktik lingkungan dan sosial yang berlaku secara umum di industri minyak dan gas internasional. Di dalamnya juga termasuk bimbingan dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh organisasi keuangan internasional, seperti International Finance Corporation (IFC) serta asosiasi industri dan organisasi seperti IPIECA; Asosiasi Internasional Minyak dan Gas Produsen (OGP); dan American Petroleum Institute (API); dan GDP dan GRP BP mengacu kepada Prinsip-prinsip Equator dan persyaratan lingkungan dan sosial dari IFC. TSDP juga konsisten dengan: Kode Perilaku/Code of Conduct BP, yang membahas topik-topik yang relevan seperti "berhubungan dengan pemerintah" dan "terlibat dengan masyarakat dan menghormati hak dan martabat mereka"; Bisnis dan Hak Asasi Manusia Kebijakan/Business and Human Rights Policy BP (2013). BP adalah penandatangan formal dan anggota pendiri Global Compact PBB dan Prinsip-prinsip Sukarela tentang Keamanan dan Hak Asasi Manusia (United Nations Global Compact and the Voluntary Principles on Security and Human Rights); dan mitra pendiri World Bank Global Gas Reduction Public Partnerhsip, serta Standar Manajemen Operasi/Operating Management Standards (OMS) dan Praktik yang DItetapkan Grup (GDP) BP dalam Manajemen Risiko, 3.1. 2.2. Konteks TSDP 2.2.1. Konteks Sosial dan Lingkungan Teluk Bintuni yang terletak di sebelah Teluk Berau adalah daerah laut yang luas dikelilingi dengan sebagian besar muara, hutan bakau dan rawa, dengan beragam flora dan fauna, termasuk diantaranya spesies endemik. Teluk ini dihuni oleh sedikitnya 38 kelompok etnis yang berbeda, yang tersebar di beberapa kabupaten dan desa di sepanjang daerah pantai dan pedalaman, dan memiliki berbagai kegiatan mata pencaharian tradisional seperti perikanan, pertanian, berburu dan meramu, termasuk perdagangan dan pekerjaan modern. Keanekaragaman hayati budaya kawasan Teluk merupakan aset penting, bersama dengan sumber daya sub-permukaan yang ada di kawasan tersebut. 4

Istilah Masyarakat Asli atau Indigenous People digunakan secama umum untuk menggambarkan sebuah kelompok sosial atau budaya yang jelas dan memiliki ciri-ciri tertentu dalam skala yang berbeda, termasuk dalam hal berikut: Mengidentifkasikan diri sebagai kelompok asli yang tersendiri dan dikenal demikian oleh pihak lain (atau diakui sebagai anggota kelompok oleh anggota lain); Keterikatan kolektif terkait wilayah geografis atau wilayah leluhur di sekitar area proyek maupun sumberdaya alam disekitar habitat dan wilayah tersebut. Lembaga adat, budaya, ekonomi, sosial dan politik yang berbeda dari sosial dan budaya umumnya; atau Sebuah Bahasa atau dialek yang berbeda, dengan Bahasa resmi atau Bahasa negara/wilayah dimana mereka tinggal (Sumber: Performa Standar 7- IFC) Berdasarkan definisi IFC tersebut, terdapat paling tidak 9 suku etnis di wilayah pesisir Teluk Bintuni dan Berau, termasuk Sebyar, Simuri, Irarutu, Wamesa, Soub, Kuri, Moskona, SekarPikpik, Wertuwar dan Petuanan Arguni. UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mendefinisikan Masyarakat Asli sebagai masyarakat yang berasal dari kelompok etnis Melanesia dan/atau mereka yang diterima dan diakui sebagai Masyarakat Asli oleh komunitas adat Papua setempat. Secara umum, kelompok etnis terdiri dari beberapa suku, yang kemudian membentuk beberapa keluarga besar. Biasanya, setiap suku dipimpin oleh kepala suku. Ada juga kepala bagi setiap kelompok etnis. Orang itu bertindak sebagai wakil dari kelompok etnis sedangkan kepala suku berurusan dengan pihak luar. Sejak kegiatan konstruksi dan Program Sosial Terpadu dimulai pada tahun 2002, Tangguh telah melakukan pemantauan terhadap perubahan populasi di sekitar Teluk Bintuni, khususnya di sekitar wilayah operasi Tangguh LNG. Ditemukan bahwa sebelum Tangguh melakukan konstruksi awal, populasi penduduk terdiri lebih dari 70% Masyarakat Asli Melanesia. Pada tahun 2012, jumlah tersebut berubah menjadi sekitar 59%, dan diprediksi Masyarakat Asli Melanesia akan terus menurun hingga kurang dari 20% pada tahun 2027 (lihat Gambar 3, analisis Tangguh berdasarkan BPS dan UGM). Perubahan yang sama terjadi pada struktur populasi di tingkat daerah, misalnya di seluruh wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat yang disebabkan oleh migrasi ke daerah tersebut. Perubahan signifikan ini menyoroti kesengsaraan Masyarakat Asli di daerah tersebut, yang berisiko tinggi terhadap kemiskinan sosial dan ekonomi serta marjinalisasi (lihat Bagian 3.3 untuk pembahasan mengenai pengertian Masyarakat Asli oleh Tangguh LNG, dan Lampiran 1 untuk lebih detail). Tabel 2 merangkum isu-isu spesifik dan respon pendekatan yang mencakup fokus Masyarakat Asli di TSDP. Gambar 4: Prakiraan Perubahan Struktur Populasi di sekitar Tangguh LNG 2003 2012 2019 2027 Masyarakat Asli 71% Pendatang 29% Masyarakat Asli 59% Pendatang 41% Masyarakat Asli 42% Pendatang 58% Masyarakat Asli 18% Pendatang 82% 5

Tabel 2: Rangkuman Dampak terhadap Masyarakat Asli Isu atau Dampak pada Masyarakat Asli Perubahan Akses terhadap Sumber Daya Kelautan Hak Tradisional dan Pengakuannya Kesempatan Kerja Kesehatan Kohesi Sosial dan Penyesuaian Keamanan dan HAM Tata Ruang dan Perubahan Zona Akses Masayarkat terhadap Informasi dan Kemampuan mempengaruhi Situs Warisan Budaya Mitigasi atau Tujuan Kegiatan Memastikan adanya akses yang sama dan layak. Menyediakan kegiatan mata pencaharian alternatif untuk memastikan tingkat pendapatan yang sama atau lebih baik, serta mendukung penataan gizi. Memaksimalkan keselarasan budaya dalam Proyek Tangguh LNG dan disekitarnya. Meminimalkan atau mencegah keterpinggiran Masyarakat Asli di kampung yang terkena dampak ; Berkontribusi pada rasa kebanggaan diri dan budaya di DAV. Memaksimalkan partisipasi Masyarakat Asli dan Papua lainnya dalam proyek tenaga kerja. Meningkatkan keselarasan dalam berbagai budaya tenaga kerja, proyek dan masyarakat lokal. Menjaga atau meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan bekerjasama dalam kemitraan dengan otoritas kesehatan dan organisasi lainnya. Membangun kepercayaan dan komunikasi di dalam dan di antara kelompok pemangku kepentingan. Komunikasi proaktif dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan isu-isu potensial. Melindungi aset manusia dan material proyek. Meningkatkan keamanan dan keberadaan wilayah terdampak yang damai. Bekerja dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya termasuk industri, bagi pengembangan program strategis untuk membagikan manfaat proyek, untuk meningkatkan pusat pertumbuhan regional dan mencegah imigrasi masuk yang tidak berkelanjutan di DAV. Memungkinkan komunikasi rutin dan efektif di dalam dan antara pemangku kepentingan serta promotor proyek. Memfasilitasi dialog multistakeholder yang lebih luas mengenai program pengembangan yang berkelanjutan untuk kawasan Teluk, berbagi pembelajaraan dan data berasal dari Tangguh. Menghindari sedapat mungkin gangguan pada situs, dan memastikan pengelolaan yang tepat atas situs apabila gangguan tidak dapat dihindarkan. 6

2.2.2. Konteks Ekonomi dan Pembangunan Di antara provinsi-provinsi di Indonesia, Papua dan Papua Barat adalah provinsi-provinsi yang paling sering menerima transfer fiskal dari pemerintah pusat, baik provinsi maupun kabupatennya. Pada tahun 2002, provinsi ini menerima sekitar Rp 1,7 juta per-kapita (kedua terbesar setelah Kalimantan Timur). Pada tahun 2009, Papua dan Papua Barat (bersama dengan 36 kabupaten/kota di dalamnya) masing-masing menerima sekitar Rp 7,5 juta dan Rp 8,9 juta per kapita, lebih besar dari provinsi manapun. Kementerian Keuangan (2010) melaporkan bahwa Kabupaten Teluk Bintuni memiliki indeks kapasitas fiskal dan kemiskinan lokal yang tinggi. Hal ini membuat pemerintah daerah wajib mengalokasikan sejumlah besar Dana Daerah untuk pengentasan kemiskinan. Data terbaru yang tersedia secara publik ditampilkan di bawah ini. Tabel 3: Dana Bagi Hasil Ditransfer ke Papua Barat, Teluk Bintuni dan Fakfak Tahun Pajak Bagi Hasil Papua Barat Teluk Bintuni Fakfak Sumber Daya Alam Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Sumber Daya Alam Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Sumber Daya Alam Bagi Hasil (RP) (RP) (RP) (RP) (RP) (RP) 2012 988,830,432,271 1,390,648,382,856 156,133,226,547 78,804,428,748 71,919,448,314 19,867,288,694 2013 1,124,816,008,251 1,269,069,849,230 213,567,759,924 151,912,641,787 62,927,473,365 23,204,160,815 Jul-14 539,337,201,486 480,108,390,450 128,453,506,765 38,496,010,329 26,923,422,406 12,122,071,500 Sumber: www.djpk.depkeu.go.id/itd/ Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun alokasi dan biaya yang lebih tinggi telah dikeluarkan untuk mengatasi masalah kemiskinan, namun tindakan tersebut hanya memberikan perubahan kecil dalam Indeks Pembangunan Manusia/Human Development Index (HDI) untuk provinsi. Pada tahun 2014, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi daerah di Indonesia dengan peringkat terendah dalam hal Indeks Rentang Kemiskinan (Poverty Gap Index) dan Indeks Kemiskinan (Poverty Severity Index). Meskipun peringkat HDI menunjukan adanya peningkatan, Papua Barat masih berada di peringkat buruk yang diakibatkan oleh masalah-masalah berkaitan dengan kapasitas di lembaga-lembaga pemerintah dan isu-isu pemerintahan yang turut menghambat kegiatan pembangunan yang lebih efektif. Tabel 4: Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Provinsi Papua Barat Tahun 2004 2008 2012 2013 Papua Barat 63.7 67.95 70.22 70.62 Teluk Bintuni n/a 65.29 67.58 67.95 Fakfak 67.5 70.24 72.64 73.33 Sumber: Susenas (Survei dan Sensus Nasional) 2011-2013; Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Papua Barat 2006-2011. 7

Sejauh ini Tangguh LNG masih menjadi investor terbesar di Provinsi Papua Barat. Tangguh LNG telah menjadi perintis kegiatan industri dan pengembangan sosial-budaya dan ekonomi di Teluk Bintuni, yang mempengaruhi operator minyak dan gas lainnya menjadi lebih aktif dan memiliki rencana pembangunan di wilayah ini. Tangguh LNG membagi informasi kepada pemangku kepentingan lain misalnya melalui dokumen TSDP, sebagai upaya untuk mempengaruhi kebijakan dan pendekatan-pendekatan yang akan mendukung kebaikan bersama secara luas. Pemerintah, Tangguh LNG, masyarakat dan terutama perusahaan lainnya, termasuk yang memiliki fasilitas atau hubungan komersial dengan Tangguh LNG, perlu menyadari kemungkinan konsekuensi pembangunan masa depan di daerah ini, terutama jika pendekatan-pendekatan yang diadopsi justru berlawanan dengan isu-isu utama. Misalnya, kebijakan dan pendekatan yang berbeda terkait dengan pengelolaan tenaga kerja, keamanan, pembangunan sosial dan pengelolaan risiko akan memiliki efek yang berbeda: Migrasi adalah fenomena alam yang memiliki dampak positif dan negatif. Pendekatan dan kebijakan perusahaan berhubungan dengan pengelolaan tenaga kerja (kebijakan perekrutan, prosedur demobilisasi, dan sebagainya) dapat mempengaruhi angka migrasi ke kawasan Teluk dan kampung-kampung tertentu. Tangguh berusaha untuk menghindari dan meminimalkan ketegangan dan konflik sosial dengan mengaplikasikan persyaratan khusus untuk tenaga kerja asal Papua, beroperasi dengan camp tertutup, dan mewajibkan para pekerja untuk kembali ke tempat penerimaan tenaga kerja pada saat berakhirnya masa kerja atau kontrak. Risiko keamanan terhadap kegiatan perusahaan, aset dan staf serta masyarakat di kampung-kampung dan distrik/kota tertentu, dapat diminimalkan dengan melibatkan masyarakat dalam fungsi keamanan secara langsung. Tangguh LNG memastikan manfaat prioritas kepada masyarakat melalui ketenagakerjaan, ICBS (Keamanan Berbasis Integrasi Masyarakat), dan kegiatan dukungan sosial yang bertanggung jawab (bukan pemberian langsung), didukung dengan komunikasi proaktif yang menghargaiberdasarkan prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang beretika. Kegiatan yang mendukung aspek operasi LNG melalui pelibatan masyarakat harus memberdayakan dan mewajibkan masyarakat untuk mempertanggungjawabkan masa depan mereka, baik dalam mengambil keputusan, sumber daya dan tindakan. Pemberian langsung dan pendekatan bantuan yang memberikan 'keuntungan sesaat telah terbukti menciptakan ketergantungan dan meningkatkan permintaan dalam jangka menengah, serta menyebabkan frustrasi dan kesulitan bagi semua pihak. Konteks sosial, lingkungan, fiskal/administratif yang tergambarkan di sini menjadi konteks program TSDP; konteks ini menunjukkan bahwa agar pembangunan yang berkelanjutan dan damai di wilayah Teluk Bintuni tercapai, berbagai pemangku kepentingan harus bekerja sama secara erat dan mengadopsi pendekatan yang mendukung, serta memperkuat pembelajaran yang diuraikan di atas. 2.2.3. Konteks Proyek Tangguh LNG adalah fasilitas greenfield (sebuah pengembangan dari fasilitas yang sudah ada) yang memproduksi dan mengekspor gas LNG dan kondensat. Pabrik LNG berlokasi di pantai selatan Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Sumber gas untuk Tangguh LNG terdiri dari enam lapangan gas: Vorwata, Wiriagar Deep, Ofaweri, Roabiba, Ubadari dan Wos, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Fasilitas operasi Tangguh LNG saat ini mencakup semua fasilitas untuk produksi, penampungan dan transmisi gas alam yang menampung cairan gas dari lapangan gas Vorwata. Gas tersebut diproduksi dari 14 sumur produksi di dua lokasi lepas pantai dan dikirim melalui dua pipa bawah laut, kira-kira berdiameter 61 cm (24 ), ke Onshore Receiving Facility (ORF) di Kilang LNG untuk dimurnikan dan dicairkan menjadi LNG, yang selanjutnya diekspor via laut dengan kapal tanker. Kilang LNG terdiri dari dua kilang produksi LNG dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 7,6 juta ton. Sebuah Kilang LNG memiliki alat untuk memurnikan dan mencairkan gas alam. Fasilitas terminal khusus terdiri dari: a) dermaga sepanjang 1,6 km menuju dok pemuatan LNG; b) dermaga terpisah sepanjang 1,2 km menuju dermaga multi fungsi yang digunakan untuk mendukung pengiriman perlengkapan dan bahan-bahan konstruksi ke fasilitas darat, operasi pengeboran lepas pantai, pengangkutan tenaga kerja dan kargo terminal khusus, dan pemuatan kondensat selama Tahap Operasi dimulai di tahun 2009. 8

Gambar 5: Lapangan gas Bird's Head Bintuni Bay Area Shown Muturi PSC Berau PSC Wiriagar PSC Wiriagar Deep Vorwata Ofaweri Roabiba LNG Plant Site West Arguni PSC Gambar 6: Fasilitas di dalam wilayah Tangguh LNG site Wos Ubadari Babo PSC West Arguni PSC AMDAL Proyek Pengembangan Tangguh LNG (TEP) telah disetujui, mencakup analisa mengenai dampak untuk operasi yang sekarang serta pembangunan 2 kilang LNG tambahan di wilayah yang sama, serta 2 anjungan lepas pantai dan pipa bawah laut. TEP akan memperluas wilayah operasinya, dari Teluk Bintuni hingga ke Teluk Berau dengan dampak darat dan lepas pantai di daerah Kokas dan Kabupaten Fakfak. Tahap konstruksi TEP akan berjalan mulai tahun 2015 sampai 2020 dengan produksi tambahan LNG yang direncanakan setelah 2020. Dampak penting positif dan negatif dalam operasi yang sedang berjalan dan rencana kegiatan konstruksi berkaitan dengan Proyek Pengembangan Tangguh LNG telah diidentifikasi dan dikaji di dalam AMDAL (2002 dan 2014), seperti yang diringkas pada Gambar 7. Beberapa dampak antara lain: terbukanya kesempatan dan ekspektasi tenaga kerja lokal, meningkatnya transportasi laut dan berkurangnya wilayah kegiatan ekonomi tradisional di Teluk Bintuni. Selama periode TSDP 2015-2019, Proyek Pengembangan Tangguh LNG akan memberikan dampak jangka pendek berkaitan dengan daya beli lokal (kesempatan ekonomi), kesempatan tenaga kerja pada masa konstruksi, dan peningkatan potensi migrasi masuk. 9

Gambar 7: Ringkasan Kegiatan dan Dampak Positif dan Negatif Penting pada tahap Operasi dan Konstruksi Kegiatan operasional Tangguh dan kegiatan kontruksi dari Proyek Pengembangan Tangguh: Eksploitasi Gas Penyaluran Gas Kegiatan kilang LNG Prasarana pelabuhan / terminal khusus Dampak Penting di Bidang Sosekbud: Gangguan perikanan Gangguan transportasi laut Peluang kerja Perubahan pola dan tingkat pendapatan Peningkatan migrasi masuk Peningkatan permintaan/ tekanan terhadap pelayanan umum (sekolah, air, dsb) Perubahan norma dan sosial bundaya (gaya hidup, prostitusi, dsb) Persepsi dan ketegangan sosial Keterbatasan akses ke tempat keramat Perubahan profil penyakit Dampak Penting di Bidang Lingkungan Hidup: Peningkatan kebisingan Peningkatan air permukaan Erosi tanah Peningkatan kekeruhan air permukaan Peningkatan emisi CO 2 Penurunan benthos Secara umum, kegiatan operasi dan tambahan konstruksi berkontribusi terhadap meningkatnya pengembangan ekonomi melalui kesempatan kerja dan bisnis, sekaligus mempengaruhi perubahan sosial dan budaya sehubungan dengan penurunan akses terhadap sumber daya alam dan peningkatan migrasi masuk. Pada waktu bersamaan, dampak lingkungan positif dan negatif yang mempengaruhi kualitas lingkungan juga dikelola dengan baik. Peningkatan intensitas dampak diantisipasi selama tahap konstruksi Proyek Pengembangan Tangguh LNG direncanakan pada tahun 2015-2019. Sementara itu, operasi yang sedang berjalan dan simultan diartikan bahwa program sosial Tangguh akan berlanjut dan meluas seperti yang tertulis dalam buku TSDP ini. Tangguh LNG juga mempertimbangkan dampak kumulatif dari kehadirannya, kebijakan pemerintah dan kegiatan perusahaan lain, yang secara bersama menyebabkan semua perubahan yang terjadi di Teluk Bintuni dan Berau. Dampak kumulatif potensial termasuk: perubahan kependudukan, perubahan basis ekonomi dan jenis kegiatan ekonomi, penurunan lingkungan alam, marjinalisasi Masyarakat Asli, perubahan pola penyakit, peningkatan ketegangan sosial, peningkatan penyalahugunaan HAM, dan peningkatan kompleksitas dinamika pemerintah. Dampak-dampak ini disorot dalam TSDP untuk seluruh pemangku kepentingan agar mempertimbangkan dan menghadapi dampak tersebut dalam semangat tanggung jawab bersama. Perusahaan-perusahaan lain yang memiliki fasilitas atau kegiatan operasional yang berhubungan dengan Tangguh LNG, secara khusus didorong agar mempertimbangkan pelajaran dari pengalaman Tangguh, agar memilih pendekatan dan kebijakan yang konsisten dalam menangani dampak kumulatif yang telah diketahui dalam AMDAL Tangguh LNG dan penelitian lain termasuk data pemantauan dan evaluasi. Hubungan antara dampak operasi Tangguh, dampak kumulatif serta aspirasi pemangku kepentingan dijelaskan di Gambar 2. Gambaran dampak kumulatif disajikan dalam Lampiran 2. 10